• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiringan Mesin Mitsubhisi 4DR5 dan Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kemiringan Mesin Mitsubhisi 4DR5 dan Per"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI

PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

M. Rusydi Alwi, Syerly Klara & M. Amril Idrus

Jurusan Teknik Perkapalan - Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, Sulsel 90245 Telp. 0411-585637, email:dd2301@yahoo.com

Abstrak

Mesin diesel mobil banyak digunakan sebagai tenaga penggerak kapal. Sebagai land engine, apakah mesin diesel mobil bisa bekerja maksimal pada kondisi gelombang air laut dan cuaca buruk.Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui performa mesin diesel mobil pada variasi kemiringan yang dialami oleh kapal pada saat beroperasi di laut. Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat eksperimental, yaitu menghitung performa mesin diesel dengan kondisi kemiringan berbeda. Kemiringan diasumsikan kondisi trim pada kapal. Pengujian dilakukan kondisi normal dan pada kemiringan 8°, 15°, 22°, dan 29°. Dari hasil perhitungan dan analisis diperoleh performa mesin pada kemiringan normal (0°), dimana secara umum terjadi peningkatan performa yaitu efisiensi volumetris (ηvol) 84,702 %, penyerapan panas oleh pendingin mesin

(Qap) 2,357 (kW), kehilangan panas gas buang (Qgb) 5,026 (kW), kerugian kalor mekanis (Qm) 0,540 (kW) dan daya efektif (Ne) 2,19 (kW). Pada kemiringan 8° nilai daya efektif (Ne) adalah 11,10 kW. Disarankan batas kemiringan maksimum mesin diesel Mitsubishi 4DR5 sebagai penggerak kapal adalah kemiringan 8°.

Kata Kunci

Performa mesin diesel, kemiringan mesin, Mitsubishi 4DR5

PENDAHULUAN

Mesin diesel sebagai mesin penggerak kapal dirancang khusus untuk penggunaan di kapal, yang dikenal sebagai marine use engine. Banyak penelitian dilakukan guna mengembangkan mesin diesel untuk digunakan pada industri perkapalan. Akan tetapi yang terjadi di lapangan khususnya pemilik kapal ikan di perairan Makassar, banyak yang menggunakan mesin diesel mobil yang telah dimodifikasi menyesuaikan instalasi mesin laut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang tinggi sebagai solusi untuk menekan biaya pembuatan kapal.

(2)

Mesin Diesel (MarinedanLand Use)

Prinsip kerja mesin diesel yang digunakan di laut maupun mesin diesel yang digunakan di darat sama saja, tidak ada perbedaan yang signifikan. Adapun letak perbedaannya antara lain:

Material Mesin

Material mesin diesel kapal laut dibuat lebih tangguh dibandingkan mesin darat, agar tidak mudah mengalami kerusakan ataupun keropos dimana bersinggungan dengan air laut yang mempunyai kadar garam yang tinggi dan mengandung unsur-unsur mineral dan biota laut perusak lainnya.

Operasional Mesin

Selama pengoprasiannya mesin diesel darat hanya mendapatkan getaran dari mesin itu sendiri (Internal Vibration). Tidak demikian dengan halnya mesin diesel laut, selain mendapat getaran dari mesin juga mendapat gangguan dari badan kapal yang terkena ombak. Ombak yang dilalui kapal bisa membuat mesin mengalami kemiringan sampai 60°.

Kemiringan Mesin

Dudukan mesin diesel harus dipasang dengan sebaik-baiknya karena apabila dudukannya lemah maka mesin diesel dan badan kapal akan bergetar. Mesin harus dipasang sedemikian rupa sehingga poros yang dihubungkan dengan propeller agak menurun sedikit di buritan indikasi ini disebut kemiringan. Akan lebih baik, bila tidak ada kemiringan atau kemiringannya sekecil mungkin tidak boleh melampaui 8°. Kalau tidak demikian akan mengurangi daya dan kecepatan kapal akan berkurang. Serta dudukan mesinnya harus terletak tepat pada sumbu bantalan-bantalan yang dipasang tetap dan kuat pada pondasi mesin (Nakoela Soenarta dan Shoichi Furuhama, 2007).

Gambar 1.

Kemiringan mesin.

(Sumber:Nakoela Soenarta dan Shoichi Furuhama, 2007)

Performa Mesin Diesel

Performa mesin adalah kemampuan mesin dalam melakukan putaran untuk menghasilkan tenaga atau power. Untuk mengetahui tingkat performa mesin, maka dapat dilihat dari

(3)

beberapa parameter, diantaranya: Daya Efektif, Konsumsi bahan bakar, Konsumsi bahan bakar spesifik, Efisiensi volumetric, Efisiensi panas efektif, Penyerapan panas oleh pelumas, Penyerapan panas oleh radiator, Kehilangan panas ke panas gas buang, Kerugian mekanis dan Kalor masuk total (Wiranto, Arismunandar, 1981).

Daya Efektif (Ne)

Daya efektif dirumuskan sebagai parameter yang menunjukkan kinerja mesin dalam membangkitkan daya pada berbagai kondisi operasi yang diberikan. Adapun daya efektif dapat diketahui melalui persamaan berikut (Koichi, 2002).

Ne = .л. . .( / ) .

. (1)

dimana,

Pe = Tekanan efektif rata-rata (kg/cm2)

r = jari-jari silinder (cm3) L = Panjang langkah torak (m) a = Jumlah siklus per putaran n = Jumlah putaran poros per menit

Konsumsi Bahan Bakar (FC)

Jumlah bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin per satuan waktu (FC) dapat diketahui dengan cara menghitung waktu yang diperlukan untuk menghabiskan bahan bakar pada volume tertentu (Maleev, 1989).

FC = . (2)

dimana,

ρBB = Kerapatan Massa bahan bakar (kg/m3)

VBB= Kecepatan aliran konsumsi bahan bakar (kg/detik)

tBB = Waktu pemakaian bahan bakar (detik)

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) dinyatakan dalam jumlah bahan bakar yang dibutuhkan mesin dalam satuan waktu untuk menghasilkan daya sebesar 1 kW. Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumption) adalah ukuran nilai ekonomis suatu mesin dalam penggunaan bahan bakar (Maleev, 1989).

(4)

Penyerapan Panas oleh Air Pendingin Mesin (QAP)

Siklus kerja cooler bersirkulasi menyerap panas yang keluar dari mesin dengan menggunakan media air sebagai pendingin mesin tersebut. Dan begitu selanjutnya selalu bersirkulasi secara terus menerus. Besarnya kalor yang diserap oleh pendingin mesin dapat dihitung dengan persamaan:

QAP = ̇ . ( − ) (4)

Kehilangan Panas ke Gas Buang

Panas ke gas buang merupakan hasil dari proses siklus kerja dari mesin diesel, yaitu pengeluaran hasil dari pembakaran (langkah buang) melalui saluran gas buang yang dimana hasil tersebut berasal dari reaksi kimia dari elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan digabung dengan oksigen. Adapun kehilangan panas ke gas buang dapat dihitung dengan persamaan:

QGB =(Mud+ MBB) CvGB(TGB– T1) (5)

dimana,

Mud= Massa udara dalam silinder (kg)

MBB= Massa bahan bakar dalam silinder (kg)

TGB= Suhu gas buang keluar (oK)

T1 = Suhu udara suplai (oK)

CvGB= Panas jenis gas buang (kJ/kgoK)

Kerugian Mekanis

Energi yang hilang akibat kerugian lain diantaranya disebabkan oleh gesekan, konveksi, konduksi, serta untuk menggerakkan alat–alat bantu. Besarnya kerugian mekanis dapat dihitung menggunakan persamaan:

QM = Qmtot - (Ne + QAP+ QGB) (6)

Prosedur Percobaan

Penelitian dilakukan pada mesin diesel Mitsubishi 4DR5 di Laboratorium Permesinan Kapal Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian performa mesin pada berbagai kondisi kemiringan. Mesin diesel Mitsubishi 4DR5 diuji pada kondisi normal (0°), kemiringan 8°;15°; 22° dan 29° pada putaran mesin 926 rpm, 1854 rpm dan 2773 rpm. Kemiringan mesin diasumsikan sebagai kondisi trim haluan pada kapal.

Data Mesin Percobaan:

Merk Mesin : Mitsubishi

(5)

Jumlah Silinder : 4in line

Type Mesin : 4 langkah

Tenaga Efektif : 80 hp

Putaran Maksimum : 3.700 rpm

Pengujian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap Persiapan

• Mempersiapkan peralatan percobaan. • Mengatur kemiringan dudukan mesin. • Mengamati temperatur ruangan.

• Menghidupkan mesin dan memanaskannya selama kurang lebih 5 menit sebelum percobaan.

Tahap Pengujian

• Mengatur putaran mesin diesel. Dalam percobaan ini, digunakan 3 variasi putaran, yaitu 926 rpm (bukaan 25 % throttle mesin), 1854 rpm (bukaan 50 % throttle mesin) dan 2773rpm(bukaan 75 % throttle mesin).

• Mengatur volume bahan bakar yang digunakan. Dalam percobaan ini, digunakan 16 cm3bahan bakar minyak diesel.

• Menghitung waktu pemakaian bahan bakar. • Mengamati temperatur gas buang.

• Mengamati kotak udara.

• Mengamati temperatur dan tekanan minyak pelumas.

• Mengamati temperatur masuk dan temperatur keluar air radiator

• Mengulangi percobaan sesuai prosedur di atas sebanyak 3 kali untuk data yang lebih akurat.

• Mencatat hasil pengamatan dalam tabel.

Tahap Analisis

Setelah seluruh data yang diperlukan telah didapatkan, maka dilanjutkan pada tahap pengolahan data dan analisis. Dengan menggunakan rumus empiris kemudian didapatkan nilai Daya efektif, Konsumsi bahan bakar, Konsumsi bahan bakar spesifik, Efisiensi volumetris, Penyerapan panas oleh pendingin mesin, Kehilangan panas ke gas buang, Penyerapan panas oleh pelumas, Kerugian mekanis, Kalor masuk total dan Neraca kalor.

Hasil Perhitungan

Tabulasi hasil perhitungan dari Daya efektif (Ne), Konsumsi bahan bakar (FC), Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC), Efisiensi volumetris (ηvol), Panas yang diserap air pendingin (QAP) Kehilangan panas ke gas buang (QGB), Panas yang diserap minyak pelumas (Qoil)

Kerugian mekanis (QM), Kalor masuk total (Qmtot) pada setiap kondisi kemiringan mesin

(6)

Tabel 1.

Daya efektif (Ne) dan efisiensi termal efektif (ηte)

Kemiringan

Daya Efektif (kW) ηte

926rpm 1854rpm 2773rpm 926rpm 1854rpm 2773rpm

0° 2.190 5.522 11.061 0.146 0.200 0.271 8° 2.030 5.780 11.100 0.137 0.232 0.302 15° 1.930 5.010 9.100 0.134 0.200 0.268 22° 1.950 5.610 10.850 0.141 0.248 0.369 29° 1.910 5.290 10.990 0.133 0.223 0.336 (Sumber:Hasil Pengelolaan data)

Tabel 2.

Konsumsi bahan bakar (FC) dan konsumsi bahan bakar spesifik (SFC)

Kemiringan

FC(kg/h) SFC(kg/kW h)

926rpm 1854rpm 2773rpm 926rpm 1854rpm 2773rpm

0° 0.879 1.617 2.386 0.402 0.292 0.216 8° 0.869 1.460 2.148 0.427 0.252 0.194 15° 0.841 1.466 1.988 0.435 0.292 0.219 22° 0.808 1.321 1.721 0.415 0.236 0.159 29° 0.839 1.390 1.914 0.440 0.263 0.174 (Sumber:Hasil Pengelolaan data)

Tabel 3.

Panas yang diserap air pendingin (QAP) dan panas yang diserap gas buang (QGB)

Kemiringan

QAP(kW) QGB(kW)

926rpm 1854rpm 2773rpm 926rpm 1854rpm 2773rpm

0° 2.357 3.092 3.628 5.026 8.294 12.611 8° 0.914 2.786 3.264 4.747 9.953 13.377 15° 0.800 1.963 1.521 5.890 10.097 13.739 22° 1.394 3.030 3.277 4.926 11.077 14.722 29° 1.288 2.390 3.284 4.734 11.067 16.470 (Sumber:Hasil Pengelolaan data)

Tabel 4.

Efisiensi volumetris (ηvol) dan panas yang diserap minyak pelumas (Qoil)

Kemiringan

Efisiensi Volumetris ηvol(%) Qoil(kW)

926rpm 1854rpm 2773rpm 926rpm 1854rpm 2773rpm

(7)

Tabel 5.

Kerugian kalor mekanis (QM) dan kalor masuk total (Qmtot)

Kemiringan

FC(kg/h) SFC(kg/kW h)

926rpm 1854rpm 2773rpm 926rpm 1854rpm 2773rpm

0° 0.540 0.482 0.143 10.11 17.390 27.442 8° 0.499 0.767 0.365 8.195 19.287 28.102 15° 1.048 1.488 1.204 9.668 18.560 25.560 22° 1.023 1.478 0.945 9.288 21.193 29.793 29° 1.726 3.233 3.768 9.653 21.981 34.513 (Sumber:Hasil Pengelolaan data)

BAHASAN Daya Efektif (Ne)

Daya efektif (Ne) adalah parameter yang menunjukkan kinerja mesin untuk membangkitkan daya pada berbagai kondisi operasi yang diberikan.

Gambar 2.

Grafik hubungan daya efektif (Ne) dengan putaran mesin.

Dari grafik di atas terlihat bahwa daya efektif (Ne) pada putaran 926 rpm cenderung menurun. Hal ini dipengaruhi oleh kemiringan mesin, tekanan efektif rata-rata (Pe) dan kerja yang dihasilkan per siklus dalam silinder (W). Mesin diesel pada kondisi miring akan menambah beban kerja mesin sehingga menurunkan daya yang dihasilkan Sedangkan pada putaran 1854 rpm dan 2773 rpm daya yang dihasilkan tiap kemiringan sedikit berbeda terutama pada kemiringan 15° tapi nilai yang dihasilkan tetap cenderung menurun.

Konsumsi Bahan Bakar (FC)

Konsumsi bahan bakar (FC) adalah jumlah bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin per satuan waktu.

Putaran Mesin (rpm)

Normal 0°

Kemiringan 8°

Kemiringan 15°

Kemiringan 22°

(8)

Gambar 3.

Grafik hubungan konsumsi bahan bakar (fc) dengan putaran mesin.

Konsumsi bahan bakar (FC) pada putaran 926rpm, menunjukkan pada kondisi normal (0°) nilaiFCpaling tinggi dibandingkan kemiringan yang lainnya. Pengaruh kemiringan mesin terhadap konsumsi bahan bakar (FC) yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh waktu (tbb) yang digunakan untuk menghabiskan bahan bakar (Vbb).

Semakin lama waktu yang digunakan maka semakin kecil nilai konsumsi bahan bakar (FC) Sedangkan pada putaran 1854rpm dan 2773 rpm; tiap kenaikan kemiringan maka terjadi penurunan nilai konsumsi bahan bakar (FC). Pada tiap kenaikan putaran mesin, mengalami peningkatan konsumsi bahan bakar (FC).

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) adalah ukuran nilai ekonomis suatu mesin dalam penggunaan bahan bakar.

Pada gambar 4 terlihat bahwa nilai konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) pada putaran 926

rpm menunjukkan bahwa pengaruh variasi kemiringan mesin terhadap konsumsi bahan bakar (FC) yang dihasilkan meningkat. Yaitu semakin tinggi kemiringan mesin maka semakin besar nilai konsumsi bahan bakar spesifiknya. NilaiSFCpada kemiringan normal (0°) adalah 0,402 kg/kW.H, kemiringan 8° sebesar 0,427 kg/kW.H, kemiringan 15° sebesar 0,435 kg/kW.H, kemiringan 22° sebesar 0,415 kg/kW.H dan kemiringan 29° sebesar 0,440 kg/kW.H. Pengaruh kemiringan terhadap konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) menunjukkan bahwa semakin tinggi kemiringan mesin maka semakin besar jumlah bahan bakar yang digunakan.

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

926 1854 2773

F

C

(k

g

/H

)

Putaran Mesin (rpm)

Normal 0°

Kemiringan 8°

Kemiringan 15°

Kemiringan 22°

(9)

Gambar 4.

Grafik hubungan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) dengan putaran mesin.

Penyerapan Panas Oleh Pendingin Mesin ( QAP)

Penyerapan panas oleh pendingin mesin (QAP) dapat diartikan perubahan panas yang

terjadi pada siklus kerja pendingin mesin, dimana pendingin mesin atau radiator menggunakan kipas dan udara yang berlawanan dengan arah mobil untuk mendinginkan radiator dan bersirkulasi terus menerus.

Gambar 5.

Grafik hubungan penyerapan panas oleh pendingin mesin (QAP) dengan putaran mesin.

Penyerapan panas oleh pendingin mesin (QAP) pada tiap kemiringan cenderung menurun.

Hal ini disebabkan oleh volume air pendingin (Vap), temperatur keluar dan temperatur

masuk air radiator, dimana semakin besar kemiringan mesin maka semakin rendah penyerapan panas oleh pendingin mesin (QAP) yang dihasilkan. Penyebab lain karena

pompa pendingin mesin yang terdapat mengalami kemiringan sehingga menyulitkan memompa air pendingin untuk bersirkulasi dari mesin ke radiator.

0.000

Putaran Mesin (rpm)

Normal 0°

Putaran Mesin (rpm)

Normal 0°

Kemiringan 8°

Kemiringan 15°

Kemiringan 22°

(10)

Kehilangan Panas ke Gas Buang (QGB)

Kehilangan panas ke gas buang (QGB) merupakan hasil kalor dari proses siklus kerja dari

mesin yaitu pengeluaran hasil pembakaran melalui saluran gas buang yang mana hasil tersebut berasal dari reaksi kimia elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan dinyalakan dengan oksigen.

Gambar 6.

Grafik hubungan penyerapan panas ke gas buang (QGB) dengan putaran mesin.

Nilai kehilangan panas ke gas buang (QGB) menunjukkan bahwa semakin besar nilai

temperatur gas buang maka kehilangan panas ke gas buang (Qgb) juga akan semakin besar. Pada grafik di atas menunjukkan persentase naik-turun juga disebabkan oleh panas gas buang. Pengaruh variasi kemiringan mesin terhadap kehilangan panas ke gas buang (QGB)

yang dihasilkan mengalami peningkatan.

Kerugian Mekanis (QM)

Kerugian mekanis (QM) adalah energi yang hilang akibat kerugian lain diantaranya

disebabkan oleh gesekan, konveksi, konduksi, serta untuk menggerakkan alat–alat bantu.

Gambar 7.

Grafik hubungan kerugian mekanis (QM) dengan putaran mesin.

0.000

Putaran Mesin (rpm)

Normal 0°

Putaran Mesin (prm)

Normal 0°

Kemiringan 8°

Kemiringan 15°

Kemiringan 22°

(11)

Kerugian mekanis (QM) pada setiap putaran menunjukkan bahwa semakin tinggi

kemiringan mesin maka semakin tinggi nilai dari kerugian mekanis (QM). hal ini

disebabkan karena kalor penyerapan panas oleh kehilangan panas ke gas buang (QGB) yang

tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya energi yang terbuang sia-sia.

Batasan Kemiringan Maksimum Mesin Diesel Mitsubishi 4DR5

Dengan pertimbangan nilai daya efektif (Ne), kerugian mekanis (QM), Panas yang diserap

air pendingin (QAP) dan Kehilangan panas ke gas buang (QGB) pada kemiringan 15°,

kemiringan 22° dan kemiringan 29° menunjukkan performa mesin diesel Mitsubishi 4DR5 tidak stabil dibandingkan pada kemiringan normal (0°) dan kemiringan 8°. Dan yang paling penting ialah pertimbangan bahwa mesin diesel darat hanya mempunyai satu alat pompa minyak pelumas sehingga apabila mesin mengalami kemiringan yang tingginya >8° maka dikhawatirkan dapat mengganggu performa mesin bahkan mesin bisa mengalami mati secara mendadak (shut down immediately).

SIMPULAN

• Unjuk kerja mesin pada kemiringan normal (0°), secara umum terjadi peningkatan yaitu efisiensi volumetris (ηvol) 84,702%, penyerapan panas oleh pendingin mesin (Qap) 2,357kW, kehilangan panas gas buang (Qgb) 5,026 kW, kerugian kalor mekanis (Qm) 0,540kWdan daya efektif (Ne) 2,19kW.

• Dari hasil perhitungan pada berbagai kondisi kemiringan mesin dengan variasi putaran mesin diperoleh bahwa unjuk kerja terbaik mesin diesel Mitsubishi 4DR5 sebagai penggerak kapal pada kemiringan 8° dengan Daya Efektif (Ne) 11,10kW.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto & Tsuda, Koichi, (1997), Motor Diesel Putaran Tinggi, Cetakan ke-8, Pradnya Paramita, Jakarta.

Boentarto, (1994),Praktek Keterampilan Motor Deisel, Solo: Aneka

Maleev, V. L., (1945), Internal Combustion Engine 2nd Edition, USA : McGraw- Hill Book Company

Maleev, V. L., (1991),Operasi Dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Jakarta : Erlangga

Rabiman dan Arifin, Zainal, (2011), Sistem Bahan Bakar Motor Diesel, Yogyakarta : Graha Ilmu

(12)

Gambar

Gambar 1.Kemiringan mesin.
Tabel 1.
Gambar 2.Grafik hubungan daya efektif (Ne) dengan putaran mesin.
Gambar 3.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, Badan Eksekutif Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya akan mengadakan acara Seminar Tahunan mengenai cara mengenali, mencegah, dan mengatasi dampak

Hasil Penelitian: Data yang ditemukan berupa kategori-kategori besar permasalahan penelitian yang diantaranya berupa persepsi OSCE menurut mahasiswa,

Usia responden yang tergolong produktif dapat mendukung seseorang untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, hal ini disebabkan karena usia yang produktif

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, promosi dan desain terhadap keputusan pembelian produk mobil Mitsubishi Xpander

- Apabila muatan berlebih 3 ft lebar ke samping kendaraan, harus dilengkapi dengan bendera merah yang ditempatkan di posisi ujung dari barang yang berlebih, juga pada kedua

 Kondisi likuiditas perbankan terus mengalami perbaikan pada bulan November 2014 dengan tren pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang lebih tinggi dibandingkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas Skin to Skin Contact (SSC) dibandingkan dengan non SSC yaitu bayi setelah lahir dibersihkan dan dipisahkan dari

Tangga rupa dapat digunakan sebagai alat untuk menata rupa/seni (membuat komposisi) dari sisi irama untuk mencapai susunan/komposisi yang memiliki nilai irama yang