• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Masa anak-anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Masa anak-anak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Masa anak-anak

1. Pengertian anak-anak

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar.

a. Ciri-ciri masa awal kanak-kanak

Salah satu ciri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakannya dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak. Ciri ini tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh para orang tua,pendidik, dan ahli psikologi.

1. Sebutan yang digunakan orang tua

Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Dengan datangnya masa anak-anak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan

(2)

daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Seringkali orang tua menganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia mainan karena anak muda menghabiskan sebagian besar waktu juga bermain dengan mainannya. Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa bermain dengan mainan mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak, kemudian mulai menurun saat anak mencapai usia sekolah. Selama tahun prasekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan anak-anak dan kelompok bermain, semuanya menekankan permainan yang memakai mainan. Akibatnya, baik sendiri atau berkelompok, mainan merupakan unsur yang penting dari aktivitas bermain mereka. Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah untuk membedakannya dari saat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik maupun dan mental,untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal. Anak mengikuti taman kanak-kanak juga dinamakan anak-anak prasekolah dan bukan anak-anak sekolah. Di rumah, di pusat-pusat perawatan, taman kanak-kanak, tekanan dan harapan yang dikenakan kepada anak-anak sangat berebeda dengan apa yang dialaminya pada saat memulai pendidikan formal di kelas satu. Awal masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah, merupakan masa persiapan.

2. Sebutan yang digunakan para ahli psikologi

Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda untuk menguraikan ciri-ciri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak. Salah satu sebutan yang

(3)

banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa anak-anak sebagai usia menjelajah, sebuah label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru. Namun meskipun kecenderungan ini tampak kuat tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan ini, ahli psikologi juga menamakan periode ini sebagai usia kreatif.

b. Keterampilan pada awal masa anak-anak

Awal masa anak-anak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu. Terdapat tiga alasan pertama, anak sedang mengulang-ulang dan karenanya dengan senang hati mau mengmengulang-ulang suatu aktivitas sampai mereka terampil melakukakannya. Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut kalau dirinya mengalami sakit atau diejek teman-temannya sebagaimana ditakuti anak-anak yang lebih besar. Dan ketiga, anak belia mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur dan

(4)

keterampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada. Awal masa kanak-kanak dapat dianggap sebagai ”saat belajar” untuk belajar keterampilan. Apabila anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, perkembangannya sudah memungkinkan dan ingin melakukannya karena berkembangnya keinginan untuk mandiri, maka mereka tidak saja akan kurang memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya tetapi juga akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari berbagai keterampilan pada saat diberi kesempatan.

c. Keterampilan khusus awal masa anak-anak

Keterampilan yang dipelajari anak muda belia bergantung sebagian pada kesiapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan untuk mempelajari dan bimbingan yang diperoleh dalam menguasai keterampilan ini secara cepat dan efisien. Terdapat perbedaan seks dalam jenis keterampilan yang dipelajari anak-anak. Dalam awal masa anak-anak, anak laki-laki harus mempelajari keterampilan bermain yang secara budaya sesuai dengan kelompok anak laki-laki dan dilarang menguasai keterampilan yang dianggap lebih sesuai untuk anak perempuan. Meskipun terdapat sejumlah perbedaan, setiap anak-anak umumnya belajar keterampilan umum tertentu, meskipun saat mempelajarinya agak berbeda dan kecakapan dalam mempelajarinya juga berbeda. Keterampilan umum ini dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu keterampilan tangan dan keterampilan kaki.

(5)

1. Keterampilan Tangan

Keterampilan dalam makan dan berpakaian sendiri yang dimulai pada masa bayi disempurnakan dalam awal masa anak-anak. Kemajuan terbesar dalam keterampilan berpakaian umumnya antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Menyisir rambut dan mandi merupakan keterampilan yang mudah dilakukan dalam periode ini. Antara usia lima dan enam tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, membuat kue-kue dan menjahit. Dengan krayon, pensil, dan cat anak-anak dapat mewarnai gambar, menggambar atau mengecat gambarnya sendiri dan dapat menggambar orang.

2. Keterampilan Kaki

Sekali anak dapat berjalan, ia mengalihkan perhatian untuk mempelajari gerakan-gerakan yang menggunakan kaki. Pada usia lima atau enam tahun ia belajar melompat dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat. Antara usia tiga dan empat, naik sepeda roda tiga dan berenang dapat dipelajari. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak-anak adalah lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es dan menari.

d. Emosi awal masa anak-anak

Selama awal masa anak-anak emosinya kuat dan tidak seimbang. Emosi pada awal masa anak-anak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Emosi yang umum pada awal masa anak-anak adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,gembira, sedih dan

(6)

kasih sayang. Amarah dianggap sesuai untuk anak laki-laki, maka sepanjang masa awal kanak-kanak, anak laki-laki lebih banyak menunjukkan amarah yang hebat daripada anak perempuan.

B. Komponen Karya Seni

1. Subject matter atau tema

Subject matter atau tema pada umumnya dimaksudkan juga sebagai tema atau juga bisa disebut pokok soal, yaitu pokok persoalan yang selalu dijumpai dalam suatu karya seni.

Didalam seni yang representatif, atau non abstrak maka temanya adalah alam. Tetapi didalam seni abstrak yang tidak mengggambarkan apa-apa, subject matter atau tema berupa ide atau konsep-konsep intelektual yang lebih sulit dimengerti bila dibandingkn dengan tema-tema yang didasarkan atas suatu obyek atau fakta. (Mulyadi, 1997:27-28)

Subject matter dalam seni adalah sesuatu (persoalan) yang akan diungkap pada suatu karya, dan oleh karena itu sering kali juga disebut pokok soal atau tema. Sebagai contoh dapat diambil dari dunia sastra yang dalam hal ini Novel. Subject matter dalam Novel ialah seseorang atau sekelompok orang dengan segenap pebuatan dan sifatnya yang jalin-menjalin dan merupakan isi cerita karya sastra tersebut. Dengan kata lain, subject matter adalah apa-apa yang diungkapkan dalam suatu karya. (Mulyadi, 2000:15).

(7)

2. Bentuk

Bentuk dimaksudkan sebagai totalitas karya. Bentuk adalah organisasi (desain) dari segenap unsur yang mewujudkan suatu karya seni. Adapun unsur-unsur yang dimaksudkan meliputi:garis, shape, value atau gelap terang, tekstur dan warna. Unsur-unsur tersebut diorganisir, adapun meliputi: balance, ritme, dominan, harmoni.(Mulyadi,2000:29).

Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai "totalitas karya" yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa seperti garis, bidang, gelap terang,dan warna sehingga terwujud apa yang disebut karya. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera yaitu dilihat dan diraba (Mulyadi, 1996:16).

a. Analisis Unsur / Elemen Seni Rupa

Karya seni rupa 2 dimensi akan menjadi sebuah karya yang baik jika memenuhi unsur-unsur seni rupa, yang beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Garis

Garis merupakan unsur dasar di dalam suatu komunikasi visual dan juga fundamental sebagai media untuk berekspresi. Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan jejak yang ditimbulkan oleh sederetan titik-titik yang berhimpit. Garis berupa goresan atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita (Hakim, 1987: 42).

(8)

Gambar 1 “Raut Garis”

(Sumber : Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana”. 2010: 90)

Dalam bidang seni dan desain, garis merupakan unsur yang memiliki peranan paling besar dan terpenting. Garis dapat berupa garis nyata maupun garis semu, keduanya memiliki potensi masing-masing. Garis nyata dapat mempunyai kemampuan untuk membentuk tekstur kasar yang bersifat semu maupun nyata, memberikan sugesti dalam menggaris batas atau membuat kontur, serta mempunyai kemampuan untuk membuat gelap terang (value) untuk arsir gambar(Sanyoto, 2010: 32-37).

2. Bidang

Bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh garis formal maupun garis yang bersifat ilusif, ekspresif atau sugestif (Susanto, 2011:55). Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang

(9)

geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih (Kusrianto, 2009: 30).

Gambar 2 “Macam-macam Raut Bidang”

(Sumber: Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana”. 2010: 105)

3. Warna

Dalam buku “Kritik Seni: Wacana, Apresiasi dan Kreasi”, Nooryan Bahari menjelaskan bahwa warna adalah sebagai berikut:

….gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat memengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas (intensity). Hue adalah gelombang khusus dalam spektrum dan warna tertentu.

(10)

Misalnya spektrum warna merah disebut hue merah. Nilai (value) adalah nuansa yang terdapat pada warna, seperti nuansa cerah atau gelap, sedangkan intensitas adalah kemurnian dari hue warna… (Bahari, 2008:100).

Gambar 3 “Lingkaran Warna”

(Sumber : Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana”. 2010: 31)

Pembahasan jenis-jenis warna mendasarkan pada teori tiga warna primer, tiga warna sekunder, dan enam warna intermediate. Kedua belas warna ini kemudian disusun dalam satu lingkaran. Lingkaran berisi 12 warna ini jika dibelah menjadi dua bagian akan memperlihatkan setengah bagian yang tergolong daerah warna panas, dan setengah bagian daerah warna dingin. Warna merah, jingga, dan kuning digolongkan sebagai warna panas, kesannya panas dan efeknya pun panas. Warna panas memberikan kesan semangat, kuat, dan aktif. Warna biru, ungu, dan hijau, digolongkan sebagai warna dingin, kesannya dingin dan efeknya pun juga dingin. Untuk menyusun warna dapat digunakan interval tangga warna.Interval tangga warna adalah tingkatan

(11)

atau gradasi warna yang digunakan sebagai jembatan penghubung dua warna kontras.Melaluipedoman pada interval tangga tersebut dapat dihasilkan susunan warna seperti susunan warna-warna dengan satu interval tangga (satu warna), dua atau tiga interval tangga berdekatan (warna-warna transisi), dan interval tangga saling berjauhan (warna-warna beroposisi) yang disebut laras kontras. Adapun jenis-jenis warna laras kontras seperti kontras komplementer (dua warna), kontras split komplemen (kontras dua warna kmplemen bias), kontras triad komplemen (kontras segitiga atau kontras tiga warna), serta kontras tetrad komplemen (kontras dobel komplemen atau kontras empat warna) (Sanyoto, 2010: 32-37).

4. Tekstur

Tekstur adalah kesan halus dan kasar atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan dari suatu gambar. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Terdapat dua macam jenis tekstur, yakni tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata yaitu nilai permukaannya nyata atau dapat dikatakan antara apa yang tampak akan sama dengan nilai rabanya. Sebaliknya, kesan kasar yang ditimbulkan dari tekstur semu adalah karena penguasaan teknik gelap terang pada gambar, jika diraba maka rasa kasarnya tidak kelihatan, atau justru sangat halus (Bahari, 2008:101-102).

b. Prinsip-prinsip Dasar Seni Rupa

1. Kesatuan (Unity)

Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan pada keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun

(12)

kaitannya dengan ide yang melandasinya. Kesatuan diperlukan dalam suatu karya grafis yang mungkin terdiri dari beberapa elemen di dalamnya. Melalui kesatuan itulah elemen-elemen yang ada saling mendukung sehingga diperoleh fokus yang dituju (Kusrianto, 2009: 35).

Ruang sela atau white space merupakan salah satu prinsip tata seni rupa yang pada dasarnya untuk membantu memperoleh kesatuan (unity). Prinsip ruang kosong adalah salah satu cara untuk mendukung kesatuan dengan pendekatan kerapatan. Susunan bentuk-bentuk dikelompokkan pada suatu titik untuk memberikan efek lega/longgar. Tentunya dalam merapatkan objek-objek tersebut harus mempertimbangkan prinsip keseimbangan juga (Sanyoto, 2010:221).

2. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga memberikan kesan stabil. Beberapa faktor yang mendukung keseimbangan antara lain adalah posisi atau penempatan, proporsi, kualitas, dan arah dari unsur-unsur pendukungnya. Berdasarkan faktor tersebut terdapat berbagai macam keseimbangan atau balans antara lain balans simetris dan asimetris; horizontal balans, vertikal balans, dan radial balans; serta formal balans dan informal balans (Hakim, 1997:6-9).

Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan sama persis, baik dalam bentuk, rautnya, besaran ukurannya, arahnya, warnanya, maupun teksturnya. Dapat dikatakan komposisi dengan keseimbangan simetris ini adalah setangkup. Keseimbangan memancar sesungguhnya sama dengan keseimbangan simetri, tetapi kesamaan

(13)

polanya bukan hanya di antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan saja, melainkan juga antara ruang sebelah kanan dan ruang sebelah bawah. Keseimbangan sederajat yaitu keseimbangan komposisi antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan tanpa memedulikan bentuk yang ada di masing-masing ruang. Jadi meskipun memiliki bentuk raut yang berbeda, tetapi besarannya sederajat. Sedangkan keseimbangan tersembunyi yaitu keseimbangan antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan meskipun keduanya tidak memiliki besaran sama maupun bentuk raut yang sama. Jika keseimbangan ini bisa dicapai maka akan menghasilkan komposisi yang dinamis, hidup, bergairah (Sanyoto, 2010:238-240).

3. Keselarasan (Ritme)

Ritme atau irama di dalam seni rupa menyangkut persoalan warna, komposisi, garis, maupun lainnya (Susanto, 2011: 334). Ritme berarti suatu susunan teratur yang ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga memberikan kesan keterhubungan yang ajeg dan bergerak (Hakim, 1997:18).

Tangga rupa dapat digunakan sebagai alat untuk menata rupa/seni (membuat komposisi) dari sisi irama untuk mencapai susunan/komposisi yang memiliki nilai irama yang baik, dalam arti memiliki nilai seni yang tinggi. Misalnya di dalam membuat keselarasan pada warna, interval tangga warna dapat digunakan sebagai alat untuk menata warna. Menata irama atas dasar tangga rupa kemudian dapat dilakukan dengan cara pengulangan unsur-unsur seni rupa yang dapat membentuk atau melahirkan jenis-jenis irama tertentu. (Sanyoto, 2010:162-175).

(14)

4. Dominasi

Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang harus ada pada karya seni/desain, agar diperoleh karya seni/desain yang atristik/memiliki nilai seni. Dominasi digunakan sebagai daya tarik. Karena unggul, istimewa, unik, ganjil, maka akan menarik dan menjadi pusat perhatian. Jadi dominasi bertugas sebagai pusat perhatian dan daya tarik. Sesuai prinsip irama/ritme, bahwa untuk memperoleh keindahan, suatu susunan harus memiliki irama, yang berarti harus ada keteraturan. Namun susunan yang teratur dapat berakibat membosankan. Diperlukan dominasi agar susunan dapat menarik, dan dapat memecahkan rutinitas. Beberapa cara dapat digunakan untuk memperoleh dominasi, salah satunya dengan keunggulan/ keistimewaan/ kekuatan. (Sanyoto, 2010:225-226).

Setiap bagian dari suatu bentuk karya seni hendaknya memiliki tingkat kekuatan (dominan) yang layak. Bagian tertentu yang mendominasi di dalam suatu bentuk karya seni, akan menjadi titik perhatian yang menonjol. Kelayakan tingkat dominan dari unsur-unsur pendukung akan menimbulkan harmoni yang akhirnya mencapai suatu kesatuan (Hakim, 1987:19).

5. Kesederhanaan

Kesederhanaan (simplicity), barangkali menjadi tuntutan pada semua seni maupun desain. Definisi sederhana adalah tidak lebih dan tidak kurang, jika ditambah terasa menjadi ruwet dan jika dikurangi terasa ada yang hilang. Sederhana bukan berarti harus sedikit, tetapi yang tepat adalah “pas”, artinya tidak lebih dan tidak kurang (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2010:263).

(15)

C. Komposisi dalam Karya Seni

Pada dasarnya komposisi merupakan suatu realisasi dari suatu aktivitas penciptaan dalam mewujudkan ide. Dalam buku “Diksi Rupa”, Mikke Susanto menjelaskan bahwa komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa untuk mencapai integrasi antara warna, garis, bidang, dan unsur-unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk tercapainya proporsi yang menarik serta artistik (Susanto, 2011: 226).

Komposisi terbagi menjadi beberapa macam, antara lain komposisi terbuka dan tertutup, serta komposisi piramida dan piramida terbalik. Komposisi terbuka adalah suatu komposisi dalam suatu bidang atau ruang komposisi dimana objek-objek pada gambar terkesan menerus, tersebar, dan meluas dari pusat bidang tersebut. Selanjutnya jikaobjek-objek tersebut seakan-akan terpusat di dalam suatu ikatan, mengumpul, menyempit, sehingga terlihat adanya pengelompokan objek gambar ke dalam pusat bidang atau ruang komposisi, maka komposisi yang demikian itu dikatakan komposisi tertutup (Hakim, 1997: 36-37).

D. Media dan Teknik

Menciptakan karya seni merupakan wujud ekspresi dari suatu ide atau gagasan. Media merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan gagasan tersebut. Salah satu media untuk menciptakan karya seni yang memiliki kaidah, rasa, dan nilai estetik yang akan disampaikan ke publik seni adalah seni grafis. Dalam buku “Diksi Rupa”, Mikke Susanto menyebutkan bahwa kata “Grafis” sendiri berasal dari bahasa Yunani, graphein, yang berarti menulis atau menggambar. Seni grafis merupakan penggubahan gambar yang melalui proses

(16)

cetak manual dan menggunakan material tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya (Susanto, 2002: 47).

Dalam pengertian umum, istilah seni grafis meliputi semua bentuk seni visual yang dilakukan pada suatu permukaan dua dimensional sebagaimana lukisan, drawing atau fotografi. Lebih khusus lagi, pengertian istilah ini merupakan sinonim dari printmaking (cetak-mencetak). Dalam penerapannya, seni grafis meliputi semua karya seni dengan gambaran orisinal apapun atau desain yang dibuat oleh seniman untuk direproduksi dengan berbagai proses cetak (Marianto, 1988: 15).

Proses cetak-mencetak secara garis besar yang dipakai oleh para seniman, adalah proses cetak relief / cetak tinggi (woodcut, wood-engraving, kolase, linoleumcut, dsb), cetak dalam / intaglio(etsa, drypoint, aquatint), cetak datar (lithografi), cetak saring / serigrafi (silk screen). Media-media ini mencakup variasi teknis yang luas untuk mencapai efek-efek yang berbeda, termasuk pula metode yang menekankan tone dan warna, tetapi basis pembuatannya adalah drawing (Marianto, 1988: 15).

Pada cetak relief, bagian dari suatu permukaan cetak yang terkena tinta adalah bagian yang menonjol. Bagian menonjol ini dapat dicapai karena tempelan atau hasil pencukilan bagian yang tidak mencetak. Pada cetak cukil kayu bagian yang tidak mencetak dicukil dengan pahat atau pisau. Untuk membuat karya cetak cukil kayu kita tidak dituntut menyediakan peralatan rumit, ruangan khusus dan peralatan tertentu untuk menjaga keselamatan kerja, cukup dengan selembar kayu (hardboard; plywood; tripleks dsb), pahat dan pisau cukil, rol, tinta dan kertas. Melalui metode cetak ini, tentu saja kita tidak dapat mencapai hasil cetak imitiatif

(17)

seperti kalau menggunakan metode fotografi. Tetapi tidak berarti ini akan menghalangi proses ekspresi kita.Melalui garis-garis dan segala karakter cukil kayu, esensi objek yang kita tangkap dituangkan dalam bentuk-bentuk artistik dengan bahasa cukil kayu yang khas (Marianto, 1988: 14-15).

E. Pengertian Seni Grafis

Grafis berasal dari bahasa Yunani, graphein, yang berarti menulis atau menggambar. Seni grafis merupakan penggubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan menggunakan material tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya dalam jumlah tertentu (Susanto, 2002:47).

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatanganidan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.

(18)

Seni grafis secara sederhana merupakan bentuk ungkapan seni rupa dua dimensi yang memanfaatkan proses cetak. Karya grafis memungkinkan diperoleh jumlah lebih dari satu. Proses cetak dalam seni grafis cenderung terbatas pada proses manual atau semi mekanis, yaitu suatu proses langsung yang melibatkan ketrampilan tangan sang seniman. Jumlah edisi suatu karya grafis biasanya terbatas. Walaupun karya seni grafis berjumlah banyak (lebih dari satu), secara konvensi tiap lembar edisinya diakui sebagai karya original, bukan reproduktif. 1. Ragam Seni Grafis

a. Cetak Tinggi

Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak atau klise yang akan menerima tinta berada paling tinggi. Pencetakan pada umumnya dilakukan dengan gosokan. Yang termasuk dalam cetak tinggi ini antara lain, cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), dan torehan kayu (wood engraving). Ciri khas karya cukilan kayu terletak pada pemanfaatan efek serat kayu (tekstur).

b. Cetak Dalam

Prinsip cetak ini kebalikan dari cetak tinggi. Tinta yang akan dipindah ke atas kertas berada di bagian dalam acuan cetaknya (tembaga). Pencetakan dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi proses, cetak dalam dibagi atas dua bagian, yaitu yang menggunakan asam : etsa (etching) serta akuatin (aquatint),dan yang tanpa asam: goresan langsung (drypoint), torehan logam (engraving) dan mezotin (mezzotint).

Ciri khas karya etsa terletak pada kelembutan dan keluwesan garis, akuatin berciri keragaman nada warna dan tekstur, goresan langsung berciri kekasaran

(19)

garis, torehan logam berciri keragaman garis, dan mezotin berciri kepekatan nada warna yang hampir serupa dengan karya akuatin.

c. Cetak Datar

Cetak datar disebut demikian karena acuan cetakannya (batu lito, alumunium, ofset) tidak mengalami peninggian atau pendalaman seperti pada proses cetak tinggi atau dalam. Proses ini berangkat dari pemanfaatan suatu kenyataan bahwa air dan minyak tidak dapat bersatu. Lithografi merupakan satu- satunya teknik yang mengandalkan teknik ini.

Dalam hal ini, percetakan tergantung pada suatu reaksi kimiawi yaitu sifat berlawanan antara lemak dan air. Sket digambar dengan krayon berlemak pada sebuah batu lithografis atau lempengan logam yang menarik tinta. Sedang bagian- bagian yang tidak tergambari dibiarkan sehingga menolak tinta. Percetakan dilakukan dengan menggunakan alat penekan lithografi. Kertas ditaruh diatas acuan dan siap dicetak. Bagian yang berlemak adalah bagian yang menyerap tinta dan menghasilkan lukisan (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6,1989:221-222).

d. Cetak Saring

Cetak Saring yang paling sederhana, cetakannya terbuat dari kertas atau plastik. Kertas atau plastik dilubangi dengan cutter kemudian ditaburi tinta diatas permukaannya. Kertas putih diletakan di bawahnya, ditekan-tekan dengan bantalan busa dan diangkat maka jadilah hasil cetak tersebut.

Cetak stensil, klisenya terbuat dari kertas sheet. Proses penggambarannya dan pencetakkannya sama dengan proses cetak saring diatas, hanya bantalan busa

(20)

diganti dengan kuas yang besar. Pada masa sekarang untuk cetak ini orang lebih banyak menggunakan stensil.

Cetak saring yang paling popular sekarang ini adalah cetak sablon (screen printing). Bahan klisenya terbuat dari kain sutra yang halus dan mempunyai ukuran pori- pori yang berbeda. Ukuran- ukuran itu membedakan penyablonan pada kain, kertas, kulit, plastik dan bahan lainnya. Proses pembuatan klise menggunakan obat afdruk dan dilakukan di kamar gelap atau tidak terkena sinar matahari. Pencetakannya menggunakan rakel dengan bahan pewarna selain tinta juga menggunakan cat sablon (Napsiruddin dkk,1996:20).

Gambar

Gambar 1 “Raut Garis”
Gambar 2 “Macam-macam Raut Bidang”
Gambar 3 “Lingkaran Warna”

Referensi

Dokumen terkait

dapat dipahami bahwa secara keseluruhan mesin AC yang menggunakan fluida kerja R410 memiliki nilai pelepasan panas yang tinggi pada laju aliran massa refrigeran

Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah.. bersikap adil

Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok

Untuk mencegah hal tersebut dapat ditambahkan inhibitor enzim yang bekerja dengan mengkhelat ion Fe 2+ yang terd apat pad a Sito kro m P 450 (Luenberger 1984).. Zat penghambat

Pengujian ini menggunakan parameter resources memory ram dari access point. Memori ram digunakan untuk proses semua komunikasi yang terjadi pada server, sehingga

- Bahagian ini mempunyai epidermis yang nipis serta reseptor yang banyak, yang sensitif terhadap rangsangan sentuhan.. - Bahagian ini mempunyai banyak reseptor yang sensitif

Hasil model dinamik penilaian kesesuaian agroklimat untuk tanaman kedelai dengan menggunakan data tahun 2002, lokasi Cimanggu Bogor paling tinggi tingkat kesesuaiannya

DIREKTORAT PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KAWASAN KONSERVASI DAN HUTAN LINDUNG DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM - KEMENTERIAN