A. Topik :
Pengaruh Pupuk Terhadap Petumbuhan Tanaman B. Tanggal :
1. Pembuatan larutan nutrisi : 17 September 2014 2. Pengamatan minggu pertama : 24 September 2014 3. Pengamatan minggu kedua : 1 Oktober 2014 4. Pengamatan minggu ketiga : 8 Oktober 2014 C. Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman D. DATA 1 KCl 0ppm 5,5 4,4 4,9 4,93 Hijau segar
2 1 Urea 10ppm 3,2 3 4 3,4 Lebih kuning
1 TSP 10ppm 4 7 6,8 5,93 Lebih kuning
1 KCl 10ppm 6,5 5 3,5 5 Lebih kuning
3 1 Urea 20ppm 3,3 9 4 5,43 Hijau segar
1 TSP 20ppm 4,3 7,5 4,8 5,53 Hijau segar 1 KCl 20ppm 4,5 6,5 3,8 4,93 Hijau segar 4 1 Urea 30ppm 4,4 5,5 6,5 5,46 Lebih kuning
1 TSP 30ppm 5,8 5 8 6,26 Lebih kuning
1 KCl 30ppm 4 3,3 3,7 3,67 Lebih kuning 5 1 Urea 40ppm 6 6,5 4,5 5,67 Hijau kekuningan
1 TSP 40ppm 6,9 7,3 7,1 7,1 Hijau segar 1 KCl 40ppm 7,1 7,3 7 7,13 Hijau segar
6 1 Urea 50ppm 9,5 6 6 7,16 Warna menjadi sedikit
2 2 Urea 10ppm 3,2 3 3,9 3,74 Hijau kekuningan
2 TSP 10ppm 6,8 6,3 4 5,7 Hijau pudar
2 KCl 10ppm 3,6 5,2 6,6 5,1 Hijau pudar 3 2 Urea 20ppm 3,35 4,15 9 5,1 Hijau kekuningan
2 KCl 20ppm 4,9 7 3,8 5,2 Hijau kekuningan 4 2 Urea 30ppm 4,6 3,5 6,3 4,8 Hijau kekuningan
2 TSP 30ppm 5,6 4,7 8 6,1 Hijau
2 KCl 30ppm 3,1 3,9 3,5 3,5 Hijau muda 5 2 Urea 40ppm 6,9 6,3 4,6 6 Hijau kekuningan
2 TSP 40ppm 6,8 7,2 7,2 7 Hijau
2 KCl 40ppm 7,5 7,3 7,4 7,4 Hijau
6 2 Urea 50ppm 6,5 6 10,4 7,6 Semakin kuning 2 TSP 50ppm 6 6,5 6,5 6,3 Hijau kekuningan 2 KCl 50ppm 6,5 7,5 8 7,3 Hijau kekuningan
Kel Minggu
3 TSP 0ppm 6,2 6,2 5,3 5,9 Hijau kekuningan (++) 3 KCl 0ppm 6,3 4,6 5 5,3 Hiaju kekuningan (+) 2 3 Urea 10ppm 2,9 3 4 3,3 Hijau kecoklatan
3 TSP 10ppm 6,1 3,8 7 5,63 Hijau kekuningan 3 KCl 10ppm 4,9 7 3,5 5,13 Hijau kekuningan
3 3 Urea 20ppm 3,3 9 4,5 5,6 Hijau segar
3 TSP 20ppm 8 5,1 5,3 6,1 Hijau segar 3 KCl 20ppm 7,8 3,8 4,8 5,47 Hijau segar 4 3 Urea 30ppm 5,5 6,8 4,1 5,47 Coklat
3 TSP 30ppm 5,1 8,5 6,1 6,57 Hijau
3 KCl 30ppm 3,4 3,8 4,2 3,8 Hijau kekuningan 5 3 Urea 40ppm 5,5 4,3 6,4 5,4 Kuning kecoklatan
3 TSP 40ppm 6,6 4 7,3 5,97 Kuning kecoklatan 3 KCl 40ppm 6,7 6,4 6,8 6,63 Hijau segar
6 3 Urea 50ppm 7 10,5 - 8,75 Kuning kecoklatan 3 TSP 50ppm 6,9 7,2 5,9 6,67 Hijau kekuningan 3 KCl 50ppm 7,5 6,4 7,3 7,1 Hijau kekuningan E. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Minggu pertama
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm, 4,4 cm, 4,9 cm dengan jumlah rata-rata 4,9 cm dengan keadaan daun berwarna hijau segar.
Pada kelompok 2 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,2 cm, 3 cm, 4 cm, dengan jumlah rata-rata 3,4 cm dan keadaan daunnya berwarna lebih kuning (tipis). Jenis nutrisi TSP sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm, 7 cm, 6,8 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan mempunyai daun yang banyak. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 5 cm, 3,5 cm dengan jumlah rata-rata 5 cm dan memiliki daun yang banyak.
Pada kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,3 cm, 9 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan keadaan daunnya pendek. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,3 cm, 7,5 cm, 4,8 cm deengan jumlah rata-rata 5,5 cm dan keadaan daunnya lebih panjang. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,5 cm, 6,5 cm, 3,8 cm dengan jumlah rata-rata 4,9 cm dan keadaan daunnya lebih banyak berwarna hijau.
Pada kelompok 4 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,4, cm, 5,5, cm, 6,5 cm dengan jumlah rata-rata 5,5 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,8 cm, 5 cm, 8 cm, dengan jumlah rata-rata 6,3 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm, 3,3, cm, 3,7 cm dengan jumlah rata-rata 3,7 dan keadaan daunnya berwarna kuning.
Pada kelompok 6 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 50 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 9,5 cm, 6 cm, 6 cm, dengan jumlah rata-rata 7,2 cm dan keadaan daunnya berwarna sedikit kuning. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 5,5 cm, 6 cm dengan jumlah rata-rata 6 cm dan keadaan daunnya berwarna sedikit kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 7,5 cm, 6 cm dengan jumlah rata-rata 6,7 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning.
b. Minggu ke dua
Pengamatan yang dilakukan kelompok 1 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm, 4,5 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 4,2 dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada juga daun yang berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP sebanyak 0ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6 cm, 5,5 cm, 6 cm, dnegan jumlah rata-rata 5,8 2 dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada juga daun yang berwarna kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5 cm, 5,5 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 4,8 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada juga daun yang berwarna kuning.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 2 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,2 cm, 3 cm, 3,9 cm dengan jumlah rata-rata 3,4. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,8 cm, 6,3 cm, 4 cm, dengan jumlah rata-rata 5,7 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,6 cm, 5,2 cm, 6,6 cm dengan jumlah rata-rata 5,1 cm.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,35 cm, 4,15 cm, 9 cm dengan jumlah rata-rata 5,5 cm. Jenis nutrisi TSP sebanyak 20ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,1 cm, 8 cm, 5 cm, dengan jumlah rata-rata 6 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,9 cm, 7 cm, 3,8 cm dengan jumlah rata-rata 5,2 cm.
3,5 cm, 6,3 cm dengan jumlah rata-rata 4,8 cm. Jenis nutrisi TSP sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,6 cm, 4,7 cm, 8 cm dengan jumlah rata-rata 6,1 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,1 cm, 3,9 cm, 3,5 cm dengan jumlah rata-rata 3,5 cm.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 5 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,9 cm, 6,3 cm, 4,6 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan daunnya berwarna hijau kekuningan. Jenis nutrisi TSP sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,8 cm, 7,2 cm, 7,2 cm dengan jumlah rata-rata 7,1 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau. Jenis nutrisi KCl sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7,5 cm, 7,3 cm, 7,4 cm dengan jumlah rata-rata 7,4 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 6 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 50 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 6 cm, 10,4 cm dengan jumlah rata-rata 7,6 dan daun berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP sebanyak 50 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6 cm, 6,5 cm, 6,5 cm dengan rata rata 6,3 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 7,5 cm, 8 cm dengan jumlah rata-rata 7,3 cm.
c. Minggu ketiga
Pengamatan yang dilakukan kelompok 1 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm, 4,8 cm, 4,2 cm dengan jumlah rata-rata 4,3 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar. Jenis nutrisi TSP sebanyak 0ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,2 cm, 6,2 cm, 5,3 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan (++). Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,3 cm, 4,6 cm, 5 cm, dengan jumlah rata-rata 5,13 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan (+).
daun berwarna hijau kekuningan. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,9 cm, 7 cm, 3,5 cm, dengan jumlah rata-rata 5,13 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,3 cm, 9 cm, 4, cm, 4,5 cm dengan jumlah rata-rata 5,6 cm dan daun berwarna hijau segar. Jenis nutrisi TSP sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 8 cm, 5,1 cm, 5,8 cm, dengan jumlah rata-rata 6,1 cm dan keadaan daun hijau segar. Jenis nutrisi KCl sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7,8 cm, 3,8 cm, 4,8 cm dengan jumlah rata-rata 5,47 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 4 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm, 6,8 cm, 4,1 cm dengan jumlah rata-rata 5,47 cm dan daun berwarna cokelat. Jenis nutrisi TSP sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,1 cm, 8,5 cm, 6,1 cm dengan jumlah rata-rata 6,57 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau. Jenis nutrisi KCl sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,4 cm, 3,8 cm, 4,2 cm, dengan jumlah rata-rata 3,8 cm dan keadaan daun berwarna hijau kekuningan.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 5 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm, 4,3 cm, 6,4 cm dengan rata-rata 5,4 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning kecoklatan. Jenis nutrisi TSP sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,6 cm, 4 cm, 7,3 cm dengan jumlah rata-rata 5,97 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning kecoklatan. Jenis nutrisi KCl sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,7 cm, 6,4 cm, 6,8 cm dengan jumlah rata-rata 6,63 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar.
Pupuk adalah bahan bahan yang diberikan kedalam tanah baik organic maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsure hara dari dalam tanah dan meningkatkan produksi tanaman, dimana faktor keliling atau lingkungan baik (Sutejo,2002). Ketiga pupuk yang kami gunakan yaitu pupuk urea, TSP dan KCl memiliki kandungan dan fungsi yang berbeda pada tumbuhan khususnya tumbuhan hydrilla.
1. Pupuk Urea
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Hardjowigeno dan Sarwono, 2010).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk urea mengalami perubahan warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur N yang ada dalam pupuk urea. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas dan perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002). Nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea berfungsi merangsang pertumbuhan daun dengan cepat serta menyebabkan daun dan batang berwarna hijau karena nitogen merupakan bahan pembentuk klorofil (Sudjijo et al., 1994).
Jika tanaman kekurangan nitrogen mengakibatkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-kuningaan dan pada akhirnya daun tersebut akan gugur (Dwidjoseputro, 1978). Beberapa pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan kami, dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari minggu ke minggu pada konsentrasi urea yang berbeda.
cukup konstan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi urea 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
2. Pupuk TSP
Pupuk TSP adalah nutrient anorganik yang digunakan untuk memperbaiki hara tanah untuk pertanian. TSP artinya triple super phosphate. Rumus kimianya Ca(H2PO4)2. Kandungan kadar P2O5 pupuk ini adalah 46%. Artinya setiap 100 kg pupuk TSP didalamnya terkandung 46 kg unsur hara P2O5, bahan dasar utama TSP sendiri adalah asam fosfat dan kalsium (Sianturi, 2010).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk TSP mengalami perubahan warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur kalsium (Ca) yang ada dalam pupuk TSP. Kalsium (Ca) diambil dari tanah sebagai kation, berguna untuk pengutan dinding sel (lamel tengah) dan terdapat sebagai kristal kalsium oksalat. Kalsium mempergiat pembelahan sel di meristem, membantu pengambian nitrat dan mengaktifkan berbagai enzim (Dwidjoseputro, 1978).
Jika kekurangan kalsium menyebabkan desintegrasi pada ujung batang maupun ujung akar, daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mongering pada bagian ujungnya (Benyamin, 2007). Beberapa pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan kami, dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari minggu ke minggu pada konsentrasi TSP yang berbeda.
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pada konsentrasi TSP 10 ppm warna daun berubah semakin kuning atau bisa dibilang mengering pada tiap minggunya dan tidak mengalami pertambahan panjang melainkan penurunan panjang batang hydrilla dikarenakan kurangnya konsentrasi pupuk TSP. Pada konsentrasi TSP 30-50 ppm juga terjadi perubahan wrna daun yang umumnya berubah menjadi lebih kuning dan mengalami penurunan panjang batang daun hydrilla dikarenakan kelebihan konsentrasi pupuk TSP. sedangkan pada konsentrasi TSP 20 ppm terjadi perubahan yang konstan pada warna daun yaitu hijau muda sampai hijau segar dan mengalami pertambahan panjang batang. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi TSP 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
3. Pupuk KCl
disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60% (Hardjowigeno, 1992).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk KCl mengalami perubahan warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur kalsium kalium yang ada dalam pupuk KCl. Kalium pada tubuh tumbuhan sebagai garam anorganik, pada bagian tumbuhan yang menyelenggarakan pertumbuhan lebih banyak didapatkan kalium dari pada di dalam daun yang sudah tua (Dwidjoseputro, 1978). Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang essensial bagi tanaman. Peran utama kalium adalah sebagai aktivator berbagai macam enzim yang essensial dalam reaksi respirasi dan fotosintesis, serta berperan dalam mengatur potensi osmotic sel dan tekanan turgor sel (Benyamin, 2007).
Jika kekurangan kalium maka protein yang terdapat dalam tanaman sedikit sedangkan persenan asam amino agak tinggi, gejala yang tampak adalah daun menjadi kuning, ada noda jaringan mati di tengah lembaran dan pertumbuhan terhambat dimana batang kurang kuat (Dwidjoseputro, 1978). Pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan kami, dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari minggu ke minggu pada konsentrasi KCl yang berbeda.
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pada konsentrasi KCl 10-30 ppm warna daun berubah semakin kuning meskipun ada sebagian yang masih bewarna hijau pada tiap minggunya dan pada batang umumnya mengalami penambahan panjang batang hydrilla dikarenakan kurangnya konsentrasi pupuk TSP. Pada konsentrasi KCl 50 ppm terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuningan pada tiap minggunya dan mengalami penurunan panjang batang karena kelebihan konsentrasi pupuk KCl yang diberikan. Sedangkan pada konsentrasi KCl 40 ppm terjadi perubahan warna daun yang konstan yaitu warna hijau, dengan panjang batang yang juga mengalami pertambahan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi KCl 40 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
Secara keseluruhan, pupuk yang paling ideal untuk pertumbuhan hydrilla dalam percobaan yang kami lakukan adalah pupuk TSP karena pada sebagian besar hasil yang didapat di minggu ketiga warna daun hydrilla menjadi hijau segar dan juga mengalami pertambahan panjang batang. Hasil ini melebihi dari pupuk urea dan juga pupuk KCl meskipun sama-sama terjadi perubhan pada warna daun dan panjang batang hydrilla tetapi tidak sebaik perubahan pada pemberian pupuk urea.
minggu berikutnya berubah menjadi hijau muda. Selain itu pada panjang batang yang misal pada awalnya panjang 3 cm, pada minggu berikutnya mengalami pertambahan panjang tetapi pada minggu selanjutnya lagi mengalami penurunan panjang batang. Hal ini dikarenakan ada daun hidrila yang tertukar saat mengganti larutan dalam botol dan juga kurang teliti dalam mengamati warna daun dan panjang batang hydrilla.
F. KESIMPULAN
Konsentrasi urea 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
Konsentrasi TSP 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
Konsentrasi KCl 40 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Lakitan. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Depok: PT. AgroMedia Pustaka Prof. Dr. D. Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Sutejo Mul Mulyani, 2002, Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjijo dan Frits H. Silalahi. 1994. “Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wortel” dalam Jurnal Hortikultura Balai Penelitian Hortikultura Brastagi
Laporan
Pengaruh Pupuk Terhadap Petumbuhan Tanaman
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan
Yang di bina oleh Bapak Sarwono
Kelompok 2 Offering C
Arista Silmia 130341614845 Desy Putri Rahmawati 1303416148 Dina Yuli Pertiwi 1303416148 Henrika Jempormase 1303416147 Liana Sari Wijaya 1303416147 Yoananda Ramadina A 130341614826
The Learning University