• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK DAN KEKERABATAN ENAM AKSES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTERISTIK DAN KEKERABATAN ENAM AKSES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Yosi Zendra Joni dan Panca Jarot Santoso

Balai Penelit ian Tanaman Buah Tropika Email: rabbaniyyun@yahoo.com

ABSTRACT

Charact erizat ion of six papaya accessions w as conduct ed at Padang Pariaman, West Sumat era from M ay t o July 2006. Those papaya accessions w ere result ed from explorat ion using populat ion survey met hod. Clust er analysis w as applied on quant it at ive and qualit at ive charact er using NTSys program version 2.1. The result s show ed t hat six papaya accessions could be grouped int o t w o clust ers at 39 % coefficient of similarit y. Brunei 1 and Brunei 2 had t he closest relat ionship w it h coefficient of similarit y 80 %.

Keyw ord: Papaya, charact erizat ion, clust er analysis, accession

PENDAHULUAN

Pepaya diperkirakan masuk ke nusant ara sekit ar abad ke-16. Asal pepaya adalah Amerika Tengah yang beriklim t ropis. Di Indonesia pepaya t umbuh subur dan t ersebar di seluruh w ilayah nusant ara, dari ujung ut ara Pulau Sumat era hingga ujung t imur Irian Jaya. It ulah sebabnya pepaya memiliki nama yang berbeda di masing-masing daerah di Indonesia di ant aranya Peut e (Aceh), Past ela (Bat ak), Kalikih (M inangkabau), Bet ik (Palembang), Punt i Kayu (Lampung), Gedang (Jabar, Bali), Kat es (Jat eng, Jat im, M adura), Tapaya (Ternat e), Kuat (Tim or), dan Asaw a (Irian Jaya) (M uhidin 2003).

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan buah yang memilki rasa yang enak, mengandung vit amin A dan C. Buah pepaya dapat dimakan sebagai buah segar at au dijadikan sari buah. Di samping it u buah dan daun yang muda dapat dijadikan sebagai sayur. Get ah pepaya mengandung enzim pemecah prot ein at au enzim prot eolit ik yang disebut papain, banyak digunakan dalam indust ri t ekst il dan pengempuk daging (Arsyad dan Zelvia 1993). M enurut Rukmana (1995), t anaman pepaya merupakan jenis t anaman buah-buahan yang layak disebut “ mult i guna” , yakni sebagai bahan makanan dan minuman, campuran bahan baku pembuat saus t omat , obat t radisional, pakan t ernak, indust ri penyamak kulit , pelunak daging, dan bahan komest ika at au kecant ikan.

(2)

pepaya ant ara lain belum adanya variet as pepaya yang mempunyai produkt ivit as t inggi (>30 - 40 kg/ pohon) dan memenuhi semua krit eria ideot ipe yang diinginkan oleh konsumen sert a mampu dit anam pada berbagai kondisi lahan yang ada di Indonesia. Variet as yang ada sekarang buahnya berukuran besar (1,5-5 kg), padahal saat ini t erdapat kecenderungan konsumen menginginkan jenis pepaya yang berukuran kecil namun daging buahnya berw arna merah jingga dan manis(LP IPB 2003).

M enurut Budiyant i et al. (2005) idiot ipe buah pepaya versi Balai Penelit ian Tanaman Buah Tropika adalah ukuran buah sedang dengan bobot 500-850 g/ buah, ukuran sangat besar lebih dari 2,85 kg/ buah, bent uk sempurna, w arna kulit kuning merah, w arna daging buah jingga-merah, daging buah t ebal, TSS lebih dari 13° Brix, daya simpan lebih dari 15 hari set elah pet ik, dan aroma kuat . Unt uk idiot ipe t anaman pepaya yang diinginkan adalah t anaman kuat , peraw akan pendek dan cepat berbuah, t erbent uknya benang sari karpeloid

(t idak sempurna) sedikit , jumlah bunga bet ina st erilnya sedikit , namun lebih diinginkan bunga sempurna, resist en t erhadap serangan hama dan penyakit sert a produkt ivit as t inggi(Budiyant i et al. 2005)

Unt uk mendapat kan variet as pepaya yang mempunyai karakt er sesuai dengan idiot ipe yang diinginkan, perlu dilakukan serangkaian kegiat an pemuliaan t anaman. Syarat keberhasilan pemuliaan t anaman menurut Allard (1995) adalah t ersedianya keragaman genet ik dalam populasi. Keragaman genet ik t ersebut diperoleh dari pengumpulan berbagai macam mat erial genet ik, persilangan-persilangan, mut asi buat an, t ransformasi genet ik, fusi sel, dan berbagai rekayasa genet ik lainnya.

Keberadaan sumber plasma nut fah t anaman pepaya sangat dibut uhkan, sehingga eksplorasi, karakt erisasi, dan analisis hubungan kekerabat an t erhadap plasma nut fah pepaya yang ada pada suat u daerah adalah suat u keharusan, t erut ama daerah sent ra produksi pepaya.

Kabupat en Padang Pariaman merupakan sent ra produksi pepaya di Sumat era Barat , dengan jum lah produksi pada t ahun 2004 sebanyak 7.240,96 t on dan luas panen 97,43 ha (BPS Sumat era Barat 2004). Unt uk it u perlu dilakukan eksplorasi, karakt erisasi, dan analisis hubungan kekerabat an aksesi pepaya yang ada di Kabupat en Padang Pariaman, Sumat era Barat sebagai sumber plasma nut fah.

Penelit ian ini bert ujuan unt uk menget ahui karakt erist ik dan hubungan kekerabat an dari aksesi pepaya yang ada di Kabupat en Padang Pariaman, Sumat era Barat , sehingga bermanfaat bagi para pemulia t anaman pepaya dalam perakit an variet as yang sesuai dengan idiot ipe yang diinginkan.

BAHAN DAN M ETODE

(3)

Penelit ian ini menggunakan met ode survei dengan t eknik penelit ian populasi, yait u pengamat an langsung t erhadap seluruh aksesi pepaya yang t umbuh di Kabupat en Padang Pariaman Sumat era Barat , baik it u yang dibudidayakan pet ani di ladang, pekarangan at au pun aksesi pepaya yang t umbuh secara liar. Set iap aksesi yang dit emukan diambil sampel sebanyak t iga t anaman, sedangkan aksesi yang jumlahnya kurang dari t iga t anaman, maka diamat i semuanya.

Survei pendahuluan dilakukan unt uk mendapat kan dat a ekologis (meliput i: curah hujan, suhu, kondisi lahan dan sifat -sifat t anah), penyebaran penanaman pepaya di Kabupat en Padang Pariaman, keragaman variet as pepaya di Kabupat en Padang Pariaman. Dat a ini diperoleh dari Dinas Pert anian Kabupat en Padang Pariaman dan melalui w aw ancara langsung t erhadap beberapa pet ani pepaya.

Pengamat an dilakukan t erhadap karakt er morfologi t anaman yang bersifat kuant it at if dan kualit at if. Karakt er kuant it at if yang diamat i meliput i panjang

pet iole (t angkai) (cm), panjang daun (cm), lebar daun (cm), panjang buah (cm), diamet er buah (cm), bobot buah (g), panjang biji (mm), dan diamet er biji (mm). Karakt er kualit at if yang diamat i meliput i w arna bat ang, w arna pet iole, bent uk sinus daun, bent uk gerigi daun, t ipe daun, w arna daging buah, t ipe t angkai buah, dan bent uk buah.

Dat a yang bersifat kuant it at if, sepert i panjang pet iole, panjang daun, lebar daun, panjang buah, diamet er buah, bobot buah, panjang biji, dan diamet er biji diperoleh dari pengukuran secara langsung. Dat a yang diperoleh diolah dengan mencari rat a-rat a dari sampel karakt er yang diukur. Unt uk dat a yang bersifat kualit at if, pengamat an dilakukan dengan peubah-peubah yang mengacu kepada buku panduan Descript ors for Papaya yang dit erbit kan oleh Int ernat ional Board for Plant Genet ic Resources (IBPGR) t ahun 1988.

Unt uk menganalisa hubungan kekerabat an genet ik ant ar aksesi, digunakan program Numerical Taxonomy and M ult ivariat e Syst em (NTSys) versi 2.1. dengan pengelompokkan berdasarkan unw eight ed pair-group method w it h arit hmat ical average (UPGM A), kemudian dibuat dendogramnya.

HASIL DAN PEM BAHASAN

Hasil eksplorasi pepaya di Kabupat en Padang Pariaman Sumat era Barat mendapat kan enam aksesi pepaya yang t erdiri at as aksesi Lubuk Alung, Elang, Brunei 1, M as, Jangek, dan Brunei 2. Pemberian nama masing-masing aksesi berdasarkan penamaan dari masyarakat set empat.

KARAKTER KUANTITATIF

(4)

t erbesar t erdapat pada aksesi Jangek, sedangkan panjang daun dan lebar daun t erkecil t erdapat pada aksesi M as.

Tabel 1. Karakt er kuant it at if dan kualit at if enam aksesi pepaya dari Kabupat en Padang Pariaman, Sumat era Barat Bent uk gerigi daun Lurus Cembung Cekung Cekung Lurus Cekung Tipe t angkai buah Tert ekan Tert ekan Rat a Rat a Tert ekan Rat a

Aksesi yang memiliki panjang pet iole, lebar daun, dan panjang daun yang kecil memiliki keunggulan dalam hal penanaman, karena jarak ant ar pohon akan lebih rapat sehingga jumlah pohon yang dit anam lebih banyak daripada aksesi yang memiliki daun dengan ukuran besar. W alaupun dem ikian aksesi yang memiliki panjang pet iole, lebar daun, dan panjang daun yang besar diharapkan mempunyai lebih banyak klorofil yang berperan dalam fot osint esis sehingga dapat berpengaruh t erhadap produksi papain dan buah (M ut t aqin 2003).

Buah t erpanjang t erdapat pada aksesi Lubuk Alung dan buah t erpendek pada aksesi M as. Diamet er buah t erbesar t erdapat pada aksesi Jangek dan yang t erkecil pada aksesi aksesi. Unt uk bobot buah t erbesar t erdapat pada aksesi Lubuk Alung dan bobot t erkecil pada aksesi M as.

(5)

kalangan menengah ke at as, karena dapat habis dikonsumsi 1-2 orang dalam sekali makan. Sedangkan aksesi Lubuk Alung dan Jangek t ermasuk ukuran besar.

Panjang dan diamet er biji t erbesar t erdapat pada aksesi Lubuk Alung dan ukuran biji t erkecil t erdapat pada aksesi Elang.

M enurut M ut t aqin(2003), panjang buah, diamet er buah, panjang biji, dan diamet er biji berpengaruh t erhadap peubah bobot buah. Walaupun demikian, bobot buah t idak hanya dipengaruhi oleh panjang buah, diamet er buah, panjang biji, dan diamet er biji, akan t et api dipengaruhi juga oleh t ipe buah (hermaprodit dan bet ina).

KARAKTER KUALITATIF

Unt uk karakt er kualit at if, t abel 1 menunjukkan aksesi Brunei 1, Brunei 2, dan Jangek memiliki w arna bat ang yang sama yait u coklat keabu-abuan, sedangkan t iga aksesi yang lain w arna bat angnya beragam, aksesi Lubuk Alung berw arna hijau keabu-abuan, Elang berw arna coklat keabu-abuan dan violet , dan M as berw arna hijau dan sedikit ungu kemerah-merahan. Unt uk w arna Pet iole

aksesi Lubuk dan Jangek berw arna Hijau, Brunei 1 dan Brunei 2 berw arna hijau pucat , aksesi Elang berw arna violet , dan M as berw arna Hijau dan sedikit ungu kemerahan.

Warna ungu pada bat ang dan pet iole t idak saling berkait an erat , t et api w arna ungu akan dit urunkan pada hasil persilangan sebesar 41%. Oleh karena it u, jika kit a melakukan persilangan pepaya, maka w arna ungu akan selalu m uncul pada bat ang dan pet iole apabila salah sat u t et uanya berw arna ungu (Nakasone dan Paul 1998).

Dari karakt er daun yang diamat i, yait u t ipe daun, bent uk sinus daun, dan gerigi daun, pada t abel 1 dapat dilihat bahw a dari ke enam aksesi, yang memiliki t ipe daun yang sama adalah Brunei 1 dan Brunei 2, yait u t ipe 2, sedangkan aksesi yang lain memiliki t ipe yang berbeda-beda, aksesi Lubuk Alung t ipe 7, Elang t ipe 12, M as 14, dan Jangek t ipe 8. Unt uk bent uk sinus daun, lima aksesi sinus daunnya sangat t ert ut up dan hanya aksesi M as yang bent uk sinus daunnya agak t erbuka. Bent uk gerigi daun aksesi Lubuk Alung dan Jangek lurus, aksesi Brunei 1, M as, dan Brunei 2 cekung, dan hanya aksesi Elang yang gerigi daunnya cembung.

Karakt er buah yang diamat i adalah t ipe t angkai buah, w arna daging buah, dan bent uk buah normal. Tabel 1 menunjukkan, aksesi Lubuk Alung, Elang, dan Jangek t ipe t angkai buahnya t ert ekan at au agak cekung ke dalam, sedangkan t iga aksesi lainnya, yait u Brunei 1, M as, dan Brunei 2 memiliki t ipe t angkai buah merat a at au ujung dat ar agak t umpul. Unt uk karakt er w arna daging buah, aksesi Lubuk Alung dan Brunei 1 berw arna oranye kemerah-merahan, aksesi Elang berw arna kuning keoranyean, aksesi M as berw arna kekuning-kuningan, aksesi Jangek dan Brunei 2 berw arna kuning t erang. Unt uk bent uk buah aksesi Elang, Brunei 1, Jangek, dan Brunei 2 berbent uk elips, Lubuk Alung memanjang, dan M as oval (Gambar 1).

(6)

Lubuk Alung dan Brunei 1. Pepaya yang daging buahnya berw arna kuning kurang diminat i karena ident ik dengan pepaya makanan burung (LP IPB 2002).

M enurut Nakasone dan Paull (1998),gen pem baw a w arna kuning pada daging buah bersifat dominan t erhadap w arna m erah. Jika dilakukan persilangan ant ara bunga yang menghasilkan daging buah berw arna kuning dengan bunga yang menghasilkan daging buah berw arna merah, maka t urunan yang dihasilkan past i berw arna kuning.

Gambar 1. Karakt er buah enam aksesi pepaya dari kabupat en Padang Pariaman Sumat era Barat

KEM IRIPAN GENETIK ENAM AKSESI PEPAYA DARI KABUPATEN PADANG PARIAM AN

Analisa hubungan kekerabat an enam aksesi pepaya dari Kabupat en Padang Pariaman, Sumat era Barat menggunakan program Numerical Taxonomy and M ult ivariat e Syst em (NTSys) versi 2.1, dengan pengelom pokan berdasarkan

unw eight ed pair-group met hod w it h arithmat ical average (UPGM A) menunjukkan bahw a seluruh aksesi yang diuji m engelompok menjadi dua pada t ingkat kemiripan 39 % (Gambar 2).

Kelompok I adalah aksesi Lubuk Alung, Jangek, dan Elang. Sedang kelompok ke II adalah aksesi Brunei 1, Brunei 2, dan M as. Kelompok I t erpisah menjadi dua subkelompok pada t ingkat kemiripan genet ik 47% yait u Lubuk Alung dan jangek dengan Elang. Aksesi Lubuk Alung dan Jangek t ingkat kemiripannya sebesar 68 %. Kelompok II t erpisah menjadi dua subkelom pok pada t ingkat kemiripan 48 % yait u Brunei 1 dan Brunei 2 dengan M as. Brunei 1 dan Brunei 2 t ingkat kemiripannya sebesar 80 %. Dari ke enam aksesi t ersebut yang memiliki t ingkat kemiripan t erbesar adalah aksesi Brunei 1 dan Brunei 2. Hal ini menunjukkan bahw a hubungan kekerabat an terdekat t erdapat pada aksesi Brunei 1 dan Brunei 2.

Lubuk Alung

Elang

Mas

Brunei 1

(7)

Gambar 2. Dendogram kemiripan genet ik enam aksesi pepaya Kabupat en Padang Pariaman, Sumat era Barat menggunakan klust er UPGM A berdasarkan analisis karakt er kuant it t aif dan kualit at if

Hasil di at as dapat digunakan sebagai acuan dalam penent uan t et ua unt uk merakit variet as baru. Semakin jauh hubungan kekerabat an ant ar aksesi, maka semakin kecil keberhasilan persilangan, t et api kemungkinan unt uk memperoleh aksesi unggul lebih besar jika persilangan berhasil. Semakin beragam genet ik, maka semakin besar kemungkinan diperoleh genot ipe unggul. Persilangan ant ara aksesi yang berjarak genet ik dekat at au hubungan kekerabat annya sama mempunyai efek pening-kat an homozigosit as, sebaliknya persilangan ant ara aksesi yang berjarak genet ik besar at au kekerabat annya jauh mempunyai efek peningkat an het erozigosit as. Informasi ini berdampak baik bagi proses perakit an variet as baru. Persilangan t et ua dengan variasi genet ik yang relat if t inggi akan menghasilkan individu dengan het erozigosit as lebih t inggi (Julisaniah et al. 2008)

Kemiripan genet ik berdasarkan karakt er morfologi ini memang belum bisa menunjukkan hubungan kekerabat an ant ar aksesi secara akurat , karena karakt er morfologi yang diamat i um umnya sangat dipengaruhi lingkungan dan umur t anaman. Namun demikian informasi ini sangat berguna dalam menget ahui jarak genet ik ant ar aksesi secara cepat . Informasi jarak genet ik dapat dijadikan dasar unt uk menent ukan aksesi yang akan dipilih, sebagai mat eri persilangan unt uk merakit pepaya hibrida. Semakin jauh jarak genet ik ant ar aksesi, maka akan memiliki efek het erosis yang t inggi apabila disilangkan. Walaupun demikian dalam seleksi mat eri unt uk persilangan, t idak hanya fakt or jarak genet ik yang diperhit ungkan, t api karakt er-karakt er lain yang menarik dan menonjol perlu diikut sert akan unt uk menghasilkan rekom binan yang baik. Unt uk it u perlu diket ahui korelasi ant ara karakt er kuant it at if dan kualit at if dengan hasil, sehingga lebih t erarah dan efekt if (M askromo dan M ift ahorrachman 2007).

KESIM PULAN

(8)

UCAPAN TERIM A KASIH

Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Subandriyo, M Sc., pembimbing dalam penulisan karya t ulis ilmiah, Prof. Dr. Ir. Irfan Suliansyah, M S., Ir. Sut oyo, M S., dan Tri Budiyant i, SP., yang t elah banyak membant u dalam penelit ian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, RW. 1995. Pemuliaan Tanaman. Cet akan ke II. Rineka Cipt a, Jakart a.

Arsyad, H dan Tj Zelvia Z. 1993. Pepaya. Dalam Pedoman Prakt is Budidaya Tanaman

Buah-buahan Berair. Cet akan ke II. M ahkot a, Jakart a.

Badan Pusat St at ist ik Provinsi Sumat era Barat . 2004. Sumat era Barat Dalam Angka Tahun 2004. BPS Provinsi Sumat era Barat , Padang.

Budiyant i, T., S. Purnomo, Karsinah, dan Wahyudi A. 2005. Karakt erisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelit ian Tanaman Buah. Bulet in Plasma Nut fah

11 (1): 21-27.

IBPGR. 1988. Descript or for Papaya. Int ernat ional Board for Plant Genet ic Resources, Rome.

Julisaniah, N.I., Lilik S., dan Arifin N.S. 2008. Analisis Kekerabat an M ent imun (Cucumis sat ivus L.) menggunakan M et ode RAPD-PCR dan Isozim.

Biodiversit as 9(2): 99 – 102.

Lembaga Penelit ian Inst it ut Pert anian Bogor. 2002. Laporan Akhir Riset Unggulan St rat egi Nasional: Pengembangan Buah-buahan Unggulan Nasional. LP-IPB, Bogor.

Lembaga Penelit ian Inst it ut Pert anian Bogor. 2003. Laporan Akhir Riset Unggulan St rat egi Nasional: Pengembangan Buah-buahan Unggulan Nasional. LP-IPB, Bogor.

M uhidin, D. 2003. Agroindust ri Papain dan Pekt in. Cet akan Ke II. Penebar Sw adaya, Jakart a.

M ut t aqin, T. 2003. Evaluasi Beberapa Karakt er M orfologi 19 Genot ipe Pepaya (Carica papaya L.) Hasil Pemuliaan Balit bu Solok: Skripsi. Fakult as Pert anian Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor.

Nakasone, H.Y, and Paull, R.E. 1998. Tropical Fruit s. CAB Int ernat ional, Wallingford.

Rukmana, R. 1995. Pepaya: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakart a. Sulist yo, A. 2002. Karakt erisasi M orfologi 15 Genot ipe Pepaya (Carica papaya L.)

Hasil ekplorasi PKBT: Skripsi. Fakult as Pert anian Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Karakter kuantitatif dan kualitatif enam aksesi pepaya dari Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat
Gambar 1. Karakter buah enam aksesi pepaya dari kabupaten Padang Pariaman
Gambar 2. Dendogram kemiripan genetik enam aksesi pepaya Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat menggunakan kluster UPGM A berdasarkan analisis karakter kuantittaif dan kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan

Penyusunan laporan Proyek Akhir ini dilaksanakan demi memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan

Namun, sekolah harus mampu menerjemahkan dan menggali esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi kekuatan dan kelemahan lingkungan untuk kemudian

Namun, dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering kita temukan digunakannya kata-kata mengenai, tentang , atau perihal yang diletakkan di antara kata kerja aktif transitif

Sebaliknya, perubahan dari pola tata guna lahan berkaitan erat dengan tingkat aksesibilitas yang diberikan oleh sistem transportasi untuk menunjang mobilitas dari

Setiap murid di dalam kumpulan akan menentukan satu gaya yang perlu dilakukan berdasarkan nama kumpulan yang diberi dan melakukan aksi tersebut apabila nama kumpulan mereka

Penulis dapat menegakkan diagnosa sesuai dengan teori, diagnosa kehamilan normal yaitu tanpa adanya keluhan dan hasil pemeriksaan fisik yang normal dan hasil pemeriksaan

Siswa terampil menggunakan ungkapan menyatakan dan menanyakan tentang niat melakukan sesuatu dalam teks lisan dan tulis sesuai konteks dengan memperhatikan fungsi