• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Tenaga Nuklir Nasional KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Tenaga Nuklir Nasional KATA PENGANTAR"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, LAKIP BATAN tahun 2011 telah kami selesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Pada tahun 2011 ini BATAN memasuki tahun kedua dari periode Renstra BATAN 2010 – 2014, BATAN mempunyai tugas melakukan pengembangan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Tugas berat ini harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, kreatif, efektif, efisien, dan akuntabel. Sejalan dengan itu diperlukan komitmen dari seluruh pegawai BATAN untuk melaksanakan seluruh program dan kegiatan litbang iptek nuklir agar sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dapat tercapai secara optimal.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja BATAN selama tahun 2011, BATAN menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi PER/M.PAN/29/2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

LAKIP BATAN ditujukan sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat meningkatkan kinerja di tahun berikutnya lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksanaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) di BATAN.

Jakarta, Maret 2012 Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional

Hudi Hastowo

(2)

Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi ii Ikhtisar Eksekutif iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum 1 1.2. Kedudukan 1

1.3. Tugas, Fungsi dan Kewenangan 1

1.4. Struktur Organisasi 3

1.5. Analisis Lingkungan Strategis 4

1.5.1. Lingkungan Internal 4

1.5.1.1. Aspek Sumber Daya Manusia 4

1.5.1.2. Aspek Fasilitas Nuklir Utama dan Fasilitas Penunjang 5

1.5.1.3. Aspek Sumber Daya Keuangan 8

1.5.2. Lingkungan Eksternal 8

1.5.2.1. Aspek Ekonomi 8

1.5.2.2. Aspek Kebijakan Pemerintah 9

1.5.2.3. Aspek Kemajuan Teknologi 9

1.6. Analisa Strategis dan Pilihan 9

1.6.1. Organisasi 10

1.6.2. Sumber Daya Manusia 10

1.6.3. Fasilitas Nuklir 10

1.6.4. Metodologi 11

1.6.5. Anggaran 11

1.6.6. Lingkungan Strategis 11

1.6.7. Program Strategis 12

1.7. Faktor Kunci Keberhasilan 12

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

2.1. Umum 13

2.2 Visi. Misi, Tujuan, Sasaran, dan Indikator Kinerja Utama 13

2.2.1. Visi 13

2.2.2. Misi 14

2.2.3. Tujuan 14

2.2.4. Sasaran strategis 15

2.2.5. Indikator kinerja Utama 15

2.3. Arah Kebijakan 16

2.3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 16

2.3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BATAN 17

2.4. Program dan Kegiatan BATAN 19

(3)

2.4.1. Program Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi (enisora)

19 2.4.2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya BATAN

20

2.5. Penetapan Kinerja BATAN 2010 21

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Metode Pengukuran Capaian Kinerja 2010 24

3.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2010 24

3.3. Analisis Capaian Kinerja BATAN Tahun 2010 27

3.3.1. Pencapaian Sasaran 1 28

3.3.2. Perbandingan Realisasi Kinerja dari Sasaran 1 55 3.3.3. Capaian Indikator Kinerja s/d Tahun Berjalan dengan Target 5 Tahun

dari Sasaran 1

56 3.3.4. Capaian Kinerja Lainnya dari Sasaran 1 58

3.3.5. Kendala Umum dari Sasaran 1 60

3.3.6. Pencapaian Sasaran 2 60

3.3.7. Perbandingan Realisasi Kinerja dari Sasaran 2 66 3.3.8. Capaian Indikator Kinerja s/d Tahun Berjalan dengan Target 5 Tahun

dari Sasaran 2

67 3.3.9. Capaian Kinerja Lainnya dari Sasaran 2 68

3.3.10. Kendala Umum dari Sasaran 2 70

3.4. Evaluasi Program 70

3.5. Evaluasi Kinerja 72

3.6. Akuntabilitas Keuangan 72

BAB IV PENUTUP 75

LAMPIRAN:

Lampiran 1 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) BATAN Tahun 2011 L-1

Lampiran 2 Pengukuran Kinerja BATAN Tahun 2011 L-2

Lampiran 3 Penetapan Kinerja BATAN Tahun 2011 L-4

Lampiran 4 SK Pelepasan Varietas Unggul ”Inpari Sidenuk” L-6

Lampiran 5 Perbaikan Varietas Usulan Pelepasan Varietas Sorgum L-7 Lampiran 6 Perjanjian Kerjasama Antara PATIR-BATAN dengan PT Eracita Astamida L-8 Lampiran 7 Judul-judul Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional Tahun 2011 L-9 Lampiran 8 Data dan Status Paten BATAN pada Dirjen HKI Tahun 2011 L-26 Lampiran 9 Penghargaan Karya Inovasi 2011 daru Menristek L-28 Lampiran 10 Daftar Kerjasama BATAN dengan Instansi Pemerintah maupun Swasta L-30 Lampiran 11 Daftar Lulus STTN Yang Diserap Dunia Industri Tahun 2011 L-40

(4)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 iv

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BATAN tahun 2011 ini merupakan tahun kedua dari periode Renstra BATAN 2010 - 2014 yang menyajikan pen capaian kinerja jangka pendek dan menengah dan informasi akuntabilitas kinerja selama tahun 2011.

BATAN sebagai lembaga litbang, mendapat tugas melakukan pengembangan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Di tahun 2011 BATAN telah melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang menjadi komitmennya untuk melaksanakan kegiatan litbang iptek nuklir. LAKIP merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Presiden, Kementerian PAN dan RB, serta Kemenristek. LAKIP juga berfungsi sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan serta dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

Sesuai dengan Renstra BATAN 2010 - 2014, bahwa BATAN mempunyai tujuan strategis :

1) Meningkatkan kemampuan litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, serta pemanfaatan/pendayagunaanya oleh masyarakat dalam mendukung program pembangunan nasional.

2) Meningkatkan sistem manajemen kelembagaan litbang dan memacu inovasi iptek nuklir dalam rangka mendukung penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi dan mendukung sistem inovasi nasional.

Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan ke dalam dua Sasaran Strategis, sebagai berikut :

1) Sasaran Strategis 1 : Peningkatan hasil litbang enisora dan pemanfaatan/penerapan dibidang

pangan, energi, kesehatan dan obat, serta sumber daya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat, dengan Indikator Kinerja Utama :

a. Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropikal dan sorgum);

b. Jumlah dokumen te knis penyiapan infrastruktur, Tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis;

c. Persentase penerimaanMasyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia; d. Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi; e. Jumlah Prototip Hasil Litbangyasa Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi;

(5)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 v

f. Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora; g. Jumlah Mitra Komersial yang Memanfaatkan Hasil Litbang Iptek Nuklir; h. Jumlah jenis hasil litbang iptek nuklir yang dikomersilkan;

2) Sasaran Strategis 2 : Peningkatan kapasitas, kapabilitas sumber daya iptek dan kinerja

manajemen kelembagaan litbang untuk mendukung penguatan sistem inovasi dan pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi ke masyarakat, dengan Indikator Kinerja Utama :

a. Persentase serapan lulusan pendidikan teknik nuklir di industri;

b. Jumlah SDM yang diterima mengikuti pendidikan iptek nuklir jenjang S2/S3; c. Jumlah peningkatan SDM yang berpendidikan S2 dan S3;

d. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dihasilkan kerkaitan dengan ketenaganukliran; e. Persentase Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan BMN dalam Opini WTP menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (good governance), Transparan, Akuntabel dan Tepat Waktu. Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2011 terhadap target yang telah diperjanjikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2011 menunjukkan bahwa BATAN memenuhi sasaran strategis yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran BATAN yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

(6)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 vi

Capaian Indikator Kinerja Utama BATAN tahun 2011

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Program

Anggaran

Pagu Realisasi %

1 2 3 6 7

Peningkatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi (enisora) dan pemanfaatan /penerapan di bidang pangan energi, kesehatan dan obat serta sumber daya alam dan Lingkungan untuk

kesejahteraan masyarakat

Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Gandum Tropikal dan Sorgum)

1 Varietas Padi 1 Varietas Sorghum 1 Varietas 50% Program Penelitian Pengembanga n dan Penerapan Energi Nuklir lsotop dan Radiasi 506.722.475.000 485.061.176.000 94.81

Jumlah Dokumen Teknis Penyiapan Infrastruktur PLTN, Tapak PLTN, dan Penyusunan Spesifikasi Teknis

3 Dokumen 3 Dokumen 100%

Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir

60% 49.50% 82.50%

Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi

5 Paket Teknologi

5 Paket Teknologi

100%

Jumlah Prototip Hasil Litbangyasa Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi

6 Prototipe 6 Prototip 100%

Jumlah Mitra Komersial yang

Memanfaatkan Hasil Litbang Iptek Nuklir

3 Mitra 7 Mitra 233.33%

Jumlah Jenis Hasil Litbang Iptek Nuklir yang Dikomersilkan

2 Jenis 2 Jenis 100%

Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora

55 Publikasi 167

Publikasi Ilmiah

(7)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 vii

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Program

Anggaran

Pagu Realisasi %

Peningkatan kapasitas,

Kapabilitas sumber daya iptek, dan kinerja manajemen ke lembagaan litbang untuk mendukung penguatan sistem inovasi dan pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan penerapan energi nuklir dan radiasi ke masyarakat

Persentase Serapan Lulusan Pendidikan Teknik Nuklir di Industri

75% 84,2% 112,27% Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya B ATAN 94.845.294.000 87.583.462.000 92.02 Jumlah Pegawai yang Diterima Mengikuti

Pendidikan Iptek Nuklir Jenjang S2/S3

10 Orang 12 Pegawai 120%

Jumlah Peningkatan Pegawai yang Berpendidikan S2 dan S3

8 Orang 8 Pegawai 100%

Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional

3 SNI 6 SNI 200%

Persentase Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan BMN dalam Opini WTP menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (good governance), Transparan, Akuntabel dan Tepat Waktu

(8)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 viii

Capaian tersebut juga selaras dengan Rencana Kinerja Tahun 2011, BATAN menetapkan 2 sasaran strategis dengan 13 (tiga belas) Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan dengan hasil sebagai berikut:

enam indikator yang berhasil direalisasikan 100%,

lima indikator melebihi yang ditargetkan (>100%). Capaian indikator yang melebihi target, diantaranya disebabkan oleh (1) peningkatan publikasi yang diterbitkan dan keaktifan SDM fungsional mengikuti forum ilmiah baik nasional maupun internasional, (2) bertambahnya mitra komersial, khususnya dibidang pertanian yang menunjukan minat dan pengakuan masyarakat terhadap hasil litbang iptek nuklir, (3) peningkatan serapan lulusan pendidikan teknik nuklir di industri, yang memperlihatkan bahwa kebutuhan pasar kerja yang ada di Indonesia terhadap lulusan STTN semakin meningkat, (4) peningkatan jumlah SNI yang ditetapkan oleh BSN, hal ini karena adanya kebutuhan standar ketenaganukliran oleh pengguna yang diharapkan dapat meningkatkan/mewujudkan keselamatan dan mutu teknologi nuklir di Indonesia.

dua indikator yang tidak mencapai target (<100%). Dua target yang tidak tercapai di tahun 2011 disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu : (1) sertifikasi pelepasan varietas sorghum dari Kementerian Pertanian belum diperoleh, sedangkan dari sisi penelitian di BATAN target telah dicapai sesuai dengan tahapan yang direncanakan, (2) kejadian kecelakaan PLTN Fukushima di Jepang ternyata mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir khususnya kelayakan pembangunan PLTN di Indonesia.

Dalam mewujudkan sasaran strategis dilaksanakan melalui 2 (dua) program dengan anggaran sebesar Rp 606.768.545.000 dengan penyerapan/realisasi anggaran BATAN sampai dengan akhir tahun 2011 (31 Desember 2011) sebesar Rp 572.644.639.000,- atau 94,38%.

Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa hasil capaian kinerja BATAN selama tahun 2011 telah memenuhi 2 (dua) sasaran strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core competence) BATAN yaitu pengembangan iptek nuklir dapat diwujudkan.

Komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh karyawan BATAN, untuk melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahun 2011 menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.

Sesuai dengan hasil analisis atas capaian kinerja 2011, BATAN merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategis pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2012, yaitu sebagai berikut:

(9)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah – BATAN 2011 ix

1. Menyelaraskan program/kegiatan yang dimiliki dengan program/kegiatan kementerian teknis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,

2. Meningkatkan sosialisasi Litbang iptek nuklir

3. Meningkatkan komitmen dan pengawasan secara berjenjang dalam “mengawal” pencapaian target yang ditetapkan untuk mencapai sasaran, diantaranya melakukan pemantauan secara berkala terhadap kinerja yang diperjanjikan (PK).

4. Meningkatkan efektivitas kerja sama dengan stake holders dan instansi terkait

5. Mengidentifikasi kebutuhan dan pengembangan SDM dalam rangka memenuhi pencapaian tahap kepakaran teknologi nuklir - 2014.

6. Dalam rangka keterbukaan informasi, BATAN merilis hasil litbangrap iptek nuklir di www.batan.go.id dan www.infonuklir.com

(10)

3.1. Metode Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011

Metode yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja adalah dengan membandingkan antara realisasi dengan target setiap indikator kinerja utama dari sasaran strategis BATAN pada tahun 2011. Informasi capaian kinerja ini selain menjadi bahan tindak lanjut dalam perencanaan berikutnya, juga untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang sejauh mana pencapaian sasaran yang telah ditetapkan untuk mewujudkan tujuan, misi dan visi BATAN.

3.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang bersih dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada tahun 2011 BATAN berkomitmen mewujudkan target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2011. Adapun Penetapan Kinerja BATAN tahun 2011 disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penetapan Kinerja BATAN tahun 2011

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Program Anggaran (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Peningkatan Hasil Litbang Energi, Isotop dan Radiasi (enisora) dan Pemanfaatan/ Penerapan di bidang Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat.

1 Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Gandum Tropikal dan Sorgum) 2 Varietas 1. Penelitian Pengembang an dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi 511.593.383.000

2 Jumlah Dokumen Teknis Penyiapan Infrastruktur PLTN, Tapak PLTN, dan Penyusunan Spesifikasi Teknis 3 Dokumen 3 Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir

60%

4 Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi

5 Paket Teknologi

BAB III

(11)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Program Anggaran (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Jumlah Prototip Hasil Litbangyasa Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi

6 Prototip

6 Jumlah Mitra Komersial yang Memanfaatkan Hasil Litbang Iptek Nuklir

3 Mitra

7 Jumlah Jenis Hasil Litbang Iptek Nuklir yang

Dikomersilkan

2 Jenis

8 Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora 55 Publikasi Ilmiah 2. Peningkatan Kapasitas, Kapabilitas Sumber Daya Iptek dan Kinerja Manajemen Kelembagaan Litbang untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi dan Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi ke Masyarakat.

1 Persentase Serapan Lulusan Pendidikan Teknik Nuklir di Industri 75% 2. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BATAN 95.175.162.000

2 Jumlah Pegawai yang Diterima Mengikuti Pendidikan Iptek Nuklir Jenjang S2/S3 10 Pegawai 3 Jumlah Peningkatan Pegawai yang Berpendidikan S2 dan S3 8 Pegawai

4 Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional

3 SNI

5 Persentase Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan BMN dalam Opini WTP menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (good governance), Transparan, Akuntabel dan Tepat Waktu

40%

Pengukuran tingkat capaian kinerja tahun 2011 dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dengan target masing-masing indikator kinerja utama sasaran strategis, secara lengkap Pengukuran Kinerja disajikan pada Lampiran 2.

Indikator kinerja utama merupakan ukuran capaian keberhasilan sasaran strategis organisasi. Adapun target dan pencapaian indikator kinerja utama BATAN yang telah ditetapkan tahun 2011 disajikan pada Tabel 3.2.

(12)

Tabel 3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama BATAN tahun 2011

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Peningkatan Hasil Litbang Energi, Isotop dan Radiasi (enisora) dan Pemanfaatan/

Penerapan di bidang Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat.

1 Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Gandum Tropikal dan Sorgum)

2 Varietas 1 Varietas 50%

2 Jumlah Dokumen Teknis Penyiapan Infrastruktur PLTN, Tapak PLTN, dan Penyusunan Spesifikasi Teknis 3 Dokumen 3 Dokumen 100% 3 Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir

60% 49.50% 82.50%

4 Jumlah Paket Teknologi Hasil

Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi

5 Paket Teknologi 5 Paket Teknologi 100%

5 Jumlah Prototip Hasil Litbangyasa Litbangyasa Energi nuklir, isotop dan radiasi

6 Prototip 6 Prototip 100%

6 Jumlah Mitra Komersial yang Memanfaatkan Hasil Litbang Iptek Nuklir

3 Mitra 7 Mitra 233.33

%

7 Jumlah Jenis Hasil Litbang Iptek Nuklir yang

Dikomersilkan

2 Jenis 2 Jenis 100%

8 Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora 55 Publikasi Ilmiah 167 Publikasi Ilmiah 303,63 % 2. Peningkatan Kapasitas,

Kapabilitas Sumber Daya Iptek dan Kinerja Manajemen

Kelembagaan Litbang untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi dan Pemanfaatan Hasil Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi ke

1 Persentase Serapan Lulusan Pendidikan Teknik Nuklir di Industri

75% 84,2% 112,27

% 2 Jumlah Pegawai yang Diterima

Mengikuti Pendidikan Iptek Nuklir Jenjang S2/S3 10 Pegawai 12 Pegawai 120%

3 Jumlah Peningkatan Pegawai yang Berpendidikan S2 dan S3

8 Pegawai 8 Pegawai 100% 4 Jumlah Standar Nasional

Indonesia (SNI) yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional

(13)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

Masyarakat. 5 Persentase Peningkatan

Pengelolaan Keuangan dan BMN dalam Opini WTP menuju Tata Kelola

Pemerintahan yang Baik (good

governance), Transparan,

Akuntabel dan Tepat Waktu

40% 40% 100%

Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa dari 13 indikator kinerja utama BATAN, 6 indikator yang berhasil direalisasikan 100%, 5 indikator melebihi yang ditargetkan, dan 2 indikator yang tidak mencapai target.

Terhadap hasil kinerja yang telah dicapai BATAN pada tahun 2011, baik yang tidak tercapai maupun yang melebihi target, BATAN akan melakukan evaluasi untuk melakukan langkah perbaikan yang konkrit melalui analisis secara komprehensif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi hasil kinerja tersebut.

3.3. Analisis Capaian Kinerja BATAN Tahun 2011

BATAN sebagai lembaga litbang, mendapat tugas melakukan pengembangan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Di tahun 2011 BATAN telah melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang menjadi komitmennya untuk melaksanakan kegiatan litbang iptek nuklir. Keberhasilan capaian dari Sasaran Strategis BATAN diukur dengan membandingkan realisasi dengan target yang tertera dalam Tabel 3.2. di atas. BATAN telah menetapkan 2 (dua) Sasaran Strategis yang terdiri dari:

1. Peningkatan Hasil Litbang Energi, Isotop dan Radiasi (enisora) dan Pemanfaatan/ Penerapan di bidang Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat, dan

2. Peningkatan Kapasitas, Kapabilitas Sumber Daya Iptek dan Kinerja Manajemen Kelembagaan Litbang untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi dan Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi ke Masyarakat

Kedua Sasaran Strategis tersebut saling mendukung sehingga BATAN telah berupaya untuk mencapai target dari setiap Indikator Kinerja Utama dari masing-masing Sasaran Strategis. Berikut akan diuraikan analisis capaian kinerja untuk masing-masing Sasaran Strategis.

(14)

3.3.1. Pencapaian Sasaran 1

Sasaran Strategis 1 pada prinsipnya adalah sasaran yang terkait dengan kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan energi nuklir, isotop dan radiasi sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan serta core competence BATAN. Sasaran strategis 1 yang terdiri dari 8 (delapan) Indikator Kinerja Utama (IKU), melingkupi bidang yang menjadi kepentingan masyarakat sesuai dengan program pemerintah, yaitu bidang pangan/pertanian, energi, kesehatan, lingkungan dan sumber daya alam. Dengan menetapkan IKU seperti tertera dalam Tabel 3.2, BATAN mengharapkan bahwa produk penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tersebut dapat berkontribusi dalam pemecahan persoalan bangsa sekaligus mempercepat kesejahteraan masyarakat.

Delapan indikator kinerja utama (IKU) dan capaian sasaran 1 selama tahun 2011 diuraikan secara rinci sebagai berikut.

1. Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Gandum Tropikal dan Sorgum).

Di bidang pertanian, BATAN berkontribusi terhadap pengkayaan jumlah varietas nasional di Indonesia. Hal ini sangat penting karena diharapkan dengan meningkatnya jumlah varietas unggul akan meningkatkan produktivitas, mempercepat waktu panen, tahan terhadap hama, dan keunggulan lainnya. Untuk menunjang ketahanan pangan nasional, BATAN telah menargetkan di dalam Renstra BATAN 2010-2014, pada tahun 2011 BATAN menargetkan menghasilkan 2 varietas, yaitu 1 varietas padi sawah dan 1 varietas sorgum yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja BATAN 2011.

Dalam realisasinya pada tahun 2011 diperoleh 1 varietas padi sawah yang telah mendapat Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian sebagai varietas unggul dan menjadi benih pilihan bagi masyarakat di seluruh Indonesia, sedangkan 1 varietas sorgum yang telah dihasilkan BATAN, sejauh ini masih dalam proses sertifikasi dari Kementerian Pertanian. Seperti diketahui bahwa setiap varietas baru harus mendapat sertifikasi dari Kementerian Pertanian sebelum dilepas kemasyarakat. Dengan kata

S a s a r a n

Peningkatan Hasil Litbang Enisora dan Pemanfaatan/Penerapan Di

bidang Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat serta Sumber Daya Alam

dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat

1

Peningkatan Hasil Litbang Enisora dan Pemanfaatan/Penerapan Di

S a s a r a n

bidang Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat, serta Sumber Daya Alam

dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat

(15)

lain, belum tercapainya target IKU ini karena masih menunggu proses sertifikasi, sedang dari sisi penelitian di BATAN, target telah dicapai sesuai dengan tahapan yang direncanakan.

1.1. Varietas Padi Sawah

Dalam rangka usaha meningkatkan produksi padi, varietas unggul mempunyai peranan penting. Dengan pertimbangan bahwa galur mutan padi sawah OBS1703-PSJ mempunyai keunggulan potensi hasil tinggi, persentase rendeman beras kepala tinggi, relatif tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3 dengan tekstur pulen, telah diputuskan galur mutan padi sawah OBS1703-PSJ sebagai varietas unggul, dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2257/Kpts/SR.120/2011 tanggal 2 Mei 2011 tentang "Pelepasan Galur Mutan Padi Sawah OBS1703/PSJ Sebagai

Varietas Unggul Dengan Nama Inpari Sidenuk" (lampiran 4).

Varietas padi sawah Inpari Sidenuk merupakan salah satu hasil litbang iptek nuklir di bidang pertanian. Inpari Sidenuk memiliki warna daun dan batang hijau, bentuk gabah ramping berwarna kuning bersih dengan jumlah gabah per malai 175-200 butir, memiliki potensi hasil 9,1 ton/ha GKG. Beberapa keunggulan Inpari Sidenuk ini adalah relatif tahan wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3. Selain itu juga relatif tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III. Padi ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut (dpl) dan tidak dianjurkan ditanam di daerah endemik tungro dan blas, karena padi ini rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV, relatif rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII dan rentan terhadap penyakit tungro serta semua ras blas. Dengan deskripsi tersebut, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 20,6 %, padi sawah varietas Inpari Sidenuk diharapkan mampu berkontribusi dalam peningkatan pemenuhan kualitas pangan di Indonesia.

(16)

Pada tahun 2011 BATAN telah mengusulkan pula proposal pelepasan 3 (tiga) varietas padi unggul baru yaitu masing-masing adalah proposal pelepasan varietas padi unggul dengan nama Mugibat, Sulutan I, dan Sulutan 2 yang sudah lulus dari tim penilai pelepasan varietas Kementerian Pertanian, dan saat ini sedang menunggu SK pelepasan.

1.2. Varietas Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, memerlukan input lebih sedikit, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif.

Gambar 3.2. Sorgum varietas Pahat

Sejak tahun 2010 BATAN telah mengusulkan 3 galur mutan sorgum yaitu 76, B-100 dan Zh-30 untuk dilepas menjadi varietas sorgum baru oleh Kementerian Pertanian. Ketiga galur tersebut memiliki keunggulan berproduksi tinggi dan sangat tahan terhadap kondisi kekeringan. Galur B-76 tergolong sebagai sorgum manis dengan kadar gula relatif tinggi yaitu 17,6 % dan ideal untuk bahan baku pembuatan bioetanol. Galur B-100 memiliki produksi biomassa yang relatif tinggi dan ideal untuk pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dsb). Galur Zh-30 memiliki produktivitas biji tertinggi dengan kualitas biji dan tepung yang baik dan ideal untuk pangan. Galur Zh-30 telah disetujui untuk dilepas menjadi varietas sorgum baru

dengan nama Pahat (singkatan Pangan Sehat), namun masih diperlukan sedikit

(17)

antara lain: hasil biji 5,78 ton/ha, kandungan karbohidrat 72,86 %, protein 12,80 %, lemak 2,42 %, serat 2,21 % dan tanin yang rendah (0,012 %). Varietas sorgum Pahat direkomendasikan untuk ditanam di daerah-daerah kering pada saat akhir musim hujan.

Gambar 3.3. Galur Sorgum Zh-30 telah dilepas menjadi varietas Pahat

Gambar 3.4. Galur B-76 memiliki kadar gula 17,6 % yang ideal untuk pembuatan bioetanol. Pada tahun 2012 BATAN akan mengajukan kembali ke Tim Pelepasan Varietas. BATAN optimis bahwa pada tahun 2012 target pelepasan varietas sorgum unggul dan varietas gandum tropis unggul baru dapat tercapai.

Berbagai varietas tanaman pangan yang dihasilkan BATAN tidak hanya sebatas pelepasan varietas saja, secara faktual telah dimanfaatkan oleh masyarakat baik kelompok tani, perguruan tinggi, lembaga litbang lainnya serta pihak-pihak (stakeholder) terkait yang berkepentingan.

Dengan melihat perkembangan dan prospek varietas tanaman yang dihasilkan BATAN, khususnya varietas padi dan kedelai, sampai dengan tahun 2011 sudah terdapat sentra-sentra produsen benih BATAN antara lain:

1. CV. Fiona Benih Mandiri (Subang) sebagai sentra benih padi Mira 1 dan Bestari, 2. Koperasi Satria Jaya (Blitar) sebagai sentra benih padi Mira 1, Diah Suci dan

Kedelai Rajabasa,

3. PT. Wirakarya Sakti (Jambi) sebagai sentra benih Kedelai Rajabasa,

4. PT. Andall Hasa Prima (Lampung) sebagai sentra benih Padi Mira 1, Mayang dan Yuwono,

5. CV. Padi Mas (Jepara) sebagai sentra benih Padi Mira 1, Diah Suci dan Bestari, dan 6. PD.Pembangunan Bireuen, Aceh tentang "Kemitraan Hasil Litbang BATAN Bidang

(18)

7. Produsen Benih PP Kerja Boyolali tentang "Kemitraan Hasil Litbang BATAN dengan Pertanian"

8. CV. Berkah Alam Lestari, Medan tentang "Kemitraan Hasil Litbang BATAN Bidang Pertanian"

9. PT. Sang Hyang Seri dalam produksi benih hasil litbang BATAN Varietas Mira-1, Bestari dan Inpari Sidenuk untuk program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU).

Capaian sasaran 1 melalui indikator “Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropikal dan sorgum)” yaitu penambahan varietas padi mulai tahun 2010 merupakan upaya pencapaian target jangka menengah sejumlah 19 varietas unggul tanaman pangan (padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropikal dan sorgum) di tahun 2014. Pada tahun 2010 telah diperoleh 2 varietas, dan sampai dengan 2011 secara kumulatif telah diperoleh 3 varietas unggul baru (1 varietas padi “Pandan Putri” , 1 varietas kedelai “Mutiara 1” dan 1 varietas padi sawah “Inpari Sidenuk"), yaitu 15,79% dari target total (19 varietas).

Pertambahan varietas unggul baru tanaman pangan yang dihasilkan BATAN akan menambah ragam varietas unggul tanaman pangan nasional. Ragam benih dapat menjadi pilihan bagi masyarakat dan mendorong peningkatan produksi tanaman pangan dalam rangka menuju swasembada dan peningkatan ketahanan pangan nasional.

2. Jumlah Dokumen Teknis Penyiapan Infrastruktur PLTN, Tapak PLTN, dan Penyusunan Spesifikasi Teknis

Berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN I di Indonesia, sebagai LPNK yang bertanggungjawab terhadap pemanfaatan energi nuklir, BATAN telah mempersiapkan hal-hal teknis berupa pelaksanaan litbang mencakup studi kelayakan, khususnya yang terkait dengan litbang kelayakan tapak PLTN untuk mendukung penyusunan dokumen Draft Site Evaluation Report (SER), melaksanakan penyusunan dokumen User Requirement Document (URD), dokumen kajian teknologi dan keselamatan, dokumen Draft Bid Invitation Spesification (BIS), dan Dokumen rencana tindak pengembangan infrastruktur nuklir fase 2 lingkup BATAN.

Kegiatan penyusunan dokumen penyiapan infrastuktur PLTN dilakukan dalam rangka melaksanakan amanah Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010

(19)

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Target yang direncanakan dalam Renstra BATAN 2010-2014, pada tahun 2011 adalah sebanyak 3 dokumen dan pada akhir pelaksanaan kegiatan telah direalisasikan sesuai rencana (100%) dengan rincian sebagai berikut.

2.1. Dokumen pengembangan sistem kelistrikan opsi nuklir, yang terdiri dari: Dokumen studi kelistrikan Bangka Belitung (Babel)

Penyusunan statistik energi nuklir tahun 2011

Gambar 3.5. Dokumen studi kelistrikan Babel Gambar 3.6. Dokumen statistik energi nuklir tahun 2011

2.2. Dokumen konsep infrastruktur calon tapak PLTN, yang terdiri dari:

Dokumen studi tapak PLTN tahap analisis regional dan near regional di pulau Bangka provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dokumen Pengembangan Sistem Informasi Tapak PLTN (Bangka Belitung, Banten, Muria)

Dokumen Monitoring Kegempaan, Meteorologi dan Lingkungan di Tapak Muria

Dokumen konsep AMDAL Rev. 0

Dokumen Pra Studi Kelayakan Small Medium Reactor (SMR) untuk Kogenerasi di Bangka Belitung (pencairan/gasifikasi batubara di Bangka Belitung)

Dokumen Pemantauan ground deformation menggunakan GPS geodetik di Tapak Muria dan kajian kegunungapian

2.3. Dokumen teknis infrastruktur partisipasi nasional dan SDM PLTN, yang terdiri dari:

(20)

Dokumen penyusunan draf cetak biru partisipasi industri nasional dan alih teknologi PLTN Bab VI - X

Dokumen hasil evaluasi persiapan infrastruktur pembangunan PLTN fase II Rev 0

Dokumen penyusunan program analisis kebutuhan SDM PLTN dan konsep fasilitas pelatihan bab IV - VI

Dokumen kegiatan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di sekitar tapak terpilih.

Dokumen hasil studi Corporate Social Responsibility (CSR) PLTN

Sebagian besar dokumen yang disusun pada tahun 2011 merupakan kelanjutan atau hasil updating dokumen tahun 2010 khusus tapak Ujung Watu. Dokumen lainnya adalah dokumen baru untuk calon tapak baru yaitu di Provinsi Banten dan Provinsi Bangka Belitung. Pemilihan Provinsi Bangka Belitung sebagai calon tapak PLTN karena kondisi geologi cukup stabil dan jauh dari ancaman gunung berapi serta adanya permintaan dari Pemda setempat.

Gambar 3.7. Dokumen konsep infrastruktur calon tapak PLTN

Gambar 3.8. Dokumen teknis infrastruktur partisipasi nasional

Capaian sasaran 1 melalui indikator “Jumlah Dokumen Teknis Penyiapan Infrastruktur PLTN, Tapak PLTN, dan Penyusunan Spesifikasi Teknis” sampai tahun 2014 dengan target 3 dokumen setiap tahun dengan rincian yang berbeda sesuai dengan persyaratan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Dokumen tersebut akan digunakan oleh penentu kebijakan (DPR, Pemerintah) dan pemangku kepentingan lainnya.

(21)

3. Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir

Pemanfaatan energi nuklir sebagai salah satu bagian bauran energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia, menjadi isu cukup hangat dan mendapat tanggapan yang beragam dari masyarakat yang pro maupun yang kontra.

Gambar 3.9. Pembekalan jajak pendapat 2011

Jajak pendapat dilaksanakan oleh PT. Tridacom Andalan Semesta sebagai pihak ketiga guna menjaga independensi hasil jajak pendapat. Jajak pendapat dilaksanakan secara nasional dengan jumlah responden 4500 orang masyarakat umum, meliputi pelajar/mahasiswa, dosen, pegawai swasta/BUMN, buruh, ibu rumah tangga, dan lain-lain. Metodologi pengambilan sampel menggunakan multi-stage random sampling dengan teknik home visit di area survei menggunakan kuesioner, dengan margin error sampling sebesar ± 5% pada interval kepercayaan 95%. Jajak pendapat dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober – 4 November 2011, dengan hasil sebagai berikut.

Penerimaan Terhadap Pembangunan PLTN

Berdasarkan gambar 3.10. dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penilaian masyarakat secara Nasional tentang pembangunan PLTN adalah: 49.5% Setuju, 35.5% Tidak Setuju, dan 15.0% Tidak Tahu.

2. Alasan menerima keberadaan PLTN sebagian besar adalah untuk kestabilan pasokan energi dan menciptakan lapangan kerja.

Gambar 3.10. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap PLTN

3. Sementara yang menolak keberadaan PLTN paling besar adalah khawatir terjadi kecelakaan/kebocoran reaktor nuklir.

(22)

Capaian sasaran 1 dengan indikator “Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir” dari jajak pendapat secara nasional diperoleh hasil sebesar 49,5%, dari target 60% yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BATAN tahun 2011. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh pengaruh peristiwa gempa dan tsunami di Jepang pada bulan Maret 2011, yang mengakibatkan kebocoran kejadian kecelakaan PLTN di Fukushima Jepang. Pada tahun 2010 jajak pendapat yang dilakukan di Jawa, Bali, dan Madura diperoleh hasil 59,70%.

Pada tahun 2010 target Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir sebesar 35% dari base line 34% (2009), pada tahun 2014 persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat terhadap Iptek Nuklir diharapkan meningkat menjadi 55%. Pada tahun 2010 hasil jajak pendapat telah menunjukan hasil sebesar 59,7%. Oleh sebab itu BATAN, sesuai Penetapan Kinerja tahun 2011 menetapkan target persentase penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir menjadi 60%.

4. Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi

BATAN sebagai lembaga litbang menghasilkan produk berupa teknologi proses maupun barang (prototip) sebagai kelengkapan hasil litbang yang siap di scale up untuk diproduksi yang dilengkapi dengan dokumen teknis terhadap produk tersebut, dan disebut dengan paket teknologi. Dalam Renstra BATAN 2011-2014, target yang direncanakan pada tahun 2011 sebanyak 5 paket teknologi tercapai 100% dengan rincian sebagai berikut.

4.1. Paket Teknologi Pengembangan Teknologi Produksi Radioisotop

Kapasitas teknologi produksi seed 125I di tahun 2011 telah berhasil ditingkatkan dari 30 buah menjadi 100 buah, serta telah dilakukan pemantapan dan pembakuan QA/QC sistem produksi. Seed 125I sebagai sumber radiasi tertutup berupa kapsul mikro yang terbuat dari bahan titanium dengan diameter luar 0.80 mm dan panjang 4.50 mm yang diisi dengan batang perak disalut Iodium-125 dan ditutup menggunakan pengelasan laser. Untuk mendukung pemantapan dan pembakuan QA/QC sistem produksi telah dilakukan pengukuran laju dosis seed 125I, pengamatan pengaruh konsentrasi 125Iterhadap

(23)

kerma (paparan udara) dan kalibrasi alat ukur aktivitas (kalibratordosis, Atomlab-400) dengan faktor kalibrasi 1.3E-3 mGy/jam cm2.

Pemantapan spesifikasi produk dalam rangka penyiapan dokumen untuk perizinan telah dibuat gambar teknis, diagram alir, prosedur seed 125I , spesifikasi bahan dan alat, kalibrasi alat dan rekaman kerja serta formulir hasil uji untuk sumber tertutup seed 125I. Produk seed 125I mempunyai kisaran 2-4 mCi dan bebas kebocoran bahan radioaktif dengan waktu paruh 60 hari, energi gamma 35 keV ( 7%) dan sinar-X (112%) sehingga dapat memberikan dosis sampai 145 Gy dalam implantasi permanen.

Persiapan untuk uji klinis produk seed 125Iterkait dengan Treatment Planning System (TPS) telah selesai dibuat, sehingga diharapkan uji klinis di tahun 2012 sudah bisa dilaksanakan. Uji klinis terhadap produk seed 125I dapat dilakukan untuk terapi penyakit kanker prostat, payudara dan kanker lainnya. Proses mendapatkan sertifikat alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan membutuhkan banyak dokumen dan dilakukan secara bertahap. Dokumen yang telah dibuat untuk registrasi seed 125I sebagai alat kesehatan merupakan bagian yang disertifikasi oleh Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) dan dapat dipakai sebagai panduan sistem manajemen mutu untuk alat kesehatan.

Program peningkatan kapasitas produksi seed 125I brakiterapi merupakan kelanjutan dari tahun 2010, dan diharapkan pada tahun 2012 masuk ke tahap

Gambar 3.13. Seed 125I brakiterapi Gambar 3.14. Pengelasan mikrokapsul menggunakan Laser

(24)

pengembangan difusi teknologi yang melibatkan mitra industri terkait dengan sertifikasi dan registrasi distribusi komersial.

Gambar 3.15.

Posisi Lateral (koordinat X-Y) :Kanker (kiri), diimplantasi dengan 4 buah seed 125I (tengah), konturisodosis 4 seed 125I yang diimplantasi (kanan)

Gambar 3.16.

Posisi Anrerior (koordinat X-Z) : Kanker (kiri), diimplantasi dengan 4 buah seed 125I (tengah), kontur isodosis 4 seed 125I yang diimplantasi (kanan)

Dalam upaya mendayagunakan dan mengembangkan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk menghasilkan seed brachytherapy, radiofarmaka, dan Kit RIA/IRMA yang dibutuhkan rumah sakit dan kalangan medis lainnya, maka pada tanggal 28 April 2011 telah dilakukan perjanjian kerjasama antara BATAN dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk tentang produksi seed brachytherapy, radiofarmaka, dan Kit RIA/IRMA. Produk ini dapat meningkatkan kemampuan deteksi dini dan terapi pada penderita penyakit kanker.

Beberapa merk dagang hasil kerjasama antara BATAN dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk diantaranya:

MIBI untuk jenis Cardioscan-kaef, MDP untuk jenis obat Bonescan-kaef,

(25)

DTPA untuk jenis obat Glomescan-kaef,

153

Sm-EDTMP untuk jenis obat Bonecare-kaef,

131

I-MIBG untuk jenis obat Neurocare-kaef untuk diagnosis dan terapi

4.2. Paket Teknologi Pengembangan Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi di Bidang Pangan

Paket teknologi Bio-cyclofarming (BCF) adalah pola manajemen pertanian dan peternakan terpadu yang efisien, yang mengkombinasikan berbagai aplikasi teknologi yang telah dihasilkan dan inovasi teknologi BATAN di bidang peternakan, pertanian, lingkungan dan perikanan dengan target memperoleh produk seperti pangan, pakan, energi dan pupuk melalui penggunaan model siklus bio-usaha tani terpadu (BCF) yang ramah lingkungan. Hasil yang diperoleh untuk peternakan berupa tersedianya lumbung pakan dan isinya. Aplikasi pupuk hayati isolat mikroba rizhosper (IMR) pada tanaman jagung dan kacang tanah yang telah menggunakan kompos sebagai pupuk organik. Perbandingan produktivitas tanaman jagung yang diberi isolat mikroba rizhosper dibanding dengan kontrol adalah 4,99 ton/ha berbanding 3,62 ton/ha, dan tanaman kacang tanah 3,15 ton/ha berbanding 2,27 ton/ha. Teknologi tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan pendapatan peternak serta dengan memanfaatkan hubungan antara pertanian dalam bentuk BCF.

(26)

Gambar 3.17. Salah satu aplikasi siklus Bio-cyclofarming (BCF)

Demplot BCF telah dilakukan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan dan Momongor, Banten.

Pada tahun 2011 telah ditandatangani nota kesepahaman antara BATAN dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal tentang pemanfaatan iptek nuklir untuk teknologi pertanian terpadu (BCF).

4.3. Paket Teknologi Pengembangan Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi di Bidang Kesehatan

Paket teknologi irradiated hydrogel menghasilkan produk hidrogel pembalut luka. Pembalut luka hidrogel adalah suatu material polimer yang mempunyai struktur ikatan silang tiga dimensi (crosslinking), biasanya dalam bentuk membran atau lembaran, dan dapat menyerap air dalam jumlah tertentu. Hidrogel dihasilkan melalui proses pembentukan ikatan silang polimer polivinil pirolidon atau polivinil alkohol menggunakan teknik radiasi gamma atau berkas elektron. Hidrogel yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pembalut luka atau penurun demam. Kegunaan hidrogel tersebut antara lain: (1) sebagai pembalut luka pada luka bakar, luka terbuka, luka lepra, luka sayatan, luka paska operasi, dan (2) sebagai membran penurun demam.

Beberapa keunggulan sintesis hidrogel dengan teknik radiasi dibanding cara konvensional, yaitu: (1) bebas bahan aditif (inisiator, katalis) yang biasanya bersifat toksik , (2) secara simultan mensintesis dan sterilisasi, (3) radiasi dapat dilakukan pada range temperatur yang luas, (4) mudah mengontrol derajat crosslinking atau grafting, dan (5) dapat digunakan pada berbagai monomer dan polimer termasuk monomer yang tidak dapat dipolimerisasi secara konvensional. Keunggulan pembalut luka hidrogel hasil iradiasi, yaitu: (1) tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme atau dapat mencegah masuknya mikroorganisme

(27)

ke tempat luka, (2) dapat mengabsorbsi eksudat dan bahan toksik yang ada pada permukaan luka, (3) permeabel terhadap gas, (4) mempunyai porositas yang cukup sehingga dapat ditembus oleh uap air, water vapor permeability sekitar 1400 g/m2/24 jam pada suhu 370C, (5) menjaga humiditas yang cukup pada daerah luka sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka, (6) tidak bersifat toksik, non alergenik dan hipersensitif, (7) dapat melekat dengan baik pada luka, mudah dilepas dari luka dan tidak menyebabkan trauma, (8) dapat menyesuaikan dengan bentuk permukaan tubuh terutama pada daerah persendian, (9) dapat mengurangi rasa sakit, memberikan rasa nyaman, dan (10) steril.

Gambar 3.18. Hydogel wound Dressing

Gambar 3.19. Application in Burn wound

Pada tanggal 21 Maret 2011, BATAN dengan PT Eracita Astamida telah menandatangani perjanjian kerjasama tentang Pengembangan dan Produksi Hidrogel untuk Bahan Biomaterial yang menghasilkan Prototipe Produk Plester Anti Demam (lampiran 6).

(28)

4.4. Paket Teknologi Pengembangan Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi di Bidang Industri

Paket teknologi produk pangan steril iradiasi layak untuk keperluan khusus yang akan dikonsumsi oleh pasien imunitas rendah dan kelompok masyarakat yang membutuhkan pasokan pangan olahan tanpa menggunakan fasilitas pendingin selama transportasi, distribusi dan penyimpanan. Telah dilakukan kegiatan penelitian terkait aspek sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat luas tentang arti penting keamanan, mutu, nutrisi, dan daya simpan berbagai jenis pangan olahan siap saji berbasis resep tradisional dengan bahan baku yang berasal dari nabati (bumbu) dan hewani yaitu daging sapi, unggas (ayam) dan ikan.

Produk tersebut adalah pepes ikan mas, pepes ikan teri, rendang daging sapi, semur daging sapi, dan ayam olahan (ayam bumbu kuning, ayam kecap manis, dan ayam bumbu bakar). Masing-masing produk dikemas secara vakum di dalam kantung laminasi Poliester/Aluminium foil/LLDPE), kemudian dibekukan pada suhu -20oC dan diiradiasi pada suhu -79oC (CO2 padat) dengan dosis sterilisasi

yaitu 45 kGy. Pasca iradiasi masing-masing produk diuji mutunya berdasarkan parameter keamanan, mutu, nutrisi dan daya simpan pada suhu normal. Pengujian dilakukan secara obyektif (mikrobiologi: mikroba/bakteri aerob dan anaerob termasuk pathogen; fisiko-kimia; dan toksisitas: uji in vitro dan in vivo) dan uji subyektif (uji organoleptik menggunakan skala hedonik secara numerik dari 1-5 panelis terdiri dari panelis teruji dan panelis relawan).

(29)

Gb. 3.21. Pangan steril iradiasi untuk keperluan khusus

Pangan olahan siap saji steril iradiasi dapat disimpan pada suhu normal (28-30oC) selama 2 tahun. Tujuan pembuatan pangan olahan siap saji steril iradiasi adalah untuk : persiapan pembuatan SNI terhadap produk pangan olahan siap saji berbasis resep tradisional Indonesia; membuat pangan khusus yang akan dikonsumsi oleh pasien imunitas rendah; konsumsi bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan pasokan pangan olahan tanpa menggunakan fasilitas pendingin selama transportasi, distribusi dan penyimpanan.

Adapun target akhir/impact dari pembuatan pangan olahan tersebut adalah meningkatkan status nutrisi pasien sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan melalui asupan pangan yang berkualitas, dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terisolir akibat bencana alam, rawan pangan, ketersediaan variasi menu pangan olahan bagi jamaah haji dan lain-lain.

Telah dibuat pangan olahan siap saji steril iradiasi lebih dari 3500 bungkus yang digunakan untuk penelitian, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas. Hal tersebut ternyata memberikan hasil yang positif, dan pada tahun 2011 dibuktikan adanya kerjasama pemanfaatan aplikasi teknologi radiasi pada pangan olahan siap saji dalam kemasan dengan beberapa industri pangan olahan dalam bentuk MoU dengan BATAN yaitu : PT. Jalita Kamil Brother, PT. Mahkota Dewa, Perusahaan tahu Yun Yi, Perusahaan Bandeng Juwana, serta Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Selain itu teknologi produk pangan steril iradiasi layak untuk keperluan khusus yang telah dimanfaatkan oleh rumah sakit Dharmais dan Badan Narkotika Nasional (BNN).

(30)

4.5. Paket Teknologi Pengembangan Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi di bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Paket teknologi perunut untuk menentukan kecepatan aliran multiphase pipa transmisi lapangan panas bumi untuk pengembangan Computed Flow Dynamic. Pada tahun 2011 telah diperoleh teknologi perunut untuk menentukan kecepatan aliran pipa transmisi lapangan panas bumi secara in-situ di Kamojang (vapor dominated) untuk pengembangan computed flow dynamic.

Gambar 3.23. Particel tracking dalam Computed Flow Dynamic

Teknologi ini telah digunakan dalam penelitian lanjut untuk menentukan residual oil saturated (ROS) yaitu untuk mengetahui kandungan atau jumlah tersisa dari minyak yang tersimpan dalam bearing formation, yang sampai saat ini baru dimulai dalam skala laboratorium dengan artificial formation. Saat ini baru diperoleh koefisien partisi tracer aktif pada kolom statis.

Teknologi ini diharapkan dapat diaplikasikan pada industri/perusahaan swasta/BUMN yang bergerak di bidang panas bumi yang memanfaatkan jasa teknologi perunut

Capaian sasaran 1 dengan indikator “Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbang Enisora” dalam rangka upaya pencapaian target jangka menengah sejumlah 35 paket teknologi pada tahun 2014. Pada tahun 2010 dihasilkan 7 paket teknologi, dan pada tahun 2011 secara kumulatif telah diperoleh 12 paket teknologi, yaitu sebesar 34,29% dari target total.

(31)

Penambahan paket teknologi ini diharapkan akan: 1. Meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak 2. Mengurangi ketergantungan produk impor 3. Meningkatkan kemampuan SDM

4. Meningkatkan kesehatan masyarakat 5. Memenuhi kebutuhan dalam negeri

Beberapa paket teknologi di atas telah dimanfaatkan oleh mitra BATAN, misalnya teknologi perunut untuk menentukan kecepatan aliran multiphase pipa transmisi lapangan panas bumi untuk pengembangan Computed Flow Dynamic di Kamojang dan Lahendong oleh Pertamina Gas.

Untuk meningkatkan upaya pemanfaatan paket-paket teknologi hasil litbangyasa BATAN oleh masyarakat, maka BATAN berupaya meningkatkan jejaring dengan mitra komersial.

5. Jumlah Prototip Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi

Kegiatan perekayasaan perangkat nuklir berfokus pada beberapa bidang seperti instalasi nuklir, kesehatan, dan industri. Dalam bidang kesehatan, saat ini penggunaan perangkat kesehatan nuklir untuk terapi dan diagnostik telah banyak digunakan dan tersebar di seluruh Indonesia. Namun hampir seluruh perangkat tersebut merupakan produk luar negeri, sehingga berakibat ketergantungan terhadap produsen luar, yang berujung pada mahalnya biaya perawatan dan perbaikan. BATAN melakukan upaya pengembangan dan inovasi serta penguasaan perekayasaan perangkat nuklir yang lebih mengutamakan muatan lokal, sehingga memungkinkan biaya investasi dan perawatan yang lebih murah.

Pada tahun 2011 BATAN menargetkan 6 prototip dan dapat direalisasikan sejumlah 6 prototip (100%), yaitu:

5.1. Prototip Sistem Instrumentasi Kendali Reaktor Riset dan Reaktor Daya (local

controller DCS level operator)

Untuk menguji performansi perangkat maupun instalasi secara langsung, terutama instalasi yang memiliki teknologi dan resiko tinggi; misalnya instalasi industri oil and gas, penerbangan, luar angkasa, dan nuklir diperlukan investasi

(32)

yang tinggi dan harus mempertimbangkan resiko. Pada pengembangan desain dan optimasi diperlukan sumber daya, waktu, biaya, tenaga ahli dan resiko yang besar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipergunakan simulasi. Simulasi reaktor nuklir secara real-time mampu menampilkan performansi instalasi sehingga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam desain maupun optimasi. Selain itu, simulasi real-time reaktor nuklir juga berperan penting untuk tujuan pendidikan, pelatihan tenaga ahli dan diseminasi. Untuk tujuan tersebut diperlukan perangkat yang mampu menunjukkan performansi reaktor nuklir secara tepat, namun tidak mengandung resiko dalam penggunaannya.

Prototip perangkat simulasi reaktor nuklir secara real-time dibangun berbasiskan multifunction RIO module dan NI PXI 8102 yang dirangkai dalam NI PXI-1031 chassis serta dilengkapi dengan perangkat lunak LabVIEW dan Veristand.

Gambar 3.23. Prototipe Sistem Instrumentasi Kendali Reaktor Riset dan Reaktor Daya (local controller DCS level operator)

Performansi simulasi real-time reaktor nuklir ditunjukkan oleh pengendalian berbasis sistem instrumentasi dan kendali safety maupun non-safety related. Perangkat direpresentasikan dalam model reaktor nuklir numerik yang dapat menerima masukan dari luar dengan menggunakan data logging. Graphical user interface (GUI) simulasi real-time dapat secara interaktif dinavigasi dengan masukan dan keluaran sinyal analog/digital. Model matematika reaktor nuklir berbasis LabVIEW dan Real Time NI Veristand yang dibangun dalam komputer PC dipindahkan ke modul NI PXI 8102 untuk merepresentasikan simulasi real time. Contoh tampilan pada gambar menunjukkan model pengendalian daya pada rektor riset berdasarkan pendekatan persamaan kinetika titik dengan data prekursor Iodine dan Xenon.

(33)

5.2. Prototipe Pencacah RIA untuk diagnosa kelenjar gondok

Pencacah RIA adalah alat untuk menganalisis zat-zat yang ada di dalam cairan tubuh, diantaranya urin, hormon, dan lain-lain atau kultur media yang berkadar rendah dan matriksnya komplek. Teknik pengukuran RIA berdasarkan pada reaksi immunologi dengan menggunakan radioisotop sebagai perunutnya. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kandungan zat biologik tertentu dalam tubuh yang jumlahnya sangat kecil, misalnya hormon insulin, tiroksin, dan enzim. Prinsip pemeriksaan RIA adalah kompetisi antara antigen (bahan biologi yang diperiksa) dengan antigen radioaktif dalam memperebutkan antibodi yang jumlahnya sangat terbatas.

Aplikasi teknik nuklir dengan teknik Radioimmuno Assay (RIA) di bidang kesehatan digunakan dalam diagnosis beberapa penyakit seperti hepatitis B, kelenjar gondok, dan kanker payudara.

Pada tahun 2011 diperoleh Prototipe Pencacah RIA untuk diagnosa kelenjar gondok. Prinsip kerja sederhananya adalah Senyawa T-4 yang ditandai dengan 125I berkompetisi dengan T-4 dalam cuplikan darah pasien memperebutkan sejumlah antibodi yang tertentu jumlahnya. Setelah mengalami inkubasi beberapa lama, T-4 bertanda yang terikat dan yang bebas dipisahkan dengan menggunakan Poly Ethylene Glycol. Selanjutnya endapan yang mengandung fraksi yang terikat pada antibodi dicacah dengan sistem spektrometer, konsentrasi T-4 dalam darah pasien dapat dibaca dari kurva baku.

Pengoperasian sistem cacah ini dilakukan inovasi dan otomatisasi. Pada sistem manual, penempatan sampel dilakukan satu persatu, kemudian baru dilakukan pencacahan serta tidak ada fasilitas memori sebagai penyimpan data. Pencacah RIA hasil Libangyasa BATAN telah menggunakan sistem otomatis untuk penempatan sampel dan dilengkapi dengan fasilitas penyimpan data.

Gambar 3.24. Prototipe Pencacah RIA untuk diagnosa kelenjar gondok

(34)

5.3. Prototip Brachyterapy Medium Doserate untuk Kanker Servik

Brachytherapy dikenal juga sebagai radioterapi internal, radioterapi sumber tertutup, curietherapy atau endocurietherapy adalah bentuk radioterapi dimana sumber radiasi ditempatkan di dalam atau di samping daerah yang memerlukan pengobatan. Brachytherapy umumnya digunakan sebagai pengobatan yang efektif untuk leher rahim/servik, prostat, payudara, kanker kulit dan juga dapat digunakan untuk mengobati tumor.

Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor/target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi atau pembelahan sel-sel kanker akan terhambat.

Pada tahun 2011, BATAN melakukan pengembangan perangkat Brachyterapy, dengan mengembangkan perangkat remote afterloading atau dikenal juga dengan sebutan Treatment Delivery System (TDS). Perangkat ini memerlukan tegangan listrik AC 220 Volt/50 Hz.

Perangkat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu distributor channel, kontainer sumber, dan penggerak sumber. Distributor channel berfungsi untuk memilih jalur yang akan dilewati sumber. Terdapat 12 lubang yang bisa digunakan sesuai dengan obyek yang akan diterapi.

5.4. Prototipe Pesawat Sinar-X Fluoroscopy

Perangkat pesawat sinar-x fluoroscopy merupakan sebuah perangkat penghasil sinar-x yang dapat digunakan untuk diagnosa medis. Perangkat sinar-x fluoroscopy yang ada sekarang ini akan menghasilkan sebuah gambar yang divisualisasikan pada layar pendar (fluorosecent screen). Dari layar pendar ini dokter akan langsung melakukan pengamatan untuk menentukan tindakan diagnosis namun beresiko terkena pancaran radiasi dari tabung sinar-x.

Gambar 3.25. Prototipe Brachyterapy Medium Doserate Untuk Kanker Cervic

(35)

Pada tahun 2011, BATAN menghasilkan pesawat sinar-x fluoroscopy dengan keunggulan mengurangi resiko radiasi pada dokter/operator saat penggunaan, dan telah dilakukan uji fungsi. Perekayasaan dilakukan dengan cara mentransfer data hasil pencitraan ke dalam sistem komputer dengan kamera. Dengan demikian dokter cukup melihat hasil gambar melalui monitor yang ditempatkan di ruang kontrol dan dapat mengurangi bahaya paparan radiasi. Sinar-x yang dipancarkan hasil dari pencitraan akan ditangkap oleh layar pendar (Fluoroscent screen) dan diterima oleh kamera untuk diteruskan ke monitor komputer. Data citra disimpan di komputer dan dapat pula dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas gambar sebelum ditampilkan atau dicetak. Dari komputer, gambar hasil pencitraan dapat langsung dibaca oleh dokter pemeriksa, di dalam ruang kontrol yang aman terhadap radiasi. Keuntungan pesawat sinar-x Fluoroscopy ini adalah: tidak memerlukan film, pemeriksaan cepat dan langsung didapatkan hasilnya, aman bagi operator/dokter, sistem kendali dan penangkap citra menggunakan komponen yang mudah didapat di pasaran.

Gambar 3.26. Perangkat Pesawat sinar X fluoroscopy

5.5. Prototip Perangkat Scintigraphy

Pada tahun 2011 BATAN menghasilkan prototip perangkat scintigraphy, yang merupakan alat diagnostik suatu penyakit menggunakan teknik kedokteran nuklir. Perangkat ini akan menghasilkan citra dua dimensi dari proses metabolisme suatu organ tubuh.

(36)

Diagnosis menggunakan perangkat scintigraphy dilakukan dengan menempatkan sistem deteksi perangkat scintigraphy pada lokasi organ tubuh yang akan didiagnosis. Kemudian radionuklida disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Radionuklida akan mengikuti peredaran darah dan turut dalam proses metabolisme organ tubuh. Radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida akan dideteksi oleh sistem deteksi perangkat scintigraphy. Kristal scintilasi pada sistem deteksi akan mengubah radiasi menjadi foton. Foton kemudian digandakan oleh tabung pengganda foton (Photo Multiplier Tube - PMT) dan diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal keluaran sistem deteksi akan diolah oleh sistem elektronik dan diubah menjadi bentuk digital. Data digital ini diteruskan ke sistem pengolah data untuk ditampilkan.

Perangkat scintigraphy menggunakan PSPMT dapat mendeteksi posisi radiasi yang datang. Dengan menggunakan PSPMT jumlah PMT yang digunakan dapat dikurangi sehingga dapat memperkecil dimensi dari sistem deteksi perangkat scintigraphy. Selain itu daya listrik yang digunakan juga dapat dikurangi. Perangkat ini cocok digunakan untuk mendiagnosis organ tubuh berukuran kecil, seperti: jantung, ginjal, kelenjar gondok, dan lain-lain.

5.6. Prototip Sistem Pencitraan Peti Kemas

Paket teknologi sistem pencitraan peti kemas dengan teknik serapan sinar gamma. Dengan menggunakan sistem ini, verifikasi dan validasi isi peti kemas dapat dilakukan secara otomatis. Peti kemas dipindai menggunakan sinar gamma yang tak tampak dan memiliki daya tembus besar, kemudian sinar yang menembus peti kemas akan ditangkap oleh detektor dan diolah menjadi citra. Citra ini kemudian diverifikasi dengan data yang tercatat pada faktur ekspor impor. Pada tahun 2011 telah diperoleh sistem pencitraan peti kemas skala laboratorium yang tujuannya sebagai dasar perhitungan untuk merancang bentuk yang nyata atau lebih besar sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan di pelabuhan-pelabuhan laut. Sistem pencitraan terdiri dari sebuah dummy peti kemas skala lab dengan ukuran luas permukaan target 120 cm x 80 cm, 4 buah detektor NaI(Tl) diameter 6 mm, 1 buah sumber 60Co 10 mCi, sebuah kolimator

Gambar 3.27.

Perangkat Scintigraphy Menggunakan Position Multiplier Photomultiplier Tube (PSPMT)

(37)

diameter 6 mm, pemegang detektor dan sumber penggerak detektor dan sumber kearah vertikal dan horisontal dengan jarak pergerakan 6 mm, mikrokontroller pengaktuasi, dan akuisisi, perangkat lunak penyimpan dan kompresi data hasil akuisi perangkat lunak pengolah data, perangkat lunak penampil menjadi citra dimensi dua.

Beberapa keuntungan pengunaan sistem pencitraan peti kemas dengan teknik serapan sinar gamma: tidak diperlukan daya listrik, khususnya untuk sumber, karena sumber sudah memancarkan radiasi dengan sendirinya, sehingga efisiensi dapat lebih ditingkatkan; tidak diperlukan maintenance untuk sumber radiasi gamma, karena mempunyai waktu paruh yang sangat lama.

Gambar 3.28. Sistem pencitraan peti kemas dengan teknik serapan sinar gamma

Capaian sasaran 1 dengan indikator “ Jumlah Prototip Hasil Litbang Enisora” dalam rangka upaya pencapaian target jangka menengah sejumlah 19 prototip di tahun 2014. Pada tahun 2010 telah diperoleh 7 prototip, sampai dengan 2011 secara kumulatif telah diperoleh 12 prototip, yaitu 63,16% dari target total. Prototip hasil litbang BATAN ini akan dikembangkan menjadi paket teknologi dengan memfasilitasi kebutuhan mitra komersial dan diharapkan nantinya akan di scale up menjadi skala industri.

6. Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora

Publikasi ilmiah baik di tingkat nasional dan internasional bagi suatu lembaga litbang merupakan pengakuan serta daya saing tersendiri bagi karya ilmiah yang dihasilkan oleh para peneliti.

Dari target yang direncanakan sejumlah 55 Publikasi Ilmiah (nasional dan internasional), dapat direalisasikan sejumlah 167 publikasi ilmiah (303,63%), yang terdiri dari publikasi nasional berjumlah 132 judul dan internasional berjumlah 35 judul (Lampiran 7).

(38)

Publikasi ilmiah ini juga ditunjang oleh sejumlah usulan paten/HKI yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual - Kementerian Hukum dan HAM. Sampai dengan tahun 2011 Jumlah usulan Paten BATAN berjumlah 98 judul paten, data dan status usulan Paten dalam proses 63 judul, dan Paten Granted berjumlah 24 judul (lampiran 8)

Disamping itu, 8 penelitian BATAN memperoleh penghargaan Menteri Negara Riset dan Teknologi, serta masuk dalam 103 inovasi yang paling prospektif tahun 2011 pada Business Innovation Center (BIC) dibawah pembinaan Kementerian Ristek (lampiran 9), penghargaan tersebut ditunjukan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Penerima Penghargaan Karya Inovasi 2011

KARYA INOVASI INOVATOR

1 Reno, Sahabat Si Ginjal

(Cegah Gagal Ginjal tanpa Gagal )

Joko Sumanto, Wiranto Budi Santoso, Rukmono Pribadi, Cukarya, Hari Nurcahyadi, Ahmad Khaerudin, Rill Isaris, Atang, Susila. 2 Kenali Baik Musuhmu Agar Menang

(Pembuatan Nukleotida Bertanda Fosfor-32 (g -32P) ATP sebagai Pelacak Mutasi)

Wira Y. Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Triyanto, Hambali, Santi Nubaiti, Abdul Mutalib

3 Jurus 3-In-1 Melawan Kanker (Radiofarmaka Spesifik Target untuk Menangani Kanker Payudara )

Martalena Ramli, Rien Ritawidya, Cecep Taufik, Rustendi, Muchamad Subur, Sri Aguswarini, Karyadi, Cahya Nova Ardiyatno, Titis Sekar Humani

4 Plastik Hijau dari Tapioka Nuklir (Produk Cetak Plastik Ramah Lingkungan dari Komposit Limbah Tapioka Menggunakan Teknologi Radiasi )

Sudradjat Iskandar

5 Murnikan Si Iodium Supaya Berharga (Modifikasi Alur Produksi Iodium-125 untuk Peningkatan Kualitas Produk )

Maiyesni, Triani W. , Mujinah, Witarti, Dede K. Triyanto, Abdul Mutalib

6 Dari Sapi untuk Ikan

(Produksi Pelet (Pakan Ikan, Udang dan Unggas) dari Kotoran Sapi

Soelaiman Budi Sunarto, Puji Untoro, Suryadi

7 Si Padat yang Mudah Dibawa (Bioetanol Padat sebagai Pengganti Minyak Tanah

Soelaiman Budi Sunarto, Puji Untoro, Suryadi

8 Asap Cair Sekam Pengawet Makanan

Bio

(Produksi Bio Formalin/Bio Insektisida Berbahan Baku Sekam Untung Besar)

Soelaiman Budi Sunarto, Puji Untoro, Suryadi

Capaian sasaran 1 melalui indikator “Jumlah Publikasi Nasional dan International Hasil Litbang Enisora” yaitu publikasi ilmiah mulai tahun 2010 merupakan upaya

Gambar

Tabel 3.1. Penetapan Kinerja BATAN tahun 2011
Tabel 3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama BATAN tahun 2011
Tabel  3.2  di  atas  menunjukkan  bahwa  dari  13  indikator  kinerja  utama  BATAN,  6  indikator  yang  berhasil  direalisasikan  100%,  5  indikator  melebihi  yang  ditargetkan,  dan  2  indikator  yang  tidak mencapai target
Gambar 3.1. Varietas Padi Sidenuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Olahraga merupakan salah satu kegiatan orang untuk menjaga stamina tubuh agar tetap sehat. Banyak olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia antara lain

Dengan adanya permasalahan diatas, maka tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah merancang simulasi proses konstruksi pada proyek water tower PT Gudang Garam

Berdasarkan model yang telah didapatkan tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan tanda koefisien dari keempat variabel laten eksogen, yaitu lingkungan,

Dalam konteks kebijakan publik, replikasi adalah tindakan yang harus didorong agar suatu perubahan terjadi secara lebih meluas dan cepat. Replikasi juga dapat

Dari data yang ada dilanjutkan dengan perhitungan proporsi metode pengadaan barang, dimana sesuai prinsip pareto bertujuan untuk mengetahui metode mana yang mempunyai

Bila dikaitkan dengan petugas yang bekerja di LPKA, ketika ada suatu permasalahan dimana anak didik yang dibina melakukan pelanggaran di dalam LPKA, maka

Bagian sebelumnya memperlihatkan daftar aktivitas perusahaan dan biaya yang terkait serta aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah bagi perusahaan, untuk itu,

Kenyataan lain yang tidak dapat disangkal adalah bahwa komunitas muslim pada zaman modern ini masih mengalami ketertinggalan dibidang pendidikan, dengan demikian salah satu