• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BAKU DAN HARGA AIR PADA DAS TUKAD OOS DI KAWASAN GIANYAR PROVINSI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BAKU DAN HARGA AIR PADA DAS TUKAD OOS DI KAWASAN GIANYAR PROVINSI BALI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BAKU DAN HARGA

AIR PADA DAS TUKAD OOS DI KAWASAN GIANYAR

PROVINSI BALI

Sekar Handari1, Ussy Andawayanti2, Rispiningtati2

1

Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

2

Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Email : sekarsekar6@yahoo.com

ABSTRAK

DAS Tukad Oos memiliki sisa air sebesar 100 lt/dt yang belum dimanfaatkan. Pada studi ini sisa air tersebut akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku. Oleh sebab itu studi ini bertujuan untuk mengetahui besar produksi air baku yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage, untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari perencanaan jaringan air baku, untuk mengetahui nilai kelayakan ekonominya, juga untuk menetapkan harga air yang layak. Dari hasil analisa diperoleh 100 lt/dt air yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage dengan dimensi b = 23,052 m, h = 23,052 m, L = 155,121 m, serta kapasitas tampungan sebesar 1520 m3. Dari studi ini diketahui memiliki harga air minimum sebesar Rp 5.181, yang kemudian ditetapkan harga jual air ke PDAM sebesar ≥ 30% dari harga air minimum (Rp 5.388 hingga Rp 6.062), dengan hasil analisa ekonominya berupa nilai Benefit Cost

Ratio adalah ≥ 1,3, untuk Net Present Value adalah ≥ Rp 5.765.530.123, untuk Tingkat

Pengembalian Internal adalah ≥ 12,4%. Sedang hasil dari Analisa Sensitivitasnya adalah kondisi terjadinya penurunan manfaat sebesar 10% dan kondisi terjadinya keterlambatan pelaksanaan konstruksi.

Kata Kunci : jaringan air baku, long storage, harga air.

ABSTRACT

DAS Tukad Oos has a residual water of 100 liters / second untapped. In this study the rest of the water will be used to meet the needs of raw water. Therefore, this study aims to determine the major raw water production is ready to be distributed using a long storage, to find out the benefits of network planning raw water, to determine the feasibility value of its economy, also to set the price of water. From the analysis results obtained 100 liters / second of water is ready to be distributed by using long storage with size b = 23,052 m, h= 23,052 m, L = 155,121 m, and the storage capacity is 1520 m3. From this study have a minimum rise of water prices as much as Rp 5.181, and then determined water prices for PDAM using ≥ 30% from minimum rise of water prices (Rp 5.388 up to Rp 6.062), with result of economics analysis are Benefit Cost Ratio is ≥ 1.3, for Net Present Value is ≥ Rp 5,765.530.123, for the Internal Rate of Return is ≥ 12.4%. And for Sensitivity Analysis are condition of the decrease in benefits by 10% and conditions construction delays.

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan perkembangan terakhir yang terjadi di wilayah Kabupaten Gianyar, kebutuhan air baku semakin lama semakin meningkat, sementara ketersediaan air semakin terbatas. Peningkatan kebutuhan air tersebut sejalan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk fasilitas permukiman, dan kebutuhan irigasi. Hal ini semakin terasa apabila musim kemarau tiba, Proyek perencanaan jaringan air baku ini dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Proyek perencanaan jaringan air baku di Kabupaten Gianyar ini lebih memprioritaskan pada manfaat penyediaan untuk kebutuhan air baku dan air irigasi. Dengan perbandingan persentase untuk air baku sebesar 60% dan untuk air irigasi sebesar 40%. Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Oos memiliki luas area sebesar 119,95 km² dengan panjang sungai 51,963 km. Untuk luasan DAS di Kabupaten Badung sekitar 22,271 km2 dan luasan di Kabupaten Gianyar sekitar 97,68 km2. Diharapkan dengan dukungan kondisi DAS yang baik, debit andalan akan mencukupi kebutuhan penyediaan air baku di saat musim kering.

Pembangunan proyek perencanaan jaringan air baku ini membutuhkan investasi yang cukup besar, maka sebelum dilaksanakan harus diperhatikan beberapa faktor yang dapat membatalkan pelaksanaannya. Salah satu faktor diantaranya adalah kelayakan ekonomi proyek. Hal ini disebabkan karena pada setiap investasi akan ditemui permasalahan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang dihasilkan. Perbandingan antara keduanya merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi kelayakan ekonomi proyek tersebut. Untuk itu pada kajian ini lebih di titik beratkan pada penetapan harga jual air baku serta menganalisa dari hasil

optimasi. Dari hasil optimasi tersebut akan diketahui proyek tersebut layak dibangun atau tidak.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari studi ini adalah setelah digunakan untuk kebutuhan irigasi sebesar 50 lt/dt, terdapat sisa air dari DAS Tukad Oos yang belum dimanfaatkan sebesar 100 lt/dt, kondisi dasar sungai yang cukup sempit maka perlu dibangun long

storage, perlu adanya pendistribusian

air baku di Kabupaten Gianyar, harga jual air baku belum di tetapkan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besar produksi air baku, untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari jaringan air baku, dapat mengetahui nilai kelayakan ekonomi setelah ditinjau dari BCR, NPV, IRR, dan Analisa Sensitivitas, serta dapat memprediksi harga air per m3 yang layak secara ekonomi.

Untuk manfaat dari studi ini sendiri adalah untuk memberikan masukan kepada instansi terkait dalam penentuan harga air baku agar senantiasa memperhatikan tingkat kesanggupan masyarakat.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyedia Air

Suatu sistem penyedia air yang mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cukup besar merupakan hal yang penting bagi suatu kota besar yang modern. Unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi (Lindsey, 1995:89) : sumber-sumber penyediaan,sarana-sarana

penampungan,sarana-sarana penyaluran (ke pengolahan), sarana-sarana pengolahan, sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara, sarana-sarana distribusi.

(3)

2.2 Analisis Kebutuhan Air

Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang, terlebih dahulu perlu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk pada saat ini dan proyeksi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk adalah jumlah populasi dalam satu wilayah, kecepatan pertambahan penduduk, dan kurun waktu proyeksi. Hasil analisa tersebut nantinya digunakan untuk dasar perhitungan perencanaan jaringan air baku. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk di masa datang ada tiga, yaitu metode eksponensial, metode aritmatik, dan metode geometrik. Setelah diperoleh proyeksi penduduk, baru dihitung kebutuhan air domestik dan non domestiknya, dan baru di dapatkan kebutuhan airnya. Untuk kehilangan air didapat dari 25% kebutuhan air, lalu barulah diperoleh produksi air baku dengan cara kebutuhan air dikurangi kehilangan air. 2.3 Analisa Manfaat

Manfaat dari suatu proyek berarti semua pemasukan keuntungan yang diperoleh sama umur proyek tersebut. Manfaat suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi (Kadariah,

1976:71) : manfaat langsung, manfaat

tidak langsung, manfaat nyata, dan manfaat tidak nyata.

Dalam hal ini pemasukan adalah dari pelanggan yang membayar rekening airnya, dan disebut benefit. Pendapatan Penyedia jasa dari air terdiri dari hasil penjualan air, dan beban tetap 2.4 Analisa Biaya

Biaya dapat dibagi ke beberapa golongan seperti : biaya langsung, biaya tetap, biaya pengganti, biaya yang diperhitungkan karena hilangnya kesempatan, dan biaya menurut pembukuan.

2.5 Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi teknik pada suatu proyek mengarah pada menentukan

pilihan terbaik dari beberapa alternatif dari hasil perencanaan yang dipilih. Alternatif dapat berupa perbandingan biaya, atau analisis ekonomi yang melibatkan unsur resiko yang mungkin terjadi.

Telah dikembangkan berbagai cara untuk memperoleh ukuran yang menyeluruh sebagai dasar dalam penilaian kelayakan proyek. Hal ini dinamakan kriteria investasi. Kriteria yang biasa digunakan dan dianjurkan digunakan dalam evaluasi proyek adalah Net Present Value (NPV),

Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), dan analisa sensitivitas.

2.6 Tarif Air Bersih

Tarif adalah harga yang harus dibayar untuk setiap pemakaian m3 air bersih yang disalurkan. Tarif harga minimum diperoleh dari B = C, yang kemudian dijabarkan sebagai berikut: tarif dasar air = biaya usaha / jumlah produksi air

3. METODE PENELITIAN

Sistematika pembahasan dalam studi ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Proyeksi jumlah penduduk dihitung sampai dengan tahun 2027.

b. Besarnya kebutuhan air baku dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.

c. Dari biaya konstruksi dan biaya O&P, dapat dihitung analisa biayanya.

d. Kebutuhan air baku dihitung terhadap debit sumber, apakah debit mencukupi atau tidak sampai tahun 2027.

e. Bersarnya produksi air dihitung sehingga diperoleh analisa manfaat.

f. Setelah diperoleh analisa biaya dan analisa manfaat, dilakukan analisa ekonomi menggunakan BCR, NPV, IRR, dan Analisa Sensitivitas.

(4)

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Penyedia Air Baku

4.1.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Untuk proyeksi kebutuhan air bersih pada Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar menggunakan prosentase 100%, 80%, 60%, 40%, dan 20%. Berikut ini adalah contoh perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih tahun 2027 dengan prosentase penduduk terlayani sebesar 100% dan kehilangan air sebesar 25%.

1. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2027 sebesar 167.025 jiwa.

2. Kebutuhan air domestik (dengan asumsi 150 liter/orang/hari) = 167.025 x 150

= 250537795,35 liter/hari = 289,97 liter/detik

3. Kebutuhan non domestik (dengan asumsi 20%)

= 20% x 289,97 = 57,99 liter/detik 4. Total kebutuhan air

= Qdomestik + Qnon domestik

= 289,97 + 57,99 = 347,97 liter/detik

5. Kehilangan air = 25% x 347,97 = 86,99 liter/detik 6. Kebutuhan air rata-rata

= total kebutuhan air + kehilangan air

= 347,97 + 86,99 = 434,96 liter/detik 7. Produksi air baku

= kebutuhan air rata-rata - kehilangan air

= 434,96 – 86,99 = 347,97 liter/detik = 10973562,36 m3/tahun 8. Kebutuhan air maksimum

= 1,15 x 434,96 = 500,21 liter/detik 9. Kebutuhan jam puncak

= 1,56 x 434,96 = 678,54 liter/detik

4.2 Perencanaan Konstruksi Long Storage

4.2.1 Pemilihan Lokasi

Terdapat dua area yang menjadi alternatif untuk pembangunan long

storage. Kedua lokasi tersebut berada

di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Untuk lokasi 1 long storage memiliki alur sungai yang lurus dengan tepian tebing curam berupa batuan cadas serta ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Lebar sungai sekitar 2-5 meter dengan struktur tanah dasar berupa batuan dan lempung berpasir. Sedangkan pada lokasi 2 long storage sendiri juga memiliki alur sungai yang lurus dengan tebing kanan dan kiri terdapat sedikit lempung. Di tepi sungai terdapat sedikit sedimentasi yang sudah tertutup oleh rerumputan. Lebar sungai sekitar 5-10 meter. Struktur tanah dasar sungai berupa lempung.

Dikarenakan pada lokasi 1 lebih banyak memenuhi kriteria untuk lokasi konstruksi, maka lokasi 1 dipilih sebagai lokasi long storage. Lokasi 1 atau lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan konstruksi long

storage berada di Kecamatan Sukawati

dengan jarak 1 km dari bendung.

4.2.2 Dimensi dan Kapasitas Tampungan Long Storage Untuk menghitung dimensi, perlu diketahui beberapa data. Adapun data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

 S (kemiringan) = 0,007  Q = 100 lt/dt  H (pernah banjir) = 3 m  z = 1 : 1  n = 0,025

 Elevasi muka air normal = +8,27 m

 L (panjang sungai) = 51,963 km  Jarak sungai dengan konstruksi

= 1 km

Pada perhitungan kali ini menggunakan Rumus Manning. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Q = V x A

(5)

V = 1/n x R3/2 x S1/2 A = (b +z.h) . h = (h+h) . h = 2h2 b = h P = b + 2h √ = h + 2h √ = h + 2h √ = h + 2,828h = 3,828h R = A/P = 2h2 / 3,828h = 0,522h Q = V x A 100 = (1/0,025 . 0,522h2/3 . 0,0071/2) x 2h2 100 = 2,169h x 2h2 46,104/h= 2h2 h = 23,052 m b = h = 23,052 m R = 0,522h = 0,522 x 23,052 = 12,725 A = 2h2 = 2 x (23,052)2 = 1062,798 V = 1/n x R3/2 x S1/2 = 1/0,025 x 12,7253/2 x 0,0071/2 = 18,24 m/dt w = 1/3 x h = 1/3 x 23,052 = 7,684 m h/A = 23,052 / 1062,798 = 0,02

Apabila h/A adalah ≤ 1, maka L (panjang) = = = 155121,4 = 155,121 m Elevasi = h ( 1 - )2 = 8,27 ( 1 - )2 = +7,85 m

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa long storage memiliki tinggi (h) sebesar 23,052 m, lebar (b) sebesar 23,052 m, juga panjang (L) sebesar 155,121 m dengan elevasi +7,85 m. Untuk perhitungan kapasitas tampungannya adalah sebagai berikut : V=( ) x [area lokasi + area setelah lokasi + (area

lokasi x area setelah lokasi)0,5] x (10 + volume di elevasi +6)

= ( ) x [ 0,22 + 0,06 + (0,22 x 0,06)0,5] x (10 + 0,2)

= 1,52 m = 1520 m3

Dari perhitungan di atas, diperoleh kapasitas tampungan sebesar 1520 m3. 4.2.3 Stabilitas Long Storage

Untuk menghitung stabilitas dapat menggunakan dua kondisi, yaitu kondisi tanpa gempa dan kondisi dengan gempa. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

I. Kondisi Tanpa Gempa a. Stabilitas terhadap guling SF = > 1,5

= > 1,5 = 191,309 > 1,5 = ok !!

b. Stabilitas terhadap geser SF = > 1,2

= > 1,2

= 9,084 > 1,2 = ok !! c. Stabilitas terhadap eksentrisitas e = ( - ) <

= ( - ) <

= -883,609 < 3,842 = ok !!

d. Stabilitas terhadap daya dukung tanah qmax = [ ( 1 + )] < q = x ( 1 + ) = 6117,7 t/m2 = ok !! qmin = [ ( 1 - )] < q = x ( 1 - ) = 6171,1 t/m2 = ok !!

II. Kondisi dengan Gempa a. Stabilitas terhadap guling SF = > 1,5

(6)

= > 1,5 = 107,841 > 1,5 = ok !!

b. Stabilitas terhadap geser SF = > 1,2

= > 1,2

= 8,941 > 1,2 = ok !! c. Stabilitas terhadap eksentrisitas e = ( - ) <

= ( - ) <

= -879,97 < 3,842 = ok !!

d. Stabilitas terhadap daya dukung tanah qmax = [ ( 1 + )] < q = x ( 1 + ) = 6092,4 t/m2 = ok !! qmin = [ ( 1 - )] < q = x ( 1 - ) = 6145,8 t/m2 = ok !!

III. Kontrol Terhadap Daya Dukung c = 0,85 Φ = 30,96 Nc = 39,5232 Nq = 24,3816 Nγ = 22,0736 B = 23,052 σijin = c.Nc + γ.Δf.Nq + 0,5.γ.B.Nγ = 0,85.29,5232 + 1,66.3.24,3816 + 0,5.1,66.23,052.22,0736 = 568,852 σmax = x ( 1 + ) < σijin = x(1+ ) <568,852 = 139,104 < 568,852 = ok !! σmin = x ( 1 - ) < σijin = x(1- ) < 568,852 = 131,161 < 568,852 = ok !! 4.3 Analisa Biaya 4.3.2 Biaya Modal

Biaya modal terdiri dari 2 macam, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung dalam proyek ini meliputi seluruh biaya yang digunakan untuk pembangunan dalam proyek ini. Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari :

 Biaya Engineering = 5% dari biaya konstruksi

 Biaya Administrasi = 2,5% dari biaya konstruksi

 Biaya Tak Terduga = 5% dari biaya konstruksi

Cara menghitung biaya modal untuk seluruh perencanaan air baku adalah sebagai berikut :

Biaya konstruksi=Rp. 45.828.168.500 Biaya admin =Rp. 45.828.168.500 x 2,5% =Rp. 1.145.704.212

Biaya engineering=Rp. 45.828.168.500 x 5% = Rp. 2.291.408.425

Biaya tak terduga=Rp. 45.828.168.500 x 5% =Rp. 2.291.408.425

Perhitungan dan analisa biaya modal dapat dilihat pada tabel 4.1 dengan langkah perhitungan sebagai berikut :

a) Menghitung biaya konstruksi untuk perencanaan jaringan air

baku sebesar Rp.

56.712.358.518. Angka tersebut diperoleh dari total biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan proyek ini.

b) Menghitung biaya konstruksi di kalikan dengan viactor konversi untuk mendapatkan biaya konstruksi tiap tahunnya

Tabel 4.1 Analisis Biaya Konstruksi Tahunan

Sumber : Hasil Perhitungan

Tahun Faktor Konversi Biaya Konstruksi (Rp) 2015 56.712.358.518 2027 (F/P,11.5,1) 1,115 63.234.279.748 (A/P,11.5,10) 0,173 10.963.383.012

(7)

4.3.2 Biaya Tahunan

Biaya tahunan dari proyek ini terdiri dari perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan. Dalam biaya operasional terdiri dari :

 Biaya variabel : biaya yang berhubungan langsung dengan kebutuhan dana untuk menyalurkan air mulai dari sumber hingga ke PDAM.  Biaya tetap : biaya yang

meliputi biaya langsung usaha dan beban administasi umum. Dengan menggunakan viiactor nilai sekarang dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan langkah perhitungan sebagai berikut :

a) Biaya O&P : Rp. 1.439.490.000 b) Biaya O&M : Rp. 6.815.560.729 c) Analisis O&P dan O&M tahunan =

Rp.1.439.490.000+Rp.6.815.560.72 9 = Rp. 8.255.050.729

Tabel 4.2 Analisis O&P dan O&M Tahunan

Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 4.3 Biaya Total Rencana

Sumber : Hasil Perhitungan

4.4 Harga Air Minimum

Sebelum menghitung harga air minimum, ada baiknya untuk mengetahui jumlah produksi airnya terlebih dahulu. Berikut adalah contoh perhitungan tahun 2027:

 Kebutuhan air : 4.636.865 m3/tahun

 Kehilangan air : 927.373 (25% dari kebutuhan air)

 Produksi : (kebutuhan air – kehilangan air)

Tabel 4.4 Produksi Air per m3/tahun

Sumber : HasilPerhitungan

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa proyek ini memiliki produksi air sebesar 3.709.492 m3/tahun pada tahun 2027. Harga air minimum juga diperoleh dari jumlah produksi air. Berikut adalah contoh perhitungan harga air minimum untuk tahun 2027. Harga air minimum =

= = Rp. 5.181 Dari perhitungan di atas dapat diketahui harga air minimum per m3 adalah Rp. 5.181 untuk tahun 2027.

Biaya O&P (Rp) Biaya O&M (Rp) Total (Rp) 1.439.490.000 6.815.560.729 8.255.050.729 Tahun Biaya Konstruksi (Rp) Biaya O&P + O&M (Rp) Biaya Total (Rp) 2017 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2018 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2019 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2020 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2021 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2022 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2023 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2024 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2025 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2026 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2027 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 Tahu n Kebutuha n Air (m3/th) Kehilanga n Air (m3/th) Produksi (m3/th) 2017 881.265 176.253 705.012 2018 1.256.825 251.365 1.005.460 2019 1.632.385 326.477 1.305.908 2020 2.007.945 401.589 1.606.356 2021 2.383.505 476.701 1.906.804 2022 2.759.065 551.813 2.207.252 2023 3.134.625 626.925 2.507.700 2024 3.510.185 702.037 2.808.148 2025 3.885.745 777.149 3.108.596 2026 4.261.305 852.261 3.409.044 2027 4.636.865 927.373 3.709.492

(8)

4.5 Tarif Dasar Untuk Dijual ke PDAM

Dari pembahasan sebelumnya telah didapatkan harga air minimum untuk tahun 2017 adalah Rp. 5.181, maka untuk memperoleh tarif dasar air yang akan dijual ke PDAM adalah dengan menaikkan harga dengan kisaran 10% hingga 50%. Hal ini dilakukan agar dari pihak PDAM sendiri nantinya dapat memutuskan sendiri perihal ketetapan harga air yang akan dijual ke masyarakat. Di bawah ini adalah contoh perhitungan tarif dasar air dengan kenaikan 10% untuk dijual ke PDAM pada tahun 2017.

Tarif dasar air = Harga air minimum tahun 2017 + (Harga air minimum tahun 2017 x 10%)

= 5.181 + (5.181 x 10%) = Rp. 5,699

Tabel 4.5 Tarif Dasar Air untuk Dijual ke PDAM

Tahun

Harga Air Minimum

(Rp)

Kenaikan dari Harga Air Minimum (Rp) 10% 20% 30% 2017 27,260 29,986 32,712 35,438 2018 19,114 21,025 22,937 24,848 2019 14,717 16,188 17,660 19,131 2020 11,964 13,160 14,357 15,553 2021 10,079 11,087 12,095 13,103 2022 8,707 9,578 10,448 11,319 2023 7,664 8,430 9,197 9,963 2024 6,844 7,528 8,213 8,897 2025 6,182 6,801 7,419 8,037 2026 5,637 6,201 6,765 7,329 2027 5,181 5,699 6,217 6,735

Sumber : Hasil Perhitungan

Lanjutan Tabel 4.5 Tarif Dasar Air untuk Dijual ke PDAM

Tahun

Harga Air Minimum

(Rp)

Kenaikan dari Harga Air Minimum (Rp) 40% 50% 2017 27,260 38,164 40,890 2018 19,114 26,760 28,671 2019 14,717 20,603 22,075 2020 11,964 16,750 17,946 2021 10,079 14,110 15,118 2022 8,707 12,190 13,060 2023 7,664 10,729 11,496 2024 6,844 9,581 10,266 2025 6,182 8,655 9,274 2026 5,637 7,892 8,456 2027 5,181 7,253 7,771

Sumber : Hasil Perhitungan

4.6 Analisa Manfaat

Manfaat langsung merupakan manfaat yang ditimbulkan oleh pembangunan jaringan pipa sebagai suplai pemenuhan kebutuhan air baku. Manfaat total tahunan dapat dihitung berdasarkan = produksi air x harga air. Karna terdapat 5 kali kenaikan untuk tarif dasar air, maka juga terdapat 5 manfaat. Untuk nilai manfaatnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Manfaat Tiap Kenaikan Harga

Sumber : Hasil Perhitungan

Harga Air Minimum (Rp) Kenaikan dari Harga Air Minimum Manfaat (Rp) 5.181 10% 21.140.277.117 5.181 20% 23.062.120.491 5.181 30% 24.983.963.865 5.181 40% 26.905.807.239 5.181 50% 28.827.650.613

(9)

4.7 Analisa Ekonomi

4.7.1 Benefit Cost Ratio (B/C)

Dalam perhitungan ini masing-masing komponen manfaat dan biaya dijadikan nilai sekarang (present value). Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 11,5% dan analisa ekonomi berdasarkan usia guna adalah 10 tahun. Karena patokan tarif dasar air yang digunakan memiliki kisaran 10% hingga 50%, maka terdapat lima pilihan juga untuk BCRnya. Adapun contoh perhitungan BCR adalah sebagai berikut dengan kenaikan tarif dasar air 10% : Total biaya : Rp. 19.218.433.742 Total manfaat : Rp. 21.140.277.117 Sehingga : BCR = = = 1,1

Untuk kenaikan pada presentase selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai BCR

Sumber : Hasil Perhitungan

Karena B/C lebih dari 1, maka dapat dikatakan bahwa proyek ini layak secara ekonomi.

4.8.2 Net Present Value (B-C)

Nilai dalam NPV pada tingkat suku bunga yang berlaku harus memiliki harga > 0. Jika nilai NPV=0, maka proyek tersebut memiliki manfaat yang senilai dengan biaya investasinya. Namun jika NPV < 0, maka proyek tersebut dari segi ekonomi tidak layak untuk dibangun. Adapun perhitungan sesuai proyek untuk tahun 2027 dengan

kenaikan tarif dasar air sebesar 10% adalah sebagai berikut :

(Benefit) = Rp. 21.140.277.117 (Cost) = Rp. 19.218.433.742 - B – C = Rp 1.921.843.374

Untuk kenaikan pada presentase selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai NPV

Harga Air Mini mum (Rp) Kenaikan dari Harga Air Minimum Benefit (Rp) Cost (Rp) B-C (Rp) 5,181 10% 21,140,27 7,117 19,218,433, 742 1,921,8 43,374 5,181 20% 23,062,12 0,491 19,218,433, 742 3,843,6 86,748 5,181 30% 24,983,96 3,865 19,218,433, 742 5,765,5 30,123 5,181 40% 26,905,80 7,239 19,218,433, 742 7,687,3 73,497 5,181 50% 28,827,65 0,613 19,218,433, 742 9,609,2 16,871

Sumber : Hasil Perhitungan

4.8.3 Internal Rate of Return (IRR) IRR atau tingkat pengembalian internal diartikan sebagai tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya memiliki nilai yang sama (B-C = 0 atau B/C = 1). Contoh perhitungan IRR untuk proyek ini adalah sebagai berikut: IRR = I’ + x ( I’-I”) =11,5%+ x (11,5% - 10,5%)

= 12,2%

Untuk perhitungan dengan kenaikan tarif dasar air mulai dari 10% hingga 50% dapat dilihat pada tabel 4.9. Harga Air Minimum Besar Kenaikan dari Harga Air Minimum B/C Rp 5.181 10% 1,1 Rp 5.181 20% 1,2 Rp 5.181 30% 1,3 Rp 5.181 40% 1,4 Rp 5.181 50% 1,5

(10)

Tabel 4.9 IRR dengan Berbagai Kenaikan Harga Air

Sumber ; Hasil Perhitungan

Dari perhitungan IRR di atas dapat disimpulkan bahwa proyek ini layak secara ekonomi, dikarenakan hasil perhitungan IRRnya lebih dari suku bunga komersil yang berlaku. Oleh karena itu proyek ini dianggap menguntungkan.

4.8.4 Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas bertujuan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan hasil proyek apabila terjadi kemungkinan perubahan dalam penentuan biaya dan manfaat yang masih merupakan estimasi. Pada analisis ini digunakanlah prosentase kenaikan sebesar 10%. Dengan prosentase tersebut dapat dilihat apakah B/C sesuai dengan ketetapan, yaitu B/C= 1. Maka dari itu dilakukan perhitungan terhadap :

1. Komponen biaya (cost) naik 10%, manfaat (benefit) tetap. 2. Komponen biaya (cost) turun

10%, manfaat (benefit) tetap. 3. Komponen biaya (cost) tetap,

manfaat (benefit) naik 10%. 4. Komponen biaya (cost) tetap,

manfaat (benefit) turun 10%. 5. Keterlambatan pelaksanaan

konstruksi ( n + 2 ).

Karena terdapat kenaikan tarif dasar air dari 10% hingga 50%, makan analisa sensitivitasnya pun nantinya tebagi dari kenaikan 10% hingga 50% juga. Dari lima kondisi tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Tarif dasar air 10% tidak memiliki kondisi layak.

 Tarif dasar air 20% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 30% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 40% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 50% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

Kondisi yang lain dinyatakan tidak layak karena B/C nya kurang dari 1, nilai B –C nya kurang dari 0, dan nilai IRRnya kurang dari suku bunga komersial yaitu 11,5%.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Perencanaan Jaringan Air Baku dan Harga Air yang dilakukan di Gianyar, dapat disimpulkan :

1. Dari hasil perhitungan diperoleh produksi air baku yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage sebesar 100 liter/detik.

2. Proyek ini memiliki manfaat berupa manfaat langsung. Adapun manfaat langsung yang diperoleh dalam perencanaan jaringan air baku terbagi dalam 5 kali kenaikan harga dari harga air minimum. Untuk kenaikan harga 10% dari harga minimum memiliki manfaat sebesar Rp 21.140.277.177, untuk kenaikan 20% sebesar Rp 23.062.120.490, untuk kenaikan 30% sebesar Rp 24.983.963.864, untuk kenaikan 40% sebesar Rp 26.905.807.239, dan untuk kenaikan 50% sebesar Rp 28.827.650.613.

3. Untuk analisa ekonomi proyek meninjau Benefit Cost Ratio (B/C),

Net Present Value (B-C), Tingkat

Pengembalian Internal (IRR), Titik Impas Investasi, serta Analisa Harga Air Minimum (Rp) Besar Kenaikan dari Harga Air Minimum IRR (%) 5.181 10% 12,2 5.181 20% 12,3 5.181 30% 12,4 5.181 40% 12,4 5.181 50% 12,4

(11)

Sensitivitas dilakukan dengan berdasarkan kenaikan harga air minimum. Terdapat 5 kali kenaikan, yaitu 10% hingga 50%. a. Benefit Cost Ratio (B/C)

Pada kenaikan harga 10%, B/C memiliki nilai sebesar 1,1. Pada kenaikan 20% sebesar 1,2, kenaikan 30% sebesar 1,3, kenaikan 40% sebesar 1,4, dan yang terakhir adalah kenaikan 50% sebesar 1,5. b. Net Present Value (B-C)

Saat kenaikan 10%, B-C memiliki nilai sebesar Rp 1.921.843.374. Kenaikan 20% memiliki nilai sebesar Rp 3.843.686.748. Kenaikan 30% memiliki nilai sebesar 5.765.530.123. Kenaikan 40% memiliki nilai sebesar Rp 7.687.373.497. Dan pada kenaikan 50% meiliki nilai sebesar Rp 9.609.216.871.

c. Tingkat Pengembalian Internal (IRR)

Pada kenaikan 10%, IRR memiliki nilai sebesar 12,2%. Pada kenaikan 20% memiliki nilai sebesar 12,3%, kenaikan 30% memiliki nilai sebesar 12,4%, kenaikan 40% memiliki nilai sebesar 12,4%. Dan juga pada kenaikan 50% memiliki nilai sebesar 12,4%.

d. Analisa Sensitivitas

Dan untuk analisa sensitivitas, terdapat beberapa hasil seperti dibawah ini :

 Tarif dasar air 10% tidak memiliki kondisi layak.

 Tarif dasar air 20% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 30% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 40% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

 Tarif dasar air 50% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima.

Dari segi ekonomi, proyek jaringan air baku ini dikatakan layak karena sesuai dengan ketetapan yang ada. Seperti B/C = 1, NPV > 0, dan IRR lebih besar dari suku bunga komersil.

4. Dari hasil analisis diperoleh tarif yang dinilai menguntungkan bagi PDAM sebesar 30%, yaitu sekitar Rp 5.388 hingga Rp 6.062. Hal ini dikarenakan harga tersebut sudah berada diatas harga air minimum, yaitu sebesar Rp5.181.

5.2 Saran

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Studi Perencanaan Jaringan Air Baku dan Harga Air ini adalah sebagai berikut :

1. Perlunya mempertimbangkan tarif air yang akan ditetapkan dengan sebaik mungkin dikarenakan terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah tingkat kemampuan dari masyarakat untuk membayar tarif air tersebut.

2. Memaksimalkan penanganan pemeliharaan agar apabila terjadi kerusakan dapat segera diatasi dan meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaan. Tinjauan Pustaka

Kadariah.1976. Pengantar Evaluasi

Proyek. Jakarta : FE.UI Press.

Kodoatie, Robert.1995. Analisis

Ekonomi Teknik Yogyakarta :

Andi Offset.

Lindsey, R. K, Joseph, B.F.1986. Teknik

Sumber Daya Air Terjemahan

Pujawan, I.N.P.1995. Ekonomi Proyek. Yogyakarta : Liberty.

Gambar

Tabel  4.1    Analisis  Biaya  Konstruksi  Tahunan
Tabel 4.4 Produksi Air per m 3 /tahun
Tabel  4.5  Tarif  Dasar  Air  untuk  Dijual  ke PDAM
Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai BCR
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa naskah drama Tir &amp; Lir ditemukan unsur ± unsur intrinsik yang memperlihatkan kesimetrian berupa kesamaan ± kesamaan hal yang sepadan,

Bersama Wakil Bupati Rohil, Drs Jamiludin dan Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, Muhammad Amin serta serta sejumlah pimpinan satuan kerja perangkat daerah yang ada

Bila tanaman kekurangan air pada masa generatif dapat menyebabkan tanaman hermaprodit menghasilkan bunga pentandria (bunga dengan 5 benang sari pada dasar pangkal

Batupasir di bagian bawah berwarna kelabu, berbutir kasar sampai halus, menyudut tanggung, sampai membulat tanggung, gampingan, serpihan, kadang-kadang bersifat lanauan,

Dengan memanjatkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kelancaran dalam penyelesaian Tugas Akhir yang

Ketika tahun 1966 pembangunan ekonomi mulai dilaksanakan dengan lebih terencana, bangsa Indonesia seolah merupakan bangsa yang baru lahir di dunia, atau bangsa yang baru

Preposisi dalam pembelajaran bahasa Jerman terbagi menjadi empat kelompok, yaitu preposisi yang diikuti nomina dalam kasus Dativ (Prӓpositionen mit Dativ), preposisi yang

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan (loan to deposit ratio,