• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI TRICHODERMA SP. DALAM PENGOMPOSAN GULMA SIAM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN PAKCOI DAN SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI TRICHODERMA SP. DALAM PENGOMPOSAN GULMA SIAM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN PAKCOI DAN SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

48 POTENSI TRICHODERMA SP. DALAM PENGOMPOSAN GULMA SIAM DAN

PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN PAKCOI DAN SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

Wahyu Febriyono1*, Loekas Soesanto2 dan Tamad3 1*Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Peradaban 2,3Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Email : wahyufebriyono@gmail.com

Received date: 08/10/2018, Revised date: 11/10/2018, Accepted date: 19/12/2018

ABSTRACT

The expansion of planting area on Ultisols becomes efforts to increase pakchoy production. Siam weed fertilizer application can be considered to improve Ultisols soil characteristics. The aims of this study were: (1) to obtain the best isolates of Trichoderma sp. for composting siam weeds, (2) to determine the effect of organic fertilizer type and dose on chemical properties of Ultisols, and (3) to determine the effect of organic fertilizer type and dose on pakchoy planted in Ultisols soil. This study consisted of two experiments. The first experiment was composting siam weed by four Trichoderma sp. isolates, that was ginger, pineapple, banana, onion, and control. The second experiment was three factors: dose of urea fertilizer, the type and the dose of organic fertilizer. Results of this study indicated that (1) ginger isolates wasthe best isolates of Trichoderma sp. for composting siam weeds. (2) The recommended dose of 0.5 fertilizer urea with siam weed fertilizer has been able to improve soil chemical properties of Ultisol. (3) The recommended dose of 0.5 urea fertilizer with siam weed fertilizer has been able to generate the good one of growth and yield pakchoy.

Keywords : Pakcoy, siam weed, Trichoderma sp., ultisols

ABSTRAK

Perluasan area penanaman pada tanah Ultisol menjadi usaha peningkatan produksi pakcoi. Pemberian pupuk gulma siam dipertimbangkan dapat menjadi usaha perbaikan sifat tanah Ultisol. Tujuan penelitian adalah (1) memperoleh isolat jamur Trichoderma sp. terbaik untuk pengomposan gulma siam, (2) mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap sifat kimia tanah Ultisol, (3) mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap tanaman pakcoi pada tanah Ultisol. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan pertama adalah pengomposan gulma siam oleh jamur Trichoderma sp.. Perlakuan percobaan pertama yaitu isolat jahe, nenas, pisang, bawang merah, dan control. Percobaan kedua terdiri atas 3 faktor yaitu dosis pupuk urea, jenis dan dosis pupuk organik. Hasil dari penelitian ini adalah (1) jamur Trichoderma sp. isolat jahe merupakan isolat terbaik untuk pengomposan gulma siam. (2) Dosis pupuk urea 0,5 dosis anjuran dengan pemberian pupuk gulma siam telah mampu memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar C-organik, kadar N, dan KTK sebesar 477,97, 145,45, dan 174,80%. (3) Pupuk urea 0,5 dosis anjuran dengan pemberian pupuk gulma siam telah mampu menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoi yang baik dengan nilai bobot tanaman segar (408,33 g), bobot akar kering (11,59 g), dan indeks panen (0,76).

Kata kunci : Gulma siam, pakcoi, Trichoderma sp., ultisol PENDAHULUAN

Sawi huma atau dikenal dengan sebutan pakcoi (Brassica rapa L.) merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran

(2)

49 rendah (Haryanto et al., 2003). Usaha peningkatan produksi pakcoi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat diantaranya dengan perluasan lahan penanaman. Lahan dengan tanah ultisol merupakan lahan yang potensial untuk perluasan penanaman sayuran karena luasannya yang cukup luas dan belum banyak termanfaatkan.

Upaya perluasan penanaman pakcoi pada tanah ultisol terkendala kesuburan tanah tersebut. Tanah ultisol mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kadar bahan organik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Penambahan bahan organik ke dalam tanah perlu diupayakan agar produktivitas tanah tersebut meningkat, salah satu upayanya berupa penambahan pupuk organik (Yudhi, 2002).

Gulma siam (Chromolaena odorata (L.) King & Robins) memiliki potensi untuk dijadikan pupuk kompos, karena memiliki nutrisi pada seresah hingga akar (Handayani et al., 2002). Pupuk kompos juga dapat meningkatkan kualitas sifat fisik dan biologi tanah, seperti memperbaiki struktur tanah dan aktivitas mikroba tanah (Sukmawati, 2013). Kemampuan pupuk kompos ini menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tanaman dapat dioptimalkan sehingga menghemat penggunaan pupuk anorganik.

Penggunaan mikroba tanah diharapkan dapat mempercepat pengomposan bahan organik. Salah satu jenis mikroba tanah yang mampu berperan sebagai pengompos hayati adalah Trichoderma sp.. Trichoderma sp. mempunyai potensi selulosis karena menghasilkan enzim selulase (Talanca, 2002). Hasil isolasi dari beberapa rizosfer tanaman telah ditemukan beberapa spesies Trichoderma, diantaranya Trichoderma sp. isolat jahe (Soesanto et al., 2005), Trichoderma sp. isolat nenas (koleksi L. Soesanto), Trichoderma sp. isolat pisang (Haryono, 2007), dan Trichoderma sp. isolat bawang merah (Santoso et al., 2007). Menurut Sulistiyono (2014), setiap isolat jamur Trichoderma sp. memiliki kemampuan menghasilkan enzim selulase yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan (1) memperoleh isolat jamur Trichoderma sp. terbaik untuk pengomposan gulma siam, (2) mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap sifat kimia tanah Ultisol, (3) mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap tanaman pakcoi pada tanah Ultisol.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: gulma siam, jamur Trichoderma sp., (yaitu isolat jahe, nenas, pisang, bawang merah), tanah ultisol, tanaman pakcoi, dan pupuk petroganik.

Tahapan penelitian antara lain: 1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan eksperimental yang dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2015. Percobaan dilaksanakan di rumah plastik milik Laboratorium Agronomi, Lahan Percobaan milik Laboratorium Agronomi, Laboratorium Ilmu Tanah, dan Laboratorium Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

2. Penyiapan isolat jamur Trichoderma sp.

Isolat jamur Trichoderma sp. diperbanyak pada medium agar dan jagung. Media agar kentang gula dicairkan, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Setelah media memadat, isolat jamur Trichoderma sp. dari media miring dimasukkan ke dalam cawan petri, diinkubasi sampai pertumbuhan jamur mencapai tepi cawan petri.

Perbanyakan jamur Trichoderma sp. pada media jagung pecah. Jagung pecah dicuci, kemudian ditiriskan, lalu dikukus selama 15 menit, dimasukkan ke dalam plastik tahan panas sekitar 25 g. Kemudian disterilkan, setelah dingin, isolat jamur Trichoderma sp. dimasukkan ke dalam media jagung, lalu diinkubasi sampai pertumbuhanya memenuhi media jagung.

3. Penyiapan pupuk gulma siam

Gulma siam diperoleh dari lahan sekitar kampus Fakultas Pertanian UNSOED. Gulma dipotong dengan ukuran sekitar 2 cm. Penyiapan dilakukan di rumah plastik milik Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian UNSOED. Gulma siam ditimbang seberat 300 kg, kemudian dicampur dengan jamur Trichoderma sp. seberat 180 g/kg gulma siam, kemudian dimasukkan ke plastik. Campuran gulma siam dan jamur Trichoderma sp. disimpan selama 4 minggu sampai menjadi pupuk kompos.

(3)

50 4. Penyiapan media tanam

Penyiapan tanah Ultisol sebagai media tanam. Tanah ultisol diambil dari Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Tanah kemudian diayak dengan ayakan 2 mm. Kemudian ditimbang sebanyak 8,5 kg, lalu dicampur dengan kompos gulma siam sesuai dosis perlakuan, diaduk sampai rata kemudian dimasukkan ke dalam polibag. Setelah media tanam siap, maka dilakukan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

5. Pelaksanaan penelitian

Percobaan tahap 1 (pengomposan gulma siam oleh jamur Trichoderma sp.) menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan dalam percobaan adalah pembuatan kompos menggunakan jamur Trichoderma sp., yaitu isolat jahe (I1), nenas (I2), pisang (I3), bawang merah (I4), dan kontrol pembuatan kompos tanpa menggunakan jamur Trichoderma sp. (I0). Gulma siam yang telah disiapkan ditambahkan isolat jamur Trichoderma sp. seberat 180 gr/kg gulma siam sesuai dengan perlakuan. Campuran gulma siam dan jamur Trichoderma sp. disimpan sampai 4 minggu agar menjadi kompos. Setelah menjadi kompos dilakukan pengamatan.

Percobaan tahap 2 (uji daya hasil pupuk gulma siam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoi) menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Penelitian terdiri atas 3 faktor yaitu dosis pupuk urea, jenis pupuk organik dan dosis pupuk organik. Faktor pertama yaitu dosis pupuk urea terdiri atas 1,5 dosis anjuran (N1), dosis anjuran (N2), dan 0,5 dosis anjuran (N3). Faktor kedua yaitu jenis kompos terdiri atas pupuk kompos gulma siam yang dengan pengompos isolat Trichoderma sp. terbaik (K1) dan pupuk organik yang ada di pasaran (K2). Faktor ketiga yaitu dosis pupuk organik terdiri atas meningkatkan C-organik tanah menjadi 2% (D1), meningkatkan C-organik tanah menjadi 3% (D2), dan meningkatkan C-organik tanah menjadi 5% (D3). Media tanam Ultisol yang telah disiapkan, ditambah dengan pupuk kompos sesuai dengan perlakuan. Benih pakcoi ditanam setelah media disiapkan. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan, pemberantasan hama. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, penyiangan dilakukan saat 15 hst, dan pemberantasan hama dilakukan secara mekanis. Tanaman dipanen pada umur 30 hst dan dilakukan pengamatan terhadap variabel yang dibutuhkan.

6. Variabel pengamatan

Variabel pengamatan pembuatan dan kualitas kompos adalah kadar C-organik (%), pH akhir, C/N ratio, kadar NPK kompos (%) (Balai Penelitian Tanah, 2005), kepadatan konidium Trichoderma sp. (cfu/g), kegigasan konidium Trichoderma sp. (%). Variabel yang diamati dalam percobaan II meliputi kadar C-organik (%), pH tanah, kadar NPK tanah (%), nilai KTK tanah (me/100g), Almuminium dapat ditukar (me/100g) (Balai Penelitian Tanah, 2005), tinggi tanaman(cm), luas daun (cm2), jumlah daun (helai), bobot akar segar (g), bobot akar kering (g), bobot tajuk segar (g), bobot tajuk kering (g), bobot tanaman segar (g), indeks panen, laju asimilasi bersih (LAB) (g/cm2/hari), laju pertumbuhan tanaman (LPT) (g/m2/hari) (Sitompul dan Guritno, 1995), kadar klorofil (mg/g) (Arnon, 1949), dan kadar serat (%) (Sudarmadjiet al., 2007).

7. Analisis data

Data penelitian dianalisis dengan uji Fisher (uji F) untuk mengetahui keragaman dan pengaruh masing-masing perlakuan yang dicoba pada variabel yang diamati. Apabila pengaruh perlakuan berpengaruh nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (DMRT) pada tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengomposan Gulma Siam oleh Empat Isolat Jamur Trichoderma sp.

Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa jamur Trichoderma sp. isolat jahe merupakan isolat yang paling baik karena menghasilkan kadar C-organik, kadar N, kepadatan konidium, dan kegigasan konidium yang tinggi. Jamur Trichoderma sp. isolat jahe juga menghasilkan C/N ratio yang rendah dan pH yang mendekati netral. Berdasarkan nilai skor yang dilakukan terhadap masing-masing variabel juga menunjukkan pupuk gulma siam dengan pengompos jamur Trichoderma sp. isolat jahe memiliki nilai skor tertinggi (Tabel 1).

(4)

51

Sulistiyono (2014) menyatakan bahwa jamur Trichoderma sp. dari berbagai isolat memiliki kandungan yang sama, tetapi jamur Trichoderma sp. isolat jahe dan nenas memiliki enzim endoglukonase yang lebih tinggi dibandingkan isolat yang lainnya. Enzim endoglikonase berperan dalam perombakan selulosa terlarut. Hal ini menunjukkan bahwa jamur Trichoderma sp. isolat jahe merupakan mikroba pengompos yang potensial. Trichoderma sp. isolat jahe lebih dipilih dibandingkan isolat nenas karena kemampuan tumbuhnya yang lebih baik.

Tabel 1. Kualitas pupuk gulma siam pada berbagai jenis isolat Trichoderma sp.

Keterangan: I0: tanpa jamur Trichoderma sp.; I1: isolat jahe; I2: isolat nenas; I3: isolat pisang; I4: isolat bawang merah. Huruf kecil yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. Angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor untuk masing-masing variabel.

Pengomposan merupakan kegiatan penguraian bahan organik oleh mikroba (Mardhiansyah dan Widyastuti, 2007). Jamur Trichoderma sp. berperan sebagai pengompos yang mengurai bahan organik seperti selulosa menjadi senyawa glukosa (Soesanto, 2008). Berdasarkan persyaratan teknis minimum pupuk organik padat sesuai dengan Permentan No. 70 Tahun 2011, pupuk kompos gulma siam dengan pengompos jamur Trichoderma sp. isolat jahe yang dihasilkan telah mencapai syarat minimum yaitu kadar C-organik ( 15 %), pH (4-9), makro-hara ( 4%), dan mikroba fungsional ( 103 cfu/g).

B. Uji Daya Hasil Pupuk Gulma Siam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoi 1. Pengaruh dosis pupuk urea, jenis pupuk organik, dan dosis pupuk organik terhadap sifat kimia tanah

ultisol

Pemberian pupuk gulma siam mampu memperbaiki kadar C-organik tanah Ultisol. Hal ini ditunjukkan dengan kadar C-organik tanah tertinggi (3,41%) dicapai pada 0,5 dosis anjuran pupuk urea yang diberi pupuk kompos gulma siam (Tabel 2). Kadar C-organik tanah Ultisol meningkat sebesar 477,97% setelah diberi pupuk gulma siam.

Pupuk gulma siam yang diberikan mengandung jamur Trichoderma sp.. Jamur Trichoderma sp. memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim selulase sehingga akan mengurai C-organik dalam pengomposan. Sulistiyono (2014) menyatakan bahwa jamur Trichoderma sp. isolat jahe memiliki enzim endoglukonase yang tinggi. Unsur N yang meningkat dengan penambahan pupuk urea akan dimanfaatkan jamur Trichoderma sp. sebagai makanan untuk mempercepat pengomposan (Setyorini et al., 2010). Variabel Tanaman gulma siam Perlakuan Syarat Permentan No 70 Tahun 2011 I0 I1 I2 I3 I4 Kadar C-organik (%) 41,55 39,01 e (1) 40,41 a (5) 40,24 b (4) 39,99 c (3) 39,81 d (2)  15 pH (H2O) - 8,58 b (2) 8,29 d (4) 9,19 a (1) 8,16 e (5) 8,31 c (3) 4-9 C/N rasio 10,86 14,80 a (5) 10,05 e (1) 14,01 c (3) 14,34 b (4) 13,54 d (2) 15-25 Kadar N (%) 3,83 2,64 e (1) 4,02 a (5) 2,87 c (3) 2,79 d (2) 2,94 b (4)  4 Kadar P (%) - 3,42 a (5) 2,79 c (3) 2,78 d (2) 2,73 e (1) 2,87 b (4) Kadar K (%) - 1,64 a (5) 1,52 c (3) 1,45 d (2) 1,43 e (1) 1,54 b (4) Kepadatan konidium Trichoderma sp. (cfu/g) - 0,00x106 c (1) 11,26x106 a (3) 8,61x106 b (2) 6,86x106 b (2) 7,96x106 b(2)  103 Kegigasan konidium Trichoderma sp. (%) - 0,00 c (1) 87,12 a (3) 76,44 b (2) 75,41 b (2) 76,49 b (2) - Jumlah skor - 21 27 19 20 23 -

(5)

52 Tabel 2. Interaksi dosis pupuk urea dan jenis pupuk organik terhadap kadar C-organik tanah, kadar N

tanah, dan KTK

Kadar C-organik (%) Dosis pupuk urea Jenis pupuk organik

K1 K2

N1 2,39 b B 3,15 a A

N2 2,43 b A 2,14 c B

N3 3,41 a A 2,66 b B

Kadar N tanah (%) Dosis pupuk urea Jenis pupuk organik

K1 K2

N1 0,18 b B 0,27 a A

N2 0,19 b A 0,16 c B

N3 0,27 a A 0,25 b B

KTK (me/100g) Dosis pupuk urea Jenis pupuk organik

K1 K2

N1 20,70 a A 20,78 a A

N2 21,06 a A 20,50 ab B

N3 20,61 a A 20,24 b A

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama pada setiap variabel menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. Huruf besar yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. N1: 1,5 dosis anjuran pupuk urea, N2: dosis anjuran pupuk urea, N3: 0,5 dosis anjuran pupuk urea, K1: pupuk gulma siam, K2: pupuk petroganik.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar N tanah tertinggi dicapai pada 0,5 dosis anjuran pupuk urea pada pupuk gulma siam, sedangkan kadar N tertinggi dicapai pada pupuk petroganik yang diberi 1,5 dosis anjuran pupuk urea. Kadar N tanah Ultisol meningkat 145,45% setelah diberi pupuk gulma siam dan 0,5 dosis anjuran pupuk urea. Pemberian unsur N yang tinggi akan menyediakan makanan bagi jamur Trichoderma sp. yang melimpah. Unsur N yang melimpah mengakibatkan pertumbuhan jamur Trichoderma sp. juga meningkat, sehingga unsur N yang ada di tanah juga banyak dimanfaatkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian percobaan pertama. Pupuk gulma siam yang memiliki kadar N yang tinggi akan memiliki kepadatan jamur Trichoderma sp. yang tinggi (Setyorini et al., 2010).

Pemberian pupuk gulma siam juga mampu memperbaiki KTK tanah Ultisol. Tabel 2 menunjukkan bahwa meskipun pupuk gulma siam tidak memberikan perbedaan KTK pada semua dosis pupuk urea, tetapi lebih baik dibandingkan pemberian pupuk petroganik. Kedua pupuk organik yang diberikan sama-sama meningkatkan bahan organik tanah Ultisol, tetapi pupuk gulma siam menambahkan bahan organik berupa seresah dan lebih halus dibandingkan pupuk petroganik. Menurut Prasetya dan Suriadikarta (2006), penambahan bahan seresah pada tanah Ultisol akan meningkatkan kadar bahan organik dan kapasitas tukar kationnya.

2. Pengaruh dosis pupuk urea, jenis pupuk organik, dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoi

Bobot tanaman segar tidak hanya menjadi parameter pertumbuhan, tetapi juga menunjukkan nilai ekonomis tanaman pakcoi. Tabel 3 menunjukkan bahwa pupuk gulma siam mampu mengefektifkan penggunaan pupuk urea. Pemberian pupuk gulma siam akan menambah bahan organik sehingga memperbaiki sifat fisik tanah. Pemberian pupuk gulma siam juga menambah populasi jamur Trichoderma sp. dalam tanah yang memperbaiki sifat biologinya. Menurut Djufry dan Ramlan (2013) menyatakan bahwa perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar-partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Perbaikan sifat fisik dan biologi tanah akan mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh tanaman.

(6)

53 Tabel 3. Interaksi dosis pupuk urea dan jenis pupuk organik terhadap bobot tanaman segardan bobot

akar kering

Bobot tanaman segar (g) Dosis pupuk urea Jenis pupuk organik

K1 K2

N1 365,28 a A 315,83 a A

N2 379,72 a A 330,83 a A

N3 408,33 a A 283,47 a B

Bobot akar kering (g) Dosis pupuk urea Jenis pupuk organik

K1 K2

N1 10,36 a A 8,96 a A

N2 10,77 a A 9,39 a A

N3 11,59 a A 8,04 a B

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama pada setiap variabel menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. Huruf besar yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. N1: 1,5 dosis anjuran pupuk urea, N2: dosis anjuran pupuk urea, N3: 0,5 dosis anjuran pupuk urea, K1: pupuk gulma siam, K2: pupuk petroganik.

Pertumbuhan tanaman didukung oleh pertumbuhan akarnya. Tabel 3 menunjukkan pertumbuhan akar tanaman pakcoi yang diberi pupuk gulma siam tetap tumbuh baik meski dosis pupuk urea dikurangi. Pupuk gulma siam yang diberikan mengandung jamur Trichoderma sp.. Menurut Herlina (2009), jamur Trichoderma sp. akan membentuk koloni pada daerah perakaran tanaman. Jamur Trichoderma sp. meningkatkan massa perakaran dan meningkatkan pertumbuhan akar tanaman. Keberadaan jamur Trichoderma sp. juga akan memperbaiki sifat biologi tanah sehingga menjaga ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Tabel 4. Indeks panen tanaman pakcoi pada dua jenis pupuk organik

Jenis pupuk organik Indeks panen

K1 0,76 a

K2 0,72 b

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan setelah diuji DMRT 5%. K1: pupuk gulma siam, K2: pupuk petroganik.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pupuk gulma siam menghasilkan organ tanaman pakcoi yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (5,56%) dibandingkan pupuk petroganik. Tanaman pakcoi yang memiliki nilai ekonomi adalah tajuk tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tajuk yang dihasilkan dengan pemberian pupuk gulma siam lebih tinggi dibandingkan pupuk petroganik. Pertumbuhan tajuk yang tinggi tidak lepas dari pertumbuhan akarnya. Pupuk gulma siam mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara yang menunjang pertumbuhan akar (Djufry dan Ramlan, 2013).

KESIMPULAN

Jamur Trichoderma sp. isolat jahe merupakan isolat terbaik untuk pengomposan gulma siam. Pupuk kompos gulma siam yang menggunakan pengompos jamur Trichoderma sp. isolat jahe telah sesuai persyaratan teknis minimum pupuk organik padat sesuai dengan Permentan No. 70 Tahun 2011 yaitu kadar C-organik (40,41%), pH (8,29), makro-hara (N (4,02%), P (2,79%), dan K (1,52%)), dan mikroba fungsional (11,26x106cfu/g). Dosis pupuk urea 0,5 dosis anjuran dengan pemberian pupuk gulma siam telah mampu memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dengan peningkatan kadar C-organik, kadar N, dan KTK sebesar 477,97, 145,45, dan 174,80%. Dosis pupuk urea 0,5 dosis anjuran dengan pemberian pupuk gulma siam telah mampu menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoi yang baik dengan nilai bobot tanaman segar (408,33 g), bobot akar kering (11,59 g), dan indeks panen (0,76).

(7)

54 DAFTAR PUSTAKA

Arnon, D.I. 1949. Cooper Enzymes in Isolated Chloroplast, Polyphenol Oxidase in Beta vulgaris. Plant Physiol. 24:1-15.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah, Tanaman, air, dan Pupuk. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Djufry F. dan Ramlan. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair Plus Hi-tech 19 pada Tanaman Sawi Hijau di Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 26-27 Maret 20013, Banjarbaru.

Handayani, I.P., P. Prawito, dan Z. Muktamar. 2002. Lahan Paska Deforestasi di Bengkulu, Sumatera: ii. Kajian Peranan Vegetasi Invasi. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 4(1): 10-17.

Haryanto, W., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta.

Haryono, J. 2007. Pengaruh Pemasteuran Medium Tanaman dan Pengendalian Hayati terhadap Penyakit Busuk Hati pada Pembibitan Pisang Dipersemaian PT.Nusantara Tropical Fruit Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto. (Tidak Dipublikasi).

Herlina, L. 2009. Potensi Trichoderma harzianum sebagai Biofungisida pada Tanaman Tomat. Biosaintifika 1(1): 62-69.

Mardhiansyah, M. dan S.M. Widyastuti. 2007. Potensi Trichoderma spp. pada Pengomposan Sampah Organik sebagai Media Tumbuh dalam Mendukung Daya Hidup Semai Tusam (Pinus merkusii et de Vries). SAGU. 6(1): 29-33.

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-47.

Santoso, S.E., L. Soesanto, dan T.A.D. Haryanto. 2007. Penekanan Hayati Penyakit Moler pada Bawang Merah dengan Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, dan Pseudomonas fluorescens P60. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 7(1):53-61.

Setyorini, D., T. Nurjaya, Kasno, Edi Husen, Al-Jabri. 2010. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Laporan Akhir Penelitian DIPA TA 2010. (Tidak dipublikasikan).

Sitompul, S.M. dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Rajawali Press, Jakarta.

Soesanto, L., Soedarmono, N. Prohatiningsih, A. Manan, E. Iriani, dan J. Pramono. 2005. Penyakit Busuk Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Jawa Tengah: 2. Intensitas dan Pola Sebaran Penyakit. Agrosains. 7(1): 27-33.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Sukmawati. 2013. Respon Tanaman Kedelai terhadap Pemberian Pupuk Organik, Inokulasi FMA dan Varietas Kedelai di Tanah Pasiran. Media Bina Ilmiah. 7 (4): 26-3.

Sulistiyono, F.D. 2014. Ciri-Ciri Fisiologi dan Biokimiawi Beberapa Isolat Trichoderma spp. yang Berpotensi sebagai Agensia Hayati. Tesis. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan).

Talanca, H.A. 2002.Potensi Jamur Trichoderma spp. Merombak Limbah Pertanian menjadi Bahan Organik.Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI dan HPTI XV Sul-Sel. 29 Oktober 2002, Maros.

Yudhi, H. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami pada tanah Ultisol. JurnalIlmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4 (2): 78-83.

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari skor hasil Pengaruh Pendekatan Hypno Heart Teaching dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

terus menerus, tidak statis dan akan menyebabkan perubahan-perubahan berikutnya serta dapat berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Perubahan yang bersifat

persimpangan Jl. Maulana Yusuf, dan Jl. Diponegoro sebagai penunjuk arah jalan. Penempatan dan dimensi rambu pada jalur pedestrian harus disesuaikan dengan spesifikasi

Berdasarkan pengujian terhadap 74 buah kuesioner tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa variabel independen (Pengetahuan mahasiswa tentang perbankan

Hasil temuan penelitian ke-4 menunjukkan bah- wa dalam proses pembelajaran, seorang guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam berbagai kelompok tanpa

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang proses pembelajarannya sesuai dengan kurikulum 2013 dan dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif

Model bimbingan kesulitan belajar berbasis self regulated learning mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sistematis, mulai dari mengembangkan mo-

Dari hasil penelitian jumlah keseluruhan jenis burung diurnal yang berhasil ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 19 jenis, 17 jenis ditemui dalam jalur pengamatan dan 2 jenis di