• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG - DOCRPIJM 6ff74647fb BAB IIIBab 3 Arah Kebijakan Bidang CK RPIJM 16 Fic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG - DOCRPIJM 6ff74647fb BAB IIIBab 3 Arah Kebijakan Bidang CK RPIJM 16 Fic"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

3 - 1

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN

PENATAAN RUANG

Rencana Tata Ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan

agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan antar wilayah.

Proses perencanaan tata ruang sendiri dapat dijelaskan dengan pendekatan sistem yang

melibatkan input, proses dan output. Input yang digunakan adalah keadaan fisik seperti

kondisi alam dan geografis, sosial budaya seperti demografi, ekonomi seperti lokasi

pusat kegiatan perdagangan yang ada maupun yang potensial dan aspek strategis

nasional lainnya. Keseluruhan input ini diproses dengan menganalisis input tersebut

secara integral baik kondisi saat ini maupun kedepan untuk masing-masing hirarki tata

ruang Nasional, Propinsi maupun Kabupaten sehingga menghasilkan output berupa

Rencana Tata Ruang yang menyeluruh.

RTRW Nasional (RTRWN) merupakan perencanaan makro strategis Nasional yang

menggambarkan arah dan kebijakan pembangunan nasional secara ketataruangan

yang memuat antara lain infrastruktur nasional seperti jalan nasional, pelabuhan

Utama (Samudera) maupun Bandara Internasional

RTRW Propinsi merupakan perencanaan regional yang menjabarkan RTRWN dalam

konteks ruang wilayah Propinsi secara lebih rinci termasuk memuat rencana

pengembangan infrastruktur jalan propinsi, terminal maupun pelabuhan regional

Adapun RTRW Kabupaten/Kota merupakan rencana tata ruang skala kabupaten/kota

dengan muatan utama kelengkapan infrastruktur di tingkat lokal atau regional seperti

jalan kabupaten/kota, kebutuhan jaringan air bersih, listrik dan telekomunikasi

yang disesuaikan dengan karakteristik zona-zona pengembangan kawasan yang ada.

A

AR

RA

AH

HA

AN

N

K

K

EB

E

BI

IJ

JA

AK

K

AN

A

N

da

d

an

n

R

R

E

E

NC

N

CA

AN

NA

A

S

(2)

3 - 2 Pada tataran operasional, RTRW tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi Rencana Detil

Tata Ruang (RDTR) yang dilengkapi dengan aturan pemanfaatan (zoning regulation) yang dapat dijadikan dasar dalam pemberian ijin dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Selanjutnya, indikasi program yang tertuang dalam RTRW/RDTR merupakan basis bagi penyusunan Rencana Induk Sektor yang menjadi dasar pengembangan infrastruktur. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan sebagai konsekuensi logis dari perencanaan tata ruang, dimana infrastuktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah. Dengan demikian rencana tata ruang yang ada dapat diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan karakteristik wilayah yang ada. Dalam hal ini infrastruktur juga dapat berfungsi sebagai alat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi penyalah gunaan lahan maupun pengembangan yang tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian kawasan yang dalam rencana diperuntukkan sebagai kawasan lindung tidak dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya, karena infrastruktur yang dibutuhkan tidak tersedia.

Untuk itu, fungsi jaringan infrastruktur seperti jalan maupun jaringan irigasi harus tetap dipertahankan sesuai dengan yang telah direncanakan. Jalan-jalan Nasional (arteri primer) yang merupakan pembentuk struktur ruang Nasional, harus dibebaskan dari hambatan- hambatan samping akibat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai seperti pasar tradisional, sekolah maupun bentuk aktivitas sosial lainnya yang bersifat lokal dan menyebabkan hambatan samping yang tinggi. Demikian pula untuk jaringan jalan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemanfaatan ruang yang ada disepanjang jalan-jalan tersebut harus secara konsisten mengikuti rencana tata ruang wilayah yang ada. Dengan demikian interaksi antara jaringan jalan, sebagai struktur ruang, dan tata guna lahan, sebagai pola pemanfaatan ruang yang ada, dapat lebih terpadu dan harmonis. Demikian pula untuk infrastruktur lainnya seperti saluran irigasi, jaringan air bersih perkotaan, jaringan listrik maupun jaringan telekomunikasi. Diharapkan pengembangan jaringan infrastruktur tersebut dapat turut mengarahkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada.

3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

(3)

3 - 3Visipembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN

BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

• 7 (tujuh)MisiPembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan

2. Mewujudkanmasyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

negara hukum

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim

4. Mewujudkankualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkanbangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional

7. Mewujudkanmasyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG

Rencana struktur ruang wilayah Pulau Kalimantan direncanakan dengan arahan

sebagai berikut:

A. Rencana Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan Pusat Kegiatan di Pulau Kalimantan dilakukan dengan strategi sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat

industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas

bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

2. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat

industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan

3. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat

industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang berdaya saing dan ramah

lingkungan

4. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat

(4)

3 - 4 5. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat

industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

6. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat

pengembangan ekowisata dan wisata budaya

7. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan

dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta

simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia

8. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi pusat kegiatan ekonomi di PKN dan

PKW yang berdekatan/menghadap badan air

9. Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi jaringan drainase di PKN dan PKW

yang terintegrasi dengan sungai.

Penjabaran dari pengembangan fungsi pusat kegiatan di beberapa kota di Pulau

Kalimantan adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.1.

Rencana Pusat Kegiatan RTRW Pulau Kalimantan

Fungsi Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan Lokasi

Sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambang-an mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

PKW Muara Teweh, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Malinau, Tanah Grogot

Pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing

PKSN Simanggaris, Long Midang, Long Pahangai. PKW/PKSN Entikong, Nunukan

PKW

Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau, Sanggau, Sintang, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muara Teweh, Sampit, Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru, Sangata, Tanjung Selor, Tanah Grogot, Sendawar, Malinau

Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan

PKN

Ketapang, Putussibau, Sanggau, Sintang, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun,Buntok,Muara Teweh, Sampit, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Malinau,

Tanlumbis,Sendawar Pusat industri pengolahan dan

(5)

3 - 5

Fungsi Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan Lokasi

PKW

Mempawah, Singkawang,Sambas, Ketapang, Sanggau, Sintang, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun,Buntok,Muara Teweh,Sampit, Amuntai, Martapura,

Marabahan,Kotabaru. Pusat industri pengolahan dan

industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan Sintang, Pangkalan Bun, Kuala Kapuas, Martapura, Marabahan, Kotabaru, Tanjung Redeb, Tanjung Selor, Sangata

Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya

A. Pusat pengembangan ekowisata

PKN

PKSN Nanga Badau, Long Midang, Long Pahangai, Long Nawang

PKW

Putussibau, Pangkalan Bun,

Buntok, Kotabaru, Tanjung Redeb, Tanjung Selor, Malinau, Tanah Grogot

a. Pusat pengembangan wisata budaya

PKW Mempawah, Putussibau, Sintang, Amuntai, Sangata, Sendawar

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia

PKSN

Paloh-Aruk, Jagoibabang, Nanga Badau, Jasa, Simanggaris, Long Midang, Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; Entikong, Nunukan.

Fungsi pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/

Mempawah, Sambas, Ketapang, Putussibau, Sanggau, Sintang, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muara Teweh, Sampit, Martapura, Marabahan, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Tanah Grogot.

Fungsi jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan

sungai PKN

1. Pontianak yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas 2. Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai

Kahayan;

(6)

3 - 6

Fungsi Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan Lokasi

4. Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam.

PKW

1. Mempawah yang terintegrasi dengan Sungai Mempawah

2. Sambas yang terintegrasi dengan Sungai Sambas 3. Ketapang yang terintegrasi dengan Sungai Pawan 4. Putussibau dan Sanggau yang terintegrasi dengan

Sungai Kapuas

5. Sintang yang terintegrasi dengan Sungai Melawi 6. Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai

Kapuas dan Sungai Kahayan

7. Pangkalan Bun yang terintegrasi dengan Sungai Lamandau

8. Buntok, Muara Teweh, Martapura, dan Marabahan yang terintegrasi dengan Sungai Barito

9. Sampit yang terintegrasi dengan Sungai Mentaya 10. Tanjung Redeb yang terintegrasi dengan Sungai

Berau

11. Sangata yang terintegrasi dengan Sungai Sangata 12. Tanjung Selor yang terintegrasi dengan Sungai

Kayan

13. Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam

Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang

Mempawah, Sambas, Ketapang, Putussibau, Sanggau, Sintang, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muara Teweh, Sampit, Martapura, Marabahan, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Tanah Grogot

Mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi jaringan drainase di PKN dan PKW yang

Sumber : Perpres No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan

Berdasarkan arahan tersebut, maka rencana pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Tanah

Bumbu dan sekitarnya dalam konteks RTRW Pulau Kalimantan adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.2.

Rencana Pusat Kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu dan Sekitarnya Berdasarkan RTRW Pulau Kalimantan

Fungsi Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan Lokasi Pusat industri pengolahan lanjut & industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit

dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan PKW Kotabaru

(7)

3 - 7 Fungsi Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan Lokasi

lingkungan

Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya

a. Pusat pengembangan ekowisata PKW Kotabaru

Sumber : Perpres No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disyahkan dalam bentuk Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 dengan masa berlaku selama 20

tahun mulai tahun 2008 hingga 2038, yang dilengkapi dengan 10 lampiran yaitu terdiri

dari:

1. Lampiran I : Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

2. Lampiran II : Sistem Perkotaan Nasional

3. Lampiran III : Jalan Bebas Hambatan

4. Lampiran IV : Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional

5. Lampiran V : Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional

6. Lampiran VI : Wilayah Sungai (WS)

7. Lampiran VII : Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

8. Lampiran VIII : Kawasan Lindung Nsional

9. Lampiran IX : Kawasan Andalan

10. Lampiran X : Penetapan Kawasan Strategis Nasional

Penataan Ruang Wilayah Nasional Bertujuan Untuk Mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota

4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan

dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah

8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

(8)

3 - 8

Struktur Ruang Nasional Terdiri Dari:

1. Sistem Perkotaan Nasional, terdiri dari:

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. 2. Jalan Bebas Hambatan

3. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional 4. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional 5. Wilayah Sungai (WS).

Rencana Struktur Ruang Nasional Diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Adalah Sebagai Berikut:

a. Jalan Bebas Hambatan Antar Kota = 109 buah b. Jalan Bebas Hambatan Dalam Kota = 38 buah 3. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional :

a. Pelabuhan Internasional = 25 buah

b. Pelabuhan Nasional = 50 buah

4. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional a. Pusat Penyebaran Primer = 8 buah b. Pusat Penyebaran Sekunder = 16 buah c. Pusat Penyebaran tersier = 41 buah 5. Wilayah Sungai (WS)

a. Wilayah Sungai Antar Negara = 5 buah b. Wilayah Sungai Strategis Nasional = 41 buah c. Wilayah Sungai Strategis Provinsi = 23 buah.

Arahan Rencana Struktur Ruang Nasional Dalam RTRWN Yang Ditetapkan Lokasinya Di Provinsi Kalimantan Selatan Terdiri Dari:

A. Sistem Perkotaan Nasional

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Banjarmasin 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : a. Amuntai

(9)

3 - 9 b. Jalan Bebas Hambatan

1. Banjarmasin - Liang Anggang 2. Liang Anggang - Pelaihari 3. Kuala Kapuas - Banjarmasin 4. Marabahan - Banjarmasin 5. Liang Anggang - Martapura 6. Pelaihari - Pagatan

7. Pagatan - Batulicin

8. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro)

c. Pelabuhan Sebagai Simpul TransportasiLaut Nasional 1. Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin 2. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin d. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional

1. Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor 2. Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen

e. Wilayah Sungai

1. Wilayah Sungai Barito - Kapuas.

Berdasarkan Paparan Diatas, Maka Arahan Rencana Struktur Ruang Nasional Berdasarkan RTRWN Yang Dialokasikan Di Kabupaten Tanah Bumbu Terdiri Dari:

A. Jalan Bebas Hambatan 1. Pagatan - Batulicin

2. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro)

B. Pelabuhan Sebagai Simpul TransportasiLaut Nasional 1. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin.

Rencana Pola Ruang Nasional Dalam RTRWN Terdiri Dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, Yaitu Meliputi:

A. Kawasan Lindung:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya: a. Kawasan hutan lindung

b. Kawasan bergambut c. Kawasan resapan air

2. Kawasan perlindungan setempat: a. Sempadan pantai

b. Sempadan sungai

(10)

Peta. 3.1.

(11)

3 - 11 3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya:

a. Kawasan suaka alam

b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya c. Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut d. Cagar alam dan cagar alam laut

e. Kawasan pantai berhutan bakau

f. Taman nasional dan taman nasional laut g. Taman hutan raya

h. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut i. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. 4. Kawasan rawan bencana alam:

a. Kawasan rawan tanah longsor b. Kawasan rawan gelombang pasang c. Kawasan rawan banjir.

5. Kawasan lindung geologi: a. Kawasan cagar alam geologi:

1) Kawasan keunikan batuan dan fosil 2) Kawasan keunikan bentang alam 3) Kawasan keunikan proses geologi b. Kawasan rawan bencana alam geologi:

1) Kawasan rawan letusan gunung berapi 2) Kawasan rawan gempa bumi

3) Kawasan rawan gerakan tanah

4) Kawasan yang terletak di zona patahan aktif 5) Kawasan rawan tsunami

6) Kawasan rawan abrasi

7) Kawasan rawan bahaya gas beracun.

c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. 1) Kawasan imbuhan air tanah

2) Sempadan mata air. 6. Kawasan lindung lainnya:

a. Cagar biosfer b. Ramsar c. Taman buru

d. Kawasan perlindungan plasma nutfah e. Kawasan pengungsian satwa

f. Terumbu karang

(12)

3 - 12

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan peruntukan hutan produksi:

a. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas b. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan

c. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi 2. Kawasan peruntukan hutan rakyat

3. Kawasan peruntukan pertanian 4. Kawasan peruntukan perikanan 5. Kawasan peruntukan pertambangan 6. Kawasan peruntukan industri

7. Kawasan peruntukan pariwisata 8. Kawasan peruntukan permukiman 9. Kawasan peruntukan lainnya.

Arahan Rencana Pola Ruang Nasional Dalam RTRWN Yang Dialokasikan Di Provinsi Kalimantan Selatan Terdiri Dari:

1. Kawasan Lindung Nasional

a. Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura b. Suaka Margasatwa Kuala Lupak

c. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku d. Cagar Alam Teluk Pamukan

e. Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan f. Cagar Alam Teluk Pamukan

g. Taman Hutan Raya Sultan Adam

h. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut

i. Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat - Selatan dan Pulau Sembilan 2. Kawasan Andalan Nasional

a. Kawasan Kandangan dan sekitarnya, dengan sektor unggulan: 1) Pertanian

2) Perkebunan 3) Pariwisata.

b. Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya, dengan sektor unggulan: 1) Pertanian

(13)

3 - 13 c. Kawasan Batulicin, dengan sektor unggulan:

1) Perkebunan

d. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut, dengan sektor unggulan: 1) Perikanan

2) Pertambangan.

Berdasarkan Paparan Diatas, Maka Arahan Rencana Pola Ruang Nasional Berdasarkan RTRWN Yang Dialokasikan Di Kabupaten Tanah Bumbu Terdiri Dari:

A. Kawasan Lindung:

1. Kawasan Lindung Nasional

a. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku 2. Kawasan Andalan Nasional

a. Kawasan Batulicin, dengan sektor unggulan b. Kawasan sekitar danau atau waduk

c. Ruang terbuka hijau kota.

3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya:

a. Kawasan suaka alam

b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya c. Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut d. Cagar alam dan cagar alam laut

e. Kawasan pantai berhutan bakau

f. Taman nasional dan taman nasional laut g. Taman hutan raya

h. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut i. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. 4. Kawasan rawan bencana alam:

a. Kawasan rawan tanah longsor b. Kawasan rawan gelombang pasang c. Kawasan rawan banjir.

5. Kawasan lindung geologi:

a. Kawasan cagar alam geologi:

(14)

3 - 14 b. Kawasan rawan bencana alam geologi:

1. Kawasan rawan letusan gunung berapi 2. Kawasan rawan gempa bumi

3. Kawasan rawan gerakan tanah

4. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif 5. Kawasan rawan tsunami

6. Kawasan rawan abrasi

7. Kawasan rawan bahaya gas beracun.

c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. a. Kawasan imbuhan air tanah

b. Sempadan mata air. 6. Kawasan lindung lainnya:

a. Cagar biosfer b. Ramsar c. Taman buru

d. Kawasan perlindungan plasma nutfah e. Kawasan pengungsian satwa

f. Terumbu karang

g. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan peruntukan hutan produksi:

a. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas b. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan

c. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. 2. Kawasan peruntukan hutan rakyat

3. Kawasan peruntukan pertanian

Arahan Rencana Pola Ruang Nasional Dalam RTRWN Yang Dialokasikan Di Provinsi Kalimantan Selatan Terdiri Dari:

1. Kawasan Lindung Nasional

a. Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura b. Suaka Margasatwa Kuala Lupak

(15)

3 - 15 d. Cagar Alam Teluk Pamukan

e. Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan

f. Cagar Alam Teluk Pamukan

g. Taman Hutan Raya Sultan Adam

h. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut

i. Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat - Selatan dan Pulau Sembilan

2. Kawasan Andalan Nasional

a. Kawasan Kandangan dan sekitarnya, dengan sektor unggulan:

1. Pertanian

2. Perkebunan

3. Pariwisata

b. Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya, dengan sektor unggulan:

1. Pertanian

2. Industri

3. Perkebunan

4. Pariwisata

5. Perikanan

c. Kawasan Batulicin, dengan sektor unggulan:

1. Perkebunan

2. Kehutanan

3. Pertanian

4. Industri

5. Pariwisata

6. Perikanan

e. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut, dengan sektor unggulan:

1. Perikanan

2. Pertambangan.

Berdasarkan Paparan Diatas, Maka Arahan Rencana Pola Ruang Nasional

Berdasarkan RTRWN Yang Dialokasikan Di Kabupaten Tanah Bumbu Terdiri Dari:

1. Kawasan Lindung Nasional

a. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku

2. Kawasan Andalan Nasional

(16)

3 - 16

3.1.3. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL MENURUT RTRWN TERDIRI ATAS

5 JENIS YAITU:

1. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,

yang ditetapkan dengan kriteria:

a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional

b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan

c. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, yang

ditetapkan dengan kriteria:

a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh

b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional

c. Memiliki potensi ekspor

d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi

e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi

f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional

h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya, yang ditetapkan dengan kriteria:

a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional

b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa

c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional

(17)

3 - 17 4. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya

alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:

a. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

b. Memiliki sumber daya alam strategis nasional

c. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa d. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir e. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

5. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yang ditetapkan dengan kriteria:

a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati

b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan

c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup f. Rawan bencana alam nasional; atau

g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Jumlah seluruh kawasan strategis nasional (KSN) di Indonesia sebanyak 75 buah yang tersebar diseluruh provinsi dengan penyebaran jumlah setiap jenis KSN sebagai berikut:

1. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, sebanyak 9 buah

2. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebanyak 23 buah

3. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebanyak 3 buah

4. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi sebanyak 16 buah

5. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebanyak 24 buah.

(18)

Peta. 3.2.

(19)

3 - 19 Kebijaksanan dan strategi pengembangan tata ruang di wilayah Kabupaten Bumbu akan

terkait dengan kebijakan dan strategi pengembangan Tata Ruang Wilayah Propinsi

Kalimantan Selatan sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan

Selatan, antara lain meliputi; srtrategi pengembangan kota-kota, strategi pengembangan

prasarana wilayah, serta pengembangan wilayah-wilayah prioritas.

Berdasarkan Kebijaksanaan dan strategi pengembangan yang telah ditetapkan Propinsi

Kalimantan Selatan maka sistem hirarki kota-kota di Kabupaten Tanah Bumbu diarahkan

sebagai berikut:

1. Kota orde II adalah Batulicin

2. Kota orde III adalah Pagatan

3. Kota orde III meliputi Sungai Danau, Sungai Kupang

4. Kota orde IV kota-kota ibukota kecamatan lainnya.

A. Adapun Strategi Pengembangan Kota-Kotanya Diarahkan Sebagai Berikut:

1. Meningkatkan fungsi kota-kota yang merupakan pusat pengembangan Wilayah

Pembangunan, yang dimaksudkan untuk mengimbangi pertumbuhan ibu Kota

provinsi Banjarmasin

2. Memantapkan peranan kota-kota sehingga dapat menjembatani penjalaran

pembangunan dari Banjarmasin ke kota-kota kecil atau sebaliknya di setiap

Wilayah Pembangunan

3. Mendorong perkembangan pusat-pusat permukiman agar dapat menjadi kota

yang mampu berfungsi sebagai pusat pengembangan wilayah, sehingga

pusat-pusat permukiman tersebut dapat menyempurnakan konfigurasi sistem kota-kota

yang telah ada

4. Meningkatkan hubungan antara pusat-pusat permukiman/kota-kota baik antara

pusat-pusat permukiman/kota-kota yang terletak di wilayah barat dengan wilayah

timur, maupun antara Wilayah Pembangunan.

Tabel. 3.3.

Arahan Sistem Pusat-Pusat Permukiman

No. Pusat Pelayanan

Sistem Pusat Permukiman (Sistem Kota-Kota)

PKN PKW PKL

1. Primer Banjarmasin Barabai Kotabaru 2. Sekunder Batulicin Amuntai,

Tanjung

Marabahan, Rantau, Kandangan, Paringin, Pelaihari

3. Tersier Banjarbaru, Martapura

- Seluruh ibukota kecamatan se Kalsel selain ibukota kecamatan dalam PKN dan PKW

(20)

3 - 20 Sedangkan berdasarkan sistem perwilayahan (Wilayah Pembangunan) Propinsi

Kalimantan Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu Termasuk ke dalam Wilayah Pembangunan

(WP) II Tanah Bumbu dengan pusat pengembanganya di Batulicin. Aapun potensi sumber

daya alam yang cukup besar untuk pengembangan daerahnya, terutama dengan

mengandalkan pada sektor perikanan laut, perikanan darat, peternakan, perkebunan,

kehutanan dan pertambangan.

B. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah terutama dimaksudkan untuk

mencapai sistem pusat-pusat permukiman/kota-kota yang diinginkan serta untuk

mengembangkan wilayah belakang pusat-pusat permukiman/kota-kota yang mempunyai

potensi ekonomi yang besar untuk dikembangkan. Sehubungan dengan hal ini, maka

strategi pengembangan prasarana wilayah di Kalimantan Selatan yang terkait dengan

Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan jalan Kandangan-Batulicin untuk menghubungkan Wilayah

Pembangunan Banua Lima dengan Tanah Bambu, juga menghubungkan daerah

pedalaman di sepanjang jalan tersebut dengan koridor utama jalan raya dan

mendukung pengembangan Pelabuhan Batulicin

2. Peningkatan jalan-jalan akses dari wilayah pedalaman ke koridor utama jalan raya

3. Peningkatan jalan raya untuk mendukung pengembangan Pelabuhan Mekar Putih

4. Untuk meningkatkan dan memperluas layanan angkutan laut, perlu dikembangkan

pelabuhan alternatif. Penentuan pelabuhan ini juga didasarkan pada pertimbangan

untuk menyebarkan pelabuhan tersebut terutama ke arah timur di sekitar Pulau Laut.

Perkembangan usaha tambang terutama batubara mengharuskan dibangunnya

pelabuhan samudera lainnya yang mampu melayani kapal yang berkapasitas lebih

besar

5. Untuk meningkatkan pelayanan angkutan udara, dilakukan peningkatan fasilitas

bandara terutama untuk melayani pesawat

6. Pengembangan pembangkit diarahkan pada pembangkit listrik tenaga uap dan mikro

hidro

7. Mengembangkan sistem irigasi melalui pengembangan waduk-waduk yang

dipadukan dengan kebutuhan pengembangan energi PLTA

8. Untuk meningkatkan telekomunikasi, maka akan dikembangkan dan diperluas

(21)

3 - 21 Kebijaksanaan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada dokumen Revisi RTRW

Provinsi Kalimantan Selatan 2006-2026. Dalam melaksanakan program pembangunan, Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan menggunakan beberapa pendekatan untuk menunjang program tersebut salah satunya pengembangan wilayah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Propinsi tentang Pembagian Wilayah Pembangunan. Berdasarkan Peraturan tersebut, Propinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah Pembangunan yaitu:

Wilayah Pengembangan (WP) Kayu Tangi, meliputi wilayah Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut dengan pusat pengembangan adalah Kota Banjarmasin:

1. Wilayah Pengembangan (WP) Timur - Tenggara / Tanah Bumbu, meliputiKabupaten Tanah Bumbudan Kotabaru dengan pusat pengembangan adalah Tanah Bumbu 2. Wilayah Pengembangan (WP) Pahuluan / Banua Anam, meliputi wilayah Kabupaten

Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan dengan pusat pengembangan adalah Kota Barabai.

A. Pusat Kegiatan Lokal

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatanyang didasarkan pada kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Dalam revisi RTRWP Kallimantan Selatan rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi meliputi PKL sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari Kota Banjarbaru, Rantau (Kabupaten Tapin), Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), Barabai (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Tanjung (Kabupaten Tabalong), Paringin (Kabupaten Balangan), Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut), Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).

B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

(22)

3 - 22 Pola ruang wilayah terbagi habis dengan peruntukan kawasan baik kawasan

lindung maupun kawasan budidaya yang mencakup di atas permukaan bumi, dalam bumi

dan tubuh air yang terdiri dari berbagai klassifikasi. Klassifikasi kawasan lindung terdiri dari:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya yang terdiri dan

kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta kawasan sekitar mata air

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya d. Kawasan rawan bencana lingkungan.

A. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas; Kawasan rawan tanah longsor, Kawasan

rawan gelombang pasang, Kawasan rawan banjir. Kawasan rawan tanah longsor meliputi Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan sampai perbatasan Provinsi Kalimantan

Timur, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru.

B. Kawasan Pertanian

Pengembangkan pusat-pusat distribusi dan industri hasil pertanian tanaman pangan dan

hortikultura di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu

Sungai Tengah, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu.

C. Kawasan Perkebunan

Rencana pengembangan kawasan perkebunan di seluruh wilayah provinsi yang memiliki potensi baik di lahan kering maupun di lahan basah dan sesuai untuk pengembangan perkebunan, terdiri atas:

a. Perkebunan besar swasta maupun perkebunan besar pemerintah meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru

dan Balangan yang pada umumnya membentuk sentra komoditas kelapa sawit dan karet.

b. Perkebunan rakyat meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara,

Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Balangan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru yang pada umumnya membentuk sentra komoditas karet, kelapa dalam

(23)

3 - 23 Beberapa strategi pengembangan yang ditetapkan sebagai kawasan prioritas antara lain

adalah:

1. Kawasan lahan kritis yang tersebar baik di kawasan budidaya maupun di kawasan

lindung

2. Kawasan Pelabuhan Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu yang akan dikembangkan

menjadi pelabuhan samudera, dan disiapkan sebagai pelabuhan alternative untuk wilayah provinsi Kalimantan Selatan selain pelabuhan Trisakti di Banjarmasin.

Pelabuhan ini diharapkan dapat melayani ekspor/impor wilayah Kalimantan Selatan

bagian timur dan bagian barat laut, selain itu di Batulicin akan dikembangkan

kawasan industri untuk menampung industri pengolahan dan industri manufaktur.

3. Mengembangkan sektor-sektor strategis dan sektor terkait, serta tindakan-tindakan pengamanan pada setiap wilayah prioritas sesuai dengan potensi dan

permasalahannya

4. Kawasan-kawasan kritis yang tersebar di kawasan lindung maupun kawasan

budidaya dapat dikembalikan fungsinya sesuai dengan daya dukung lahannya

melalui rehabilitasi lahan, reboisasi, dan pembatasan peningkatan kegiatan yang sudah ada.

5. Kawasan Batulicin perlu dikembangkan dengan meningkatkan sarana dan prasarana

penunjang, serta mengkaitkan pengembangannya dengan kegiatan ekonomi

wilayah belakang yang akan memanfaatkan kedua pelabuhan ini

6. Pengembangan kawasan industri Simpang Tiga - Lianganggang - Banjarbaru perlu dilakukan dengan memberikan peningkatan sarana dan prasarana yang dapat

menunjang industri-industri yang akan berlokasi di sana. Penataan ruang kawasan

industri ini juga perlu dilakukan guna mengefisiensikan penggunaan ruang. Demikian

juga halnya dengan kawasan industri Batulicin, yang dalam jangka panjang

pengembangannya harus dikaitkan dengan pengembangan Pelabuhan Batulicin. 7. Memberikan dukungan penataan ruang pada setiap wilayah prioritas

Penataan ruang untuk Kawasan Pelabuhan Batulicin, Mekar Putih, kawasan industri

Simpang Tiga – Lianganggang - Banjarbaru, kawasan industri Batulicin, wilayah Riam

Kanan dan Riam Kiwa, zona industri Barito Kuala, Danau Bangkau dan kawasan

pariwisata Loksado perlu dilakukan guna mencapai pemanfaatan ruang yang optimal sekaligus meminimalkan dampak-dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

Penataan ruang dengan tujuan yang sama juga perlu dilakukan untuk kawasan PLTU

Asam-Asam dan perlu dilakukan guna mencapai pemanfaatan ruang yang optimal

(24)

3 - 24

D. Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Kapet)

Terdapat tiga kawasan strategis di Provinsi Kalimantan Selatan seperti yang diarahkan

dalam RTRWN, yaitu Kawasan Banjarmasin, Batulicin (merupakan salah satu Kapet dari

empat Kapet di Pulau Kalimantan), dan Kandangan, yang diharapkan dapat menimbulkan

efek sinergis bersama-sama dengan kawasan-kawasan strategis lainnya di Propinsi Kalimantan Barat (Kapet Sanggau), Kalimantan Tengah (Kapet Kakab), serta Kalimantan

Timur (Kapet Sasamba). Hubungan sinergis dari kawasan-kawasan strategis tersebut

secara tidak langsung akan mempunyai saling keterkaitan satu sama lainnya menjadi

wilayah pemacu kegiatan dan diharapkan dapat mengimbangi Pulau Jawa, terutama

dalam:

1. Pengembangan tanaman pangan, untuk mengatasi berkurangnya lahan tanaman

pangan di Pulau Jawa serta perkebunan dan perikanan.

2. Pengembangan industri pengolahan, terutama industri pertanian, industri kehutanan,

industri yang terkait dengan sub sektor pertambangan, terutama penyediaan bahan

baku/dasar dan industri yang sifatnya padat karya

3. Mendorong pemerataan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan, untuk

mengurangi arus migrasi ke Pulau Jawa melalui peningkatan pembangunan

prasarana dan sarana pelayanan jasa perkotaan, program transmigrasi, serta

pembangunan daerah/desa tertinggal

4. Keterkaitan fungsional antara kawasan-kawasan budidaya produktif dan kawasan

andalan secara berhasil guna yang diwujudkan dalam bentuk kemudahan hubungan

melalui berbagai moda transportasi baik lintas Selatan maupun lintas Tengah.

Selain itu, sinergi antar kawasan strategis di Pulau Kalimantan ini pula dapat secara lebih

luas untuk membuka hubungan ekonomi dengan wilayah-wilayah di Asia Pasifik.

E. Kapet Batulicin

Kapet Batulicin yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten mencakup 19

kecamatan seluas 13.044,50 Km2, secara garis besar terbagi ke dalam beberapa wilayah

kegiatan, yaitu:

1. Wilayah Pamukan dan sekitarnya, mempunyai ciri-ciri antara lain:

• Didominasi oleh kegiatan perkebunan kelapa sawit • Jumlah penduduk sangat jarang

• Prasarana transportasi darat kurang baik

(25)

3 - 25 2. Wilayah Kelumpang dan sekitarnya, mempunyai ciri-ciri antara lain:

• Terdapat beberapa komoditas unggulan, yaitu kelapa sawit, batubara, HTI, kelapa hibrida, karet, dan bahan baku semen

• Penyebaran penduduk hampir merata

• Prasarana transportasi darat baik

• Hubungan antar wilayah berorientasi ke Banjarmasin

• Wilayah yang berpotensi sebagai zona industri, ditandai dengan dibangunnya pabrik semen dan rencana industri pendukung lainnya

• Banyak terdapat sumberdaya alam berupa bahan tambang batubara. 3. Wilayah Kusan dan sekitarnya, mempunyai ciri-ciri antara lain:

• Terdapat beberapa komoditas unggulan, yaitu kelapa sawit, batubara, HTI, kelapa hibrida, dan karet

• Konsentrasi penduduk cukup besar

• Pusat kegiatan ekonomi, seperti industri galangan kapal, perdagangan, jasa, dan kegiatan bongkar muat barang angkutan laut

• Hubungan antar wilayah selain Banjarmasin juga antar pulau

• Wilayah yang berpotensi sebagai zona industri, perdagangan dan jasa, serta perhubungan udara

• Banyak terdapat sumberdaya alam berupa bahan tambang batubara

• Terdapat Pelabuhan Batulicin yang diproyeksikan menggantikan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.

4. Wilayah Pulau Laut dan sekitarnya, mempunyai ciri-ciri antara lain:

• Terdapat komoditas unggulan batubara, kelapa sawit, dan HTI.

• Merupakan pusat pemerintahan di Kotabaru.

• Hubungan antar wilayah ke Banjarmasin dan Batulicin.

• Banyak terdapat sumberdaya alam berupa bahan tambang batubara.

3.1.4. RTRW KABUPATEN TANAH BUMBU

Sehubungan belum disyahkannya Perda RTRW Kabupaten Tanah Bumbu, maka

materi yang menjadi acuan dalam bahasan ini adalah naskah Ranperda RTRW Kabupaten

Tanah Bumbu yang sedang dalam proses pembahasan. Strategi Penataan Ruang

(26)

3 - 26 1. Strategi Penyelenggaraan penataan ruang wilayah yang mendorong pembangunan

berkelanjutan dengan peningkatan ketersedian infrastruktur yang berkualitas:

a. menjamin kepastian infrastruktur sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten

Tanah Bumbu secara terpadu

b. membangun dan pengembangan serta pemeliharaan infrastruktur transportasi

c. meningkatkan pelayanan sistem transportasi; dan

d. membangun dan mengembangkan serta meningkatkan pemeliharaan

infrastruktur sumberdaya air.

2. Strategi Pengembangan pelabuhan yang representative disertai keterpaduan

interkoneksi antar moda transportasi:

a. Meningkatkan pengelolaan pelabuhan sesuai dengan tugas dan wewenang

instansi terkait

b. mendorong pemanfaatan pelabuhan untuk kegiatan perdagangan dan industri

selaras dengan pengarahan peran Kabupaten Tanah Bumbu sebagai salah satu

titik distribusi di sub koridor Pantai Timur dan Selatan Kalimantan

c. mendorong peningkatan jaringan jalan dan perhubungan darat terkait, maka

peningkatan akses ditindaklanjuti dengan pengelolaan interkoneksi perhubungan

darat dengan pelabuhan.

3. Strategi Peningkatan daya saing daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan melalui

peningkatan jaringan jasa distribusi lokal, regional dan nasional:

a. memperkuat basis pembangunan ekonomi yang bertumpu pada jasa

perdagangan dan transportasi yang berdaya saing

b. meningkatkan pemerataan pembangunan dengan mendorong penyediaan

lapangan kerja yang luas, kepastian dalam berusaha, keberpihakan pada ekonomi

rakyat, dan peningkatan profesionalitas SDM

c. mendorong pertumbuhan ekonomi dan penguatan perdagangan Dalam Negeri

d. menciptakan iklim usaha yang sehat.

4. Strategi Pengembangan perdagangan berbasis agroindustri sebagaimana:

a. Meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri

b. Meningkatkan kerjasama perdagangan internasional

c. Meningkatkan pengembangan ekspor

(27)

3 - 27 5. Strategi Pengembangan pariwisata unggulan yang selaras dengan pembangunan

kehidupan beragama, sosial dan budaya:

a. Memelihara, melestarikan dan mengembangkan budaya dan produk budaya luhur

termasuk situs-situs bersejarah

b. Menjaga kekayaan alam sebagai keterpaduan dengan pengembangan pariwisata;

c. Mengembangkan manajemen pariwisata secara profesional.

6. Strategi pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam yang

berkelanjutan:

a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan b. Mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis daya dukung dan daya

tampung lingkungan

c. Meningkatkan sistem pemerintah daerah dalam menerapkan prinsip-prinsipgood

Envirronmental Governance dan peningkatkan peran serta masyarakat dan mitra

strategis dalam pengelolaan lingkungan.

7. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara:

a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan

b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar

kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya

c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun

disekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan

kawasan tersebut dengankawasan budidaya terbangun.

8. Strategi peningkatan kualitas SDM guna melalui pendidikan dan pelatihan:

a. Mendirikan lembaga-lembaga pelatihan untuk peningkatan kualitas SDM

b. Mengembangkan kurikulum pendidikan yang mengarah pada potensi daerah.

3.1.5. RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN TANAH BUMBU

A. Pusat-pusat Kegiatan

Rencana pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut:

1. Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan (PKWp):

a. Perkotaan Simpang Empat-Batulicin

2. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp):

(28)

3 - 28 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK):

a. Perkotaan Karang bintang dengan Ibukota Kec.Karang Bintang b. Perkotaan Kampung Baru dengan Ibukota Kec.Simpang Empat c. Perkotaan Pagatan dengan Ibukota Kusan Hilir

d. Perkotaan Angsana dengan Ibukota Kecamatan Angsana e. Perkotaan Giri Mulya dengan Ibukota Kecamatan Kuranji 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL):

a. Desa Wonorejo di Kecamatan Satui b. Desa Purwodadi di Kecamatan Angsana c. Desa Sebamban di Kecamatan Sungai Loban d. Desa Kuranci di Kecamatan Kuranci

e. Desa Teluk Kepayang di Kecamatan Kusan Hulu f. Desa Sungai Dua di Kecamatan Simpang Empat g. Desa Manunggal di Kecamatan Karang Bintang h. Desa Rejosari di Kecamatan Mantawe.

B. Sistem Jaringan Utama

1. Rencana Sistem jaringan transportasi darat:

 Jaringan jalan

1) Jaringan jalan nasional:

a) Jaringan jalan arteri primer, meliputi jalan lintas selatan kalimantan yait; ruas batas Provinsi Kalteng Banjarmasin Lianganggang Trisakti -Lianganggang - Batulicin - Batas Provinsi Kaltim

b) Jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi (K-1), meliputi jalan lintas Selatan Kalimantan yaitu ruas Lianganggang - Pelaihari - Batulicin - Manggalau - Batas Provinsi Kalimantan Timur

c) Jaringan jalan bebas hambatan, meliputi:

• Pagatan - Batulicin • Batulicin - Tanah Grogot. 2) Jaringan jalan provinsi:

a) Jalan kolektor primer K2 meliputi; Kandangan Pd.Batung Lumpangi -Laksado - Batulicin.

b) Rencana pengembangan jaringan jalan dan jembatan yang menghubungkan antara bagian tengah dengan bagian timur-tenggara Kalimantan Selatan, meliputi:

• Kandangan - Batulicin

(29)

3 - 29 c) Rencana pengembangan dan/atau peningkatan jalan lingkar dalam dan

lingkar luar kabupaten, kota se Kalimantan Selatan, meliputi:

pengembangan jalan lingkar kota Batulicin

d) Rencana peningkatan dan pengembangan jalan pada ruas jalan khusus

angkutan komoditas sumber daya mineral dan perkebunan di Kabupaten

Tanah Bumbu

e) Rencana pengembangan angkutan bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

yang belum terlayani, meliputi:

• Kandangan - Mewangi - Batulicin

• Batulicin - Sengayam di perbatasan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Timur

f) Jaringan lintas penyebrangan lintas kabupaten/kota meliputi Kabupaten

Tanah Bumbu.

3) Jaringan jalan kabupaten, terdiri atas:

a) Rencana Jaringan arteri primer merupakan jalan pesisir di Kecamatan

Simpang Empat, Karang Bintang, Batulicin, Kurang Hilir, Sungai Loban,

Angsana dan Satui

b) Rencana jaringan jalan kolektor primer di Batulicin, Karang Bintang

-Simpang Empat - Mantewe, Kusan Hulu-Satui, Karang Bintang - Kusan

Hulu

c) Rencana jaringan jalan bebas hambatan di Pagatan - Batulicin

d) Rencana jaringan jalan Kolektor primer meliputi Kandangan PD. Batung

-Lumpangi - Laksado - Batulicin

e) Pengembangan arteri sekunder akses jalan lingkar Batulicin meliputi;

Sepunggur - Gunung Tinggi - Kersik Putih, Batulicin, Sarigadung, Sungai

Dua

f) Pengembangan arteri sekunder akses jalan lingkar satui meliputi Sungai

Cuka - Makmur Mulya - Sungai Danau - Sinar Bulan

g) Pengembangan kolektor primer meliputi Sepunggur - Saring Sungai

Bumbu - Saring Sungai Binjai - Pulau Tanjung Salim muran - Harapan Jaya

h) Pengembangan kolektor primer meliputi Salimuran - Pulau Salak

i) Pengembangan kolektor primer meliputi Salimuran - Baru Telang

(30)

3 - 30 4) Rencana peningkatan dan pengembangan jalan pada ruas-ruas jalan khusus

angkutan komoditas yang mendukung kelancaran arus distribusi dari

sentra-sentra produksi sumberdaya mineral dan perkebunan yang dikelola oleh

pihak swasta/investor menuju pelabuhan khusus:

a) Daerah pertambangan/daerah perkebunan di Desa Bukit Baru Kecamatan

Satui:

• Underpass pada jalan arteri primer ± 162,50 Km di Desa Sungai Cuka

• Pelabuhan khusus Desa Sungai Cuka

b) Daerah pertambangan Simpang Tiga Desa Teluk Kepayang Kecamatan

Kusan Hulu:

• Underpass pada jalan nasional ± 172 Km di Desa Satui Timur

c) Daerah pertambangan/daerah perkebunan di Desa Sari Gadung

Kecamatan Simpang Empat:

• Underpass pada jalan arteri primer ± 264,5 Km di Desa Tungkaran Pangeran

• Pelabuhan khusus Desa Tungkaran Pangeran.

d) Daerah pertambangan/daerah perkebunan di Kecamatan Satui,

Kecamatan Sungai Loban dan Kecamatan Kusan Hulu:

• Underpass pada jalan arteri primer ± 197-198 Km di Desa Bunati Kecamatan Angsana

e) Daerah pertambangan/daerah perkebunan di Kecamatan Satui,

Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Angsana:

• Underpass pada jalan arteri primer ± 204,3 km di Desa Bunati Kecamatan Angsana

• Pelabuhan khusus di Desa Bunati Kecamatan Angsana.

5) Rencana terminal angkutan berupa pengembangan terminal Kelas B Batulicin

di Kecamatan Batulicin

6) Jaringan dalam trayek Angkatan Kota Dalam Provinsi lintasan trayek:

a) Banjarmasin (KM.6) - Batulicin

b) Barabai - Martapura (cempaka) - Batulicin

c) Kandangan - Mawangi - Batu Licin

d) Batulicin - Terjun

(31)

3 - 31 f) Batulicin - Sungai Kupang

g) Batulicin - Gunung Batu Besar h) Batulicin - Sengatam

i) Batulicin - Sei Durian. j) Batulicin - Hampang k) Batulicin - Pantai l) Batulicin - Bakau

m) Batulicin - Tanjung Batu

n) Batulicin - Tanjung Samalantaka o) Batulicin - Sampanan

p) Batulicin - Geronggang.

 Rencana pengembangan jaringan perhubungan sungai, danau dan penyeberangan meliputi pengembangan alur pelayanan Kabupaten Tanah Bumbu - Kabupaten Kota Baru.

2. Sistem jaringan transportasi laut a. Rencana tatanan kepelabuhanan:

1) Pengembangan pelabuhan pengumpul di simpang empat Batulicin

2) Pengembangan pelabuhan pengumpan di pelabuhan Sungai Danau,Pagatan, Sungai Loban dan Satui

3) Pengembangan fasilitas pelabuhan di pelabuhan pengumpul Batulicin 4) Rencana pengembangan fasilitas pelabuhan pengumpul Batulicin.

b. Rencana Tatanan kepelabuhanan terminal penumpang dan petikemas di Kabupaten Tanah Bumbu:

1) Peningkatan dan pengembangan terminal penumpang pelabuhan pengumpul Batulicin

2) Peningkatan dan pengembangan terminal peti kemas pelabuhan pengumpul Batulicin

c. Lintas penyebrangan di Tanah Bumbu - Kotabaru d. Alur pelayaran:

1) Pelabuhan pengumpul di Simpang Empat Batulicin; alur pelayaran Batulicin -Surabaya dan Batulicin - Makasar

2) Pelabuhan pengumpan; alur pelayanan ke sungai danau, sungai loban dan satui

3) Terminal penumpang pelabuhan pengumpul; alur pelayanan dari dan ke Pulau Jawa (Surabaya), Sulawesi (Makasar) dan Balikpapan

4) Terminal peti kemas pelabuhan pengumpul : alur pelayanan Batulicin-Surabaya.

(32)

3 - 32

 Rencana pembangunan sistem jaringan jalan kereta api, meliputi jalan angkutan

penumpang dan barang antar kota PKN dengan PKW dan PKL, yaitu Batas

Kalteng-Banjarmasin - Pelaihari - Asam - Asam - Satui - Pagatan - Batulicin - Kotabaru - Batas

Kaltim.

 Sistem Jaringan Transportasi Udara:

a. Bandar udara bersujud dari Kota Batulicin

b. Rencana pemindahan dan pembangunan bandar udara bersujud dari Kota

Batulicin ke lokasi lainnya di Kabupaten Tanah Bumbu

c. Rencana peningkatan dan pengembangan bandar udara bersujud Kabupaten

Tanah Bumbu.

 Sistem Jaringan Energi:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Air/Mikro Hidro (PLTA/PLTMH) di Riam Kiwa dan Kusan

Tanah Bumbu

b. Rencana lokasi potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Desa Mangkalapi

- Sungai Kusan Kecamatan Kusan Hulu

c. Rencana pembangunan saluran transmisi, meliputi Asam Asam - Batulicin

d. Pembangunan jaringan 150 KVA dari Asam - Asam sampai Batulicin sepanjang 248

km

e. Rencana pembangunan saluran transmisi Barikin - Amuntai, Barikin - Tanjung,

Seberang Barito - Kayu Tangi, PLTU Asam Asam - Mantuil, Asam Asam - Batulicin

f. Rencana pengembangan Gardu Induk berada di Batulicin

g. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT)/SUTET di Sistem Batulicin - Sistem Barito

h. depo bahan bakar minyak (BBM) di saluran kecamatan.

 Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, terdiri

atas:

a. Rencana Sistem jaingan kabel di Kecamatan Satui, Kecamatan Angsana,

Kecamatan Sungai Loban, Kecamatan Khusan Hilir, Kecamatan Batulicin;

Kecamatan Mantewe dan Kecamatan Simpang Empat

b. Sistem jaringan nirkabel berupa pengembangan menara telekomunikasi yang

(33)

3 - 33

 Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air:

a. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air direncanakan berbasis WS

dan CAT serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan

keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air tanah.

b. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi aspek konservasi

sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air

sesuai dengan arahan pola dan rencanapengolahan sumber daya air wilayah sungai.

c. Wilayah sungai yang berada pada Kabupaten Tanah Bumbu meliputi WS Cengal

-Batulicin

d. Cekungan air tanah yang berada pada Kabupaten Tanah Bumbu yaitu CAT Pagatan

yang merupakan CAT Lintas Kabupaten/Kota

e. Rencana pengembangan jaringan irigasi yang berada pada Kabupaten Tanah

Bumbu, terdiri atas:

1) Daerah irigasi (DI) kewenangan pemerintah Kabupaten (Lampiran)

2) Daerah irigasi rawa di di Kecamatan Kusan Hilir

3) Rehabilitasi, pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi yang ada

4) Pengembangan daerah irigasi teknis dan sederhana yang diarahkan untuk

mendukung ketahanan pangan dan pengolahan lahan pertanian

berkelanjutan

5) Membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis

menjadi kegiatan budidaya lainnya.

Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih terdiri atas:

1) Pengembangan Embung di Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Simpang Empat

2) Pengembangan sumber mata air di pegunungan Maratus, Sungai Sitiung dan

Sungai Batulicin

3) Bendungan Batilicin dan bendungan Segumbang di Kabupaten Tanah Bumbu

untuk irigasi

4) Pengembangan sumber air tanah pada CAT Pagatan di wilayah Kabupaten Tanah

Bumbu yang terpantau pemanfaatannya dengan mengutamakan pemanfaatan air

(34)

3 - 34

Jeringan air bersih ke kelompok pengguna, merupakan saluran air baku (SAB) di Kabupaten Tanah Bumbu.

Sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor, terdiri atas:

1) Pembangunan prasarana pengendali banjir berupa pembangunan bendungan di

Desa Batu Bulan Kecamatan Kusan Hulu dan Tanggul penahan banjir di

Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Kusan Hilir

2) Pembangunan prasarana pengendali erosi dan longsor berupa penahan tanah.

Sistem pengamanan pantai meliputi pembangunan prasarana pengamanan abrasi pantai di sepanjang pantai.

 Sistem prasarana pengelolaan lingkungan:

a. Sistem jaringan persampahan:

1) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah dengan menerapkan prinsip 3 R

2) Keberadaan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan

Simpang Empat

3) Pengembangan lokasi Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) terdapat

di seluruh kawasan perkotaan pada setiap kecamatan, meliputi; Kecamatan Satui, Kecamatan Khusan Hilir dan Simpang Empat.

b. Sistem drainase:

1) Sistem drainase primer adalah seluruh jaringan sungai

2) Sistem drainase sekunder di sepanjang jalan kolektor primer dan lokal primer

yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan pada kompleks perumahan.

c. Sistem jaringan air minum:

1) Pelayanan air minum dengan menggunakan PDAM terdapat di Kecamatan

Kusan Hilir, Karang Bintang, Simpang Empat, Batulicin, Satui

2) Pelayanan air minum dengan menggunakan mata air terdapat di Kecamatan Simpang Empat

3) Pelayanan air minum dengan menggunakan sumur bor terdapat di seluruh

kecamatan.

d. Sistem jaringan prasarana pengolahan air limbah pada kawasan industri dan

rumah tangga di seluruh kecamatan

e. Rencana jalur evakuasi bencana meliputi jalur utama dari lokasi bencana ke ruang

terbuka hijau dan fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pengungsian

(35)

3 - 35

3.1.6. POLA RUANG KABUPATEN TANAH BUMBU

A. Kawasan Lindung

1. Kawasan perlindungan setempat

a. Kawasan sempadan pantai terdapat di sepanjang pantai Kabupaten Tanah Bumbu yang terdapat di Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Kusan Hilir dan Kecamatan Sungai Loban.

b. Kawasan sempadan sungai direncanakan terdapat di kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai, terdiri atas:

1) Kawasan intaje PDAM di Desa Sinar Bulan Kecamatan Satui, Desa Saring Sungai Binjai Kecamatan Khusan Hilir, Desa Karang Bintang Kecamatan Karang Bintang.

2) Kawasan rawa-rawa di Desa Sardangan dan Desa Pulau Salak, Desa Danau Indah, Desa Satiung Kecamatan Khusan Hilir, Desa Satui Timur Kecamatan Satui.

c. Kawasan sepadan bendungan terdapat di Kecamatan Batulicin d. Kawasan sepadan mata air di setiap Kecamatan

e. Kawasan irigasi di Kecamatan Kusan Hilir, Kusan Hulu, Sungai Loban, Satui, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Kuranji, dan Angsana.

2. Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Kusan Hilir

3. Kawasan rawan bencana alam

a. Kawasan potensi rawan banjir ditetapkan dengan kriteria adanya luapan banjir yang sering terjadi selama musim hujan dalam wilayah DAS yaitu DAS Kusan, DAS Batulicin dan DAS Satui

b. Kawasan rawan bencana geologi (tanah longsor, abrasi) ditetapkan disepanjang garis pantai Kabupaten sebagai kawasan rawan abrasi di Kecamatan Kusan Hilir, Kecaman Sungai Loban dan rawan tanah longsor di kecamatan Mantewe.

4. Kawasan konservasi perairan

Penetapan kawasan konservasi perairan di tujukan untuk melindungi ekosistem pesisir dari berbagai intervensi dengan membiarkan ekosistem tersebut tumbuh dan berkembang secara alami, serta menjamin ketersediaan plasma nutfah ke perairan sekitarnya, meliputi:

(36)

Peta. 3.3.

(37)

3 - 37

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan budidaya kehutanan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas

(HPT), hutan produksi tetap (HP) dan hutan produksi konservasi (HPK)

2. Kawasan peruntukan permukiman

tersebar di seluruh kecamatan, diarahkan dikembangkan pada pusat-pusat fasilitas

umum yang terletak di PKL, PKLp, PPK dan PPL.

a. Kawasan permukiman perkotaan, pengembangannya diarahkan pada:

1) Kawasan perkotaan metropolitan simpang empat - gunung tinggi - batulicin

2) Kawasan perkotaan satui; dan

3) Kawasan perkotaan ibu kota kecamatan lainnya.

b. Kawasan permukiman perdesaan tersebar di semua wilayah kecamatan dan di

dalam kawasan hutan.

3. Kawasan peruntukan industri.

a. Rencana kawasan peruntukan industri sedang:

1) Pengembangan industri pengolahan di Kecamatan Husan Hilir, Kecamatan

Satui, Kecamatan sungai Loban dan Kecamatan Mantewe

2) Pengembangan industri pengolahan hasil laut sebagai penujang minapolitan

Kecamatan Angsana dan Kecamatan Kusan Hilir

3) Pengembangan industri pengolahan hasil laut sebagai penunjang

minapolitan di Kecamatan Angsana dan Kecamatan Kusan Hilir.

b. Kawasan peruntukan industri besar:

1) Pengembangan kawasan industri skala besar diprioritaskan kawasan KAPET

di Kecamatan Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Karang Bintang

2) Pengembangan kawasan perkebunan di Kecamatan Satui, Kecamatan

Angsana dan Kecamatan Sungai Loban

3) Pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Satui, Kecamatan

Angsana, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Sungai Loban, Kecamatan

(38)

3 - 38 4. Kawasan pertanian

a. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan di Kecamatan Kusan Hilir, Satui,

Kecamatan Kusan Hulu, dan kecamatan Batulicin, terdiri atas:

1) Lahan pertanian pangan berkelanjutan di kecamatan Kusan Hilir, Batulicin

dan Kusan Hulu

2) Cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan di seluruh kecamatan.

b. Kawasan hortikultura

1) Kecamatan Kuranji, Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Sungai Loban,

Kecamatan Angsana, Kecamatan Satui, Kecamatan Karang Bintang,

Kecamatan Mantewe dan Kecamatan Kusan Hilir.

2) Mengembangkan pusat agropolitan di Kecamatan Kusan hilir.

c. Kawasan perkebunan dikembangkan di seluruh kecamatan, terdiri atas:

1) Kawasan peruntukan perkebunan rakyat

2) Kawasan peruntukan perkebunan negara

3) Kawasan perkebunan besar swasta.

d. Kawasan peternakan, memiliki komoditas ternak unggulan meliputi ternak Sapi

dengan di Kecamatan Sungai Loban dan Kecamatan Kusan Hilir.

5. Kawasan peruntukan perikanan

a. Kawasan peruntukan perikanan budidaya

1) Perikanan budidaya air tawar meliputi nila, ikan mas, patin, bawal, papayu

(Betok)

2) Kawasan perikanan (Tambak) di Kecamatan Satui, Kecamatan Sungai Loban,

Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Simpang Empat

3) Perikanan budidaya air laut meliputi rumput laut dan udang galah.

b. Perikanan tangkapan laut di seluruh wilayah pantai dan pesisir Kabupaten Tanah

Bumbu meliputi zona penangkapan ikan wilayah barat dan zona penangkapan

ikan wilayah timur

c. Kawasan peruntukan industri pengolahan ikan meliputi industri kecil rumah

tangga berbasis minapolitan terdapat di Kecamatan Kusan Hilir dan PPI Batulicin

(39)

3 - 39 6. Kawasan peruntukan pertambangan

a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam berada pada wilayah

Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Mantewe

b. Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam berada pada wilayah

Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Satui

c. Kawasan peruntukan pertambangan batubara berada pada wilayah di seluruh

Kecamatan

d. Kawasan peruntukan pertambangan batuan berada pada kecamatan Kusan Hulu,

Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Satui.

7. Kawasan peruntukan pariwisata

a. Kawasan peruntukan pariwisata budaya

1) Budaya Mappanretasi Kecamatan Kusan Hilir

2) Budaya Mlasti di Kecamatan Sungai Loban

3) Objek wisata makam Religius di Kecamatan Kusan Hilir, Batulicin, Angsana,

Kusan Hulu dan Batulicin.

b. Kawasan peruntukan pariwisata alam

1) Kawasan objek wisata pantai di Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Angsana,

Kecamatan Satui, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Simpang Empat dan

Kecamatan Kusan Hilir

2) Kawasan objek wisata goa di Kecamatan Mantewe

3) Kawasan pengamanan terumbu karang di Desa Bunati Kecamatan Angsana.

8. Kawasan peruntukan pelabuhan terletak di sepanjang pesisir di wilayah sungai dua,

simpang empat, batulicin, muara pagatan, angsana/bunati dan muara satui.

9. Kawasan peruntukan lainnya

a. Kawasan peruntukan pesisir berupa zona budidaya, meliputi perikanan budidaya

air laut di seluruh wilayah pantai dan pesisir Kabupaten Tanah Bumbu zona 4

(empat) mill laut

b. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdapat di seluruh kecamatan

Kabupaten Tanah Bumbu terdiri atas:

1) Komando distrik militer (kodim) 1006 kesatrian kompi senapan-B di

Kecamatan Simpang Empat

2) Komando rayon militer (koramil) tersebar Kabupaten Tanah Bumbu

(40)

Peta. 3.4.

(41)

3 - 41

3.1.7. ARAHAN RTRW KABUPATEN TANAH BUMBU

Sehubungan belum disyahkannya Perda RTRW Kabupaten Tanah Bumbu, maka

materi yang menjadi acuan dalam bahasan ini adalah naskah Ranperda RTRW Kabupaten

Tanah Bumbu yang sedang dalam proses pembahasan.

A. Strategi Penataan Ruang Kabupaten Tanah Bumbu

Strategi Penyelenggaraan penataan ruang wilayah yang mendorong pembangunan

berkelanjutan dengan peningkatan ketersedian infrastruktur yang berkualitas:

a. Menjamin kepastian infrastruktur sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten

Tanah Bumbu secara terpadu

b. Membangun dan pengembangan serta pemeliharaan infrastruktur transportasi

c. Meningkatkan pelayanan sistem transportasi; dan

d. Membangun dan mengembangkan serta meningkatkan pemeliharaan infrastruktur

sumberdaya air.

Strategi Pengembangan pelabuhan yang representative disertai keterpaduan

interkoneksi antar moda transportasi:

a. Meningkatkan pengelolaan pelabuhan sesuai dengan tugas dan wewenang instansi

terkait

b. Mendorong pemanfaatan pelabuhan untuk kegiatan perdagangan dan industri

selaras dengan pengarahan peran Kabupaten Tanah Bumbu sebagai salah satu titik

distribusi di sub koridor Pantai Timur dan Selatan Kalimantan

c. Mendorong peningkatan jaringan jalan dan perhubungan darat terkait, maka

peningkatan akses ditindaklanjuti dengan pengelolaan interkoneksi perhubungan

darat dengan pelabuhan

Strategi Peningkatan daya saing daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan melalui

peningkatan jaringan jasa distribusi lokal, regional dan nasional:

a. Memperkuat basis pembangunan ekonomi yang bertumpu pada jasa perdagangan

dan transportasi yang berdaya saing

b. Meningkatkan pemerataan pembangunan dengan mendorong penyediaan lapangan

kerja yang luas, kepastian dalam berusaha, keberpihakan pada ekonomi rakyat, dan

peningkatan profesionalitas SDM

c. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan penguatan perdagangan dalam negeri

Gambar

Tabel. 3.1.
Tabel. 3.3.
Tabel. 3.5.
Tabel. 3.6.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pendampingan dari berbagai pihak pada kelompok Sumber Rejeki diharapkan akan mempercepat proses produksi kelompok hingga kegiatan pengolahan singkong dari

dari populasi yang ada 34 Teknik penelitian diambil dengan menggunakan teknik acak sederhana (Simple Random Sampling).. Teknik ini

Dewi Setyorini, S.Psi, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan penulis banyak masukan, dukungan dan motivasi

Pada perlakuan dosis pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap semua variabel pengamatan kecuali bobot 1000 butir gabah bernas dan hasil panen per petak. Interaksi

Ketika individu masuk dan bergabung dengan sebuah kelompok tentunya ada pembagian in-group dan out-group yang nantinya dapat menciptakan suatu identitas

[r]

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa

The quiescent power drain is only 24 milliwatts when operating from a 6 voltage supply, making the LM386 ideal for battery operation... Absolute maximum ratings are stress