• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Rat Vol.2.No.1.Des2012 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Rat Vol.2.No.1.Des2012 ISSN :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DAN NILA (Oreochromis niloticus)

(Studi Kasus : di Sentra Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau) Business Analysis And Marketing of Goldfish (Cyprinus carpio L.) And Tilapiafish (Oreochromis niloticus) (Case Study: Fish Farming in the Center of Floating Island Village Tower District XIII Koto

Kampar Kampar regency of Riau Province) Septina Elida, Marliati, David Sianturi

Fakultas Pasca Sarjana Universitas Islam Riau, Jl.Kaharudin Nasution Km 11,No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru

[Diterima Desember 2012; Disetujui Febuari 2013] ABSTRACT

Activity of fishery at Kampar Regency consist of conducting activity fishpond and fishcages (netcages). The dominant fish species sought are goldfish and tilapiafish. The goal of this research was to analyzing the cultivation of goldfish and tilapiafish in fishcages (netcages). This research using survey method. Collected data are primary and secondary data. Technique that used was purposive sampling, consist of 30 respondents entrepreneur goldfish and 9 respondents fish traders. The result of the research showed that cultivation techniques by entrepreneurs carp and entrepreneurs tilapia are approaching compliance with the recommended. Cost per period production/m3 Rp 295.146,26, the biggest cost for feed Rp 50.588,62 (53,03%). The seeds 125 goldfish and 31 tilapiafish are obtained production 27,21 pounds of fish. Net income entrepreneurs Rp 149.650,26 per period production/m3, with RCR value 1,51. Marketing consist of two channels. (1) entrepreneurs to traders, traders to wholesalers, wholesaler to retailers, retailers to consumer. (2) entrepreneur directly sell to consumer. Both more efficient marketing, farmer share 94,12% goldfish and 94,74% tilapiafish.

Keyword : goldfish, tilapiafish, business analysis, marketing PENDAHULUAN

Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang sangat besar dalam memproduksi ikan air tawar dan merupakan sentra produksi perikanan air tawar Provinsi Riau. Hal ini dapat dilihat dari letak geografis Kabupaten Kampar yang berada di lereng bukit barisan, sehingga dapat memberikan pasokan air yang baik dalam usaha budidaya ikan. Selain itu, letak Kabupaten Kampar yang tidak jauh dari Ibukota Provinsi Riau (±40 km) dapat

memberikan peluang yang cerah dalam memasarkan hasil produksi perikanan.

Kegiatan Perikanan di Kabupaten Kampar terdiri dari kegiatan budidaya kolam dan keramba. Kabupaten Kampar mempunyai potensi lahan untuk perikanan seluas 6.111,3 ha dimana pemanfaatan budidaya kolam ikan sebesar 700,03 ha atau 11,46% sedangkan budidaya keramba dan jaring apung tersedia 410 ha (82.000 unit), yang dimanfaatkan sebesar 35,75 ha atau 7.150 unit (8,72%) yang tersebar di 12 kecamatan. Sisa lahan sebesar 79,82% hingga saat ini belum dimanfaatkan

(2)

secara optimal, namun usaha pengembangannya telah mulai dilakukan. Total produksi budidaya air tawar yang mampu dihasilkan Kabupaten Kampar untuk budidaya kolam sebesar 18.182 ton/tahun, budidaya keramba dan jaring apung sebesar 10.587 ton/tahun atau sekitar 40-50 ton per hari (Dinas Perikanan Kabupaten Kampar, 2011).

Pada aliran sungai Kampar di sekitar satu kilometer di depan pintu air waduk PLTA koto panjang (Sentra Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung) Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar, terhampar ribuan kolam keramba jaring apung milik pengusaha ikan warga setempat. Persisnya lokasi ini sekitar dua kilometer masuk dari tepian jalan lintas Riau-Sumatra Barat. Ikan yang diusahakan adalah dominan ikan mas dan ikan nila, karena permintaan pasar cukup tinggi dan nilai jual yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan karena tingginya permintaan ikan mas dan nila konsumsi akan diikuti dengan peningkatan permintaan benih, baik untuk benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pendederan maupun untuk kegiatan pembesaran, karena itu tidak mengherankan jika para pengusaha ikan saling berlomba-lomba untuk membudidaya ikan mas dan nila.

Desa Pulau Gadang ini memiliki potensi yang cukup baik dalam pengembangan usaha perikanan, khususnya ikan mas dan nila. Hal ini didukung dengan ketersediaan lahan yang cukup luas yang belum dimanfaatkan oleh Kabupaten Kampar, khususnya Desa Pulau Gadang dalam mengelola kegiatan budidaya dan menjadikan peluang yang cerah bagi Kabupaten Kampar untuk mengembangkan potensi yang ada dalam mencapai visinya sebagai “Sentra atau lumbungnya ikan air tawar di Provinsi Riau dalam mensejahterakan Perikanan Tahun 2020”. Berkembangnya usaha perikanan ini tentu saja akan

memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Berdasarkan uraian diatas untuk memberikan informasi kepada masyarakat maka perlu dilakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha dan pemasaran ikan mas dan nila dalam keramba jaring apung.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan metode survey. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan di Sentra Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Februari 2012.

Sampel pengusaha ikan diambil secara sengaja (purposive sampling) dengan kriteria bahwa rata-rata pengusaha ikan tersebut mengusahakan ikan mas dijaring atas (utama) dan ikan nila dijaring bawah (kolor), dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang pengusaha ikan. Sampel pedagang sebanyak 9 orang, diambil pedagang yang kontinue memasarkan ikan mas dan nila, sesuai dengan saluran pemasaran yang ada.

Data dalam penelitian ini dianalisis secara diskriptif dan menggunakan rumus. Untuk menghitung pendapatan bersih usaha ikan mas dan nila menggunakan rumus umum menurut Soekartawi (2002), yaitu :

π

= TR – TC...(1)

π

= TR – (TVC + TFC) ...(2)

π

= (Y.Py) – ( ∑Xi . PXi + TFC )...(3)

π

= (Y.Py) – { (X1. PX1)+(X2. PX2)+(X3

. PX3)+(X4. PX4+ D }...(4)

Dimana :

π

=Pendapatan bersih (Rp/m3/periode produksi)

TR=Pendapatan kotor (Rp/m3 /periode

produksi)

TC= Total biaya (Rp /m3/periode produksi) Y = Jumlah produksi (Kg/m3/periode

(3)

Py = Harga produksi (Rp/Kg)

TVC = Total biaya variabel (Rp/m3/periode

produksi)

TFC = Total biaya tetap (Rp/m3/periode produksi)

X1 = Jumlah benih mas (Ekor /m3/periode

produksi)

PX1= Harga benih mas (Rp/ekor)

X2 = Jumlah benih nila (Ekor /m3/periode

produksi)

PX2= Harga benih nila (Rp/ekor)

X3 = Jumlah pakan (Kg/m3/periode produksi)

PX3= Harga Pakan (Rp/Kg)

X4 = Jumlah tenaga kerja (HOK/m3/periode

produksi)

PX4= gaji tenaga kerja (Rp/HOK/bulan)

D = Penyusutan (Rp/unit/periode produksi) Untuk mengetahui efisiensi usaha digunakan kriteria Return Cost Ratio (RCR), dianalisis dengan menggunakan rumus menurut Soekartawi (1995), yaitu :

RCR = …...(5) Dimana :

RCR = Return Cost Ratio

TR = Total Penerimaan (Rp/m3 /periode

produksi)

TC = Total Biaya (Rp/m3/periode produksi) Dengan kriteria jika RCR > 1, usaha ikan mas dan nila dikatakan efisien dan menguntungkan serta layak untuk dikembangkan, RCR < 1 usaha ikan mas dan nila tidak efisien dan tidak menguntungkan, RCR = 1 usaha ikan mas dan nila keadaan impas (tidak mengalami keuntungan atau kerugian).

Untuk mengetahui Titik Impas (Break Event Point) digunakan rumus menurut Riyanto, (1995) :

a. Dasar Unit (kg)

BEP = ... (6) b. Dasar Dalam Rupiah(Rp)

BEP = ...(7) Dimana :

BEP = Break even point (kg,Rp)

TFC = Total biaya tetap (Rp/periode produksi)

AVC = Biaya variabel (Rp/kg/periode produksi)

P = Price (Rp/kg) S = Penjualan (Rp/Kg)

Dalam pemasaran ikan mas dan nila biaya pemasaran dianalisis menggunakan rumus menurut Soekartawi (1993) :

Bp=

...(8) Bp = B1+ B2+ B3+ B4+ B5+ B6+ B7

+ B8+ B9...(9)

Dimana :

Bp = Biaya pemasaran (Rp/Kg) Bi = Komponen biaya pemasaran ke-i B1 = Biaya oksigen (Rp/Kg) B2 = Biaya plastik (Rp/Kg) B3 = Biaya karet (Rp/kg) B4 = Biaya obat-obatan (Rp/kg) B4 = Biaya batu es (Rp/kg) B5 = Biaya pembungkusan (Rp/kg) B6 = Biaya transportasi(Rp/kg) B7 = Biaya retribusi (Rp/kg)

B8 = Biaya sewa tempat (Rp/kg)

B9 = Biaya resiko (Rp/kg)

Untuk mengetahui Efisiensi Pemasaran digunakan rumus menurut Soekartawi (2002), yaitu :

EP = x 100% ...(10) Keterangan :

EP = Efisiensi pemasaran TB = Total biaya (Rp/Kg)

TNP= Total nilai produksi ikan (Rp/Kg) Bagian harga yang diterima pengusaha ikan produsen ( Farmer share ) digunakan

(4)

rumus menurut Soekartawi (1993), sebagai berikut :

Lp = x 100% ...(11) Keterangan :

Lp= Bagian harga yang di terima pengusaha ikan (%)

Hp= Harga jual pengusaha ikan (Rp/kg) He= Harga di tingkat pedagang (Rp/kg) HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur responden tergolong pada usia produktif, dengan rata-rata umur 41 tahun, lama pendidikan 10 tahun (SLTA), pengalaman berusaha 3 tahun, dan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 jiwa. Luas keramba yang diusahakan oleh pengusaha ikan mas dan nila rata-rata 2.703,98 m3.

Teknik Budidaya Ikan Mas dan Nila Dalam Keramba Jaring Apung

Tempat untuk pembesaran ikan mas dan nila secara intensif adalah dikolom jaring terapung dan di kolam air deras. Kolom jaring apung biasanya berada diperairan umum yang tergenang, misalnya danau, situ, atau waduk. Luas keramba yang diusahakan oleh pengusaha ikan mas dan nila di daerah penelitian rata-rata 2.703,98 m3. Teknik

budidaya ikan mas dan nila di sentra budidaya ikan dalam keramba jaring apung di daerah penelitian ini meliputi persiapan keramba, persiapan benih, penebaran benih, pemberian pakan, pembersihan keramba, perawatan ikan, dan pemanenan ikan. Untuk mengetahui kegiatan budidaya ikan mas dan nila yang dilakukan oleh pengusaha, dengan membandingkan teoritis yang dilakukan pengusaha ikan di Jawa Barat, hal ini dapat dilihat pada Tabei 1berikut ini.

Tabel 1. Teknik Budidaya Ikan Mas dan Nila Berdasarkan Perbandingan Teoritis dan Praktek Pengusaha ikan di Sentra Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Desa Pulau Gadang Tahun 2011.

No Teknik Budidaya Teoritis Praktek Pengusaha ikan

1. a. Ukuran Keramba (m3)

- Jaring dalam 7x7x2 6x6x3

- Jaring Luar - 7x7x3,5

2. Benih

a. Jenis Benih (Varietas)

- Ikan mas Unggul Unggul

- Ikan nila Unggul Lokal

b. Ukuran (cm)

- Ikan mas 3-5 2-3,5

- Ikan nila 3-5 2-3,5

c. Padat Tebar /ekor/m3

- Ikan mas 120 125

- Ikan nila 120 31

3. Pakan

a. Jenis Pakan

- Ikan mas Sesuai pakan dipasaran

yang mempunyai kandungan protein 20%-30% Comfed P-2 dan P-3 (kandungan protein 30%) - Ikan nila -

(5)

-b. Dosis Pakan (%)

- Ikan mas Bulan I : 4

Bulan II : 3 Bulan III : 2

Tidak punya ketentuan

- Ikan nila -

-c. Frekuensi pemberian (Hari)

- Ikan mas 4 Tidak punya ketentuan

- Ikan nila 4

-4. Pembersihan Keramba Setiap hari Setiap hari

5. Perawatan Setiap hari Setiap hari

6. Pemanenan

a. Lama Panen (bulan)

- Ikan mas 3,5 4

- Ikan nila 3,5 4

b. Waktu panen

- Ikan mas Pagi dan sore Pagi dan Sore

- Ikan nila Pagi dan sore Pagi dan Sore

Berdasarkan Tabel 1.nampak bahwa budidaya ikan mas dan nila dalam keramba jaring apung yang dilakukan oleh pengusaha di daerah penelitian pada umumnya sudah sesuai dengan tekhnis yang dilakukan, namun pengusaha ikan masih mendatangkan benih dari luar daerah penelitian yaitu dari daerah Sumatera Barat khusus untuk benih ikan mas, sedangkan untuk benih nila pengusaha ikan umumnya masih menggunakan benih lokal yaitu dari Kampar itu sendiri.

Di daerah penelitian menggunakan dua jaring dalam satu keramba. Rata-rata volume keramba 108 m3/ keramba ikan mas, ikan nila

63,5 m3/keramba. Total volume keramba ikan

mas dan nila 171,5 m3/keramba. Pelet ikan

mas minimal mengandung 30% protein agar pertumbuhan ikan tidak terganggu. Ikan nila memakan sisa-sisa dedak pakan yang terjatuh yang tidak termakan oleh ikan mas. Pemberian pakan dilakukan dengan cara di tebar. Lebih jelas keramba ikan mas dan ikan nila di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Model Keramba

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Jaring atas atau sebagai jaring utama digunakan untuk pembesaran ikan mas. Sedangkan jaring bawah digunakan untuk menjaga apabila sewaktu-waktu terjadi kerusakan pada jaring satu (jaring utama) maka bisa tertampung ke jaring dua sehingga dapat meminimalkan resiko, dan untuk memanfaatkan jaring dua pengusaha melakukan pembesaran ikan nila. Tujuan pemberian nila untuk membersihkan jaring dengan memakan lumut yang menempel di jaring dan juga memanfaatkan sisa-sisa pelet

(6)

tujuannya agar bagian bawah jaring bisa terbentang sempurna dan tidak mudah terbawa arus.

Analisis Usaha Ikan Mas dan Nila Dalam Jaring Apung

Besarnya input yang digunakan dalam suatu proses produksi akan mempengaruhi

keramba/proses produksi/ tahun untuk ikan mas sebesar 1.702.80 m3, nila 1.001,18 m3,

rata-rata volume keramba 2.703,98 m3.

Analisis usaha dalam 1 m3/proses produksi/tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila Per Periode Produksi/m3Tahun 2011.

No Uraian Jmlh Harga

(Rp/unit) Nilai(Rp) Persentase(%) 1. Biaya Produksi a. benih (ekor) - ikan mas 125 380 47.473,96 16,08 - ikan nila 31 100 3.114,66 1,06 b. pakan (kg) - comfed P-2 3,42 6.300 21.532,15 7,29 - comfed P-3 34,91 6.140 214.360,40 72,62 c. BBM (liter) 0,20 4.500 905,33 0,31 d. Tenaga Kerja (HOK) - TKDK 951,98 0,32 - TKLK 2.263,33 0,77 e. Penyusutan alat (Rp) 4.544,45 1,55 Total biaya 295.146,26 100 2. Produksi a. ikan mas 22,48 16.000 359.696,94 b. ikan nila 4,73 18.000 85.099,58 Total produksi 27,21 - -3. Pendapatan kotor 444.796,52 Pendapatan bersih 149.650,26 4. Pendapatan Kerja Keluarga 150.601,94 5. Efisiensi (RCR) 1,51

Pada Tabel 2 nampak biaya produksi budidaya ikan mas dan nila rata-rata per m3

/periode produksi sebesar Rp 295.146,26, Komponen biaya yang paling besar adalah biaya untuk pakan yaitu sebesar , biaya penyusutan alat dan mesin Rp 4.544,45 dan

yang terendah adalah biaya tenaga kerja Rp 3.215,31.

Usaha budidaya ikan mas dan nila cukup menguntungkan untuk diusahakan, dengan rata-rata produksi ikan mas sebesar 22,48 kg/m3 ( 60.788,33 kg/periode produksi), dan

(7)

Pendapatan bersih Rp 149.650,26/m (Rp 315.945.527,73/periode produksi). Pendapatan kerja keluarga Rp 150.601,94/m3 (Rp

318.518.861,07 /periode produksi), dengan nilai RCR sebesar 1,51. Titik impas (BEP) budidaya ikan mas tercapai pada volume penjualan 1.651 kg (Rp 26.420.041,66) dan Ikan nila pada volume penjualan 147 kg ( Rp 2.638.818,60).

Analisis Pemasaran

Umur pedagang antara 36-45 tahun, lama pendidikan pedagang 12 tahun dan pengalaman pedagang dalam berusaha 4-8 tahun. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas dan nila adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer. Dalam pemasaran ikan mas dan nila terdapat dua saluran pemasaran, saluran I : pengusaha ikan menjual ikan mas dan nila ke pedagang pengumpul yang datang ke tempat pengusaha ikan,kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang besar,

ke konsumen yang datang ke sentra budidaya ikan. Fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran pada pemasaran ikan mas dan nila meliputi:

 Fungsi penjualan, pembelian, penyimpanan, pengangkutan, permodalan,penanggungan resiko, dan informasi pasar.

 Fungsi standarisasi dan grading tidak dilakukan karena pedagang dalam menjual ikan menetapkan harga yang sama untuk semua ukuran ikan baik ikan ukuran besar maupun kecil, pembeli bebas memilih ikan yang disukainya.

 Untuk fungsi penyimpanan dilakukan dengan cara membiarkan ikan didalam berok pedagang atau dalam bak dalam waktu relatif tidak begitu lama. Lebih jelasnya pemasaran ikan mas dan nila meliputi biaya, margin, profit, efisiensi, dan farmer share dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Biaya, Margin, Profit Margin, Efisiensi Pemasaran Dan Bagian Yang Diterima Pengusaha ikan Pada Saluran Pemasaran I. Mas dan Nila.

No

. Uraian

Komoditi

Ikan Mas Ikan Nila

Nilai

(Rp/kg) Persentase (%) (Rp/kg)Nilai Persentase (%) A

. Saluran I

1. Harga jual pengusaha

ikan 16.000 72,73 18.000 78,26 2. pedagang pengumpul - Harga beli 16.000 18.000 - Biaya Oksigen 100 100 - Biaya Plastik 210 210 - Biaya karet 50 50 - Biaya Obat-obatan 10 10 - Biaya Batu Es 200 200 -Biaya Pembungkusan 200 200 -Biaya Transportasi 1.000 333,33

- Biaya resiko ikan mati 100 43,33

a. Total Biaya 1.870 8,50 1.146,66 5,00

(8)

-Biaya Retribusi 146,45 72,1

- Biaya resiko ikan mati 100 43,33

a. Total Biaya 346,45 1,57 215,43 0,93 b.Profit margin 653,55 2,97 784,57 3,41 c.Margin Pemasaran d. Harga Jual 20.0001.000 21.0001.000 4. Pedagang Pengecer - Biaya Plastik 100 100 - Biaya Karet 50 50 - Sewa Meja 422,42 230,24 - Retribusi 140,81 76,75

- Biaya resiko ikan tidak

habis terjual 100 43,31

a. Total Biaya 813,23 3,70 500,3 2,17

b.Profit margin 1.186,77 5,39 1.499,7 6,52

c.Margin Pemasaran

d. Harga Jual 22.0002.000 23.0002.000

5. Harga Beli konsumen 22.000 100 23.000 100,00

6. Total Biaya 3.029,68 1.862,39

7. Total Profit margin 2.970,32 3.137,61

8. Total Margin 6.000 5.000

9. Efisiensi pemasaran 13,77 8,09

Tabel 4 . Biaya, Margin, Profit Margin, Efisiensi Pemasaran Dan Bagian Yang Diterima Pengusaha ikan Pada Saluran Pemasaran II. Mas dan Nila.

N

o. Uraian

Komoditi

Ikan Mas Ikan Nila

Nilai(Rp/kg) (%) Nilai (Rp/kg) (%) B Saluran II 1. Harga Jual Pengusaha Ikan 16.000 94,12 18.000 94,74 - Biaya Plastik 210 210 - Biaya Oksigen 100 100 - Biaya Karet 50 50 - Biaya obat-obatan 10 10 - biaya pembungkusan 200 200 Total biaya 570 3,35 570 3,00 2. Profit Margin 430 2,53 430 2,26 3. Margin Pemasaran 1.000 1.000 4. Harga Beli 17.000 100 19.000 100,00

(9)

Berdasarkan Tabel 4 dan 5, Pada saluran I total biaya pemasarn yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam pemasaran ikan mas Rp 1.870/kg, dan ikan nila Rp 1.146,66/kg, pada pedagang besar total biaya untuk ikan mas sebesar Rp 346,45/kg, nila Rp 215,43/kg, sedangkan pada pedagang pengecer total biaya ikan mas sebesar Rp 813,23/kg, nila Rp 500,3/kg. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran I rata-rata ikan mas sebesar Rp 3.029,68/kg, nila Rp 1.862,39/kg, sedangkan pada saluran II apabila pengusaha ikan menjual ikan mas dan nila langsung kepada konsumen yang datang ke keramba, Total biaya masing-masing komoditi Rp570/kg. Besarnya biaya pemasaran pada saluran I karena adanya komponen biaya yang harus dikeluarkan seperti biaya transportasi, retribusi. Pada saluran I margin pemasaran ikan mas sebesar Rp 6.000/kg, nila Rp 5.000/kg dan margin saluran II sebesar Rp 1000/kg masing-masing ikan.

Pemasaran ikan mas dan nila pada saluran II lebih efisien daripada saluran I karena untuk memasarkan ikan membutuhkan biaya lebih kecil dibandingkan saluran I. Bagian yang diterima pengusaha ikan (farmer share) pada saluran I sebesar 72,73% ikan mas, nila 78,27%, saluran II sebesar 94,12% ikan mas, nila 94,74%. Hal ini menunjukkan farmer share pada saluran II lebih besar daripada saluran I.

KESIMPULAN

Teknik budidaya ikan mas dan nila sudah sesuai dengan teknis yang dilakukan, namun penyediaan benih dan pakan masih mendatangkan dari luar daerah dan pemberian pakan masih belum tepat dengan aturan teknis budidaya. Biaya untuk usaha budidaya ikan mas dan nila sebesar Rp 295.146,26/m3 dan

komponen biaya yang terbesar adalah untuk pakan 79,82%, dengan keuntungan sebesar Rp

149.650,26/m . BEP usaha ikan mas (Rp) sebesar Rp 26.420.041,66 (unit) sebesar 1.651 kg, dan BEP usaha nila (Rp) sebesar Rp 2.638.818,60 (unit) sebesar 147 kg. Nilai RCR sebesar 1,51. Saluran pemasaran II lebih efisien (ikan mas 3,35 %, ikan nila 3,00 %), dibanding saluran I (ikan mas 13,77 %, ikan nila 8,09 %).

Saran

Karena masih luasnya lahan untuk perikanan di Kabupaten Kampar yang belum dimanfaatkan disarankan untuk memanfaatkannya secara optimal sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Liviawaty. 1997. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Asnawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam

Keramba. Gramedia, Jakarta.

Badan Bernand et al. 2010. Buku Pintar Budi Daya Dan Bisnis Ikan Nila, Agro Pustaka, Jakarta.

Boediono. 1982. Ekonomi mikro. Seri sinopsis pengantar ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Cahyono, B. 2001. Budidaya ikan di perairan umum. Kanisius. Yogyakarta

Dinas Perikanan Kampar. 2011. Potensi Perikanan. Kampar.

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kartasapoerta. 1986. Marketing produksi pertanian dan industri yang tetap di indonesia. PT bina aksara. Jakarta. Kamal, M. 1991. Analisa Usahatani

Digalakkan. Sinar Tani. Jakarta. Kasryno, F. 1981. Proses Pembangunan

Pedesaan Indonesia. PT.Gramedia, Jakarta

(10)

Kotler, P. 1997. Manajemen pemasaran, penerbit erlangga, Jakarta.

Masril, 1996. Pengaruh perbedaan padat tebar terhadap laju pertumbuhan ikan kerapu sunu dalam KJA Di P. Dompak. Dinamika Pertanian Vol XI No.31. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi

Pertanian. LP3ES. Jakarta

. 1991. Politik Pertanian Dan Pembangunan Pertanian. Sinar Harapan, Jakarta.

Rokhdianto, A. 1995. Budidaya Ikan Di Jaring Terapung. Penebar Swadaya, Jakarta. Rahim, Abd dan Diah Retno, 2008. Ekonomi

Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Saefuddin dan A.M. Hanafiah. 1986.

Tataniaga Hasil perikanan, Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sigit,S. 1994. Analisis Break Event Ancaman Linear Secara Ringkas dan Praktis. BPFE. Yogyakart.

Sukirno. 1978. Ekonomi Pembangunan. Proses Masalah Dasar Kebijaksanaan Borta Gorat. Medan.

Tim penulis PS. 2010. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tohir, A.K. 1983. Seuntai pengethuan ushatani indonesia, Bagaian I, bina aksara. Jakarta.

Umar, H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soekartawi, 1991. Agribisnis teori dan

aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta. . 1993. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Rajawali Pres. Jakarta.

. 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja Grofindo Persada. Jakarta.

. 2002. Prinsip dasar manajemen pemasaran hasil – hasil pertanian

. 2002. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Teknik Budidaya Ikan Mas dan Nila Berdasarkan Perbandingan Teoritis  dan Praktek Pengusaha  ikan  di Sentra  Budidaya  Ikan  Dalam  Keramba    Jaring  Apung  Desa  Pulau Gadang Tahun 2011.
Gambar 2. Model Keramba
Tabel 2.  Analisis Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila Per Periode Produksi/m 3 Tahun 2011.
Tabel  3.  Biaya,  Margin,  Profit  Margin,  Efisiensi  Pemasaran  Dan  Bagian  Yang    Diterima Pengusaha ikan Pada Saluran Pemasaran I
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan matematika realistic (PMR) dapat meningkatkan hasil

YUNIRE YUNIRMAN,

Proses dimulai dari pihak agent Greenhouse akan mencari properti yang hendak dipasarkan/disewakan, kemudian setelah dicatat datanya selanjutnya akan dibuat selebaran

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dengan adanya Sistem Informasi Pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) Berbasis Web dapat memudahkan mahasiswa untuk melakukan

Kualitas Produk, Harga dan Lokasi secara simultan berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen pada warung-warung makan Lamongan di kota Manado, sehingga hipotesis yang

lihat mata, lihat bagian dalam mulut (masukkan satu jari menggunakan sarung tangan kedalam mulut, raba langit-langit), lihat dan raba perut, lihat tali pusat, lihat punggung dan

Secara manusia ajakan tersebut ingin diikuti sebab ajakan tersebut adalah ajakan dari sang Jura Selamat, Walaupun orang lain tidak dapat melihat ajakan tersebut

Tujuan dilakukan proses pengembangan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kondisi aktual yaitu waktu proses kerja yang terjadi pada jenis perbaikan Express