JUDUL RINGKASAN ; Morfologi Dan siklus hidup lalat sebagai vektok penyakit Yaws (Patek)
NAMA MAHASISWA : PUTRI AMALGA NIM : AK816059
SEMESTER : IV KELAS : B
MATA KULIAH : PARASITOLOGI III
A. Morfologi
Tubuh lalat rumah Musca domestica dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (thoraks) dan perut (abdomen). Lalat rumah memiliki antena yang terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah bagian mulut atau proboscis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.
Sayap lalat rumah dengan bahasa latin (Musca domestica L) mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Lalat rumah (Musca domestica L.) memiliki tiga pasang kaki yang ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.
Memiliki mata majemuk yang besar, pada bentuk jantan kedua mata majemuk agak berdekatan, tetapi bentuk betina lebih berjauhan.
B. Klasifikasi
Lalat merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo Diptera yang merupakan ordo terbesar dari serangga dengan keragaman jenis yang tinggi. Istilah “Diptera” menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada masa embrional. Pasangan sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan yang disebut halter sedang sepasang sayap lainnya menjadi sayap sejati. Adapun klasifikasi lalat rumah adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia larva, kepompong, serta stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia.
a. Stadium Telur
b. Larva atau Tempayak
Stadium ini terdiri dari 3 tahap atau tingkatan, yaitu :
Tahap pertama : Telur yang baru menetas, disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, bewarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganasterhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan menjadi instar. Tahap kedua : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari, kulit mengelupas dan keluar instar III.
Tahap ketiga : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3 sampai 9 hari. Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan temperature 30-35oc dan dalam waktu antara 4 sampai 17 hari akan berubah menjadi kepompong.
c. Kepompong
d. Lalat Dewasa
Lalat rumah memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk mengeringkan tubuh dan sayapnya sebelum terbang meninggalkan tempatnya. Kemudian setelah beristirahat selama lebih kurang 15 jam, lalat memulai kehidupannya sebagai layaknya lalat dewasa. Usia lalat dewasa biasanya antara 2 sampai 4 minggu, tetapi dapat bertahan lebih lama jika udara dingin.
e. Sistem Pernapasan Lalat Rumah
Sistem pernapasan serangga terdiri atas pipa internal yang bercabang secara berulang-ulang dan mengirimkan udara secara langsung ke sel-sel tubuh. Cincin kitin memperkuat pipa terbesar, yang disebut trakea yang membesar membentuk kantung udara di dekat organ-organ yang memerlukan supial oksigen yang besar.
D. Epidemiologi
Dilihat dari anatomi tubuh lalat, kaki dan belalai alat penghisap yang penuh ditumbuhi rambut halus, memungkinkan kotoran dan kuman-kuman penyebab penyakit menempel dan ikut berpindah secara mekanik mengikuti keseharian kehidupan lalat yang selalu hidup dekat dengan manusia dan ikut menikmati makanan/minuman kita. Lalat meletakkan telur dikelembaban tumpukan sayuran busuk, sisa-sisa makanan dan bak sampah. Dari 5000 kg sampah yang diteliti, sekitar 2/3 nya sudah dihinggapi dan berisi telur lalat. Diperkirakan satu bak sampah menghasilkan 20.000 belatung setiap minggu. Lingkaran hidup lalat dari telur menjadi kepompong sekitar 1 minggu, dan dari kepompong menjadi lalat sekitar 3 hari. Berkembangbiaknya lalat termasuk cepat dan menakutkan. Walaupun lalat tidak termasuk lalat yang menggigit, tetapi lalat dapat menularkan penyakit karena kebiasaan mereka hinggap pada bahan-bahan yang tercemar kotoran manusia, kemudian hinggap pada bahan makanan dan minuman, atau pada borok kulit dan selaput lendir, itulah cara penularan secara mekanik. Diperkirakan 1 ekor lalat rumah di daerah kumuh membawa 4 juta kuman penyebab penyakit di dalam tubuhnya.
Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang),
nonvenereal treponematosis, lesinya berupa lesi kulit primer dan sekunder yang sangat
menular dan lesi yang tidak menular adalah lesi tersier (lanjut) yang destruktif. Lesi awal
yang tipikal (patek induk) yaitu berupa papilloma yang timbul pada wajah dan ekstremitas
(biasanya pada kaki) muncul dalam beberapa minggu atau bulan, biasanya tidak nyeri
kecuali jika ada infeksi sekunderPapilloma dan
hyperkeratosis pada telapak tangan dan kaki dapat timbul baik pada stadium awal atau
lanjut : lesi tersebut menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan biasanya menimbulkan disabilitas. Lesi akan sembuh spontan tetapi dapat timbul kembali pada tempat lain selama fase awal dan lanjut.
10 – 20% dari penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, biasanya muncul setelah 5
tahun atau lebih setelah terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Byrd, J.H. and Castner, J.L. 2001. Insects of forensic importance. In Forensic Entomology : the utility of arthropods in legal investigation. New York: CRC press. 3. Darjono. 2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat dalam Mencegah Penyebaran
Penyakit. Edisi Februari 2006 nomor 74/tahunVII. POKPHAND. Diakses 7 April 2012.
4. David, B.V. and Anathakrishnan, T.N. 2004. General and applied entomology. 2nd ed. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Companies.
5. Dr. Soedarto, DTMH, PhD.1992. Entomolgi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC.
6. Kartikasari. 2008. Dampak Vektor Lalat Terhadap Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-2-bab1 Diakses tanggal 7 April 2012. 7. Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan) Diakses 7 April 2012.