• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP KELAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP KELAS ARACHINDA KUTU KEMALUAN (Phtirus pubis)

NAMA MAHASISWA : M. ASHAF FADLAN

NIM : AK816044

SEMESTER : IV

KELAS : IV A

MATA KULIAH :PARASITOLOGI III

PROGRAM STUDI :ANALIS KESEHATAN

(2)

1.1. KUTU KEMALUAN (Phtirus pubis)

Kutu kelamin atau yang sering disebut dengan Pediculosis pubis atau Phtirus pubis adalah serangga penghisap darah yang sering dtemukan dan hidup dikulit sekitar organ kelamin. Kutu kelamin ini digolongkan menjadi salah satu penyakit menular seksual. Karena faktor penyebab penularan tresebar penyakit ini adalah melalui hubungan seksual. Maka dari itu penyakit kelamin ini banyak penyerang pada orang-orang yang aktif melakukan hubungan seksual, seperti penyakit menular seksual lain pada umumnya. Terutama pada orang yang memiliki fatner hubungan seksual bergunta-ganti atau lebih dari satu serta orang yang kurang menjaga kebersihan dirinya. (Obi,2015)

1.2 Morfologi

Phthriasis (Pediculosis pubis) adalah gangguan daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma phthirus pubis. P.pubis bentuknya pipih dorsoventral, bulat menyerupai ketam/kepiting dengan kuku pada ketiga pasang kakinya. Stadium dewasa berukuran 1,5-2 mm dan berwarna abu-abu. karena bentuk menyerupai ketam, p.pubis disebut juga “crab louse”. (Djaenudin,2009)

P.pubis hidup pada rambut kemaluan,dapat juga ditemukan pada rambut ketiak,jenggot,kumis,alis,bulu mata. Tuma memasukkan bagian mulutnya kedalam kulit untuk jangka waktu beberapa harI sambil menghisap darah waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan telur menjadi tuma dewasa lebih kurang 3-4 minggu. Gejala yang terutama adalah gatal didaerah pubis dan sekitarnya gatal ini dapat meluas kedaerah abdomen dan dada disitu dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjang dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya dimasukkan kedalam muara folikel rambut. (Lyn Guenther,2014)

a.Telur

(3)

b.Nimfa

Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral.

c.Dewasa

Phthirus pubis berbentuk pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak bersayap. Bentuk mulut tipe menusuk dan menghisap. Mempunyai spirakel di bagian dorso ventral. Ada yang berpleural plate ada yang tidak. Metamorfosis tidak lengkap, terjadi perubahan dari telur, nimfa, akhirnya menjadi dewasa.

Kepala Phthirus pubis terdapat clupeus, frons, letaknya antara antena dan mata, sepasang mata faset (jelas terlihat), sepasang antena yang bersegmen empat buah dan haustellum, terdapat labrum, epifaring, dan

prestomal teeth.

Thorax pada Phthirus 1 pasang scpirakel dan 3 pasang kaki kuat dengan claw (cengkram). Segmen thorax tidak terlihat jelas pada Phthirus, terdiri atas prothorax, mesothorax dan metathorax. Kaki terdiri atas: coxa, trochanter, femur, tibia tumb, tarsus, tarsal claw (kuku). Abdomen Phthirus pada tiap segmen terdapat pleural plate, di bagian dorso lateral terdapat abdominal spirakel dan tranverse band. Segmen abdominal ada 9 buah. Pada hewan jantan segmen terakhir ada adeagus dan bentuknya asimetris, sedangkan pada betina terdapat gonopodia, simetris. Segmen ke 3-5 bersatu dan pada segmen tersebut terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen. Pada segmen ke 6-8 hanya terdapat 1 pasang spirakel saja pada tiap segmen. Pada segmen ke 1 dan 2 menghilang. Segmen ke 9 yaitu alat kelamin. (Lyn Guenther,2014)

1.3 Siklus Hidup

Telur berwarna putih,mempunyai operkulum, 0-6-0,8 mm,disebut “nits”,telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan-bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5-11 hari pada suhu 21-36 °C. nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melaui operkulum yang terbuka. (Manjoer,2000)

(4)

1.4 Patogenesis

Penularan Pediculus pubis pada umumnya terjadi karena adanya kontak langsung. Penularan dari seseorang ke orang lainnya terutama melalui hubungan seksual. Pediculus pubis tidak menyebar secepat kutu manusia lain diluar host karena jangka hidupnya lebih singkat (24-36 jam) dibandingkan beberapa hari untuk kutu lainnya. (Budimulja. 2007)

(5)

Kutu pubis menimbulkan reaksi inflamasi non spesifik pada lapisan epidermis dan dermis. Gejala berupa rasa gatal muncul karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit ketika menghisap darah ( Cluterbuck,2004)

1.5 Gejala Klinis

 Pedikulosis kapitis akan memberikan gejala klinis gatal. Kutu gejala lainnya infeksi kelamin adalah sebagai berikut :

 Gatal dan terbakar didaerah kemaluan

 Gatal dapat menyebar karena kutu kelamin bergerak kedaerah basah lain dari tubuh seperti ketiak

 Gatal akan memburuk pada malam hari

 Menggaruk intens dan lama dapat mengakibatkan kulit terluka dan dapat menjadi terinfeksi oleh bakteri

 Demam, terbakar ketika buang air kecil atau keluarnya cairan kelamin  Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau seksual.

Oleh karena itu, siapa pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan berakhir dangan kesembuhan.

 Gigitan kutu dapat menimbulkan luka pada kulit yang menjadi jalan masuk bagi organisme lainnya sehingga terdapat hubungan yang kuat antara keberadaan kutu pubic dengan IMS. Dalam hal ini adalah keharusan bagi pasien untuk mau diperiksa apakah terjangkit jenis IMS lainnya.  Walaupun salah satu bagian tubuh menjadi koloni kutu ini, mereka tetap

lebih menyukai daerah rambut kemaluan dan anal. Pada pasien laki-laki, kutu dan telur juga dapat ditemukan pada rambut di daerah perut, kumis dan janggut. Sementara pada anak-anak mereka biasanya ditemukan di bulu mata. (Stone,2012).

1.6. Faktor penyebab

Kutu kelamin (Pediculosis pubis) atau sering disebut dengan kutu kepiting (crabs), istilah kepiting diberikan karena tampilan mikroskopiknya yang meyurapai kepiting. Dan beberapa penyebab dan serta cara penularannya yaitu :

 Sumber infeksi kutu kelamin adalah kontak intim dengan orang yang terinfeksi

(6)

 Kutu kelamin juga dapat ditularkan melalui kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi seperti handuk,seprei atau pakaian.

 Kutu kelamin dapat mempengaruhi semua orang, namun tingkat tertinggi ditemukan pada remaja yang sudah aktif secara seksual, baik pria maupun wanita. Hal ini mungkin terjadi karena remaja kurang peduli dengan kebersihan kelamin

 Pada wanita yang suka berenang penularan infeksi ini bisa disebabkan karena pemakaian baju renang yang

 Berusia antara 14 hingga 40 tahun

 Melakukan kontak langsung dengan yang terinfeksi

 Tinggal di sebuah kondisi kehidupan yang sesak. (Obi,2015)

1.7. Tindakan perawatan

Tindakan perawatan untuk infeksi kutu kelamin :

 Mengeramasi rambut kemaluan dan wilayah sekitarnya sedikitnya selama 5 menit.

 Bilas dengan baik

 Menyisir rambut kemaluan dengan sisir bergigi halus untuk menghilangkan telur.

 Bebrapa dokter menyarankan mengguntingrambut kemaluan dengan pisau cukur listrik non sharp untuk mengurangi jumlah kutu dan telur (Obi,2015)

Pencegahan

 Untuk mencegah reinfestation, semua anggota rumah tangga dan kontak pasien harus diperiksa dan diobati pada saat yang sama jika penuh. Mencuci bedlinens dan pakaian lain pada waktu yang sama seperti perawatan dengan obat. Mencuci sisir, sikat, dan fomites lain mengurangi reinfestation.

(7)

larangan ini menggunakan headwear “umum” seperti yang tersedia di daerah dress up dari berbagai ruang bermain atau perpustakaan umum.  Setelah infestasi telah diidentifikasi dan diobati, kewaspadaan yang

berkelanjutan dengan dekat, visualisasi langsung dari rambut dan kulit kepala secara berkala sangat dianjurkan. Sensitivitas dapat ditingkatkan dengan menggunakan sisir kutu-spesifik. (Obi,2015)

1.8 Pengobatan

Pemberantasan tuma ini dahulu dilakukan dengan

pemberian insektisida DDT 10% bentuk bubuk atau dengan cara mencukur rambut yang digunakan sebagai tempat hidupnya. Kini digunakan insektisida yang lebih aman misalnya dengan gammexan. (Juni,2006)

Pemberantasan Lingkungan

 Perawatan dari lingkungan pasien (tindakan pengendalian) adalah penting. Reinfestation terjadi jika masalah tersebut tidak ditangani secara sekolah-lebar dan masyarakat luas.

 Setiap objek yang penuh anak atau orang tua telah datang ke dalam kontak dengan harus dianggap sebagai fomite potensial. Hal ini mungkin bermanfaat untuk mencuci fomites potensial (misalnya, handuk, sarung bantal, seprai, topi, mainan) dalam air panas, diikuti dengan pengeringan mesin menggunakan siklus terpanas. Suhu melebihi 131 ° F (55 ° C) selama lebih dari 5 menit membunuh telur, nimfa, dan kutu dewasa. Hal yang tidak bisa dicuci dengan mesin mungkin ditempatkan dalam mesin pengering pada panas tinggi selama 30 menit.

 Dry cleaning mungkin menjadi alternatif yang efektif.Karena kutu dewasa tidak dapat bertahan lama jika dipisahkan dari tuan rumah dan karena telur menetas dalam 6-10 hari dan akan mati tanpa makan darah, hati-hati penyegelan fomites potensial dalam kantong plastik selama 2 minggu bisa efektif. Teknik ini bekerja dengan baik untuk objek, seperti boneka binatang, yang tidak mentolerir pencucian atau dry cleaning. Daerah terpilih debu dari rumah, seperti sofa yang digunakan oleh pasien penuh, dianjurkan oleh beberapa sebagai tindakan kontrol adjunctive.

(8)

mereka di dalam kelas dapat membantu mencegah penyebaran kutu. (Juni,2006)

1.9 Distribusi atau Penyebaran

Di seluruh dunia, termasuk semua negara-negara maju. Meskipun Phthirus pubis terjadi di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara dan Australia, dan ditemukan pada negro serta kulit putih. Phthirus pubis kurang sering terjadi pada pria daripada Pediculus dan tampaknya parasit terutama pada orang-orang yang memimpin kehidupan seksual yang aktif. Sejauh ini, telah dua kali direkam pada host selain manusia, yaitu anjing (Halim, 2008).

2.0 Komplikasi Kutu Kemaluan

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. 2007. Dalam : Djuanda A. Eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi V. Jakarta : FKUI.h 89-105

2. Clutterbuck D. Specialist Training in Sexually Transmitted Infections and HIV. Edinburgh : Elservier,2004, p. 166-8

3. Djaenudin N, Ridad Agoe. 2009. Parasitologi Kedokteran :di tinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta : EGC

4. Jhons F.S, Destika S. 2017. Dampak Infestasi Pedikulosis kapitis Terhadap Anak Usia Sekolah. No.1 Vol. 6. Hal. 24-29

5. Juni Priyanto L.A, Tjahaya P.U,Darwanto. 2006. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

6. Lyn Guenther, et al. 2014. Early onset of action and efficary of a combination of calcipotriene and betamethasone dipropionate in the treatment of psoriasis. Number 1.Vol. 48

7. Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

8. Halim, D.K. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta, PT. Bumi Aksara. 9. Obi Andareto.2015. Penyakit Menular Disekitar Anda. Jakarta : Pustaka Ilmu

Semesta.

Referensi