MORFOLOGI, SIKLUS HIDUP, DAN EPIDEMIOLOGI (BARTONELLOSIS)
NAMA MAHASISWA : RESMON ANDAYANI
NIM : AK816063
SEMESTER : IV
KELAS : A
PROGRAM STUDI : D – III ANALIS KESEHATAN MATA KULIAH : PARASITOLOGI III
DOSEN : PUTRI KARTIKA SARI, M.SI
YAYASAN BORNEO LESTARI
Insekta atau hexapoda merupakan salah satu kelas dari Filum Artropoda. Insekta memiliki diversitas species terbesar pada semua kelompok hewan karena menempati ¾ dari total jumlah species hewan yang hidup di bumi. Insekta adalah hewan yang paling adaptif di bumi karena dapat hidup pada berbagai tempat dan habitan dengan kondisi iklim yang berbeda; mulai dari kutup, sub tropis, tropis sampai pada tubuh hewan besar, berukuran tubuh kecil sehingga tidak membutuhkan sumber daya makanan yang banyak, memiliki siklus hidup dengan metamorfosis (pra dewasa dan dewasa) sehingga mengungari persaingan sumber makanan pada berbagai stadia metamorphosis dan kecepatan reproduksi yang tinggi. Insekta adalah jenis hewan pertama yang dapat terbang (pterygota) sebelum adanya species-species burung di bumi, mampu bertahan melewati masa Jurasic dan masa es yang menutupi bumi dengan hanya sedikit modifikasi morfologi. Keunikan lain dari insekta adalah waktu hidup terlama pada stadia pra dewasa dibandingkan dewasa. (Djuanda DKK, 2007)
Insekta telah memberikan banyak kontribusi bagi kelangsungan dan keseimbangan hidup organisme di planet bumi. Dalam perspektif ekologi, insekta berperan sangat penting bagi tersedianya makanan dibumi. Insekta membantu proses penyerbukan berbagai jenis tumbuhan berbunga sehingga proses pembuahan dapat berlangsung. Sebagian insekta juga membantu proses perombakan material organic yang selanjutnya diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu secara evolusi terjadi hubungan antara insekta dan tumbuhan, insekta dan mikroorganisme serta insekta dan manusia. (Wartonah, 2003)
Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yangmerupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.(Nutanson, 2008)
Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah
p e n g e n d alian v e k t o r p e n y a k i t termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ±
60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat (Santi, 2001).
biru (Calliphora vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis). (Meinking, 2008)
Acari adalah salah satu subkelas dari kelas Arachnida, filum Artropoda. Berbeda dengan insekta dan myriapoda, arachnida tidak memiliki antenna dan mandible tetapi memiliki mata sederhana (ocelli) dan alat-alat mulut yang disebut chelicerae dan pedipalps yang beradaptasi untuk menangkap, menusuk, mengisap atau merobek. Termasuk dalam akari adalah tungau dan caplak. Tungau dan caplak menjadi penting dalam kajian parasitologi karena seperti lalat dapat menjadi vector penyakit. Tungau yang bersifat parasit pada manusia antara lain termasuk pada ordo iPediculochelidae, Pyemotidae, Cheylitidae, Myobiidae dll. Jenis tungau dan caplak tersebut dapat menularkan penyakit atau menjadi vector dari parasit internal seperti filarial. (Habib, 2004)
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera Lalat adalah salah satu jenis serangga peengganggu dan sebagai serangga penular penyakit terhadap kesehatan manusia yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. (Barbara, 2002)
1. Morfologi
Taxonomi: Kelas insekta, ordo Diptera, Fam Psychodidae Spesies: P. papatasi & P. sergenti
Tanda-tanda umum:
Ukurannya kecil: 1,3-1,5 mm, seluruh tubuh berambut
Mata warna hitam, relatif besar & tiga pasang kaki relatif panjang , yg betina menghisap darah
Tubuh : kepala, thorax dan abdomen
Kepala: antene bersegmen, berambut pendek, mulut tipe menusuk dan menghisap
Thorax tdp sepasang sayap dlm posisi tegak,berambut vena ke 2 pd sayap bercabang dua kali
Banyak ditemukan di gurun pasir (savanah). (Burgress, 2012) 2. Siklus Hidup
Metamorphosis sempurna: telur-larva-pupa-dewasa
Telur : Ukuran kecil, btk oval, warna coklat hitam, tidak tahan kering, diletakkan terpisah pd batuan / lubang pd tanah yg lembab
Larva:
Pemakan segala: bangkai, zat organik, sampah, kotoran hewan & berada ditempat yg lembab
Mempunyai 4 stadium, btk silindris, memanjang, punya kepala warna hitam, abdomen bersegmen & mempunyai kaki palsu pd tiap segmen abdomen
Bag post abdomen tdp dua pasang rambut panjang disebut caudal bristle / caudal setae
Pupa: Ujung abdomen tdp dua pasang caudal bristle & sisa kulit yg tidak dilepas seluruhya
Dewasa:
Jantan & betina menghisap cairan tumbuhan, kecuali yg betina kadang-kadang menghisap darah hewan vertebrata pd malam hari di luar rumah (exophagic) atau di dlm rumah (endophagic)
Jarak terbang pendek shg penyebaran tidak luas, suka bersembunyi ditempat terlindung. (Burns, 2004)
3. Epidemiologi
DAFTAR PUSTAKA
Barbara L. Frankowski, Leonard B. Weiner. 2002. Clinical Report-Head Lice. Am.A-Pediatrics. 110(4): 638-40.
Burgress IF. Current Treatments for Bartonellosis. Curr Opin Infect Dis. 22(6):131–136.
Burns DA. 2004. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C eds. Rook`s Textbook of Dermatology Eight Edition Volume 2. United Kingdom: Willey-Blackwell Publication. Pp. 446-8.
Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm. 128-36.
Habib TP. 2004. Pediculosis. In: Weller C, John A, Hunter A, Savin J, Dahl M eds. Clinical Dermatology Fourth Edition. British: Willey-Blackwell Publication. Pp. 228-42
Meinking TL, Buckhart C. 2008. Infestations. In: Jean L, Bolognia, Joseph L, Jorizzo, Ronald P. Rapini eds. Dermatology Volume One. Britain: Mosby. Pp.1321 – 8.
Natadisastra D, Ridad A. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC.
Hlm. 82-96.
Nutanson I, Steen CJ, Schwartz RA, Janniger CK. 2008. Pediculosis Humanus
Capitis: An update.Acta Dermatoven APA.17(4): 147-53.
Ohio Departement of Health. 2014. Pediculosis. Ohio: Departement of Health. Pp.
1-15.