• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA PENGEMIS DI KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA PENGEMIS DI KOTA MALANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

SOSIOLOGI HUKUM

FENOMENA PENGEMIS DI KOTA MALANG

DosenPemimbing :

MIFTAH SOLEHUDDIN, M.HI

Di susunoleh :

HusnainiNasution (14210001)

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

A. LATAR BELAKANG

Wajarnyakarenasangatmiskinlahseseorangterpaksauntukmengemis,

tapikenyataanyajustruada orang yang

menjadikanmengemissebagaimatapencarianmereka.Denganhanyabermodalmukamemelasunt

ukmengundangibasetiap orang yang merekatemui di

jalanan.Selembarseribuatauduaribuandenganikhlasdirelakanparadermawanuntukmereka.Lant

asbenarkahparapengemis yang

setiapharilalulalangituhidupmenderita?Ternyatatidaksemua.Menjadipengemismemangsesuatu

yang halal, tapitidaksedikitpengemis yang berada di

jalanansaatinimenjadikanmengemissebagaimatapencarianmereka.Memangbenar di

luaransanaada yang

mengemiskarenabenar-benarberadadalamkondisiekonomibawahdansulitmemenuhikebutuhanhidupmereka,

tapitidakdipungkiriadapengemis yang

mampumenghasilkanpendapatanratusanribuseharidanjutaan rupiah sebulanya. Menjadisuatu

yang ironismelihatkondisi yang demikian, danadapengemis yang

teraziadanditemukanuangpuluhanjuta rupiah.Walaupunbanyakfaktor yang

menyebabkanseseoanguntukmengemis, tapimelihatkenyataan yang

adasekarangmengemissudahmenjadiprofesi,

bahkanketikalebarantibajumlahpengemisdadakanbisamembludakmemenuhijalanankota.

B. METODE PENELITIAN ATAU PENGUMPULAN DATA

Dalam proses pengumpulan data, penulismenggunakanmetode Kualitatif pencarian data

yang seringdigunakandalampenelitianyaknimetodewawancara dan observasi. Wawancara

dilakukan kepada beberapa pengemis untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat

seseorang menjadi pengemis dan masalah-masalah yang dihadapi pengemis dan dampak

pengemis terhadap kegiatan sosial.1

Dari pembuatan dan penulisan artikel ini penulis juga menggunakan metode studi

pustaka yaitu salah satu metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah dengan cara

mengumpulkan dari berbagai buku dan mencari inti-inti pembahasan hukum lalu fenomena

1

(3)

penemis Sehingga artikel ini menjadi satu bahasan yang menarik untuk di baca. Kemudian

data yang diperolehdarirangkaianpenelitiandarihasilstudilapangan,

maupundarihasilstudipustaka, kemudian di kumpulkan, diklasifikasi, dandianalisa.Analisa

data yang sudahadaakan di

lakukandenganmenggunakanmetodedeskriptifanalisisyaitumenggambarkan data-data yang

adaataufakta yang ditemukan di lapangan di

kaitkandenganteori-teoridanperaturanperundangandalamhukumpositif yang

menyangkutpermasalahanhukumtentangfenomena pengemis.

C. PAPARAN TEORI

Teori ketidak adilan sosial

Menurut teori Marxisme, dalam masyarakat yang mengalami pasaran bebas , kemiskinan

adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk

bertumpu kepada golongan yang terkaya, mana kala orang yang miskin cenderung menjadi

lebih miskin. Ini adalah karena dalam pasaran bebas komudity itu dijualkan kepada mereka

yang mampu menawarkan harga yang lebih timggi. Prinsip ini menyebabkan faktor

pengeluaran seperti tanah, cenderung diiliki oleh golongan terkaya, karena mereka

mempunyai kuasa, pembelian yang lebih tinggi. Pemilikan faktor pengeluaran ini akan

menyebab orang terkaya menjadi lebih kaya, dan mereka akan membeli lebih banyak faktor

pengeluaran di pasaran bebas. Proses ini akan berterusan ,sehingga golongan terkaya

memonopoli segala faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam masyarakat

miskin karena tidak memiliki faktor pengeluaran.2

2

(4)

D. KONTEKSTUALISASI KASUS

Foto di ambil di depan malang plaza, jalan. KH Agus Salim

Gelandangan yang suka meminta-minta di pinggir jalan ternyata berpenghasilan tinggi.

Jumlah pendapatan yang begitu besar bisa menjadi alasan kuat mereka merasa nyaman

dengan profesi mereka sebagai pengemis. Lebih parahnya lagi maraknya pengemis dan

gelandangan disinyalir sudah teroganisir, diduga ada sindikat yang mengatur kelompok

pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian beroperasi di wilayah

(5)

Perilaku mengemis juga erat kaitannya dengan urbanisasi, dan urbanisasi erat kaitannya

dengan adanya kesenjangan pembangunan wilayah pedesaan dan perkotaan. Selama masih

adanya kesenjangan ini, maka urbanisasi akan sulit dibendung.3

Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi

dari daerah pedesaan kekota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan penduduk dan

daerah-daerah kumuh yang menjadi pemukiman para urban tersebut, sulit dan terbatasnya pekerjaan

yang tersedia serta terbatasnya pengetahuan, keterampilan dan pendidikan menyebabkan

mereka banyak mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi

gelandangan dan pengemis. Kementerian Sosial terus berupaya untuk mengurangi tingkat

populasi pengemis, tahun 2011 pemerintah berusaha untuk lebih mengedepankan upaya

penanggulangan kedua pokok permasalahan tersebut, di Indonesia terdapat sekitar 30 juta

orang penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), yang terbagi dalam 22 kelompok,

salah satunya adalah gelandangan, dan pengemis (gepeng) yang jumlahnya sekitar 3 juta

jiwa.

Maraknya jumlah gelandangan dan anak-anak jalanan di tengah- tengah kota besar tentu

mengindikasikan meningkatnya tingkat kemiskinan kota yang pada akhirnya mengemis dan

jadi gelandangan bukan nasib tapi pilihan mereka. Namun hakekatnya persoalan mereka

bukanlah kemiskinan belaka, melainkan juga eksploitasi, manipulasi, ketidakkonsistenan

terhadap cara-cara pertolongan baik oleh mereka sendiri maupun pihak lain yang menaruh

perhatian terhadap Anak Jalanan dan Gepeng.4

Menjadi pengemis bukanlah sebuah prestasi atau pilihan hidup namun lebih mengarah

kepada tuntutan hidup yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan serta

tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan

hidupnya secara memadai dan wajar. Hal inilah yang terkadang mendorong seseorang untuk

menjadi gelandangan ataupun menjadi pengemis.

3Humaidi, M.Ali Al.”Pergeseran budaya mengemis di masyarakat desa peragaan daya,Sumenep madura,

Pemekasan,STAIN sIs Data Kualitatif, UI PRESS, Jakarta

4Ali, Marpuji, dkk. 99 . Gelandangan di Kertasura .

Surakarta: Monografi 3 Lembaga Penelitian Universitas

(6)

Dalam Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 mengamanatkanbahwa “fakir miskindananakterlantardipeliharaolehnegara”. Sementaraitupasal 34 ayat 2 menegaskan

“negaramengembangkansistemjaminansosialbagiseluruhrakyatdanmemberdayakanmasyaraka t yang lemahdantidakmampusesuaidenganmartabatkemanusiaan”.Berdasarkanpasal 34 ayat 1

dan 2 UUD 1945 dan UU Nomor 6 Tahun 1974

tentangKetentuan-KetentuanPokokKesejahteraanSosial, PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 31

Tahun1980.5

tentangPenanggulanganGelandangandanPengemispadabagianpertimbanganmenyatakan:

a) Bahwagelandangandanpengemistidaksesuaidengannormakehidupanbangsa Indonesia

berdasarkanPancasiladanUndang-UndangDasar 1945

karenaituperludiadakanusaha-usahapenanggulangan.

b) bahwausahapenanggulangantersebut, di

sampingusaha-usahapencegahantimbulnyagelandangandanpengemis, bertujuan pula

untukmemberikanrehabilitasikepadagelandangandanpengemis agar

mampumencapaitarafhidupkehidupan, danpenghidupan yang layaksebagaiWarga Negara

Republik Indonesia.

5

(7)

(foto diambil gerbang kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Fakta membuktikan bahwa pengemis, yang masuk dalam kategori kemiskinan inti (core of

poverty) di perkotaan. Menangani kelompok ini sama halnya mencoba menangani masalah

kemiskinan yang tersulit. Kelompok pengemis merupakan kelompok khusus yang memiliki

karekteristik dan pola menganan yang khusus. Terutama berkaitan dengan mentalitas dan tata

cara hidup mereka yang sedikit banyak sudah terkontaminasi budaya jalanan. Inilah

sebabnya, sebagai misal, kenapa mengistilahan jakarta di kalangan ilmuan sosial bukan

disebut kota tapi sering disebut kampung besar, menginggat perilaku orang didalamnya yang

lebih mencerminkan orang kampung.6

Adapun hasil wawancara ialah :

6

(8)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasilpengamatan

1. Data pengemis

Berdasarkanpengamatan yang kami lakukanselamakuranglebih 3

minggu,denganbeberaparespondenterdapathasilsebagaiberikut.

No Nama Umur Alamat Penghasilanperhari

1 Sartini 60 - ±105

2 Suparjo 53 - ±85

3 Satiem 59 - ±150

Dari respondendengannamaSartini yang berumur 60 tahundanberpenghasilan ± Rp

105.000,00.

RespondendengannamaSuparjo yang berumur 53

(9)

yasaatbulansuciRamadhaniabisamempuyaiuanghingga ± Rp.100.000,00

perharitetapisaathari-haribiasaiamendapatkanuangdarihasilmengemissampai ± Rp. 85000,00.Dengan

kondisisepertiinidiamengatakanbahwadirinyamengemismelaluiemperantoko,ataumasukkedal

ampasarsepertiparapedagangataupembeli yang ada di

pasar.Sebelumnyadiabekerjasebagaiburuhtanidanburuhserabutan.

RespondendengannamaSatiem yang berumur 59 tahundanberpenghasilan ± Rp

150.000,00. Respondeninitidakmau di

wawancaraisecaralebihlanjutkarenadiasedangterburu-buru.Diahanyamenyebutkannama, penghasilansehari-haridanumurnyasaja.

(10)

KESIMPULAN

Memberiuangkepadapengemistidaklahsalah, yang harusdiperhatikanadalahcaramemberinya.

Cara memberipengemis di jalananbisajadiadalahcara yang kurangtepat. Ada cara lain yang

lebihbijaksana, apabila Kita

inginmemberisedekahkepadapengemisadabaiknyamelaluiDinasSosialataulembagasosial.

Lembagasosialataudinassosialtersebut yang nantinyaakanmendistribusikanuangkepada

orang-orang yang benar membutuhkan. Ketika Kita memberikepadapengemis, secaratidaklangsung

Kita mendidikpengemistersebutuntukhidupdengancaramalas.

Alih-alihmencarikerjaataumembukalapanganpekerjaan, orang

tersebutmalahmemilihprofesipengemisjalanan.Tidaksalahjikapemerintahkotasetempatmenera

pkanperdauntukmelarangmemberiuangkepadapengemisdangelandagan.

SARAN

1. Membuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan

sosial secara umum yang di dalamnya termasuk juga permasalahan pengemis seperti

UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Permensos No.08 Tahun 2012

tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, dsb.

2. Mendirikan kementerian-kementerian, badan-badan, ataupun lembaga-lembaga yang

memiliki program untuk kesejahteraan masyarakat baik berupa bantuan tunai maupun

bantuan pemberdayaan. Mengadakan razia di daerah rawan gelandangan dan

pengemis melalui Satpol PP,

3. Mengadakan penampungan sementara,

4. Melakukan pembinaan mental dan ketrampilan sesuai bakat lewat lembaga-lembaga

pelayanan yang ada,

5. Mengembalikan ke daerah asal atau ke panti rehabilitasi dan resosialisasi,

Menyadarkan dan membina pihak-pihak yang terkait dalam jaringan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Meilles, B. Mathew dan A.Mickhel Huberman,1994. AnalisIs Data Kualitatif, UI PRESS,

Jakarta

Humaidi, M.Ali Al.”Pergeseran budaya mengemis di masyarakat desa peragaan

daya,Sumenep madura, Pemekasan,STAIN sIs Data Kualitatif, UI PRESS, Jakarta

Alkotsar, Artidjo (1994). Advokasi Pengemis.Rajawali,Jakarta

Ali, Marpuji, dkk. (1990). “Gelandangan di Kertasura”. Surakarta: Monografi 3 Lembaga Penelitian Universitas Muhamadiyah.

http://www.fimela.com/read/2013/07/29/6-masalah-sosial-yang dihadapi-Indonesia-page-0-3

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/27/1554556/Pengemis.Ini.Peroleh.Rp.25.Juta.d

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Persentase ketuntasan individual meningkat dari 17 siswa yang tuntas pada siklus I, 19 siswa tuntas di siklus II, dan 21

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton geopolimer sangat bergantung pada sifat material pozolan dan larutan aktivator yang digunakan pada campuran pastanya..

Dari gambar terlihat bahwa pada pengujian kontrol yaitu tanpa penambahan nanopartikel, kapang sudah mencapai luas 58.4 cm 2 ketika diinkubasi selama 4 hari, sedangkan

A latin szertartású katolicizmus szempontjából az is aggasztó jelenségnek tűnhetett, hogy eredetileg római katolikus templomok kerültek át a görögkatolikusok

1. Apakah nama IUPAC dari alkohol dengan rumus struktur berikut: a.. Suatu senyawa memiliki rumus molekul C 4 H 10 O, bila senyawa tersebut direaksikan dengan logam natrium

Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidyah-Nya yang telah dilimpahkan dan dikaruniakan kepada penulis sehingga dapat menuangkan sebuah

1. Sebagai pendidik yang mendidik jamaah remaja putri, seperti mengajarkan tentang tauhid, ibadah dan akhlak terpuji. Sebagai pembimbing yang membimbing pribadi

Sebagian besar anak yang menderita TB paru adalah anak yang memiliki status gizi yang tidak normal dan terdapat pengaruh yang signifikan antara status gizi