SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur
Oleh :
YASA MUAZHAR
NPM. 1041010019
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur
Oleh :
YASA MUAZHAR
NPM. 1041010019
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH J AWA TIMUR DALAM PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN
STANDAR PROGRAM SIARAN
Disusun Oleh :
YASA MUAZHAR NPM : 1041010019
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui :
Pembimbing,
Dra. Sr i Wibawani, M.Si
NIP. 196704061994032001
Mengetahui :
Dekan Falutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasionl ”Veteran” J awa Timur
PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH J AWA TIMUR DALAM PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN
STANDAR PROGRAM SIARAN
Disusun Oleh :
YASA MUAZHAR NPM : 1041010019
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 10 J uli 2014
Dosen Pembimbing, Tim Penguji :
Dra. Sr i wibawani, M.Si
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang
berjudul “PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH J AWA
TIMUR DALAM PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN
DAN STANDAR PROGRAM SIARAN”.
Pembuatan Skripsi ini, merupakan bagian dari program studi Ilmu
Administrasi Negara yang wajib diselesaikan oleh Mahasiswa, untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1). Pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Tersusunnya Skripsi ini, penulis mengucapakan terima kasih sebesar
besarnya kepada Ibu Dra. Sri Wibawani, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
disamping itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Penelitian ini, diantaranya :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak/Ibu Komisioner KPID Jawa Timur, serta Staf dan rekan-rekan
KPID Jawa Timur. Yang telah membantu dan memberi kesempatan
kepada penulis, melakukan kegiatan penelitian sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana.
5. Buat kedua Orang tua Bapak’ Musthofa dan Ibu’ Sri Umayati serta
Keluarga tercinta. Terima kasih sudah memberi kesempatan Penulis
untuk mengenyam bangku Perkuliahan.
6. Buat Keluarga de.vils_pueblic: pee.ek Ali(kuman), Adit,
Arga(ultramen), Enggar(Item), pee.ek Lamongan, Mamat, Aceng,
Bagus. Atmoko, Diana, Dini, Shinta dan Teman-teman ADNE 2010.
Matur nuwun atas kebersamaan serta semangat yang telah diberikan.
7. Buat Si emaa.ak “Wury Nur Hidayati” Terima kasih buat semangat
dan marah-marahnya.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan
dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka
dalam menerima saran, kritik dari semua pihak yang dapat menambah
kesempurnaan Skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, serta besar harapan penulis.
Semoga Skripsi ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Juli 2014
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
ABST RAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1B. Permusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
BAB II KAJ IAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ... 11B. Landasan Teori ... 14
1. Pengertian Peran ... 14
2. Kebijakan Publik ... 15
a. Pengertian Kebijakan Publik ... 16
3. Birokrasi ... 18
a. Pegertian Birokrasi... 18
b. Karakteristik Birokrasi ... 19
c. Fungsi dan Posisi Birokrasi ... 20
4. Organisasi ... 21
a. Pengertian Organisasi ... 21
b. Prinsip-prinsip Organisasi ... 23
C. Kerangka Berfikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 33B. Fokus Penelitian ... 34
C. Lokasi Penelitian ... 35
D. Jenis dan Sumber Data ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 44
G. Keabsahan Data ... 46
BAB 1V HASIL DAN PE MBAHASAN A. Gamba r a n Umum Lokasi Penelitian ... 48
1. Struktur Organisasi Sekretriat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur ... 51
2. Fungsi, Wewenang, Tugas dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur ... 53
3. Wilayah Pemantauan Isi Siaran Televisi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur ... 56
1. Struktur Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Timur ... 60
a. Tugas Sekretariat KPID Provinsi Jawa Timur ... 60
2. Komposisi Pegawai Sekretriat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Timur ... 63
B. Hasil Penelitia n
3. Melakukan Koordinasi dan/atau Kerjasama dengan Pemerintah,
Lembaga Penyiaran, dan Masyarakat ... 83
a. Koordinasi dan/atau Kerjasama dengan Pemerintah ... 84
b. Koordinasi dan/atau Kerjasama dengan Lembaga Penyiaran ... 87
c. Koordinasi dan/atau Kerjasama dengan Masyarakat ... 90
C. Pembahasa n ... 93
1. Mengawasi Pelaksanaan Peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran Serta Standar Program Siaran ... 94
2. Memberikan Sanksi Terhadap Pelanggaran Peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran Serta Standar Program Siaran... 96
3. Melakukan Koordinasi dan/atau Kerjasama dengan Pemerintah, Lembaga Penyiaran, dan Masyarakat ... 97
BAB V KESIMPUL AN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
Televisi dan radio sudah menjadi kebutuhan setiap manusia, dalam rangka memperoleh informasi dan hiburan. Hal ini yang terkadang dimanfaatkan oleh lembaga penyiaran baik televisi maupun radio, dikarenakan lembaga penyiaran adalah sebuah Perusahaan. Dimana dalam menjalankan setiap aktifitasnya, dituntut untuk selalu berinovasi, berdaya saing/berlomba-lomba guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga banyak lembaga penyiaran mengesampingkan nilai-nilai, serta budaya yang berlaku di masyarakat, dengan cara menayayangkan program siaran yang tidak sehat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini pertama adalah mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, fokus kedua adalah memberikan sanksi terhadap perlanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, fokus ketiga adalah melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarajat. Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif Miles and Huberman (1992: 20) Terjemahan dari Tjetjep Rohendi Rohidin. Keabsahan data pada penelitian ini meliputi credibility
(derajat kepercayaan); transferability (keteralihan); dependability
(ketergantungan); konfirmability (kepastian).
Hasil dari penelitian ini adalah pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran sudah tersusun dan ditetapkan pada tahun 2012, dalam pelaksanaan pengawasan bisa dikatakan belum optimal dikarenakan masih minimnya peralatan yang digunakan untuk mengawasi isi siaran di televisi. Pemberian sanksi yang dilakukan KPID Jawa Timur hanya sampai dengan sanksi administratif/teguran tertulis hingga pengurangan durasi program acara, hal ini dikarenakan minimnya kewenangan yang diberikan oleh KPID Jawa Timur dalam menjatuhkan sanksi terhadap lembaga penyiaran yang terbukti melakukan pelanggaran isi siaran. Koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah, Lembaga Penyiaran dan Masyarakat telah dilakukan dengan serangkaian acara misalnya pengawasan siaran kampanye melalui media televisi, sosialisasi, workshop serta literasi media. Peran KPID Jawa Timur sangatlah penting baik dalam melakukan pengawasan maupun memberikan sanksi terhadap isi siaran, dengan adanya koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait diharapkan KPID Jawa Timur mampu merepresentasikan kepentingan publik.
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 F berbunyi “Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, manusia sebagai makhluk sosial
tidak akan bisa terlepas dari alat telekomunikasi. Karena komunikasi juga
diartikan sebagai kebutuhan setiap manusia untuk memperoleh informasi,
dapat dikatakan televisi dan radio merupakan salah satu media masa yang
efektif dalam menjalin suatu komunikasi. Khususnya di Republik Indonesia,
televisi dan radio saat ini telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis,
maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan, berita,
serta menjadi media periklanan.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi baik televisi maupun
radio. Telah melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya,
akan hak untuk mengetahui, dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi
telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas
penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
masing-saja penonton akan mendapat hiburan. Jika penonton menganggap televisi
merupakan salah satu media untuk memperoleh pengetahuan, maka manfaat
yang dirasakanpun akan menjurus kepada hal tersebut. Salah satu manfaat dari
televisi dan radio adalah sebagai penambah wawasan terkini mulai dari berita,
hobby, gaya hidup, hingga dunia. Wawasan ini dirangkum dalam sebuah
konsep acara tertentu. Program yang memberikan wawasan bermanfaat terlaris
adalah berita, baik berita mengenai politik, ekonomi, pendidikan, seni, hingga
olah raga yang mampu memberikan manfaat bagi penonton.
Lembaga penyiaran sebagai penyelenggara penyiaran, baik lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas,
maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas,
fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pembuat regulasi
mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran.
Pasal 7 Undang-undang Republik Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran :
1. Komisi penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
disebut Komisi Penyiaran Indonesia, disingkat KPI;
2. KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur
hal-hal mengenai penyiaran;
3. KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk di tingkat pusat dan KPI
4. Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya,
KPI Pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, dan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi.
Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran :
1. KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi
aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran;
2. Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), KPI mempunyai wewenang:
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program;
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran;
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah,
lembaga penyiaran, dan masyarakat.
Pasal 50 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran :
2. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang
mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku
penyiaran;
3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang
bersifat mendasar;
4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang
bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab;
5. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan
penilaian kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga
Penyiaran yang terkait.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran merupakan dasar bagi pembentukan Komisi Peyiaran Indonesia
(KPI), semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan
ranah publik, harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari
campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Proses Demokratisasi Penyiaran di Indonesia, menempatkan publik
sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi
adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus
sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Artinya adalah media penyiaran harus
menjalankan fungsi pelayanan, memberi informasi publik yang sehat.
Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita, hiburan,
ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat
tentang Penyiaran, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
mengamanatkan semangat demokratisasi dalam ranah penyiaran. Harapan ini
berbanding lurus dengan sistem sosial dan politik Indonesia yang mengarah
pada sistem yang demokratis setelah bangsa Indonesia masuk Era Reformasi.
Demokratisasi politik merambah pada demokratisisasi penyiaran.
Demokratisasi dalam bidang penyiaran secara substansial bermakna
berkurangnya atau bahkan hilangnya hegemoni kekuasaan politik terhadap
dunia penyiaran. Sistem penyiaran demokratis mengandaikan masyarakat
diberi kepercayaan untuk mengatur dunia penyiaran. Negara atau pemerintah
mempercayakan regulasi penyiaran pada rakyat. Rakyat itulah yang
direpresentasikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) apabila di daerah.
Demokratisasi penyiaran juga bisa dimaknai dengan adanya diversity of
content (keragaman isi), diversity of ownership (keragaman kepemilikan) dan
diversity of voice (keragaman pendapat dan suara). Artinya, monopoli
kepemilikan media seharusnya tidak diperkenankan. Sementara isi siaran
seharusnya tidak boleh lagi seragam dan bersifat sentralistik. Independen
dalam Komisi Penyiaran Indonesia adalah untuk mempertegas bahwa
pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik, harus dikelola
oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan
kekuasaan.
7 ayat 4. Yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terdiri dari Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) pusat, di bentuk tingkat pusat dan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) daerah, di bentuk di tingkat provinsi. Dengan
tujuan pasal 7 ayat 2, untuk mengatur hal-hal mengenai penyiaran.
Sebagaimana di atur dalam ketentuan pasal 9 dan 10 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, anggota Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur berjumlah 7 orang yang di
pilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas usul masyarakat melalui
uji kepatutan dan kelayakan secara terbuka.
Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan
merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika,
kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.
Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi
nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur sudah
berlangsung selama IV periode, dimulai dari periode I masa jabatan tahun
2003-2007, periode II masa jabatan tahun 2007-2010, periode III masa jabatan
tahun 2010-2013. Pada hari jum’at tanggal 11 Oktober 2013 di Gedung
kepengurusan baru Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur
periode IV untuk masa jabatan tahun 2013-2016.
Sebanyak tujuh komisioner itu diminta untuk lebih bisa menjaga
informasi yang disampaikan media penyiaran kepada masyarakat. Menurut
gubernur, ini karena fungsi informasi yang adil dari media diyakini bisa
membawa suasana yang nyaman dan aman. “Memberikan keseimbangan dan
keadilan antar lembaga penyiaran”. Konkritnya Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah (KPID) tidak berpihak pada satu media saja.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)/Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID), membuat regulasi berupa Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan
Standar Program Siaran (SPS) yang dimasukkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Tujuannya
adalah menegakkan aturan-aturan mengenai pelanggaran program siaran,
merusak nilai-nilai, dan budaya yang berlaku di masyarakat. Sehingga
diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat.
Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang sehat dan bermartabat, karena
frekuensi adalah milik publik bukan milik individu atau golongan.
Dalam kenyataannya, banyak lembaga penyiaran tidak menjalankan
ketentuan isi siaran sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan
Tabel 1
Rekapitulasi Laporan Monitoring J awa Timur Pengawasan Isi Siar an Bulan J anuar i – April Tahun 2014
No Bulan Pelanggaran
Seksualitas Kekerasan
Merokok/Napza/Minuman
Beralkohol
1 Januari 30 22 13
2 Februari 33 54 10
3 Maret 39 54 9
4 April 51 43 9
J umlah 153 173 41
Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur Tahun 2014
Televisi dan radio sudah menjadi kebutuhan setiap manusia, dalam
rangka memperoleh informasi dan hiburan. Hal ini yang terkadang
dimanfaatkan oleh lembaga penyiaran baik televisi maupun radio, dikarenakan
lembaga penyiaran adalah sebuah Perusahaan. Dimana dalam menjalankan
setiap aktifitasnya, dituntut untuk selalu berinovasi, berdaya
saing/berlomba-lomba guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga banyak
lembaga penyiaran mengesampingkan nilai-nilai, serta budaya yang berlaku di
masyarakat, dengan cara menayayangkan program siaran yang tidak sehat.
Belakangan orang tua mulai prihatin dengan joget oplosan yang dinilai terlalu vulgar karena mulai diikuti anak-anak. Gerakan joget itu sendiri sebenarnya simpel. Ketika lagu sudah memasuki bagian reff, sekelompok orang membuat barisan berjejer dan menghadap ke kanan atau ke kiri secara bergantian. Kemudian, tangan kanan berada di kening, dan tangan kiri di pinggang belakang, dan bagian panggul ditonjolkan ke depan. Pinggul kemudian diayun-ayunkan naik turun. Badan pun ikut bergerak maju mundur. Gerakan ini berulang dilakukan sampai bagian reff lagu selesai. "Anak saya juga sudah pinter joget-joget seperti itu, padahal itu gerakannya agak vulgar," curhat seorang bapak Rian, kepada merdeka.com, Senin (30/12).
Berdasarkan data dan fenomena tren goyang oplosan di atas, yang
dipopulerkan artis Soimah pada program YKS. Tayang di salah satu televisi
swasta ini, melanggar ketentuan Standar Program Siaran (SPS) BAB XII
mengenai Pelarangan dan Pembatasan Seksualitas Pasal 18 poin (i)
menampilkan gerakan tubuh dan/atau tarian erotis.
Dari data dan fenomena diatas menunjukkan, dengan adanya Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur, tidak menutup peluang bagi lembaga
penyiaran melakukan pelanggaran melalui isi siaran, hal ini yang membuat
penulis melakukan sebuah penelitian mengenai “Peran Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah J awa Timur Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Progr am Siaran”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat ditarik
suatu rumusan masalah yaitu : Bagaimana Per an Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah J awa Timur Dalam Pelaksanaan Pedoman
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan,
menganalisis dan menginterpretasikan : Untuk Mengetahui Bagaimana
Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah J awa Timur Dalam
Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Pr ogram
Siar an.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah
dan untuk menerapkan teori-teori yang para penulis peroleh selama
perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan
pemikiran sebagai masukan dalam rangka meningkatkan Peran
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur Dalam Pelaksanaan
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, akan melengkapi
ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1. Yohana Pomot (2013), jurusan Ilmu Administr asi Negara, fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Tanjungpur a Pontianak.
Dengan judul penelitian “Implementasi Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Pr ogram Siaran Di Radio Banua Cordis Darit –
Kabupaten Landak”.
Maka dari hasil penelitian ini adalah Standar porsi siaran waktu iklan
niaga dan iklan layanan masyarakat, serta potongan harga iklan layanan
masyarakat tidak sesuai dengan P3SPS Pasal 44 ayat 1, 2 dan 5. Sumber
daya tidak memadai, sikap dan pelaksanaan kebijakan belum memenuhi
P3SPS pasal 44 ayat 1, 2 dan 5, belum adanya komunikasi antar organisasi
pelaksana kebijakan.
Dari uraian diatas, maka permasalahan di Radio Banua Cordis adalah
Harga iklan layanan masyarakat tidak sesuai P3SPS pasal 44 ayat 5. Porsi
waktu siaran iklan niaga dan iklan layanan masyarakat di Radio Banua
Cordis tidak sesuai dengan P3SPS pasal 44 ayat 1 dan 2.
mengkaji pelaksanaan Radio Banua Cordis tidak sesuai dengan aturan
P3SPS pasal 44 ayat 1 dan 2 mengenai porsi waktu siaran iklan niaga dan
iklan layanan masyarakat.
Perbedaan dan persamaan dari penelitian ini antara lain, untuk perbedaan
yaitu mengenai tujuan peneltian. Dimana dalam penelitian tersebut,
peneliti mengkaji pelaksanaan Radio Banua Cordis yang tidak sesuai
dengan aturan P3SPS mengenai Siaran Iklan pasal 44 ayat 1, 2 dan 5.
Untuk persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penilitian dimana
sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
2. Devi Rahayu (2010), jurusan Ilmu Komunikasi, fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Univer sitas Islam Negri Syar if
Hidayatullah J akarta. ”Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Pusat Ter hadap Tayangan Infotaimen Di Televisi”.
Maka dari hail penelitian diatas adalah KPI melakukan kajian dalam
bidang masing-masing. KPI menerima aduan dari masyarakat. KPI
melakukan pengawasan langsung.
Dari uraian di atas maka permasalahannya adalah Apa saja kegiatan KPI
dalam mengawasi tayangan infotaimen di televisi. Bagaimana
langkah-langkah KPI dalam menindaklanjuti pelanggaran tayangan infotaimen di
televisi.
Tujuan penelitian adalah Secara umum ingin memberikan kontribusi
kepada khalayak berupa tulisan dan teori mengenai KPI Pusat. Serta
peneliti ingin memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai KPI Pusat
yang merupakan lembaga independen dan mengetahui ketentuan yang
ditentukan KPI dalam memberikan batasan terhadap suatu tayangan.
Persamaan dari penelitian ini antara lain yaitu ingin mengetahui peran
KPI, walaupun dalam penelitian ini. Peneliti lebih ke tayangan televisi.
Yaitu KPI melakukan kajian dalam bidang masing-masing. KPI menerima
aduan dari masyarakat. KPI melakukan pengawasan langsung, serta jenis
penelitian yang sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
3. Siti Aisah (2010), jur usan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam
Univer sitas Islam Negri Syarif Hidayatullah J akarta. “Implementasi
Regulasi Penyiaran dalam Pr ogr am Berita Kriminal Sergap di
RCTI”.
Maka dari hasil penelitian diatas adalah Regulasi penyiaran mencakup tiga
hal, yakni struktur, tingkah laku, dan isi.
Dari uraian diatas maka permasalahannya adalah Bagaimana Implementasi
Regulasi Penyiaran dalam Program berita Kriminal Sergap di RCTI.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana Implementasi
regulasi penyiaran dalam program berita kriminal Sergap di RCTI..
Perbedaan dan persamaan dari penelitian ini antara lain, untuk perbedaan
yaitu mengenai tujuan peneltian. Dimana dalam penelitian tersebut,
peneliti ingin mengetahui Bagaimana Implementasi regulasi penyiaran
penelitian ini yaitu jenis penilitian dimana sama-sama menggunakan
metode penelitian kualitatif.
B. Landasan Teori
Di dalam cara berpikir secara ilmiah, penggunaan teori sangat dibutuhkan,
baik sebagai tolak ukur berpikir maupun bertindak. Karena teori merupakan
suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai
keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk
memberikan suatu landasan berpikir kepada penulis dalam usahanya untuk
mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana
hasilnya.
1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah
laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dimasyarakat dan harus dilakukan.
Peranan menurut (Soekanto, 2009:212-213) merupakan proses
dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu
peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Merton dalam Raho (2007:67) mengatakan bahwa peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari
perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah
kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki
oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.
Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup
3 hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh indvidu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Dari perbincangan tentang definisi peran menurut beberapa pakar di
atas, kini kita menyadari bahwa peran merupakan beberapa tingkah laku
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat dan
harus dilakukan. Sehingga peran adalah kelengkapan dari
hubungan-hubungan berdasarkan kedudukan, yang dimiliki dan harus dilakukan oleh
orang yang menduduki status-status sosial khusus.
2. Kebijakan Publik
a. Pengertian Kebijakan Publik
(pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh
pemerintah). Definisi yang diusulkan Dye ini sering dikutip dan hampir
selalu dapat kita jumpai di setiap buku teks yang ditulis oleh para ahli.
Namun, meski cukup akurat, ia sebenarnya tidak cukup memadai untuk
mendeskripsikan substansi atau esensi kebijakan publik yang
sesunguhnya. Dengan pemaknaan seperti yang digagas oleh Dye itu,
kemungkinan akan menimbulkan kerancuan tertentu. Sebab, dalam realita
memang terdapat perbedaan makna yang cukup besar dan mendasar antara
apa yang ingin dilakukan pemerintah dengan apa yang nyata dilakukan
pemerintah.
Pakar Inggris, W.I. Jenkins (1978:15), merumuskan kebijakan
publik sebagai berikut:
“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group
of actors concerning the selection of goals and the means of achieving
them within a specified situation where thes decisions should, in
principle, be within the power of these actors to achiev” (serangkaian
keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor
politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah
dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi.
Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam
batas-batas kewenangan kekuasaaan dari para aktor tersebut).
Chief J. O. Udoji, seorang pakar dari Nigeria (1981), telah
action addressed to a particular problem or group of related problems
that affect society at large” (suatu tindakan bersanki yang mengarah
pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi
sebagian besar warga masyarakat).
Pakar Perancis, Lemieux (1995: 7), merumuskan kebijakan publik
sebagai berikut:
“The product of activities aimed at the resolution of public
problems in the environment by political actors whose realitionship
are structured. The entire process evolves over time” (produk
aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah publik yang terjadi di lingkungan tertentu yang dilakukan oleh
aktor-aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses
aktivitas itu berlangsung sepanjang waktu).
Dari perbincangan tentang definisi kebijakan publik di atas, kini
kita menyadari bahwa semua pembuatan kebijakan publik (public
policy making) itu akan selalu melibatkan pemerintah, dengan cara
tertentu. Gerston (2002), kiranya tidak keliru ketika ia dalam kaitan ini
menegaskan bahwa “all public policy making involves government in
some way” (semua pembuatan kebijakan publik melibatkan
3. Birokr asi
a. Pengertian Birokr asi
Secara bahasa, istilah birokrasi berasal dari bahasa Perancis
bureau yang berarti kantor atau meja tulis, dan kata Yunani, kratein
yang artinya mengatur.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008:199) Birokrasi
adalah 1. Pemerintah yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang
berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan. 2. Cara bekerja atau
susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat
dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.
Birokrasi menurut Mas’ud (2009:2) adalah sistem administrasi dan
pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur, dalam sistem hirarki
yang jelas, dilakukan dengan aturan tertulis (written procedures).
Dilakukan oleh bagian tertentu, yang terpisah dengan bagian lainnya.
Oleh orang-orang yang terpilih karena kemampuan dan keahlian
dibidangnya. Yang memiliki ciri dari birokrasi ini adanya pembagian
kerja secara hirarki dan rinci yang didasarkan pada aturan-aturan
tertulis, dan diterapkan secara personal, dijalankan oleh staf yang
bekerja full time. Seumur hidup dan professional, yang sama sekali
tidak turut memegang kepemilikan atas alat-alat pemerintah atau
pekerjaan yang memberikan keuntungan jabatannya dan keuntungan
Dalam pemikiran Max Weber, birokrasi ditempatkan dalam
kerangka proses rasionalisasi dunia modern. Bahkan Weber
memandang birokrasi rasional sebagai umur pokok dalam proses
rasionalisasi dunia modern, yang baginya lebih mencakup ketepatan
dan kejelasan yang dikembangkan dalam prinsip-prinsip
kepemimpinan organisasi sosial.
b. Karakteristik Birokr asi
Menurut Weber dan Pasolong (2007:72), menyusun karakteristik
birokrasi menjadi 7, sebagai berukut:
1. Spesialisai pekerjaan, yaitu semua pekerjaan dilakukan dalam
kesederhanaan, rutinitas, dan mendefinisikan tugas dengan baik.
2. Hirarki kewenangan yang jelas, yaitu sebuah struktur multi tingkat
yang formal dengan posisi hirarki atau jabatan, yang memastikan
bahwa setiap jabatan yang lebih rendah berada di bawah supervise
dan control dari yang lebih tinggi.
3. Formalisasi yang tinggi, yaitu semua anggota organisasi diseleksi
dalam basis kualifikasi yang di demonstrasikan dengan pelatihan,
pendidikan, atau latihan formal.
4. Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang
didasarkan atas kemampuan, yaitu pengambilan keputusan tentang
seleksi dan promosi didasarkan atas kualifikasi teknik, kemampuan
5. Bersifat tidak pribadi (impersionalitas), yaitu sanksi-sanksi
diterapkan secara seragam tanpa perasaan pribadi untuk
menghindari keterlibatan dengan kepribadian individual dan
preferensi pribadi para anggota.
6. Jejak karier bagi para pegawai diharapkan mengejar karier dalam
organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karier
tersebut, para pegawai mempunyai masa jabatan, artinya mereka
akan dipertahankan meskipun mereka kehabisan tenaga atau jika
kepandaiannya tidak terpakai lagi.
7. Kehidupan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan
pribadi, yaitu pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk
keperluan pribadinya termasuk keluarganya.
c. Fungsi dan Posisi Birokr asi
Negara modern membutuhkan birokrasi yang modern.
Birokrasilah yang mengimplementasikan politik dan kebijakan Negara.
Seorang pejabat publik memiliki waktu yang terbatas dan tak mungkin
bisa ada di semua tempat pada saat yang bersamaan, hal itu disebabkan
rentang kendali mereka terbatas.
Dalam kaitan ini birokrat memiliki posisi unik. Keterjaminan
posisi pegawai negri sipil lebih besar ketimbang yang dimiliki oleh
para politisi. Dengan demikian ada dua kekuatan birokrasi, yaitu :
“Control over implementation and comparison between the career
Sumber kekuatan birokrasi itu sendiri bisa menjadi sesuatu yang
positif dan juga bias menjadi sesuatu yang negative. Menjadi sesuatu
yang positif jika dijalankan dalam kerangka pencapaian tujuan Negara.
Namun, menjadi sesuatu yang negative manakala dijalankan demi
birokrasi itu sendiri.
4. Organisasi
a. Pengertian Organisasi
James L. Gibson c.s. menyatakan bahwa: “Organisasi-organisasi
merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai
hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh
individu-individu yang bertindak secara sendiri” (Gibson, et.al., 1985:7).
Organisasi-organisasi didirikan oleh perilaku mereka yang
diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Mereka mengupayakan
pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran, yang dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan lebih efisien, melalui
tindakan-tindakan individu-individu serta kelompok-kelompok secara terpadu.
Herbert G. Hicks menyajikan rumusan berikut untuk sebuah
organisasi: “An organization is a structured process in which person
interact for objectives” (Herbert G. Hicks, 1972: 23).
Adapun definisi tersebut berlandaskan sejumlah fakta yang
merupakan ciri umum semua organisasi.
2. Orang-orang tersebut terlibat satu sama lain dengan satu atau lain
cara – maksudnya mereka semua berinteraksi.
3. Interaksi tersebut selalu dapat diatur atau diterangkan degan jenis
struktur tertentu.
4. Masing-masing orang di dalam sesuatu organisasi memiliki
sasaran-sasaran pribadi, di mana beberapa diantaranya merupakan
alasan-alasan bagi tindakan yang dilakukannya. Ia mengekspektasi
bahwa keterlibatannya di dalam organsisasi tersebut membantunya
mencapai sasaran-sasarannya.
Menurut Sondang P. Siagian mendefinisikan organisasi sebagai
berikut : “Oranisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan
terikat secara fomal dalam suatu ikatan hirarki di mana selalu terdapat
hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut
pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan”.
(Sondang P. Siagian 1983)
Chester I, Bernard : “Organization is a system of cooperation
activities of two or more persons something intangible and impersonal,
largely a matter of relationship”. Artinya kurang lebih : organisasi
merupakan suatu sistem usaha bersama antara dua orang atau lebih,
sesuatu yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagaian
besar mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan. (Chester I. Bernard
Dari beberapa definisi tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa
organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sekelompok
orang yang tergabung dalam suatu wadah tertentu guna mencapai
tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan bersama.
b. Pr insip-pr insip Organisasi
Koordinasi (coordination) adalah kegiatan pengaturan usaha
sekelompok orang secara terarah dan teratur untuk menciptakan
kesatuan gerak/tindakan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Koordinasi juga merupakan usaha untuk mendapatkan sinkronisasi
usaha yang berpangkal pada waktu dan tata-urutan pelaksanaan
pekerjaan. Dengan kata lain koordinasi adalah suatu keselarasan tugas
antar satuan organisasi yang ada di dalam organisasi. Dengan demikian
tujuan organisasi akan tercapai secara efektif apabila semua orang,
semua pejabat, dan semua unit/satuan organisasi serta sumber daya
diselaraskan dengan tujuan organisasi.
Koordinasi hendaknya dibedakan dengan kerja sama. Kerja sama
merupakan kegiatan bantu-membantu yang dilakukan bersama-sama.
Oleh karena itu kerja sama merupakan aksi (action) bersama, antara
seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama
(collective action of an person with another or other toward a
commongoal). Sedang koordinasi perupakan perpaduan atas
waktu serta pengerahan aksi-aksi yang harmonis dan seragam,
serempak menuju ke arah tercapainya tujuan tertentu.
Menurut arahnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal (Soekarno K.; 1975,
53-54).
1. Koordinasi vertikal adalah tindakan atau kegiatan
penyatuan/pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap
kegiatan-kegiatan, unit-unit/satuan-satuan kerja yang langsung ada
di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Misalnya Direktur
Jendral melakukan koordinasi terhadap para direktur yang ada
dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Koordinasi Horizontal dibedakan menjadi dua, yaitu
interdisiplinary dan interealated:
a. Koordinasi Interdisiplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan/menyatukan tindakan untuk mewujudkan disiplin
antar unit yang satu dengan yang lain, baik secara internal maupun
secara eksternal pada unit-unit yang mempunyai tugas yang sama.
Misalnya penggandaan warkat pada suatu organisasi dikoordinasi
oleh unit pengandaan organisasi yang bersangkutan. Masalah
pendidikan dan pelatihan pegawai suatu departemen dikoordinasi
oleh unit pendidikan dan pelatihan departemen yang bersangkutan.
b. Koordinasi Interelated adalah koordinasi antara badan,
atau mempunyai kaitan secara internal maupun secara eksternal.
Misalnya masalah transmigrasi, secara fungsional merupakan
tanggung jawab Departemen Transmigrasi. Dalam melaksanakan
transmigrasi perlu pembukaan hutan sebagai lahan bagi para
transmigran, dan juga penyediaan tempat tinggal. Kita tahu bahwa
pembukaan lahan hutan merupakan tugas dan tanggung jawab serta
wewenang dari Departemen Kehutanan, sedang penyediaan tempat
tinggal merupakan fungsi dari Departemen Pekerjaan Umum. Oleh
karena itu pelaksanaan transmigrasi akan berhasil dengan baik
apabila ada koordinasi antara instalasi/departemen tersebut.
Koordinasi terutama bertujuan untuk menghindari bahaya
spesialisasi dalam organisasi. Spesialisasi dalam organisasi akan
menimbulkan ekses-ekses negatif sebagai berikut:
1. Dengan spesialisasi orang akan semakin mengkonsentrasikan
dirinya dalam bidang tertentu. Orang akan membenamkan diri
dalam suatu bidang tertentu, dalam cara kerja yang semkain sempit
sehingga hubungan antara tugasnya sendiri dengan tugas pegawai
yang lain tidak sempit lagi.
2. Orang hanya merasa bertanggung jawab kepada bidang
spesialisasinya.
3. Masing-masing pejabat (para spesialis) merasa bidang tugasnya
4. Semakin mendalam seseorang dalam pengkhususan (spesialisasi),
semakin tidak mampu ia memahami implikasi sosial dari apa yang
dikerjakan.
5. Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
Handoko (1984:359) mendefinisikan pengawasan sebagai “proses
untuk menjamin agar tujuan organisasi dan manajemen tercapai”.
Pengawasan pada dasarnya merupakan aktivitas membandingkan
kondisi yang ada dengan kondisi yang seharusnya terjadi. Bila ternyata
ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan segera diambil
tindakan koreksi. Agar dapat efektif mencapai tujuannya, pengawasan
tidak dilakukan hanya pada saat akhir proses manajemen saja, akan
tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen. Dengan
demikian pengawasan akan memberikan nilai tambah bagi
peningkatan pelayanan atau kinerja organisasi.
Koontz (1984:123) berpendapat bahwa “kontrol merupakan sistem
sibernetik dan sistem masukan balik”. Setiap sistem mempunyai naluri
untuk hidup, dan mengontrol dirinya sendiri melalui sistem
komunikasi yang mentransfer informasi masukan balik agar bahaya
dapat diketahui dengan segera dapat diambil.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengawasan adalah proses
untuk menjamin agar tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
1. Untuk mengetahui apakah hasil kegiatan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan;
2. Apakah pelaksanaan visi, misi, tugas dan fungsi organisasi telah
sesuai dengan kebijaksanaan, pengarahan, prosedur, dan
pedoman-pedoman yang telah ditetapkan;
3. Untuk mengetahui apakah ada kesulitan-kesulitan,
hambatan-hambatan, tantangan, peluang dan potensi-potensi yang penting
diketahui untuk keberhasilan pencapain tujuan dan bilamana perlu
melaksanakan tindakan koreksi;
4. Apakah pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan secara
efisien, efektif dan produktif dilihat dari tenaga, biaya
perlengkapan/ peralatan dan saran prasarana yang ada;
5. Untuk mengambil tindakan koreksi dan meluruskan kembali bila
terjadi penyimpangan tujuan organisasi serta ketidak beresan
dalam pelaksanaan rencana dan program;
6. Dengan adanya pengawasan dapat dicegah terjadinya
penyimpangan, pemborosan dan kegagalan yang tidak perlu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa salah satu
urgensi dan tujuan pengawasan adalah untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan penyelewengan dari aturan dan
perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
disiplin, atau dengan kata lain dapat mendorong pegawai untuk
meningkatkan disiplin kerja mereka.
Ndraha (2003:197) Pengawasan sebagai proses, berlangsung
dibawah empat prinsip pengawasan yang juga adalah prinsip
organisasi, yaitu:
1. Koordinasi sebagai hubungan timbal balik semua faktor di dalam
suatu situasi,
2. Koordinasi dengan kontak langsung antar manusia yang
berkepentingan,
3. Koordinasi pada tahap awal setiap kegiatan dan
4. Koordinasi sebagai sebuah proses yang berjalan terus menerus.
b. Tujuan Pengawasan
Beberapa tujuan pengawasan administrasi kantor menurut
(Odgers:2005) adalah :
1. Meningkatkan kinerja organisasi secara kontinu, karena kondisi
persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk
setiap saat mengawasi kinerjannya.
2. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan
menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi
penyalahgunaan alat atau bahan.
3. Menilai derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil aktual yang
dicapai, dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi
4. Mengkoordinasikan beberapa elemen tugas atau program yang
dijalankan,
5. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
Sehingga dapat diuraikan definisi dari tujuan pengawasan adalah
meningkatkan baik kinerja organisasi serta efisiensi, menilai derajat
pencapaian rencana kerja, mengkoordinasikan beberapa elemen tugas
dan meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi yang telah
disepakati bersama.
c. Manfaat Pengawasan
Beberapa manfaat kantor antara lain :
1. Membantu memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh
organisasi.
2. Membantu pegawai dalam meningkatkan produktivitas karena
kesadaran akan kualitas dan kuantitas.
3. Menyediakan alat ukur produktivitas pegawai atau aktivitas yang
objektif bagi organisasi.
4. Mengidentifikasi beberapa hal yang membuat rencana tidak sesuai
dengan hasil actual yang dicapai, dan memfasilitasi
pemodifikasiannya.
5. Membantu pencapaian kerja sesuai tingkat atau deadline yang
ditetapkan (Quible : 2001).
produktivitas, mengidentifikasi, dan membantu pencapaian kerja
sesuai dengan tingkat dan target yang telah ditetapkan.
d. Unsur Pengawasan
Proses pengawasan akan berkurang optimal jika unsur–unsur di
bawah ini dihilangkan (Quible : 2001) :
1. Faktor–faktor yang diawasi, sebelum pengawasan dilakukan
seyogyanya stakeholders internal diberikan pemahaman tentang
faktor–faktor apa saja yang diawasi. Tentu saja, pengawasan
terhadap faktor yang tidak terlalu penting akan mengakibatkan
waktu dan tenaga terbuang secara sia–sia. Misalnya, pada
departemen administrasi penjualan, penyelesaian order penjualan
merupakan factor penting yang perlu diawasi guna mengukur
keefektifan dari fungsi pengolahan data penjualan yang dilakukan.
2. Identifikasi hasil yang diharapkan. Identifikasi parameter yang
kurang jelas mengenai hasil yang di inginkan dari aktivitas
pekerjaan yang dilakukan membuat pengawasan tidak akan
berjalan dengan efektif. Untuk itulah, ketertiban semua pihak
(termasuk pihak yang akan diawasi) mutlak diperlukan, bila perlu
organisasi dapat mengundang konsultan untuk menentukan
alatukur yang akan digunakan.
3. Pengukuran kinerja. Sebelum hasil actual dan hasil yang di
inginkan dibandingkan, hasil aktual harus diukur. Dalam beberapa
organisasi yang menerapkan konsep TQM, pengukuran lebih
ditekankan pada seberapa baik pelanggan dilayani oleh organisasi.
Selain itu, hasil dari aktivitas yang akan dilakukan
dikuantifikasikan, misalnya pendistribusian surat edaran dari pihak
manajemen terlaksana maksimal 1 hari setelah ditandatangani, atau
order pembelian akan dipenuhi dengan time limit 3 hari setelah
order dilakukan.
4. Aplikasi tindakan pembenahan. Apabila hasil actual kurang dari
hasil yang diharapkan, perlu dilakukan tindakan koreksi untuk
memperkecil gap yang terjadi dengan mengimplementasikan hal
yang dianggap perlu. Misalnya, dalam pemenuhan order pembelian
yang akan terealisasi maksimal 3 hari setelah order dilakukan
tetapi ketika sudah waktunya belum tercapai, ternyata fasilitas
komunikasi antara divisi administrasi penjualan dengan gudang
tidak difasilitasi dengan alat komunikasi yang memadai, sehingga
perlu ditunjang dengan alat komunikasi yang representatife.
Sehingga dapat diuraikan unsur pengawasan yaitu, faktor-faktor
yang diawasi sebelum pengawasan, identifikasi dari hasil yang
C. Kerangka Ber fikir
Gambar 1
Kerangka Ber fikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. J enis Penelitian
Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian, maka tergantung
maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain, maka penelitian ini menggunakan
metode penelitian yang bersifat deskriptif.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagai mana adanya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan
maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam
tentang mengenai “Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur
Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran”. Secara teoritis, menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1975:5),
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh
sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa
organisasi kedalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai suatu keutuhan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9)
mendefinisikan, bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Sehingga dalam
penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui tentang
“Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur Dalam Pelaksanaan
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran”.
B. Fokus Penelitian
Masalah yang akan diteliti pada awalnya masih umum dan samar – samar
akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam
lapangan. Fokus ini masih mungkin akan mengalami perubahan selama
berlangsungnya penelitian itu.
Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif
merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan
suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada
dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman penelitiatan
melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun
kepustakaan lainnya.
Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah
penelitian. Dalam hal ini, fokus penelitian bisa berkembang atau berubah
sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.
Fokus permasalahan yang dikerjakan selain digambarkan berdasarkan
kerangka teori juga dapat ditentukan berdasarkan keperluan praktis. (Basrowi,
2008: 54). Untuk itu dasar penentuan fokus adalah keperluan praktis, dalam
hal ini peraturan-peraturan yang berkaitan dengan obyek penelitian yaitu Pasal
8 Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Bagaimana
bentuk Peran yang dilakukan Komisi Penyiaran Indoesia Daerah Jawa Timur
Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran:
1. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran;
2. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran;
3. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah,
lembaga penyiaran, dan masyarakat.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh
data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati
kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan
menetapkan lokasi penelitian ini di Kantor Komisi Penyiaran Indonesia
Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara “purposive sampling”
(sampel bertujuan), sesuai kebutuhan penelitian berdasarkan latar belakang,
objek dan fokus penelitian.
D. Sumber dan J enis Data
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam 2
(dua) jenis. Yaitu jenis data primer dan jenis data sekunder:
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber
datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
memiliki sifat up to date. Adalah aktor atau informan pada saat
dilaksanakannya penelitian mengenai Peran Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Jawa Timur Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran”. Yaitu 7 (tujuh) Komisioner Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Jawa Timur.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang telah ada. Dalam hal ini, data sekunder berupa dokumen-dokumen,
laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan
penelitian ini yang berada pada di Kantor dan Wilayah Kerja Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur.
Menurut Lofland dalam Moleong (1984:47), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan
Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis data dibagi ke dalam kata-kata,
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik:
1. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orag-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis
atau melalui rekaman video/audio tape, pengambilan foto, atau film.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan mengamati,
mendengar dan bertanya, Manakalah diantara kegiatan yang dominan,
jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu yang lain dan dari satu
situasi ke situasi yang lain. Misalnya, jika peneliti merupakan pengamat
tak diketahui pada tempat-tempat umum, jelas bahwa melihat dan
mendengar merupakan alat utama, sedangkan bertanya terbatas sekali.
Sewaktu peneliti memanfaatkan wawancara mendalam, jelas bahwa
bertanya dan mendengar akan merupakan kegiatan pokok. Jika peneliti
menjadi pengamat berperan serta pada suatu latar penelitian tertentu,
ketiga kegiatan terebut akan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
bergantung pada suasana dan keadaan yang dihadapi. Pada dasarnya ketiga
kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh semua orang,
namun pada penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara
sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang
macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti.
Senantiasa bertujuan karena peneliti mempunyai seperangkat tujuan
penelitian yang diharapkan dicapai unuk memecahkan sejumlah masalah
penelitian. Perumusan masalah yang baik akan membatasi studi.
Membatasi studi di sini sebenarnya adalah membatasi kata-kata dan
tindakan yang akan dijaring dari orang-orang yang menjadi subjek
penelitian.
3. Foto/Rekaman/Hendikcam
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan
penelitian kualitatif, karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh
peneliti sendiri (Bogdan dan Biklen, 1982: 102).
4. Data Statistik
Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang telah
tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik
misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan
subjek pada latar penelitian. Misalnya, statistik akan memberikan
gambaran tentang kecenderungan bertambah atau berkurangnya
Indonesia Daerah Jawa Timur Dalam Pelaksanaan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran.
Untuk mendapatkan informasi menurut Lofland dalam Moleong
(1984:47), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari
informan yang berupa kata-kata dan tindakan.
1. Informan Kunci (Key Person)
Informan kunci, dimana pemilihannya secara sampel bertujuan (purposive
sampling) dan di seleksi melalui Teknik bola salju (snowball sampling).
Adapun pengertian dari Sampel bertujuan (purposive sampling) dan
Teknik bola salju (snowball sampling) yaitu:
a. Teknik sampling dalam penelitian kualitatif:
Peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi,
maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions).
Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya
perbedaan-perbedaan yang naninya dikembangkan ke dalam generalisasi.
Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan
konteks yang unik,. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi
yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul. Oleh sebab
itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel
bertujuan (purposive sample).
(1) ancangan sampel yang muncul:
Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu
(2) Pemilihan sampel secara berurutan:
Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai
apabila pemilihan suatu sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah
dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk
memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat
dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui.
Dari mana atau dari siapa ia mulai tidak menjadi persoalan, tetapi menjadi
persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya
bergantung pada apa keperluan peneliti. Teknik sampling Bola salju
(snowball sampling) bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu
menjadi makin lama makin banyak.
(3) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel:
Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah
makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan
hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus
penelitian.
(4) Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan:
Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya
memperluas informasi, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring,
ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan
sampel sudah haru dihentukan. Dengan demikian didasarkan atas subjek
yang menguasai permasalahan dengan menggunakan sampel bertujuan
(purposive sampling) dan di seleksi melalui Teknik bola salju (snowball
sampling), memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar
relevan dan kompeten. Sebagai informan awal adalah 7 (tujuh)
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur. Sedangkan
informan selanjutnya diminta kepada informan awal untuk menunjuk
orang lain yang dapat memberikan informasi adalah staf pegawai di
wilayah kerja Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur, maka
untuk triangulasi data tersebut. Informan tersebut ditemukan dengan cara
Teknik Bola salju (snowball sampling) bermanfaat dalam hal ini, yaitu
mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak. Dengan judul
penelitian. Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur Dalam
Pelaksanaan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa dimana fenomena yang terjadi dengan fokus
penelitian yaitu di Kantor dan Wilayah Kerja Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Jawa Timur.
3. Dokumen
Dokumen sebagai sumber data yang sifatnya melengkapi data utama yang
Penyiaran. Peraturan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS), serta data baik mengenai rekapitulasi monitoring
daerah jawa timur maupun data-data yang di dapat di kantor dan wilayah
kerja Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat dari
penelitian adalah pencarian data yang nantinya di analisa dan di
interpretasikan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen.
Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tiga
proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administrative maupun semua persoalan yang berhubungan
dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan
informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong,
2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian,
guna memperoleh gambaran aktifitas Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Jawa Timur. Dengan membawa surat ijin penelitian dari Universitas