• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS JA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS JA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INSTALASI LISTRIK

HOTEL AMARIS TEUKU UMAR

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA NIM. 1004405095

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL ………..

JUDUL : SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR

NAMA : TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA

NIM : 1004405095

BIDANG STUDI : SISTEM TENAGA LISTRIK

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Agus Dharma, MT. NIP. 196508011991031004

Mengetahui

Ketua Jurusan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL ………..

JUDUL : SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR

NAMA : TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA

NIM : 1004405095

BIDANG STUDI : SISTEM TENAGA LISTRIK

Menyetujui Pembimbing Lapangan

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah saya memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya laporan kerja praktek yang berjudul “ SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR “ dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak memperoleh petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Redana,MA.Sc.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2. Bapak Ir. I Nyoman Setiawan, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro TeknikUniversitas Udayana.

3. Bapak Ir. I Gede Dyana Arjana, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Kerja Praktek Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana

4. Bapak Dr. Ir.Agus Dharma, MT sebagai pembimbing

5. Bapak Ir. Tri Hardono sebagai pimpinan CV. Hardian Solusi Engineering Bali 6. Bapak Komang Wirawan, ST sebagai pembimbing lapangan yang dengan penuh

perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan kegiatan kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek. 7. Keluarga dan teman-teman yang memberikan bantuan dan dorongan semangat

serta doa-doanya.

(5)

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itusegala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja praktek ini.

Denpasar.Oktober 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...xi

BAB I...1

1.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Hardian Solusi Engineering (Proyek Hotel Amaris Teuku Umar Bali)...1

1.1.1 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek...2

1.1.2 Struktur Organisasi...3

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan...5

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah...6

BAB II...7

2.1 Persyaratan Instalasi Listrik...7

2.1.1 Grouping...8

2.1.2 Single Line Diagram...9

2.2 Komponen Instalasi Listrik...9

2.2.1 Panel Induk dan Panel Distribusi Tegangan Rendah...9

2.2.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan...10

2.2.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan...11

(7)

2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat...13

2.2.2 Kabel...15

2.2.2.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan...17

2.2.2.2 Persyaratan Teknis Pemasangan...17

2.2.2.3 Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik...21

2.3 Sistem Instalasi Hotel Amaris...23

2.3.1 Sistem Instalasi Pencahayaan...23

2.3.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan...24

2.3.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan...27

2.3.2 Sistem Instalasi Audio Video...28

2.3.2.1 Elemen Perancangan CCTV...28

2.3.2.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi CCTV Hotel Amaris Teuku Umar...29

2.3.2.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan...30

2.3.2.4 Perancangan Sistem Suara...32

2.3.3 Sistem Instalasi Keamanan...34

2.3.3.1 Fire Alarm...34

2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris Teuku Umar...35

2.3.3.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan...36

2.3.3.4 Persyaratan Teknis Pemasangan...39

2.3.4 Sistem Sirkulasi Kolam Renang...41

(8)

2.3.4.3 Sistem Perpipaan Kolam Renang...44

2.4 Manajemen Audit Energi...44

BAB III...46

3.1 Analisa Pemutus Daya dan Kabel Instalasi...46

3.1.1 Power Panel Parking...46

3.1.2 Power Panel Engineering...64

3.1.3 Power Panel Pool Pump...65

3.1.4 Power Panel Lifting Pump...66

3.2 Analisa Perencanaan Instalasi Pencahayaan...67

3.3 Analisa Perencanaan Instalasi CCTV...68

3.4 Analisa Perencanaan Instalasi Sound System...71

3.5 Analisa Perencanaan Instalasi Fire Alarm...74

3.6 Analisa Perencanaan Sistem Sirkulasi Kolam Renang...78

BAB IV...82

4.1 Simpulan...82

4.2 Saran...83

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Logo CV. Hardian Solusi Engineering...1

Gambar 1.2 Struktur organisasi CV. Hardian Solusi Engineering...3

Gambar 2.1 Kabel NYFGbY(“NYFGbY | Mulia Cable Power,” n.d.)...19

Gambar 2.2 Kabel NYY(“NYY | Mulia Cable Power,” n.d.)...20

Gambar 2.3 Kabel NYM(“NYM | Mulia Cable Power,” n.d.)...21

Gambar 2.4 Skema pengaturan energi sistem pencahayaan(“Instalasi Penerangan,” 2008)...24

Gambar 2.5 Sistem CCTV dan kontrol(Waluyanti Sri, n.d.)...29

Gambar 2.6 Audio Mikropon(Lukmantara, 2014)...32

Gambar 2.7 Pesawat Radio Penerima(Lukmantara, 2014)...33

Gambar 2.8 Audio Mixer(Lukmantara, 2014)...33

Gambar 2.9 Power Amplifier(Lukmantara, 2014)...33

Gambar 2.10 Box Loudspeaker(Lukmantara, 2014)...34

Gambar 3.1 Single Line Diagram Hotel Amaris Secara Umum...47

Gambar 3.2 Denah Perencanaan Letak Lampu Pada Area Parkir Basement...67

Gambar 3.3 Denah Perencanaan Letak Lampu pada Ruangan di Basement...68

Gambar 3.4 Denah Perencanaan Letak CCTV pada Basement...69

Gambar 3.5 Single Line Diagram CCTV pada Hotel Amaris...70

Gambar 3.6 CCTV Pada Basement...71

Gambar 3.7 Denah Perencanaan Letak Speaker pada Basement...72

Gambar 3.8 Single Line Diagram Sound System pada Hotel Amaris...73

Gambar 3.9 Ceiling Speaker pada Basement...74

(10)

Gambar 3.11 Single Line Diagram Fire Alarm pada Hotel Amaris...76

Gambar 3.12 Smoke Detector dan Heat Detector pada Basement...77

Gambar 3.13 Detail Sistem Sirkulasi Kolam Renang...78

Gambar 3.14 Ruang Pompa pada Basement...79

Gambar 3.15 Balancing Tank...79

Gambar 3.16 Denah Perencanaan Letak Lampu Kolam Renang...80

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Data karakteristik kabel tembaga dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi

tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik,” n.d.)...14

Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik,” n.d.)...15

Tabel 2.3 Kuat Hantar Arus beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin, n.d.)………...22

Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000)...22

Tabel 3.1 Data beban pada power panel parking...46

Tabel 3.2 Analisa pengaman dan kabel pada Group 1...51

Tabel 3.3 Analisa pengaman dan kabel pada Group 2...54

Tabel 3.4 Analisa pengaman dan kabel pada Group 3...57

Tabel 3.5 Analisa pengaman dan kabel pada Group 4...60

Tabel 3.6 Analisa pengaman dan kabel pada Group 5...63

Tabel 3.7 Analisa panel pada PP. parking...63

Tabel 3.8 Data beban pada power panel engineering...64

Tabel 3.9 Analisa panel pada PP. Engineering...64

Tabel 3.10 Data beban pada power panel pool pump...65

Tabel 3.11 Analisa Power Panel Pool Pump...65

Tabel 3.12 Data beban pada power panel liftingl pump...66

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Hardian Solusi Engineering (Proyek Hotel Amaris Teuku Umar Bali)

CV. Hardian Solusi Engineering adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang desain perencanaan dan pengawasan Mechanical Electrical dan Plumbing (MEP). Perusahaan ini dirintis sejak tahun 1988 dengan melibatkan beberapa rekan kerja yang bergerak juga di jasa konstruksi MEP. Sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, perusahaan ini tidak lagi bergerak di bidang jasa konstruksi tapi berfokus pada bidang perencanaan dan pengawasan proyek, secara khusus dalam bidang MEP. Perusahaan ini bekerja sama dengan arsitek dalam dan luar negeri dengan melakukan pertukaran data dan Gambar melalui email. Perusahaan ini bekerja dengan menggunakan piranti lunak AutoCAD. CV. Hardian Solusi Engineering beralamat di Jl. Singosari No. 84 Denpasar. Logo CV. Hardian Solusi Engineering sesuai dengan Gambar 1.1.

(13)

1.1.1 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek

Listrik adalah suatu bentuk energi yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam kebutuhan hidup rumah tangga, dalam perindustrian, maupun dalam bentuk usaha-usaha umum. Energi listrik kini dapat dengan mudah dibangkitkan, didistribusikan, dan dirubah ke dalam bentuk energi lainnya. Instalasi kelistrikan pada bangunan-bangunan, pendistribusian energi listrik, mesin-mesin listrik dan perlengkapannya digunakan untuk pembangkitan, konversi, distribusi, dan pemanfaatan energi listrik.Pada setiap bangunan memiliki struktur dasar instalasi listrik, yaitu sirkuit utama, sirkuit cabang, dan sirkuit akhir.

(14)

Direktur

Tri Hardono Wahyu Broto

Manajer Lapangan I GST Putu Anom Darma Putra Manajer Studio

I Gde Bayu Kumara Indrananto WahyuDrafter Drafter Agus Arya S Drafter

Made Arimbawa

1.1.2 Struktur Organisasi

Gambar 1.2 Struktur organisasi CV. Hardian Solusi Engineering

(15)

wewenang, dan tanggung jawab direksi. Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:

a. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan

b. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer)

c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan

d. Memberikan project Hotel Amaris Teuku Umar kepada kepala bagian (manajer)

2. Manajer administrasi merupakan seseorang yang memberikan informasi layanan bidang administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan memberi dampak kelancaran pada bidang lainnya. Pada umumnya manajer administrasi memiliki tugas antara lain:

a. Membuat rencana mingguan dan bulanan yang diturunkan dari direktur tentang project yang akan dilaksanakan

b. Menyiapkan laporan harian, laporan mingguan termasuk laporan bulanan tentang proyek Hotel Amaris Teuku Umar

c. Pemegang dan penanggung jawab terhadap kas perusahaan d. Mengarsipkan dan menerima semua dokumen tagihan

3. Manajer studio merupakan seseorang yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap desain perencanaan mechanical electrical plumbing proyek Hotel Amaris Teuku Umar. Pada umumnya manajer studio memiliki tugas antara lain:

a. Bertanggung jawab terhadap perencanaan MEP Hotel Amaris Teuku Umar

b. Memberikan dan mengkoordinasi project Hotel Amaris Teuku Umar kepada mechanical planner dan electrical planner

(16)

5. Mechanical planner merupakan seseorang yang bertugas mengerjakan dan merencanakan desain sistem mechanical, tata udara, dan plumbing yang akan digunakan di Hotel Amaris Teuku Umar.

6. Drafter merupakan seseorang yang bertugas untuk membantu pekerjaan desain MEP yang telah direncanakan sebelumnya oleh electrical dan mechanical planner.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan dibangun. Sedangkan rumusan masalah secara khususnya yaitu :

1. Bagaimana penerapan Gambar perencanaan dalam prosesnya menjadi bentuk fisik sarana kelistrikan bangunan di lapangan?

2. Bagaimana prosedur atau sistem pelaksanaan dan pengawasan suatu proyek? 3. Bagaimana sistem elektikal yang meliputi pencahayaan, CCTV, sistem suara,

fire alarm, dan sistem sirkulasi kolam renang yang ada di lapangan?

1.3 Tujuan

Tujuan secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk memahami bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan dibangun. Sedangkan tujuan secara khususnya yaitu :

1. Mengetahui penerapan Gambar perencanaan dalam prosesnya menjadi bentuk fisik sarana kelistrikan bangunan di lapangan

(17)

3. Mempelajari sistem elektikal yang meliputi pencahayaan, CCTV, sistem suara, fire alarm, dan sistem sirkulasi kolam renang yang ada di lapangan. 4. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Sistem Tenaga Listrik

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Ruang lingkup uraian dan pembahasan pada laporan ini adalah berdasarkan hasil pengamatan dan perencanaan terhadap pelaksanaan proyek pembangunan. Hotel Amaris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Bali. Hal-hal yang dibahas meliputi sistem jaringan distribusi listrik, sistem instalasi pencahayaan, CCTV, sistem suara, fire alarm, dan sistem perencanaan sirkulasi pada kolam renang, serta perencanaan perhitungan pemutus daya dan kabel instalasi yang akan digunakan. Proses pelaksanaan proyek, meliputi pelaksanaan teknis maupun nonteknis. Pelaksanaan teknis meliputi pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, mulai dari penyediaan material, penempatan, pengolahan serta pemasangan sarana kelistrikannya. Sedangkan permasalahan non teknis meliputi hal-hal yang bersifat administrasi lapangan, hubungan kerja serta pengawasan proyek.

BAB II

(18)

2.1 Persyaratan Instalasi Listrik

Syarat-syarat dan juga standarisasi bertujuan demi terciptanya keselarasan dalam bentuk barang maupun cara bekerja. Dewasa ini, rancangan bangunan dan konstruksinya semakin rumit, sehingga diperlukan syarat-syarat dan juga standarisasi yang baku tentang mutu barang dan konstruksi demi menghindari terjadinya kesalahan dan kecelakaan. Dengan adanya syarat-syarat dan juga standarisasi, maka mesin dan peralatan yang digunakan dapat dijalankan dengan baik dan benar sehingga pekerjaan menjadi lebih baik dan efisien. Ada dua organisasi yang khusus di bidang standarisasi, yaitu ‘’International Electrotechnical Comission’’ (IEC) di bidang ketenagalistrikan dan ‘’International Organization for Standaryzation’’ (ISO) untuk bidang-bidang lainnya.

Sistem ketenagalistrikan haruslah menaati peraturan-peraturan yang berlaku dalam perancangan dan pemasangannya.Hal ini bertujuan untuk pengamanan, baik barang maupun manusia, sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih aman dengan mutu barang yang berkualitas.Agar listrik dapat digunakan seaman mungkin, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.

Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, pemasangan instalasi pada proyek Hotel Amaris Teuku Umar ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut:

1. AVE

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3. National Fire Protection Association (NFPA) 4. Petunjuk dari Pabrik Pembuatan Peralatan 5. Fire Office Comitte (FOC)

6. Peraturan Plumbing Indonesia

7. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, PT TELKOM, dan Perusahaan Daerah Air Minum

(19)

Pekerjaan instalasi ini hanya boleh dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari instansi yang berwenang dan telah bisa mengerjakannya, atau bila tidak memilikinya, diperkenankan bekerjasama dengan perusahaan lain yang telah memiliki Sertifikat/ Surat Ijin Instalasi yang sesuai.

Pada pemasangan instalasi listrik dikenal pula adanya Faktor Keragaman (Diversity Factor), Faktor Keserempakan (Coincidence Factor), dan Faktor Kebutuhan (Demand Factor). Dimana Faktor Keragaman didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah beban maksimum dari masing-masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap beban maksimum sistem secara keseluruhan.Faktor Keserempakan didefiniskan sebagai perbandingan antara beban maksimum dari suatu kumpulan beban dari sistem terhadap jumlah beban maksimum dari masing-masing unit beban.Sedangkan Demand Factor didefinisikan sebagai perbandingan antara beban puncak suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem.

2.1.1 Grouping

Grouping merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam perencanaan instalasi listrik suatu bangunan. Pengelompokkan ini memiliki tujuan untuk memudahkan dalam pemeliharaan peralatan listrik maupun penanganan ketika terjadi gangguan pada peralatan listrik. Dalam pengelompokan beban penerangan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah posisi titik beban yang akan dikelompokkan dalam satu group sebisanya harus diusahakan berada dalam satu wilayah, satu wilayah dapat terdiri dari beberapa jenis lampu dan jumlah maksimum titik beban yang berada pada tiap sirkuit akhir paling banyak adalah 20 titik untuk pemutus daya atau pengaman lebur 10 A.

(20)

2.1.2 Single Line Diagram

Single Line Diagram adalah instalasi yang menggambarkan hubungan beban dengan catu daya dari PLN atau generator, lengkap dengan keterangan mengenai ukuran atau daya nominal tiap komponennya.Diagram ini juga menjelaskan tentang keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembagiannya, ukuran dan jenis hantarannya, ukuran dan jenis pengamanannya, dan sistem pentanahannya.

2.2 Komponen Instalasi Listrik

2.2.1 Panel Induk dan Panel Distribusi Tegangan Rendah

Panel adalah suatu kotak yang berfungsi untuk menempatkan peralatan proteksi listrik dan kelengkapannya seperti circuit breaker, real bicircuit breaker, busbar, current transformer, potential transformer, peralatan ukur tegangan dan arus, dan lain-lain. Peralatan-peralatan tersebut, khususnya circuit breaker bagi dengan baik menjadi petak-petak yang tersusun dengan baik yang tersusun mendatar dan tegak. Pada panel distribusi dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:

a. Main Distribution Panel (MDP)

Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari sumber tegangan dengan Sub Distribution Panel (SDP) dan disuplai langsung oleh transformator atau genset. Untuk tiap bagian busbarnya diberi pengaman Air Circuit Breaker (ACB).Sebelum masuk ke SDP juga diberi pengaman Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) atau ACB, tergantung berapa arus yang dilewatkan.

b. Sub Distribution Panel (SDP)

Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari MDP menuju satu area tertentu yang dapat terdiri atas beberapa group. Sebelum menuju ke group-group juga diberi pengaman yang biasanya berupa MCB atau MCCB, tergantung berapa arus yang dilewatkan.

(21)

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan bahan dan peralatan panel induk serta panel distribusi tegangan rendah, yaitu sebagai berikut:

1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus mengikuti peraturan IEC dan PUIL.

2. Panel-panel Utama dan Panel Bagi dalam bangunan jenis floor standing harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi tebal 3 mm, dan seluruh permukaannya harus bebas karat dan di cat dengan cat Powder Coating yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh pihak MK.

3. Panel-panel jenis pasangan dalam dinding tembok harus terbuat dari bahan Polyesther dan dilengkapi dengan master key dengan tingkat proteksi minimum IP 44.

4. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

5. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar fasa R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih tinggi dari 650° C. Setiap busbar copper harus dibungkus dengan isolasi ciut panas dan diberi warna sesuai peraturan PUIL; dan pada titik sambung/pencabangan harus dilapisi dengan lapisan perak atau timah putih (tinned).

(22)

7. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi Lapangan.

8. Komponen-komponen pengaman yang dapat dipakai adalah : a. Molded Case Circuit Breaker (MCCB).

b. Miniatur Circuit Breaker (MCB). c. Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB). d. Surge Arrester.

e. Auxiliary Relay.

9. Komponen-komponen pengukuran yang dapat dipakai : a. Current Transformer.

b. Digital Power Meter. c. Amperemeter.

d. Voltmeter.

e. Frequency Meter.

f. Power faktor / Cos phi meter.

2.2.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan

Persyaratan teknis pemasangan panel-panel berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:

1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata (horizontal). Tinggi pemasangan adalah rata atas 180 cm diatas finish floor untuk panel listrik pasangan dinding. Untuk panel listrik yang berdiri sendiri (self standing type) harus dipasang diatas pondasi setinggi minimal 10 cm diatas finish floor dan dibaut ke pondasi dengan dynabolt pada keempat sisinya.

2. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.

(23)

2.1.1.3 Penentuan Rating Arus Beban Lebih

Menentukan kapasitas pengamanan MCB, MCCB, dan ACB, digunakan rumus kemampuan hantar arus (KHA). Persamaan 2.1 untuk beban 1 fasa dan persamaan 2.2 untuk beban 3 fasa yaitu sebagai berikut :

I=P/(VL−N×cosθ) (2.1)

I=P/(3×VL−L×cosθ) (2.2) Keterangan :

I = Arus (A)

P = Daya beban (W) V = Tegangan kerja (V)

Cosφ = Faktor daya sistem

Nilai yang didapat kemudian dicari dalam katalog pengaman MCB, MCCB, dan ACB lalu ditentukan berapa kapasitas pengaman dan jenis yang akan digunakan. Khusus pengaman yang mengamankan beban berupa motor perlu diketahui cara dari starting -nya, misalnya untuk starting direct online (DOL) maka arus start dikalikan 5-7 kali arus nominal.

2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat

(24)

singkat yang akan terjadi. Nilai dari arus hubung singkat juga harus diketahui. Tujuan analisa hubung singkat antara lain adalah :

a. Menentukan arus dan tegangan maksimum dan minimum pada bagian-bagian atau titik-titik tertentu dari suatu sistem tenaga listrik

b. Dapat ditentukan setingan relay dan koordinasi pengaman untuk mengamankan sistem dari keadaan abnormal dalam waktu yang seminimal mungkin.

c. Menentukan daya hubung singkat (MVA) pada setiap bus dan juga daya hubung singkat yang mengalir pada saluran yang terhubung pada bustersebut sehingga dapat ditentukan kapasitas alat pemutus daya.

Cara menentukan besarnya arus hubung singkat adalah dengan persamaan 2.3 berikut (Saadat, 1998):

Z = Impedansi trafo, genset, atau saluran (Ω) I = arus nominal (A)

VL−N = tegangan line to netral (V)

Untuk nilai impedansi saluran ( Z ) didapat dari memperhitungkan besar resistansi ( R ) dan reaktansi ( X ) kabel persatuan jarak lalu dikalikan sesuai dengan jarak antara titik gangguan hingga sumber listrik. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung besar Z (Mismail, Budiono, 1995) :

Z=

R2+X2 (2.5)

(25)

Tabel 2.1Data karakteristik kabel tembaga dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik,” n.d.)

Ukuran mm2 Ohm/km Ohm/km Ohm/km mV/Amp/m Amp Volt Volt Multicore

25 0.712 0.911 0.081 1.6 105 13 11.3

35 0.514 0.658 0.078 1.15 130 12 10.3

Singlecore 380 VAC, 3-fase 50

Hz

50 0.379 0.485 0.094 0.87 215 15 13.2

70 0.262 0.335 0.09 0.61 270 13 12.1

95 0.189 0.242 0.087 0.45 335 12 11.4

120 0.15 0.192 0.084 0.37 390 11.5 11

150 0.122 0.157 0.084 0.31 445 11 10.9

185 0.097 0.126 0.084 0.26 510 10.6 10.7

240 0.074 0.097 0.081 0.22 606 10.7 10.6

300 0.059 0.078 0.08 0.195 701 10.9 10.7

400 0.046 0.063 0.079 0.175 820 11.5 11.1

500 0.037 0.051 0.078 0.16 936 12 11.3

Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik,” n.d.)

(26)

Singlecore 380 VAC, 3-fase 50

Hz

50 0.641 0.718 0.106 166 14.7

70 0.443 0.497 0.103 210 9.4

95 0.32 0.359 0.098 258 8.8

120 0.253 0.284 0.097 300 8.5

150 0.206 0.232 0.097 344 8.4

185 0.164 0.185 0.096 398 8.3

240 0.125 0.142 0.092 476 8.3

300 0.1 0.114 0.09 551 8.4

400 0.078 0.09 0.09 645 8.7

500 0.061 0.071 0.089 752 9.1

2.2.2 Kabel

Kabel merupakan salah satu sarana dalam instalasi listrik karena kabel menghantarkan arus ke beban yang terpasang, maka perlu diketahui secara pasti berapa besar beban yang terpasang agar kapasitas kabel memadai. Pemikiran kabel mempertimbangkan beberapa hal:

a. Electrical, meliputi ukuran konduktor, tipe dan tebal isolasi. Bahan yang tepat untuk desain tegangan menengah dan rendah, mempertimbangkan kekuatan listrik, bahan isolasi, konstanta dielektrik, dan faktor daya.

b. Suhu, menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan kondisi kelebihan beban, pengembangan dan tahanan thermal.

c. Mechanical, meliputi kekerasan dan fleksibilitas serta mempertimbangkan terhadap kehancuran, abrasi, dan kelembaban.

d. Kimiawi, stabilitas dan bahan terhadap bahan kimia, cahaya matahari.

Kuat arus listrik merupakan objek yang menjadi pokok permasalahan dalam perancangan kabel instalasi listrik. Menghitung kuat arus listrik yang melewati kabel, perlu dibedakan instalasi 1 fasa sesuai dengan persamaan 2.7 dan 3 fasa sesuai dengan persamaan 2.6:

(27)

I= P

3Ecosθ (2.6)

Dimana

I = arus (ampere) E = tegangan antar fasa (volt)

P = daya/beban (watt) Cos θ = faktor daya

- Arus bolak-balik 1 fasa:

I= P

Ecosθ (2.7)

- Arus Hubung Singkat:

ISC= U

3 ZSC

(2.8)

Pada persamaan di atas didapat arus nominal yang tinggal dikalikan dengan safety factor dan hasilnya disesuaikan dengan Tabel dari jenis kabel yang digunakan maka akan diketahui luas penampang dari kabel yang dipakai.

2.2.2.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan kabel tegangan rendah yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

(28)

2. Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah : Jenis NYFGby dan NYY, untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYM, NYFGby dan NYY.

3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu pada MK.

4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 6 mm2 untuk kabel

catu daya dan 2,5 mm2 untuk kabel instalasi penerangan dan kotak kontak.

2.2.2.2 Persyaratan Teknis Pemasangan

Persyaratan teknis pemasangan kabel berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:

1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.

2. Setiap kabel daya pada kedua ujung pengupasan harus diterminasi dengan terminal ciut panas atau dengan calico band dan dilak serta diberi selongsong karet berwarna untuk mengidentifikasikan fasa-nya sesuai dengan PUIL. 3. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable

ladder), diklem atau diikat dengan cable ties dan disusun yang rapi.

4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan (one broken length), kecuali pada kabel penerangan; dimana penyambungannya harus dalam Junction Box.

5. Kabel dengan luas penampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan

sepatu kabel untuk terminasinya. Apabila harus dilakukan penyambungan kabel, maka alat sambung yang digunakan harus penyambung kabel tembaga (Cu Joint Sleeve) dan dilindungi dengan isolasi dari jenis panas ciut (heat shringkage) atau selongsong plastik dengan isian resin 3M.

6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 16 mm2 atau lebih harus

(29)

7. Semua kabel yang ditanam dalam tanah harus pada kedalaman 60 cm minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata kualitas baik sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.

8. Kabel feeder yang dipasang di dalam trench harus mempergunakan kabel support, minimum setiap 50 cm.

9. Pada route kabel setiap 25 cm dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.

10. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.

11. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu trunking kabel.

12. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit. 13. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.

14. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm.

15. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.

16. Penyusunan konduit di atas trunking kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.

(30)

- Kabel NYFGbY

Kabel jenis ini biasanya digunakan untuk sirkuit power distribution, baik pada lokasi kering ataupun basah/lembab. Dengan adanya pelindung kawat dan pita baja yang digalvanisasi, kabel ini memungkinkan ditanam langsung dalam tanah tanpa pelindung tambahan.Isolasi dibuat tanpa warna dan tiga urat dibedakan dengan non strip, strip 1 dan strip 2. Kabel ini mempunyai selubung PVC warna merah dengan penampang luar mencapai 57 mm.

Gambar 2.1 Kabel NYFGbY(“NYFGbY | Mulia Cable Power,” n.d.)

- Keterangan Gambar : 1. Penghantar 2. Isolasi

3. Lapisan Pembungkus Perisai 4. Kawat Baja Berlapis Spiral 5. Pita Baja Berlapis Seng 6. Selubung PVC

- Kabel NYY

(31)

Gambar 2.2 Kabel NYY(“NYY | Mulia Cable Power,” n.d.)

- Keterangan Gambar :

1. Penghantar Tembaga 2. Isolasi PVC

3. Lapisan Pembungkus Inti 4. Selubung PVC

- Kabel NYM

Kabel ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam bangunan yang penempatannya bias di dalam atau di luar plester tembok ataupun dalam pipa pada ruangan kering atau lembab. Kabel ini tidak diijinkan untuk dipasang di luar rumah yang langsung terkena panas dan hujan ataupun ditanam langsung dalam tanah.

Gambar 2.3 Kabel NYM(“NYM | Mulia Cable Power,” n.d.) - Keterangan Gambar :

1. Penghantar Tembaga 2. Isolasi PVC

3. Lapisan Pembungkus Inti 4. Selubung PVC

2.2.2.3 Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik

PUIL tahun 2000 telah mengatur satuan ukuran nominal kabel dalam mm2,

(32)

adalah luas penampang dari penghantar inti kabel. Untuk kabel jenis NYM atau NYY yang mempunyai 2 inti atau lebih, ukuran 2.5 mm2 menyatakan ukuran

masing-masing inti kabel. Berikutnya adalah tegangan pengenal pada kabel.

Mengacu pada PUIL, kabel tegangan rendah mempunyai tegangan pengenal sebagai berikut : 230 / 400 (300)V, 300 / 500 (400) V, 400 / 690 (600) V, 450 / 750

Luas penampang kabel mempengaruhi Kuat Hantar Arus (KHA) dari kabel tersebut, sehingga penentuan luas penampang kabel diseuaikan dengan arus yang mengalir akibat adanya beban yang terpasang pada kabel tersebut. Untuk menghitung besar arus yang mengalir dapat menggunakan persamaan 2.9 (Setiawan, E., Harten, P.V., 1986):

IN=P/(VL−N) (2.9)

KHA mempunyai nilai actual 100% bila kabel tersebut dipasang pada temperatur kelilingnya maksimal 30° C0. Namun jika lebih dari suhu tersebut akan terjadi penurunan nilai aktual KHA-nya. Dalam PUIL penurunan nilai ini diatur dalam Faktor Koreksi. Berikut Tabel KHA dari beberapa luas penghantar dalam beberapa kondisi pemasangan dan faktor koreksi yang ada dalam PUIL 2000.

Tabel 2.3 KHA beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin, n.d.)

Konduktor Kuat Hantar Arus (KHA)

(33)

10 43 52 63 70

Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000)

Suhu keliling 0C Faktor Koreksi

Bahan isolasi karet Bahan isolasi PVC

1 2 3

Sehingga KHA luas penampang kabel yang didapat sesuai perhitungan arus beban akan dikalikan dengan faktor koreksi sesuai kondisi pemasangan kabel, dan hasil perhitungan akan dibandingkan dengan arus beban nominal. Kondisi layak terpenuhi ketika besar arus setelah koreksi lebih besar dari beban nominal.

2.3 Sistem Instalasi Hotel Amaris 2.3.1 Sistem Instalasi Pencahayaan

Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan, selain itu perlu juga memperhatikan aspek efisiensi konsumsi energi dengan memanfaatkan cahaya alam untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

(34)

Pencahayaan

Karakteristik & Ukuran Ruangan

Pencahayaan Alam

Pencahayaan Buatan

Luminer

Peralatan Kontrol

(35)

Gambar 2.4 Skema pengaturan energi sistem pencahayaan(“Instalasi Penerangan” 2008)

2.3.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan lighting fixture yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Lighting fixture untuk Lampu TLD

a. Tebal plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm. b. Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu TL harus dapat

memberikan koreksi factor total minimal 0,85.

c. Tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis Incandescent light (warm white).

d. Fitting lampu dari type yang tidak menggunakan mur baut.

e. Lighting fixtures harus dicat dengan cat bakar bebas dari karat dan lecet-lecet, harus dengan ICI acrylic paint warna putih, contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi Lapangan.

f. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan effisiensi penerangan yang maksimal, rapih, kuat, serta sedemikian rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pkerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan.

g. Lighting fixtures harus dibuatkan mur dan baut sebagai tempat terminal pentanahan (grounding).

2. Lampu Tabung (Down Light)

a. Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflektor aluminium. b. Lampu holder menggunakan standard E-27.

(36)

d. Lampu yang dipakai dari jenis lampu LED dan/atau PLC atau sesuai Gambar, contoh harus disetujui oleh Direksi/manajemen Konstruksi. 3. Lampu Sorot (Spot Light)

a. Lighting fixtures dari bahan aluminium dan berbentuk silinder atau sesuai Gambar.

b. Lampu housing dari die-cast aluminium atau steel stoved enamel finished dan dilengkapi dengan anodized aluminium reflector.

c. Mounting base harus diperlengkapi sehingga dapat terpasang dengan baik.

d. Lampu housing harus tahan cuaca dari aluminium IP-44. e. Lampu yang dipakai dari jenis metal Halide.

f. Contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen. 4. Lampu Sorot Luar (Flood Light)

a. lampu sorot luar dimaksudkan untuk menyorot bangunan seperti yang ditunjukkan di dalam Gambar.

b. Lampu Holder menggunakan standard E-27.

c. Lighting fixtures akan dipasang outbouw pada duct plafon.

d. lampu yang dipakai dari jenis lampu Halogen atau PAR/Produk Philips jenis reflektif.

e. Contoh harus disetujui Direksi/Manajemen. 5. Lampu Emergency, Exit dan Orientasi

a. Lampu emergency yang digunakan jenis flourescent, lengkap dengan baterai dan chargernya.

(37)

c. Baterai yang dipakai jenis dry cell Nickel Cadmium dan harus sanggup menampung operasi selama minimal 2 jam, kapasitas baterai disesuaikan dengan TLD yang dipasang.

d. Tegangan input adalah 220 V, ± 10 % 50 Hz, 1 fasa, diperlengkapi dengan indikator LED dan peralatan push to check battery.

e. Charger harus dapat mengisi batteray pada kapasitas penuh selama 1 x 24 jam

f. Inverternya harus tidak bekerja bila lampu dinyalakan dari sumber PLN/Genset

g. Untuk lampu Orientasi dipakai jenis flourescent 10 W maintained lengkap dengan baterai dan chargernya.

h. Untuk lampu exit dipakai jenis flourescent 10 W maintained lengkap dengan baterai dan chargernya.

i. Contoh lampu exit harus disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi.

6. Lighting Fixtures Type Outdoor

a. Lighting fixtures yang dapat digunakan, kapnya ex-lokal dengan menggunakan bahan kaca (glass) bening.

b. Tipe lampu yang dipakai adalah mercury.

c. Komponen-komponennya harus menggunakan kondensor yang dapat memberikan koreksi faktor minimal 0,85 dipasang seri.

d. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan efisiensi penerangan yang maksimal, rapi, kuat, serta sedemikian rupa hingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan, contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen konstruksi.

(38)

Persyaratan teknis pemasangan lampu pencahayaan berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:

1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari arsitek dan disetujui oleh MK Direksi/Manajemen Konstruksi.

2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium.

3. Penerangan lampu harus dilengkapi dengan feksibel konduit.

4. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.

2.3.2 Sistem Instalasi Audio Video 2.3.2.1 Elemen Perancangan CCTV

CCTV (Closed Circuit Television) adalah penggunaan kamera video untuk mentransmisikan sinyal video ke tempat spesifik, dalam beberapa monitor. Berbeda dengan siaran televisi, sinyal CCTV tidak secara terbuka ditransmisikan. CCTV paling banyak digunakan untuk pengawasan pada area yang memerlukan monitoring seperti bank, gudang, tempat umum, dan rumah yang ditinggal pemiliknya. Sistem CCTV biasanya terdiri dari komunikasi fixed (dedicated) antara kamera dan monitor. Teknologi CCTV modern terdiri dari sistem terkoneksi dengan kamera yang bisa digerakkan (diputar, ditekuk, dan dizoom), dapat dioperasikan jarak jauh lewat ruang kontrol, dan dapat dihubungkan dengan suatu jaringan baik LAN, wireless-LAN maupun internet.

Perancangan sistem CCTV membutuhkan seorang perancang untuk memadukan sejumlah peralatan penting. Secara individu, peralatan rumit, namun bagaimana masing-masing berinteraksi satu sama lain sangat penting. Beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan bila digunakan dalam perancangan CCTV meliputi:

a. Pengambilan Gambar lingkungan b. Lensa kamera

c. Media transmisi d. Monitor

(39)

Gambar 2.5 Sistem CCTV dan kontrol(Waluyanti Sri, n.d.)

Selain digunakan sebagai pengawasan pada area yang membutuhkan monitoring, CCTV dimanfaatkan untuk meninjau ulang peristiwa pada area pengawasan tersebut yaitu area yang diamati beserta lingkungannya, yang meliputi pencahayaan, cuaca, keamanan dari peralatan CCTV dan detail yang diinginkan dari Gambar yang diperagakan oleh monitor. Lensa pada CCTV merupakan komponen optikal dari sistem yang menggambarkan gambar layar meliputi ukuran, bentuk dan fokus.

2.3.2.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi CCTV Hotel Amaris Teuku Umar

(40)

harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.

a. Garis besar scope pekerjaan Instalasi System IP Camera yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pengadaan, pemasangan dan pengujian Camera Server / recorder.

b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel data dari system Server hingga ke tiap Camera.

c. Melakukan testing dan commisioning.

d. Melatih petugas yang ditunjuk untuk pengoperasian dan perawatan system.

2.3.2.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan CCTV yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Server komputer / recorder

Sebuah Client PC Workstation dalam ruang control harus terkoneksi dengan jaringan kamera untuk melihat system CCTV. Client PC Workstation harus mempunyai spesifikasi teknis sebagaimana tertera dibawah untuk mendapatkan performa maksimal dari video data rates:

a. PC with a 3.6 GHz Intel® Pentium® 4.

b. 2 GB RAM and 150 MB hard drive space for installation.

c. ATI Radeon® X600, X750, X800, X850, X1800 graphics card. » Displaying into 4 monitors

d. Graphics card

e. NVIDIA GeForce 6600, 6800 GT, 7800. o NVIDIA Quadro FX 1400, 4400.

f. Data rates were 1024 KBits/s for CIF resolution, 3072 KBits/s for 4CIF resolution.

(41)

h. Operating System: Windows XP Home, XP Professional. i. DirectX 9.0c software.

j. Screen resolution: 1280 x 1024 pixels. k. Sound card recommended.

2. Switching Hub

Jumlah koneksi : 8, 16 Port atau lebih. Operating Voltage : 220 VAC

Transfer data speed : 100 Mbps

3. Camera

Type : Day and Night Camera Pixel (H x V) : CCIR = 512 x 582

EIA = 512 x 492 Scanning System : CCIR, EIA Horizontal resolution : 480 TV Lines

AGC : Auto

S/N Ratio : More than 58 dB Video Output : 1.0 Vpp / 75 Ohms

4. Konektor dan soket outlet

Konektor dan soket outlet yang dipakai adalah jenis RJ 45 dan dipress / crimp dengan peralatan yang sesuai.

5. Kabel

Untuk instalasi data yang dipakai adalah jenis Coaxial atau Un Twisted Pair (UTP) Cat. 5e yang dilindungi dengan conduit seperti Gambar rencana.

(42)

Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Clipsal) dengan diameter dalam minimum 20 mm.

2.3.2.4 Perancangan Sistem Suara

Tata suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rekaman dan lain-lain. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar keras tanpa mengabaikan kualitas suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikrofon, kabel, prosesor, dan efek suara, serta pengaturan konsul mixer, juga audio power amplifier, dan speaker. Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi pemasangan peralatan sentral yang terdiri dari unit sinyal suara (program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier) yang ditempatkan pada rak peralatan sentral sistem tata suara. Sebuah sistem audio terdiri dari 5 komponen utama yaitu:

1. Input (masukan) yang terdiri dari:

a. Mikropon yaitu suatu alat yang dapat mengubah getaran suara menjadi getaran listrik. Karena sangat peka dalam menerima getaran suara, peletakan mikropon memerlukan pengaturan yang khusus agar suara-suara yang tidak diperlukan tidak ikut masuk menggetarkan membrane mikropon.

(43)

b. Radio Penerima AM/FM yaitu salah satu pesawat input audio. Radio AM maupun FM mempunyai fungsi yang sama yaitu menerima informasi dari pemancarnya.

Gambar 2.7 Pesawat Radio Penerima(Lukmantara, 2014)

2. Proses yang terdiri dari:

a. Mixer yaitu sebuah perangkat audio yang berfungsi untuk mencampur segala suara yang masuk, kemudian diseimbangkan menjadi dua kanal (L-R) untuk stereo, dan satu untuk mono.

Gambar 2.8 Audio Mixer(Lukmantara, 2014)

3. Amplifikasi (penguatan) terdiri dari:

a. Amplifier atau power amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal audio stelah mengalami proses. Sinyal yang diterima akan dikuatkan untuk kemudian diumpankan ke loud speaker.

(44)

4. Output (speaker) terdiri dari:

a. Loudspeaker berfungsi mengubah sinyal elektrik menjadi mekanis sehingga dapat menimbulkan suara. Dalam sistem audio, penggunaan loudspeaker sudah terintegrasi ke dalam box sesuai dengan karakteristriknya masing-masing.

Gambar 2.10 Box Loudspeaker(Lukmantara, 2014)

5. Pengkabelan

2.3.3 Sistem Instalasi Keamanan 2.3.3.1Fire Alarm

Instalasi keamanan pada gedung, tidak hanya sistem CCTV sebagai monitoring / pengawasan, yaitu dapat berupa fire alarm/alarm kebakaran. Fire alarm dikenal meimiliki 2 sistem, yaitu:

1. Sistem Konvensional.

(45)

2x1,5 mm atau NYMHY 2x1,5 mm yang ditarik di dalam pipa conduit. Sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 loop atau zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, atau bahkan lebih.

2. Sistem Addressable.

Sistem addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi alarm kebakaran di gedung bertingkat semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal Address (alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran mudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana.

2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris Teuku Umar

Sebagaimana tertera dalam gambar-gambar rencana, pada pedoman rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar, pemborong pekerjaan instalasi Fire Alarm ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis besar scope pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Panel Kontrol MCPFA, Annunciator dan system catu daya.

b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian semua jenis Detector, Manual Station, Indicator Lamp, Alarm Bell dan Sistem Fire Intercome.

c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Junction Box disetiap lantai.

d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan monitor dan kontrol.

(46)

f. Melakukan testing dan commisioning. g. Melakukan trainning.

2.3.3.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan fire alarm yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Detector Asap Tipe Ionisasi (Ionized Type Smoke Detector) Operating Voltage : 15 - 32 Vdc

Stand by current : 40 uA max Alarm Current : 100 mA max Operating Temperature : -10 - 50 °C Relative Humidity : 95 % max

Sensitivity : 2% - 3% obscuration (adjustable)

2. Detector Panas Tipe Temperatur Tetap (Fixed Temperature Heat Detector) Operating Voltage : 16 - 26 Vdc

Operating Temprature : 57 °C

3. Detektor Panas Tipe Kombinasi (Combination of Rate of Rise and Fixed Temperature Heat Detector)

Operating Voltage : 16 - 30 Vdc Operating Temperature (Fixed) : 57 °C Temperature Rate of Rise : 10 °C/menit 4. Manual Station

Type : Jenis yang dipakai merupakan surface mounted dan dilengkapi dengan break glass

Warna : Merah 5. Alarm Bell

Type : Surface mounting, 6” (inch) anti karat Operating Voltage : 20 - 24 Vdc

(47)

Sound Level : 10 db min./1 M

Warna : Merah

6. Panel Kontrol

Panel kontrol ini terdiri dari Power Module, Control Module, Alarm Signal Modul (continues & intermittent), Zone Module. Panel kontrol harus mempunyai pintu dengan jendela penyekat.

Panel kontrol harus mempunyai kapasitas minimum 20 zone yang dilengkapi dengan perlengkapan sebagai berikut :

a. Lampu-lampu.

Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) untuk setiap zone pada zone module.

Lampu power - ON yang menyatakan sistem mendapat suplai daya listrik yang sesuai.

Lampu AC power failure yang menyatakan adanya gangguan dari jala-jala listrik yang ada.

Lampu low baterai yang menyatakan bahwa tegangan back-up baterai sudah berada pada level dc yang rendah.

Lampu bell circuit trouble yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian bell.

Lampu common alarm yang menyatakan terjadinya alarm sistem tersebut.

Lampu common trouble yang menyatakn terjadinya gangguan padasistem tersebut.

b. Tombol-tombol (switch).

Reset switch yang berfungsi untuk menormalkan sistem setelah terjadi trouble atau alarm.

Silence switch yang berfungsi untuk menghentikan Buzzer bila buzzer itu berbunyi.

(48)

c. Telepon autodial melalui key telepon ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat (bila diperlukan).

d. Menghidupkan sirene generator pada sistem tata suara dan meng-overide sistem tata suara untuk keperluan program evakuasi.

e. Fasilitas Fire Intercom.

Materi Fire Intercome terintegrasi dengan panel kontrol fire alarm. Slave fire intercom dan jumlah fire handset intercom.

f. Battery Charger.

Sistem harus dilengkapi battery charger (pengisi baterai) yang dengan otomatis mengisi baterai setelah terpakai dan mempertahankan tegangan baterai bilamana baterai tidak terpakai. Besarnya arus pengisian disesuaikan dengan nilai rating baterai yang digunakan. g. Baterai.

Baterai harus disediakan sebagai sumber tenaga cadangan agar bila sewaktu-waktu sumber utama (PLN) mati, sistem alarm masih berfungsi dengan baik. Jenis yang digunakan harus jenis dry cell rechargable type Ni-Cd battery (24 Vdc). Baterai ini harus bertegangan normal sesuai tegangan sistem (24 V) dengan kapasitas kebutuhan (ampere-hour) yang disesuaikan, sehingga baterai ini sanggup memberikan suplai secara normal dan terus-menerus kepada sistem selama 24 jam dalam keadaan stand by dan 30 menit dalam keadaan general alarm pada akhir periode.

7. Kabel

Fire Alarm jenis full addressable, kabel feeder yang dipakai adalah jenis 2 pair Twisted Shielded AWG 18 dengan jumlah dan ukuran kawat. Fire Alarm jenis Conventional Zoning, kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis NYYHY dengan ukuran 2 x 1,5 mm2 dipasang dalam

(49)

twisted shielded AWG 18 dengan jumlah kawat serta memakai pipa konduit jenis high impact.

8. Konduit.

Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Gelflex, Clipsal) dengan diameter dalam minimum 1 1/2 kali diameter kabel.

9. Panel Indikator Remote/Annunciator Panel (apabila diperlukan).

Berisi lampu indikator alarm setiap zone dan dilengkapi dengan buzzer, lamp dan buzzer test, berkapasitas minimum 8 zone. Panel Indikator Remote/Announciator. Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi sumber kebakaran (zone area) dan indikasi gangguan dari instalasi dengan indikator audio berupa buzzer, dan indikator visual berupa alarm. Pada panel yang dilengkapi fasility button yang berfungsi sebagai silence alarm/ Acknowledge. Unit ini dilengkapi dengan tombol test untuk lampu (lampu test) dan tombol test untuk buzzer test.

10.Surge Arrestor yang terdiri dari 2 (dua) unit. a. Surge Arrestor untuk power line MCPFA.

b. Surge Arrestor untuk incoming line terminal dan outgoing line terminal cable. Surge Arrestor ini ditanahkan pada sistem arde yang memiliki tahanan tanah maksimum 1 ohm yang letak batang ardenya sejauh minimal 10 meter dari arde penyalur petir.

2.3.3.4 Persyaratan Teknis Pemasangan

Persyaratan teknis pemasangan fire alarm berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:

1. Peralatan

(50)

hydrant box, maka dipasang pada jarak ± 0,5 m di bawah plafond atau disesuaikan dengan keadaan lapangan. Disekitar detektor harus ada ruang bebas dengan radius minimal 0,75 m dari detektor. Peralatan sistem fire alarm ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan maksimum 1 ohm. Suplai listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok Emergency Load dari genset.

2. Kabel & Konduit

a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking kabel/tray dan instalasinya memakai pipa konduit.

b. Semua kabel yang dipasang dishaft secara vertikal harus dipasang pada tangga kabel dan diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem.

c. Pemakaian konduit di dalam gedung atau instalasinya menggunakan PVC konduit (EGA, Gilflex, Clipsal).

d. Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai flexible conduit. Isolasi antara urat-urat kabel terhadap tanah minimum 20 m. ohm.

3. Kabel Trunking (kabel tray) dan tangga kabel

a. Trunking kabel harus terbuat dari pelat baja galvanised hot deep dengan lebar 20 cm atau sesuai Gambar rencana; penyangga dari bahan besi setrip setiap 40 cm, atau dinyatakan lain pada Gambar atau produk. Trunking kabel ini dipakai untuk instalasi sistem elektronik (telephone dan fire alarm).

b. Cara pemasangan kabel trunking harus digantung pada dak beton dengan besi bundar berulir (iron rod diameter 10 mm) yang digalvanis hot dip.

(51)

d. Kabel yang dipasag di atas trunking dan pada cable ladder harus diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie) anti ultra violet, merk LEGRAND atau setaraf.

e. Sebelum pemasangan kabel trunking harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan instalasi lainnya (AC, Plumbing dan listrik).

f. Jarak minimm antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 300 mm.

g. Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah dynabolt berukuran 1x2 cm pada jarak 75 cm.

h. Trunking kabel digantung di lantai bangunan dengan dynabolt berukuran 1x2 cm.

2.3.4 Sistem Sirkulasi Kolam Renang

Sistem Sirkulasi Kolam Renang adalah meliputi sistem instalasi mekanikal, elektrikal, dan pemipaan pada kolam renang. Sebelum membangun kolam renang, selain merancang Struktur, Finishing, Arsitektur, atau desain kolam renangnya, yang sangat fital adalah merancang sistemnya agar pada perawatan air nya nanti tidak hanya tergantung pada Chemycal (obat-obatan) saja. Sistem sirkulasi kolam renang terbagi dalam dua macam sistem, yaitu:

1. Kolam Renang Sistem Overflow

(52)

diperlukan adanya pipa saluran pelimpahan yang menuju saluran pembuangan, posisi saluran pembuangan haruslah lebih rendah dari posisi pipa perluapan Balancing Tank.

2. Kolam Renang Sistem Skimmer

Kolam renang sistem skimmer yaitu sistem dengan air yang tidak melimpah. Jadi, dinding kolam renang harus di desain lebih tinggi dari elevasi air. Pada kolam renang System Skimmer tidak diperlukan Balancing Tank namun memakai Box Skimmer. Box Skimmer berfungsi agar kotoran-kotoran yang mengambang di air masuk kedalam keranjang yang terdapat pada Box Skimmer sehingga air yang terhisap ke pompa tidak terdapat kotoran, dan bisa juga sebagai tempat menaruh Kaporit Tablet. Box Skimmer berfungsi sebagai penyeimbang elevasi air kolam renang. Box Skimmer juga berfungsi sebagai tempat untuk menghubungkan selang Vacuum pada saat pembersihan atau perawatan air kolam renang.

2.3.4.1 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Sirkulasi Kolam Renang Sebagaimana tertera dalam gambar-gambar rencana, pada pedoman rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar, pekerjaan instalasi sirkulasi kolam renang ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Adapun uraian singkat lingkup pekerjaan sistem sirkulasi kolam renang adalah sebagai berikut:

1. Tangki balancing (balancing tank). 2. Pompa Sirkulasi Kolam Renang. 3. Sand Filter

4. Salt Chlorinator

5. Pompa injeksi chlorine dan Acid secara otomatis (automatic PH controller). 6. Panel kontrol otomatis pompa dengan sistem timer.

(53)

2.3.4.2 Ketentuan Bahan dan Peralatan

Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan bahan yang digunakan pada sistem sirkulasi kolam renang, yaitu sebagai berikut:

1. Pompa Sirkulasi kolam

Jenis Pompa : Total enclusure high rate Pump with hair catcher basket.

Total Head : 15 meter

Electrik motor : 380 V – 3 Phs – 1.500 RPM

2. Sand Filter

Jenis : Wire wound fibreglass reinforced tank. Kapasitas alir/debit : sesuai laju aliran pompa

Tekanan kerja : 2 bar

Sistem valve : Multiport valve

Media filter : Pasir kwarsa 0,3 ~ 0,5 mm. 3. Salt Chlorinator

Jenis : Self Cleaning Cell Salt Chloorinator. Elektrik : 80 Watt, 220 V

Pada setiap pompa, harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut : a. Isolating Valve pada sisi pipa tekan

b. Non return valve pada sisi pipa tekan c. Automatic Air Release Valve ½

2.3.4.3 Sistem Perpipaan Kolam Renang

(54)

srtuktur kolam harus dicor menjadi satu kesatuan dengan beton kolam; dan terbungkus beton dengan tebal minimal 15 cm sekeliling diameter pipa. Pipa yang menembus dinding kolam harus diberi puddle flange dengan lebar minimal 50 mm sekeliling luar pipa dengan bahan sejenis dan di las dengan semburan udara panas (PVC Hot air welding).

Penyambungan pipa dengan fitting dan perlatan lainnya harus menggunakan sistem solvent joint setelah kedua ujung yang akan disambung telah dibersihkan dari segala kotoran. Sebelum pengecoran dilaksanakan, maka bagian pipa yang akan tertutup beton harus diuji tekan sebesar minimum 5 bar. Dan selama proses pengecoran; pipa selalu dalam keadaan terisi air bertekanan, dan telah pula disiapkan peralatan / fitting pipa selama proses pengecoran; sehingga apabila terjadi kebocoran dapat segera diperbaiki.Tidak digunakan, tidak ada kolam renang maupun pond pada proyek ini.

2.4 Manajemen Audit Energi

Pengertian manajemen audit energi yaitu proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada suatu perusahaan. Sedangkan arti kata audit sendiri yaitu dalam arti yang luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit energi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

(55)

Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi.

2. Audit Energi Terinci (AET) yaitu biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji efisiensi pembakaran, pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di dalam spesifikasi.

(56)

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan atas data yang diperoleh dari dokumen perencanaan kelistrikan hotel khususnya pada perencanaan instalasi listrik yang ada di Hotel Amaris. Pembahasan dilakukan khususnya pada instalasi listrik, audio video, fire alarm, dan sistem pencahayaan di basement, untuk mengetahui apakah sistem penerangan sudah sesuai dengan standar yang ada dan apakah rating peralatan instalasi listrik dan pengamannya sudah sesuai dengan perhitungan serta membahas sistem kolam renang yang ada pada Hotel Amaris. Adapun single line diagram pada Hotel Amaris secara Global digambarkan pada Gambar 3.1.

3.1 Analisa Pemutus Daya dan Kabel Instalasi 3.1.1 Power Panel Parking

Perhitungan dilakukan pada objek Power Panel Parking (PP. Parking).Objek perhitungan untuk PP. Parking terletak pada basement yang disuplai oleh SDP Basement, dimana SDP Basement ini disuplai langsung dari MDP-1. Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban-beban listrik pada PP.Parking dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Data beban pada PP. Parking

Pembagian Beban Beban Listrik Jumlah Beban Setiap Group(VA) Group 1 Flourescent Light HL 36W/220V 11 495

Group 2 Flourescent Light HL 36W/220VFlourescent Light HL 18W/220V 81 382,8 Group 3 Flourescent Light HL 36W/220V 8 484

Single GPO 100VA 1

Group 4 Pump 1 932,8

Group 5 Pump 1 932,8

(57)
(58)

Group 1

a. Kapasitas Pemutus Daya

Arus Nominal

Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :

IN=

Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :

- ZMDP−SDPBasement

Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .

Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :

Sehingga besar impedansi pada saluran ini :

ZMDP−SDPBasement=panjangsaluran×

R2+X2

(59)

b. ZSDP Basement – P P . Parking

Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6mm2 .

Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi

Sehingga besar impedansi pada saluran ini:

ZSDPBasement−PP . Parking=panjangsaluran ×

R2+X2

(

3,802×10−3

)

2

Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3×2,5mm2 .

Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi

(60)

ZPP .Parking−L oad=panjangsaluran×

R2+X2

(

9,139×10−3

)

2

+¿

(

0,099×10−3

)

2 ¿2×√¿

¿2×9,139×10−3

¿0,018278o h m

¿18,278

Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :

Zsaluran=ZMDP−SDPBasement+ZSDPBasement−PP .Parking+ZPP . Parking−Load

¿0,024616+0,091272+0,018278

¿0,134166o h m

¿134,166

Pengaman Pemutus Daya

Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 2,25 A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya nilai arus rating terdekat adalah 4 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka untuk

keamanan masih memungkinkan menggunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.

b. Kuat Hantar Arus Penghantar

Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=2,25A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel

memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4

(61)

KHAefisienkabel=KHAKabel × faktorkoreksi

¿18,5A ×0,87

¿16,095A

dimana,

KHAefisienkabel>IN

Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.

Tabel 3.2 Analisa pengaman dan kabel pada Group 1

Group Daya Beban

Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :

IN= P

VL−N

¿382,8

220

¿1,74A

Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :

- ZMDP−SDPBasement

Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .

(62)

R=1,446o h m

Sehingga besar impedansi pada saluran ini :

ZMDP−SDPBasement=panjangsaluran×

R2+X2

(

1,446×10−3

)

2

Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi

Sehingga besar impedansi pada saluran ini:

ZSDPBasement−PP . Parking=panjangsaluran ×

R2

Gambar

Gambar 1.1 Logo CV. Hardian Solusi Engineering
Gambar 1.2 Struktur organisasi CV. Hardian Solusi Engineering
Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi
Gambar 2.1 Kabel NYFGbY(“NYFGbY | Mulia Cable Power,” n.d.)
+7

Referensi

Dokumen terkait

10 Menentukan sistem dan komponen instalasi listrik tegangan rendah fasa tunggal dan fasa tiga yang digunakan untuk penerangan piranti elektronik dan piranti rumah tangga (

Buatlah instalasi panel kontrol motor listrik 3 fasa dengan starting bintang segitiga otomatis dan instalasi penerangan dengan ketentuan sebagai berikut :.. Kontrol motor listrik

12 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor LOKASI KEGIATAN : Dinas Pekerjaan Umumn Kabupaten Bantul. SUMBER

Menganalisis kebutuhan bahan dan biaya instalasi listrik penerangan rumah tinggal merupakan kegiatan seorang perencana untuk menghitung unit komponen atau bahan instalasi, pemipaan,

Oleh karna itu dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan diatas semua pekerjaan listrik termasuk pemasangan instalasi penerangan dan instalasi tenaga pada suatu

3.5 Menerapkan prosedur pemasangan instalasi PHB lampu penerangan pada bangunan sederhana (Rumah Tinggal, Sekolah, Rumah, Ibadah) sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik

Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan di atas, pekerjaan listrik yang meliputi pengadaan, pemasangan instalasi listrik penerangan satu fasa satu group untuk

Materi kuisioner berdasarkan materi penyuluhan tentang Instalasi listrik, pengetahuan dasar instalasi listrik, sistem pengaman, PUIL 2011, standarisasi kelistrikan BSN & SNI, bahaya