• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL EKONOMI MANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL EKONOMI MANTAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL EKONOMI MANTAN TENAGA many Indonesians, especially women who have opted to work as female labor abroad. Although in general the main purpose of their work abroad is to improve life, especially in economic terms, but when returning to the area of origin found a change in behavior both in terms of social and economic. In this case there are two possibilities of behavior change that is behavior change toward positive or negative. Changes in the positive behavior experienced by former female labor is for productive and effective activities in the management of income from working overseas. While the changes go towards the negative, for example a change in consumer behavior where they utilize the results obtained during work abroad because of the demands of prestige and changes in lifestyle that tend to be westernized. They are more concerned with desire than need, this is what causes the nature of wasteful and excessive. The existence of changes in economic activity is strongly influenced by social behavior. Positive social behavior will result in positive changes in economic activity as well as negative social behavior. The existence of changes in socio-economic behavior in the former female labor will affect the survival of his family. Socio-economic behavior is a social behavior that leads to economic activity. The existence of a change in the socio-economic behavior of former female labor will be seen from before and after they depart. Many socio-economic changes that occur among the workers are changes in consumption behavior that tend to consumptive and changes in westernized lifestyle. Consumptive behavior is the behavior of a person who is more concerned with the desire than the need, so that the excessive consumption and tend to be a waste. Currently, an item or product is consumed not only because of the outward need but because of its symbolic exchange value, thus triggering the community including female labor behave consumptively. Lifestyle changes is one thing that is often experienced by the maids.

Keywords: Female Labor, socio-economic changes, consumption behavior, lifestyle

(2)

kebarat-baratan. Mereka lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, hal inilah yang menyebabkan sifat boros dan berlebihan. Adanya perubahan kegiatan ekonomi sangat dipengaruh oleh perilaku sosial. Perilaku sosial yang positif akan menghasilkan perubahan kegiatan ekonomi yang positif pula, begitu juga pada perilaku sosial negatif. Adanya perubahan perilaku sosial ekonomi pada mantan TKW akan berdampak pada keberlangsungan hidup keluarganya. Perilaku sosial ekonomi merupakan suatu perilaku sosial yang mengarah ke kegiatan ekonomi. Adanya suatu perubahan perilaku sosial ekonomi mantan TKW akan terlihat dari sebelum dan setelah mereka berangkat. Perubahan sosial ekonomi yang banyak terjadi pada kalangan para TKW adalah perubahan perilaku konsumsi yang cenderung konsumtif dan perubahan gaya hidup yang kebarat-baratan. Perilaku konsumtif merupakan perilaku seseorang yang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, sehingga konsumsi yang dilakukan berlebihan dan cenderung sebagai pemborosan. Saat ini, sebuah barang atau produk dikonsumsi bukan hanya karena kebutuhan lahiriah saja namun karena nilai tukarnya yang bersifat simbolik, sehingga memicu masyarakat termasuk TKW berperilaku konsumtif. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu hal yang sering dialami oleh para TKW.

Kata Kunci : Tenaga Kerja Wanita (TKW), perubahan sosial ekonomi, perilaku konsumsi, gaya hidup.

Indonesia merupakan salah satu pemasok Tenaga Kerja Wanita (TKW) terutama pada kawasan Asia. Banyak warga Indonesia yang mengadu nasib dengan bekerja ke luar negeri, padahal Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Hal ini karena jumlah lapangan kerja yang berbanding jauh dengan jumlah angkatan kerja. Selain itu banyak sumber daya yang dikuasai oleh swasta yang notabenya metatok standar tinggi kualitas pekerjanya. Tenaga Kerja Wanita (TKW) kebanyakan hanya lulusan SMP. Dengan tingginya standar kualitas pekerja, maka banyak wanita di Indonesia memilih bekerja di luar negeri dengan gaji yang tinggi.

Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri telah memberikan dampak yang besar bagi negara Indonesia. Negara telah menerima pemasukan devisa yang signitifkan sepanjang tahun 2011 dari penghasilan TKW. Antusiasme masyarakat Indonesia untuk menjadi TKW di luar negeri, merupakan salah satu alternatif terutama bagi kalangan ekonomi menengah kebawah untuk meningkatkan pendapatan mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tujuan utama dari TKW adalah untuk memperbaiki kondisi perekonomian menjadi lebih baik dan juga mensejahterakan kehidupan mereka.

(3)

tertentu adalah untuk menambah penghasilan keluarga, supaya tidak tergantung kepada suaminya, untuk menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu luang, untuk memperoleh status dan untuk mengembangkan diri. Nasution mengemukakan bahwa alasan yang paling utama dan mendasar seorang perempuan meninggalkan negara asal untuk bekerja adalah karena faktor ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan, serta keinginan untuk mendapat penghasilan yang lebih tinggi. Harapan mereka dengan menjadi pekerja wanita di luar negeri adalah mengharapkan perubahan yang lebih baik khususnya di bidang ekonomi. Tidak jarang dari mereka setelah kembali ke negara asal menjadi orang kaya baru dimana segala aktifitas atau kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi setelah kepulangan dari luar negeri ikut berubah. Berbagai latar belakang menjadi motivasi mereka untuk menjadi TKW. Sebagian besar dari mereka ingin memperbaiki keadaan ekonomi keluarga yang minim, membantu keuangan suami, melihat kesuksesan yang diraih tetangganya yang lebih awal menjadi TKW, serta ingin hidup mandiri dengan keterbatasan pendidikan menjadi alasan yang paling mendasar.

Ada dua kemungkinan dari perubahan perilaku tersebut yaitu perubahan perilaku kearah positif maupun negatif. Perubahan perilaku positif yang dialami mantan TKW yaitu untuk kegiatan yang produktif dan efektif dalam pengelolaan pendapatan dari hasil bekerja di luar negeri. Sedangkan perubahan yang menuju ke arah negatif, misalnya adanya perubahan perilaku konsumtif dimana mereka memanfaatkan hasil yang diperoleh selama bekerja diluar negeri karena tuntutan gengsi semata serta perubahan gaya hidup yang cenderung kebarat-baratan. Mereka lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, hal inilah yang menyebabkan sifat boros dan berlebihan. Adanya perubahan kegiatan ekonomi sangat dipengaruh oleh perilaku sosial. Perilaku sosial yang positif akan menghasilkan perubahan kegiatan ekonomi yang positif pula, begitu juga pada perilaku sosial negatif. Adanya perubahan perilaku pada mantan TKW akan berdampak pada keberlangsungan hidup keluarganya.

(4)

relevan jika dilakukan penelitian mengenai “Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dari Luar Negeri”.

KAJIAN LITERATUR

Tenaga Kerja Wanita (TKW)

Menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari TKI, yaitu tenaga kerja dengan jenis kelamin wanita yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun masyarakat dengan syarat-syarat tertentu.

Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Jika terjadi perubahan gaya hidup dalam suatu kelompok maka akan memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek. Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Kotler dan Amstrong (dalam Rianto, 2012) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan.

(5)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun bukan atas dasar kebutuhan akan tetapi atas dasar keinginan untuk hidup bermewah-mewahan. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, kepribadian lebih menggambarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Gaya hidup (life style) menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan kepribadian, yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang lebih internal yaitu, “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang konsumen”. Walaupun kedua konsep tersebut berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari konsumen, sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang.

Perilaku Konsumtif

Kata konsumtif (sebagai kata sifat, dengan akhiran if) sering diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Pada hal kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif ini. Namun biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok (Tabunan, 2001)

(6)

Perilaku konsumtif dicerminkan dalam perilaku konsumen. Namun merunt Engel dkk, perilaku konsumtif adalah aksi yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pemakaian, pengaturan produk dan jasa, termasuk proses pemutusan yang mendahului dan mengikuti aksi ini (Engel F, 1994). Menurut Mowen dan Minor, perilaku konsumtif didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, John C & Minor, M 2002).

Schifman dan Kanuk (2004) dalam bukunya yang berjudul consumer behaviour mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah proses yang dilalui seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pada konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya (Nitisusastro, 2012: 31-32).

Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa perilaku konsumen adalah tingkah laku seseorang untuk memenuhi kebutuhan karena adanya keinginan yang harus dipenuhi guna dipuaskan dengan cara membeli barang dan jasa. Sedangkan perilaku konsumtif sendiri didefinisikan sebagai suatu kecenderungan manusia yang melakukan konsumsi tiada batas, dimana manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan.

PEMBAHASAN

Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar Negeri ditinjau dari Gaya Hidup

(7)

teoritis mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.

Gaya hidup TKW sebelum dan sesudah menjadi TKW tentunya berbeda. Perbedaan lingkungan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Daerah asal TKW sebagian besar adalah dari pedesaan, dimana masyarakat desa itu sendiri masih kental akan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam masyarakat, dan juga belum banyak pengaruh dari luar. TKW setelah kembali pulang cenderung mengalami perubahan perilaku. Lingkungan yang berbeda dan pergaulan yang berbeda pula juga mempengaruhi perubahan perilaku.

Perubahan perilaku yang dialami TKW bukan saja disebabkan oleh faktor lingkungan, akan tetapi itu bagian dari menyesuaikan diri dengan lingkungan diri. Proses penyesuaian diri yang dilakukan TKW merupakan suatu sistem tindakan dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Tindakan penyesuaian diri TKW terorganisir oleh disposisi kebutuhan mereka. Disposisi inilah yang mendorong TKW untuk menerima atau menolak suatu objek dalam lingkungan baru mereka sehingga memicu timbulnya perubahan perilaku mereka. Perubahan sikap atau perilaku memang selalu terjadi terutama pada TKW, sedikit demi sedikit pengaruh itu masuk pada diri mereka, faktor yang paling mempengaruhi adalah lingkungan dimana TKW tinggal. Faktor lingkungan memang pengaruh yang kuat dalam perubahan yang dialami TKW, perubahan yang dialami meliputi perubahan selera berpakaian, dan juga cara pergaulan mereka. Ribuan TKW yang bekerja di luar negeri mengalami perubahan kultur kebarat-baratan, yang menjurus pada kemerosotan moral.

(8)

berpakaian negara tujuan mereka bekerja berkiblat pada budaya kebarat-baratan, hal ini tentu bertentangan dengan budaya ketimuran orang indonesia yang terkenal sopan dalam berpakaian.

Cara pergaulan TKW di luar negeri juga ada yang menyayat hati, memang tidak semua seperti ini tapi ada dan itu banyak, yaitu pergaulan bebas yang beraroma narkoba dan sex bebas. Segala bentuk perubahan apapun yang dialami TKW juga memberi dampak tersendiri bagi kondisi lingkungan sekitar. Tidak semua lapisan masyarakat di lingkungan mereka bisa menerima perubahan yang ,mereka bawa dari luar negeri. Selain dari segi penampilan, mereka juga terpengaruh budaya individualisme akibat modernitas kebudayaan yang mereka alami selama di luar negeri.

Perubahan yang dialami oleh TKW pasca pulang dari luar negeri mempunyai dampak positif dan negatif. Bagi mereka yang menjadi lebih indivualis, individualisme berdampak positif apabila mendorong individu untuk bekerja secara lebih produktif. Oleh karena itu, pengaruh modernitas yang di alami TKW tidaklah harus dinilai secara positif atau negatif karena hal itu tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu memberikan penilaian sesuai dengan konteks kebudayaannya masing-masing.

(9)

Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar Negeri ditinjau dari Perilaku Konsumsi

Budaya Konsumerisme adalah sebuah paham yang dijadikan sebagai gaya hidup yang menganggap barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan pemuasan diri sendiri, budaya konsumerisme ini bisa dikatakan sebagai contoh gaya hidup yang tidak hemat. Jika budaya konsumerisme ini menjadi gaya hidup, maka akan menimbulkan suatu kebutuhan yang tidak pernah bisa dipuaskan oleh apa yang dikonsumsi dan membuat orang terus mengonsumsi. Saat ini banyak dari beberapa bahkan semua lapisan masyarakat belum bisa memprioritaskan antara barang yang harus dipenuhi dengan keinginan belaka. TKW adalah salah satu yang mengalami budaya konsumerisme. Seperti yang sudah di jelaskan pada perubahan pola gaya hidup TKW, budaya konsumerisme yang melanda TKW di antaranya adalah perilaku konsumsi mereka terhadap gadget dan fashion. Secara tidak sadar manusia akan terus memiliki kebutuhan untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Kebutuhan itu di antaranya adalah makanan sehari-hari, fashion, transportasi, teknologi, tempat tinggal dan lain sebagainya.

Konsumerisme menunjukkan pada sebuah gaya hidup seseorang dengan keinginan luar biasa dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya secara berlebihan. Fenomena yang sering muncul adalah pemenuhan keinginan dengan tanpa mempertimbangkan akibat-akibat yang menyertainya, terutama hubungan dengan potensi ekonomi yang dimilikinya. Konsep konsumerisme menjadi penting disampaikan untuk meneropong gaya hidup para TKW yang cukup konsumtif ketika di luar negeri. Gejala ini timbul salah satunya disebabkan karena pencitraan dan status sosial. Terjadi pergeseran yang signifikan dalam masyarakat dalam mengkonsumsi barang, yaitu: dari nilai guna menjadi nilai citra. Barang dibeli tidak dilihat dari aspek kegunaannya, tetapi dari statusnya.

(10)

konsumtif dalam pembelian barang elektronik dan kendaraan bermotor. Fakta di lapangan menunjukkan hal lain, Hp tidak hanya sebagai alat komunikasi melainkan juga sebagai simbol prestise. Hp dibeli bukan karena kegunaan aslinya yakni alat komunikasi, namun lebih kepada “alat” untuk eksistensi diri. Kenyataan atau fakta di lapangan ini semakin memperkuat asumsi bahwa masyarakat telah terjebak dalam sistem tanda, mereka tidak lagi mampu membedakan yang nyata dan imaginer. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat ini konsumsi yang dilakukan TKW hanya memenuhi keinginan mereka bukan kebutuhan mereka. Selanjutnya, kedua konsumsi kosmetik atau semua hal untuk merubah penampilan mereka secara fisik. Banyak uang yang mereka keluarkan unuk merubah penampilan seperti dengan mengubah gaya rambut, membeli pakain yang mahal dan mengkonsumsi kosmetik yang tidak disesuaikan dengan pendapatan. Perilaku yang tidak melihat keadaan nyata kehidupannya merupakan bentuk dari hiperrealitas, karena menjadikan kebutuhan sekunder seolah-olah menjadi kebutuhan primer. Selain itu, dia tidak mampu melihat kenyataan kehidupan yang berada pada kondisi ekonomi yang “kurang”. Ketiga, sikap berlebihan dari TKW dilihat dari cara mereka berbicara yang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia atau sedikit bahasa Inggris, padahal masyarakat desa pada umumnya hanya menggunakan bahasa Jawa.

PENUTUP Kesimpulan

(11)

bekerja keras maka menurut mereka sudah sewajarnya kalau mereka menikmati jerih payah mereka bekerja setiap harinya. Yang terakhir yaitu bergesernya hubungan sosial, perubahan yang terjadi disini lebih disebabkan karena jarak, sehingga ketika kembali ke daerah asal muncul rasa canggung baik itu dari TKI itu sendiri maupun keluarga atau lingkungan.

Saran

Para Tenaga Kerja Wanita (TKW) seyogyanya tidak meninggalkan budaya asal agar tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan baru yang masuk. Disarankan untuk para TKW yang menjadi tenaga produktif agar bisa mengatur keuangan yang dihasilkan dari bekerja di luar negeri sehingga dapat mencapai tujuan utamanya yaitu dapat memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum bekerja di luar negeri. Serta menggunakan uang hasil bekerja di luar negeri sebagai modal usaha, sehingga nantinya tidak harus kembali lagi untuk bekerja ke luar negeri. Peran orang tua dan keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) diharapkan bisa mengingatkan anggota keluarganya yang menjadi TKW agar tidak menggunakan kesuksesannya menjadi TKW untuk arogansi belaka.

Solusi yang tepat untuk meminimalisir berkembangnya budaya konsumerisma adalah dengan cara membuat skala prioritas akan sesuatu yang hendak dikonsumsi agar dapat digunakan secara efektif. Kemudian juga menerapkan “Gaya Hidup Mandiri” untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta memiliki strategi untuk bisa mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Lembaga keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka. Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, bandung:

PT. Remaja Rosda Karya

Engel, F. James; Roger D. Blackwell ; Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta : Binarupa Aksara.

(12)

Mowen, John Cand Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba Empat.

Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Schiffman, Leon. G; Leslie Lazar Kanuk. 2004. Consumer Behavior. New Jersey : Pearson Prentice Hall,Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Dampak positif yang diperoleh adalah bahwa OSCE dapat mengembangkan performa mahasiswa dalam melakukan keterampilan klinik, dapat mendorong mahasiswa untuk menghabiskan

Setelah didapat data angket peneliti perlu menjawab rumusan masalah “Apakah ada pengaruh penerapan metode Index Card Match terhadap motivasi belajar matematika

penerimaan daerah yang cukup besar guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu setiap tahunnya Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik

Persiapan yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits sebelum masuk kelas adalah memperhatikan tujuan yang akan dicapai, menganalisis materi pelajaran, memilih dan

8 Ada suatu ketentuan bahwa dalam hal seseorang melakukan tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana penjara, namun apabila Hakim berpendapat tidak perlu

Tugas Akhir ini bertujuan agar dapat mengukur dan mengatur debit air ke saluran pada Daerah Irigasi Wangundireja yang terletak di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Ciamis dan Banjar

Rumusan masalah umum penelitian ini adalah “ “apakah implementasi supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru di SMP Negeri 7 seluma telah

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perbandingan kriteria A (pada baris) dan kriteria D (pada kolom) menghasilkan nilai 3 yang menunjukan bahwa kriteria harga agak lebih