• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun

bentuk dan tujuannya, organisasi dibangun berdasarkan berbagai visi untuk

kepentingan manusia dan dalam implementasinya, misinya dikelola dan diurus

oleh manusia juga. Jadi manusia merupakan faktor strategis dan vital dalam

semua jenis kegiatan institusi atau organisasi apapun. Hal ini didukung oleh

Gomez (Almigo, 2004:52) yang menyatakan bahwa “sumber daya manusia

memegang peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan organisasi”.

Terkait dengan sumber daya manusia sebagai faktor sentral dalam

organisasi, dapat kita lihat bahwa tingkat kualitas sumber daya manusia pada

instansi pemerintah umumnya belum menunjukkan kinerja pelayanan publik yang

memuaskan. Potret tentang sumber daya manusia di lingkungan instansi

pemerintah, sedikitnya akan berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan birokrasi

yang berhubungan dengan pendidikan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan

pembangunan pendidikan adalah terselenggaranya mekanisme kerja pegawai

instansi pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam mengurus setiap masalah.

Pengelolaan sumber daya manusia dalam institusi/organisasi sangat erat

kaitannya dengan kepemimpinan. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai

aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan tindakan

individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa

(2)

kepemimpinan hubungan antara perseorangan dengan tujuan organisasi akan

menjadi lemah. Kepemimpinan memiliki kedudukan yang sangat vital dan

menentukan dalam organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya

secara efektif, akan dapat menggerakkan individu/personel ke arah tujuan yang

dicita-citakan.

Yukl (2007:8) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses untuk

mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu

dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk

memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Senada

dengan itu, Wiles (1961:29), mengemukakan bahwa “leadership is any

contribution to the establishment and attainment of group purposes”. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk penetapan dan pencapaian tujuan bersama.

Pemimpin-pemimpin dalam hal ini, tidak hanya mengandalkan kekuasaan

formalnya karena adanya legitimasi dari atasan, namun ia hendaknya mempunyai

wibawa yang mendatangkan respek dari para anggota/bawahan yang dipimpinnya.

Setiap organisasi apapun bentuknya, memiliki kompleksitas, yang setiap

saat menghadapi berbagai karakteristik anggota/personel yang dapat

mengembangkan maupun melemahkan organisasi. Hal ini menjadi alasan

diperlukannya orang yang tampil mengatur, memberi pengaruh, menata,

mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat

anggota tersesat atau kebingungan dalam menetapkan arah. Disinilah perlunya

(3)

Pemimpin yang mempunyai integritas kepribadian, konsisten, adil, jujur,

dan arif bijaksana tentunya akan dapat menciptakan iklim organsisasi yang

kondusif. Kondisi semacam ini pasti akan mendorong anggota yang dipimpinnya

untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif, bekerja keras dengan semangat

tinggi, mempunyai komitmen untuk mengaktualisasikan potensi kemampuan

dirinya dengan penuh tanggung jawab, bercipta, rasa, karsa, dan karya dalam

menggalang tujuan bersama.

Pada dasarnya, setiap organisasi mempunyai keinginan agar dapat

mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, terlepas organisasi apapun bentuk dan

namanya. Organisasi profit, seperti perusahaan misalnya, berkeinginan agar dapat

mencapai keuntungan yang besar, karena itu setiap pegawainya dituntut dapat

bekerja secara optimal dan maksimal sehingga perusahaan mampu memproduksi

barang/jasa semaksimal mungkin. Dengan kata lain perusahaan tersebut

menginginkan produktivitas yang tinggi. Dan tujuan perusahaan tersebut untuk

mendapatkan laba/profit yang maksimal dapat tercapai.

Demikian halnya dengan institusi-institusi pemerintahan pada umumnya,

Dinas Pendidikan sebagai organisasi/institusi non profit yang dimaksudkan untuk

membantu dan melayani masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan

secara maksimal kepada masyarakat penggunanya (customer). Dalam hal ini

tentunya adalah masyarakat pendidikan. Masyarakat pendidikan ini adalah

orang-orang yang mempunyai kepedulian dalam bidang pendidikan, yang sering disebut

(4)

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39, dinyatakan

bahwa:

(1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tenaga kependidikan itu meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pemebelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Tenaga kependidikan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah

kelompok masyarakat yang menjadi ujung tombak dan penentu keberhasilan

dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu Dinas Pendidikan sebagai lembaga

pengelolanya harus mampu memberikan pelayanan secara maksimal kepada

kelompok masyarakat tersebut sehingga mereka dapat melaksanakan perannya

masing-masing dengan optimal.

Para Pejabat Struktural di lingkungan Dinas Pendidikan sebagai pemimpin

(leader) dalam lembaga/institusi tersebut dituntut mampu menggerakkan setiap

pegawai agar dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat penggunanya (customer). Dengan demikian, para pegawai tersebut

dapat dikatakan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi.

Produktivitas kerja mencakup sikap mental dan perilaku pegawai yang

selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan hari ini harus

(5)

pada saat yang akan datang lebih berkualitas daripada saat ini. Sistem kerja hari

ini lebih efektif dan efisien daripada pola dan sistem kerja masa lalu, serta

keluaran yang akan dicapai di waktu akan datang harus lebih berkualitas dan

berkuantitas daripada keluaran saat ini.

Fremont (2002:928) mendefinisikan produktivitas sebagai “úkuran

efisiensi dalam penggunaan sumber daya pada level masyarakat, organisasi, atau

individu”. Sementara itu, Muchdarsyah (2008:17) menyatakan, “Produktivitas

mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan

keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan

sumber-sumber lain…”. Perilaku produktivitas kerja ini akan mampu mendorong

pegawai untuk selalu bersifat dinamis, kreatif, inovatif, dan terbuka.

Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang pegawai.

Hasil kerja pegawai ini merupakan suatu proses bekerja yang dilakukan seseorang

dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Sering terjadi produktivitas kerja

pegawai yang menurun dimungkinkan karena adanya ketidaknyamanan dalam

bekerja, yang disebabkan oleh kepemimpinan dan iklim organisasi yang tidak

kondusif.

Permasalahan mengenai produktivitas kerja merupakan permasalahan

umum yang mungkin terjadi pada setiap lembaga/institusi.

Permasalahan-permasalahan yang timbul mengenai produktivitas kerja tersebut merupakan suatu

indikasi yang menggambarkan bahwa peranan manajemen sebagai pengelola

sumber daya manusia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas

(6)

Terkait dengan permasalahan produktivitas kerja yang dihadapi oleh

lembaga/institusi, Almigo (2004:51) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

“Perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja yang notabenenya adalah perusahaan BUMN

yang mempunyai sekitar 3.492 karyawan juga tidak luput dari permasalahan

dengan produktivitas kerja karyawannya”.

Produktivitas kerja yang merupakan kinerja pegawai, sebagai

perwujudannya adalah performance appraisal atau penilaian kerja sering

mengalami kendala. Kendala tersebut diantaranya berupa penilaian kerja yang

tidak sesuai dengan kinerja pegawai. Pimpinan terkadang memberikan penilaian

kerja yang sering didasarkan atas subjektivitas. Hal ini nantinya akan berdampak

pada pengelolaan sumber daya manusia yaitu pegawai dalam institusi tersebut.

Institusi akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja pegawai yang

nantinya berdampak pada produktivitas kerja.

Pegawai yang produktif akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan

tepat, bekerja secara kreatif dan inovatif, tekun dan tidak tergantung pada atasan,

mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan, menetapkan standar kerja yang

tinggi, percaya diri dan pantas memperoleh penghargaan, mempunyai pergaulan

yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif,

dan selalu memuaskan orang lain.

Agar setiap pegawai dapat bekerja secara produktif, seorang pemimpin

harus dapat mengelola organisasinya secara profesional. Ia harus mampu

menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, yang biasa diistilahkan dengan

(7)

memungkinkan para pegawai bekerja dengan nyaman, tenang, tidak terburu-buru,

penuh keakraban dan saling menghargai diantara para pegawai. Hal itu sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Davis dan Newstrom (1996:22), bahwa iklim

organisasi dapat mempengaruhi dan dapat pula dipengaruhi oleh motivasi dan

kepuasan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Begitu juga Johns (1988:130)

melukiskan iklim organisasi berkaitan dengan hubungan sosial orang-orang yang

ada dalam organisasi tersebut dan reward system yang digunakan untuk

kebutuhan para pegawai.

Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa kepemimpinan dan iklim

organisasi akan mempengaruhi produktivitas para pegawai. Terkait dengan hal ini,

demikian juga halnya dengan salah satu instansi pemerintah, yaitu Dinas

Pendidikan Kabupaten Subang. Adanya kepemimpinan dan iklim organisasi yang

kondusif sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas sehari-hari demi

tercapainya produktivitas kerja yang tinggi.

Sementara itu dari pengamatan dan wawancara pendahuluan di lapangan

ditemukan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Pejabat

Struktural dan iklim organisasi di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang belum begitu maksimal dan kondusif. Pada dasarnya kondisi ini dapat

mengakibatkan pelaksanaan suatu pekerjaan/tugas menjadi terganggu, sehingga

tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau dapat dikatakan bahwa tingkat

produktivitas kerja pegawai belum maksimal. Terkait dengan produktivitas kerja

pegawai ini, di lapangan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:

(8)

2) Sebagian pegawai belum dapat bekerja secara kreatif dan inovatif;

3) Sebagian pegawai masih tergantung pada atasan dalam bekerja;

4) Sebagian pegawai belum mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan;

5) Sebagian pegawai belum mampu mencapai standar kerja yang tinggi;

6) Sebagian pegawai belum dapat memberikan pelayanan yang dapat

memuaskan masyarakat.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan Pejabat Struktural dan Iklim

Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Pendidikan

Kabupaten Subang”

B. Batasan Masalah

Penelitian mengenai kontribusi kepemimpinan Pejabat Struktural dan

iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai akan memiliki ruang

lingkup yang sangat luas. Muchdarsyah (2008:64) mengelompokkan faktor-faktor

yang mempengaruhi produktivitas kerja menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok pertama, sedikitnya meliputi: a) Tingkat pendidikan dan keahlian; b) Jenis teknologi dan hasil produksi; c) Kondisi kerja;

d) Kesehatan, kemampuan fisik dan mental. 2. Kelompok kedua, mencakup:

a) Sikap (terhadap tugas) teman sejawat dan pengawas; b) Keanekaragaman tugas;

c) Sistem insentif (sistem upah dan bonus); d) Kepuasan kerja;

e) Keamanan kerja; f) Kepastian pekerjaan;

(9)

Senada dengan itu, Paul Mali sebagaimana dikutip Yuniarsih & Suwatno

(2008:160), menyatakan bahwa “produktivitas kerja merupakan proses sinergistik,

yaitu faktor-faktor yang terbentuk dari berbagai faktor secara keseluruhan”.

Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan pada empat level atau tahap, yaitu:

1. Pada level keempat (tertinggi), yang berpengaruh terhadap produktivitas

secara langsung adalah efektivitas (performance) dan efisiensi

(penggunaan sumber-sumber);

2. Pada level ketiga, terdiri atas keterampilan (skill), motivasi, metode, dan

biaya;

3. Pada level kedua, terdiri atas kepemimpinan (leadership), suasana/iklim

(climate), insentif, jadwal kerja (schedules), struktur organisasi, teknologi,

dan material;

4. Pada level pertama, terdiri atas kecakapan (ability), gaya (style), latihan

(training), pengetahuan (knowledge), kondisi fisik, rekan, bentuk tugas

(job design), tujuan (goal), kebijakan, standar, perlengkapan, dan kualitas.

Dari pendapat di atas dapat dipahami, bahwa produktivitas kerja pegawai

dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor

yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal tersebut meliputi:

pendidikan, motivasi dan kepuasan kerjasama, komitmen terhadap pekerjaan yang

diembannya. Adapun faktor eksternalnya antara lain; fasilitas yang tersedia,

keeratan hubungan (cohesiveness), iklim lingkungan kerja (iklim organsisasi),

(10)

Melihat kompleksnya permasalahan tersebut, harus ada batasan masalah

yang akan diteliti. Hal ini ditujukan untuk keefektifan dan kevalidan hasil

penelitian yang akan dilakukan, serta keterbatasan waktu dan tenaga penulis.

Adapun fokus masalah yang akan diteliti adalah bagaimana kepemimpinan yang

dilakukan Pejabat Struktural di lingkungan Dinas Pendidikan dalam menciptakan

iklim organisasi yang kondusif sebagai upaya pencapaian produktivitas kerja

pegawai yang tinggi.

Pemilihan fokus tersebut didasarkan pada masalah penelitian yang akan

dikaji, yakni Kontribusi Kepemimpinan Pejabat Struktural dan Iklim Organisasi

terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran aktual produktivitas kerja pegawai, iklim organisasi,

dan kepemimpinan pejabat struktural pada Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang?

2. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pejabat struktural terhadap

produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang?

3. Seberapa besar kontribusi iklim organisasi terhadap produktivitas kerja

(11)

4. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pejabat struktural dan iklim

organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

empirik mengenai kontribusi kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap

produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran aktual kepemimpinan pejabat

struktural, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai Dinas

Pendidikan Kabupaten Subang;

2. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi kepemimpinan pejabat

struktural terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang;

3. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi iklim organisasi

terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang;

4. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi kepemimpinan pejabat

struktural dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas

(12)

E. Manfaat Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada berbagai pihak, yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Pengembangan keilmuan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan wacana

pengembangan disiplin ilmu pengembangan sumber daya manusia, ditinjau

dari konsep kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja.

2. Manfaat praktis

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

bagi pihak-pihak antara lain:

a. Pimpinan Dinas Pendidikan, sebagai bahan masukan dalam mewujudkan

kepemimpinan yang efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi

terhadap produktivitas kerja pegawai;

b. Pegawai, agar dapat mengetahui pentingnya iklim organisasi sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya;

c. Memberikan tambahan informasi dan data bagi penelitian selanjutnya

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai.

F. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

organisasi, dan setiap organisasi selalu memerlukannya. Kepemimpinan diartikan

(13)

mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat

seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka

kegiatan semacam ini telah melibatkan seseorang ke dalam aktivitas

kepemimpinan. Berbagai teori mengungkapkan bahwa tanpa kepemimpinan,

organisasi tidak akan mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Pimpinan suatu institusi harus dapat mengelola organisasinya secara

profesional agar setiap pegawai dapat bekerja secara produktif. Ia harus mampu

menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, yang biasa diistilahkan dengan

iklim organisasi yang kondusif. Suasana yang demikian akan dapat

memungkinkan para pegawai dapat bekerja dengan nyaman, tenang, tidak

terburu-buru, penuh keakraban, dan saling menghargai di antara para pegawai. Iklim

organisasi yang demikian sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas

kerja para pegawainya.

Seorang pimpinan juga dituntut untuk dapat menjalankan peran dan

fungsi kepemimpinannya semaksimal mungkin. Asumsi kepemimpinan sebagai

salah satu aspek utama dalam keberhasilan organisasi tidak dapat diragukan.

Sebagai pimpinan, para pejabat struktural dinas pendidikan perlu memiliki

kompetensi dasar yang disyaratkan. Kompetensi dasar ini didasarkan kepada

fondasi teoritis yang berasal dari Robert L. Katz (Yukl, 2007:212-213), yaitu

berupa keterampilan dan kemampuan dasar manajerial sebagai berikut (1)

keterampilan konseptual (conseptual skills); (2) keterampilan teknis (technical

(14)

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa diantara sekian banyak

faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai, diantaranya adalah faktor

kepemimpinan dan iklim organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika

peran dan fungsi kepemimpinan berjalan dengan baik, akan memungkinkan

terciptanya iklim organisasi yang kondusif. Dan keduanya akan dapat

meningkatkan produktivitas kerja para pegawai.

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan dan iklim organisasi akan berpengaruh terhadap produktivitas

kerja pegawai. Oleh sebab itu sebagai pimpinan di suatu instansi, para pejabat

struktural dinas pendidikan perlu menyadari akan pentingnya hal tersebut. Lebih

dari itu sudah seharusnya mereka untuk selalu menjalankan peran dan fungsi

kepemimpinannya dengan baik agar tercipta iklim organisasi yang kondusif.

Sehingga produktivitas kerja yang diinginkan dapat terwujud.

Untuk lebih memudahkan pemahaman akan keterkaitan di antara

masing-masing variabel penelitian, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

(15)

r X1.Y

r X2.Y

Gambar 1. 1

Kerangka Pemikiran Penelitian G. Asumsi

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. “Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya

yang digunakan, yang berkualitas lebih baik dengan usaha yang sama”

(Anoraga, 1992:17)

2. Kepemimpinan dalam suatu lembaga/institusi mempunyai peran sebagai

pemicu (trigger) yang dapat memberikan inspirasi kepada bawahan sehingga

inisiatif dan kreativitas mereka berkembang secara optimal untuk mendorong

tumbuhnya kinerja produktif. (Yuniarsih & Suwatno, 2008:166)

3. “Iklim organisasi berkaitan dengan hubungan sosial orang-orang yang ada

dalam organisasi tersebut dan reward system yang digunakan untuk

kebutuhan para pegawai” (Johns, 1988:130) KEPEMIMPINAN PEJABAT

STRUKTURAL DINAS PENDIDIKAN (XI) 1. Perilaku Pemahaman Konsep 2. Perilaku Teknis Memimpin 3. Perilaku Hubungan Manusiawi

IKLIM ORGANISASI (X2)

1. Keterdukungan (Supportive) 2. Pertemanan (Collegial) 3. Keintiman (Intimate)

PRODUKTIVITAS KERJA (Y) 1. Bertugas tidak sekedar

memenuhi kualifikasi pekerjaan 2. Memiliki motivasi tinggi 3. Memiliki orientasi kerja positif 4. Dewasa

5. Dapat bergaul dengan efektif r X1.X2 R X1.X2.Y

(16)

4. Kepemimpinan dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan

perasaan nyaman terhadap para pegawai sehingga mereka dapat bekerja

secara produktif.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian, maka rumusan hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kepemimpinan pejabat struktural

terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan dari iklim organisasi terhadap

produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan pejabat struktural

dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut turut mengubah konsep penyampaian informasi SIG yang bersifat standalone dimana program aplikasi SIG dan penyajiannya di-install pada sistem komputer

Berbeda dengan aplikasi “Marketeers”, aplikasi Kalam merupakan aplikasi dengan konsep perpustakaan audio islami, yang mana materi yang ditampilkan berupa audio kajian

Oleh karena itu, dari hasil uraian di atas hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal materi BRSD adalah (1) kurangnya

Setiap orang yang bekerja dengan menyumbangkan tenaga dan pemikirannya pada suatu perusahaan akan memperoleh imbalan atau balas jasa dari perusahaan tempat dimana ia

(2013), pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap keterlibatan kerja karyawan dimoderasi oleh rentang kekuasaan, kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian yang

Dari Tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa data karyawan yang keluar jumlahnya tidak terlalu banyak, namun hal ini bukan berarti rasa tidak puas itu tidak dirasakan oleh

Sedangkan menurut Uzer Usman dalam bukunya, Belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan

Novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere Liye di dalamnya terdapat 24 data aspek-aspek moral yang terdiri 6 data pada aspek moral berdoa, 5 data pada aspek moral bersyukur, 3