1
KAJIAN SITU CIHARUS UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU DAN POTENSI MIKROHIDRO DI KABUPATEN BANDUNG SELATAN PROVINSI JAWA BARAT
Indratmo Soekarno
Kelompok Keahlian Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan LingkunganInstitut Teknologi Bandung
, Jl Ganeca No. 10 Bandung 40132 E-mail: Indratmo@lapi.itb.ac.id Suardi Natasaputra
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Jl. Braga No. 137 Bandung
Ikbal Maulana
Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air - Institut Teknologi Bandung E-mail: ikbal.maulana@gmail.com
Abstract
Situ Ciharus is funtion as water conservation resources and can also be used to support the fulfillment of the raw water supply in Ibun District of Southern Bandung regency. There Ciharus has extensive watershed of 163.50 ha or 1.635 km² and a vast pool of situ is 10.1 ha . In this study include the analysis of rainfall, water availability analysis using Mock FJ, debit mainstay analysis, and analysis of the need for a variety of purposes such as irrigation and drinking water for the residents. By using the water balance as well as the minimum and maximum storage (effective storage ), this methods can forcast the use of water to meet the water requirement for domestic and irrigation needs.
Reservoir dead storage of 331.220 m3 with Planned effective storage capacity of 102,233 m3 it is expected to
meet the requirement of raw water in the district Ibun consisting of 12 (twelve) villages, namely: Ibun Village, Laksana Village, Village Mekarwangi, Sudi village, village Talun, Tanggulun Village, Village Lampegan, Cibeet Village, Village Karyalaksana, Pangguh Village, Hamlet Village, Village Neglasari. Where the most optimal utilization of the irrigated area of 70 ha Ciharus and raw water to meet the needs of a population of 87 185 inhabitants (Total Population projections District Ibun Year 2017) and the optimum power that can be generated is 14.88 kW when used crossflow turbine type with a power output 10-20 kW (type of power plant is "Micro hydro") with the potential head 20.00 meters, the discharge flow going to be used to drive a turbine is
0.1 m3/s.
Based on the calculation of routing spillway discharge flood water inflow to Q50 by the method of Nakayasu of
3.76 m3, will be stuck in there and came out through the spillway of 2.5 m3 with a time of 3 hours.
Key words : Situ ciharus, water demand, water availability, routing spillway Abstrak
Situ Ciharus berfungsi untuk konservasi sumber daya air dan juga dapat digunakan sebagai penunjang pemenuhan persediaan air baku di wilayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung Selatan. Situ Ciharus Memiliki luas DAS sebesar 163,50 ha atau 1,635 km² dan luas genangan situ sebesar 10,1 ha. Dalam kajian meliputi analisis curah hujan, analisis ketersediaan air dengan menggunakan metode FJ Mock, analisis debit andalan, serta analisis kebutuhan untuk berbagai keperluan seperti irigasi dan kebutuhan air minum bagi penduduk. Dengan menggunakan keseimbangan air serta batasan minimal dan maksimal tampungan (tampungan efektif), dapat diketahui pemanfaatan air untuk pemenuhan air domestik dan irigasi.
Kapasitas tampungan mati Situ Ciharus sebesar 331,220 m3 dengan kapasitas tampungan efektif direncanakan sebesar 102.233 m3 diharapkan situ ini dapat memenuhi kebutuhan air baku di Kecamatan Ibun yang terdiri dari 12 (dua belas) Desa meliputi : Desa Ibun, Desa Laksana, Desa Mekarwangi, Desa Sudi, Desa Talun, Desa Tanggulun, Desa Lampegan, Desa Cibeet, Desa Karyalaksana, Desa Pangguh, Desa Dukuh, Desa Neglasari. Pemanfaatan situ yang paling optimal yaitu dengan irigasi seluas 70 ha Ciharus serta untuk memenuhi kebutuhan air baku penduduk sejumlah 87.185 jiwa (Jumlah proyeksi Penduduk Kecamatan Ibun Tahun 2017) dan daya optimum yang bisa dibangkitkan adalah 14,88 kW apabila digunakan turbin type crossflow dengan output daya 10 - 20 kW (jenis pembangkit listrik adalah “Microhydro”) dengan potensi head 20,00 meter, maka debit yang digunakan untuk menggerakkan turbin adalah 0,1 m3/s.
Berdasarkan perhitungan routing spillway air banjir dengan debit inflow Q50 dengan metode Nakayasu sebesar 3,76 m3/s, akan tertahan di situ dan keluar melalui spillway sebesar 2,5 m3/s dengan waktu 3 jam.
2 1. Pendahuluan
Situ Ciharus merupakan cekungan alam atau tampungan air alam yang sudah dimanfaatkan untuk kebutuhan air irigasi pada daerah bawahnya terutama pada musim kemarau dan mempunyai potensi sumber mata air yang bisa dikembangkan untuk daerah sekitarnya atau daerah bawahnya serta menunjang konservasi sumber daya air. Situ Ciharus berpotensi untuk memenuhi kebutuhan air baku kecamatan Ibun, penggunaan mikrohidro hanya sebagai pemanfaatan potensi energi yang ada.
2. Maksud and Tujuan
Maksud dari kajian ini adalah untuk mengetahui potensi Situ Ciharus untuk penyediaan air baku dan mikrohidro di Kecamatan Ibun.
Sedangkan tujuan dari kajian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kebutuhan, ketersediaan dan neraca air untuk saat ini, jangka pendek (tahun 2017), menengah (tahun 2022) dan jangka panjang (tahun 2032)
2. Mengetahui pola pengoperasian Situ Ciharus yang optimum.
3. Mengetahui kelayakan pemanfaatan dari aspek sosial
3. Kondisi Umum Daerah Studi
Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Bandung terletak pada 107° 22' - 108° 50' Bujur Timur dan 6° 41' - 7° 19' Lintang Selatan. Lokasi kajian terletak di Kec. Ibun Kab. Bandung. Secara rinci Situ (Danau) Ciharus secara administrtif berada di Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, sedangkan secara geografis terletak di kawasan lindung yang terletak di lembah antara Gunung Dona, Gunung Sangser, Gunung Beling, Gunung Jawa, dan Gunung Cibatuipis. Perjalanan dapat ditempuh dengan roda empat melalui jalur sebagai berikut : Bandung - Majalaya - Kamojang jarak tempuh ± 44 km dengan waktu ± 1 jam.
Untuk mencapai lokasi situ kemudian perjalanan dilanjutkan menyusuri jalur pipa PLTU Kamojang dari jalur pipa 204 - 304 dan 404 sejauh ± 3 km dengan waktu tempuh ± 15 menit.
Dari jalur pipa PLTU Kamojang pipa 404 ke lokasi kajian dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh ± 3 km dengan waktu selama ± 2 jam melewati hutan lindung menyibak semak, hingga menuruni lembah. Peta Lokasi Kajian:
4. Tinjauan Pustaka 4.1 Analisis Curah Hujan
a. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan dibeberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
n R R R R R( 1 2 3... n) ... 2.1 Di mana :
R = Hujan rerata kawasan (mm)
n = Jumlah stasiun pengukuran
n R R R
R1, 2, 3,... = Hujan di tiap stasiun pengukuran (mm)
Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
- Stasiun hujan tersebar secara merata dalam suatu DAS
- Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.
3 4.2 Ketersediaan Air
Analisis air yang tersedia (water availability) bertujuan untuk menentukan besarnya air yang tersedia atau disebut juga sebagai debit andalan yaitu debit dari sungai yang bisa diandalkan akan terjadi pada waktu-waktu tertentu. Perhitungan banyaknya air yang tersedia tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah air yang tersedia tersebut dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air baku domestik ( air minum dan rumah tangga) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
1. F.J Mock Method
Untuk perhitungan Metoda Water balance
(kesetimbangan air) memakai teori dasar dari perhitungan debit dengan Metoda FJ. Mock (Mock, 1973). Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda perhitungan debit yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff seperti pada gambar 3. Metoda ini diaplikasikan untuk menghitung debit andalan dari hujan andalan, tetapi untuk perhitungan debit tersedia di sungai yang merupakan seri atau real time dari tahun ke tahun merupakan siklus yang menerus sambung menyambung.
Gambar 2 Flow Chart rainfall-runoff model
4.3 Kebutuhan Air
Kebutuhan air baku ada dari berbagai jenis, yang secara langsung berhubungan dengan kebutuhan manusia (masyarakat), atau tidak langsung, misalnya, untuk lingkungan dan kemurnian di kota. Dalam UU Sumber Daya Air Nomor 7 Tahun 2004, prioritas kebutuhan air minum dan komunitas pertanian. Permintaan Air semakin tinggi, untuk memenuhi kebutuhan air dapat diperoleh dengan memanfaatkan potensi air sungai, air tanah atau dari air hujan.
4.4 Water Balance
Analisa neraca air dilakukan untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara ketersediaan air dan kebutuhan air.
4.5 Kapasitas Tampungan
Lengkung kapasitas danau/situ (storage capacity
curve of reservoir) merupakan suatu kurva yang
menggambarkan hubungan antara luas muka air
(reservoir area), volume (storage capacity) dengan
elevasi (reservoir water level). Dari lengkung kapasitas ini akan diketahui berapa besarnya tampungan pada elevasi tertentu, sehingga dapat ditentukan ketinggian muka air yang diperlukan untuk mendapatkan besarnya volume tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini juga dipergunakan untuk menentukan besarnya kehilangan air akibat perkolasi yang dipengaruhi oleh luas muka air pada elevasi tertentu.
Perhitungan Kapasitas tampungan/genangan dapat dicari dengan memakai bantuan data kontur topografi yang didapat dari hasil survey topografi. Perhitungan yang digunakan dalam menghitung kapasitas tampungan/genangan adalah dengan menggunakan rumus : 2 ) .(L1 L2 K V dimana : V : volume tampungan K : beda kontur
L1 : luas genangan untuk elevasi 1 L2 : luas genangan untuk elevasi 2 5. Analisa dan Pembahasan
Curah hujan sangat penting untuk menentukan ketersediaan air dalam suatu DAS. Dalam pembahasan ini akan digunakan stasiun hujan terdekat yang mewakili DAS Situ Ciharus adalah Pos Stasiun Hujan Cipaku yang akan merepresentasikan ketersediaan air di Situ Ciharus. Besarnya curah hujan bulanan di pos stasiun hujan akan disajikan pada Tabel dan Gambar berikut ini. Dari Gambar , menunjukkan bahwa di Pos Hujan Cipaku mempunyai curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu 294,13 mm dan pada bulan Juli terjadi curah hujan minimum yaitu 18,50 mm.
Tabel 1. Hujan Kawasan Rata-rata di DAS Ciharus (Tahun 2002 – 2010)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES 2002 119,67 41,67 64,67 109,67 3,67 8,33 4,67 0,00 1,00 2,00 0,00 0,00 2003 260,00 140,80 172,70 236,90 55,00 6,00 3,50 24,33 79,50 194,97 272,53 345,03 2004 276,73 149,37 203,13 126,70 70,60 23,23 18,33 5,00 50,97 63,93 153,23 359,00 2005 213,10 221,27 296,50 137,40 82,57 149,50 50,90 21,33 20,67 58,40 242,30 330,17 2006 286,90 354,60 191,17 295,21 180,73 28,00 18,07 6,33 13,67 26,33 97,67 403,83 2007 174,53 251,67 273,40 431,67 91,97 99,50 2,83 6,50 35,47 228,00 297,20 554,20 2008 261,60 269,47 437,57 330,70 96,23 10,00 6,67 14,67 37,23 139,00 445,40 313,40 2009 390,80 320,93 392,23 281,30 305,37 55,33 10,00 5,17 30,33 293,43 428,57 292,87 2010 559,60 481,17 111,50 109,27 218,03 111,27 86,40 221,00 220,37 212,73 371,63 344,37 Rata-rata 282,55 247,88 238,10 228,76 122,69 54,57 22,37 33,81 54,36 135,42 256,50 326,99
TAHUN CURAH HUJAN KAWASAN
Sumber : Hasil Analisa Surface Storage (SS)
Groundwater Storage (GS) Total RunOff Evapotranspirasi Rainfall
Surface Run off Infiltrasi
4 282,55 247,88238,10228,76 122,69 54,57 22,37 33,81 54,36 135,42 256,50 326,99 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00
Hujan Rata-rata kawasan
Gambar 3 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan di DAS Ciharus
5.1. Analisis Debit Andalan
Dengan menggunakan teori probabilitas Metode
Weilbull, data debit hasil hitungan dirangking dari
besar ke kecil, kemudian ditentukan rangking untuk peluang keberhasilan diatas 80 % dan 90 % yang berarti juga kegagalan 20 % dan 10 %, dimana data diurut berdasarkan rangking.
Untuk menghitung debit andalan, digunakan data debit sintetis dengan metode FJ MOCK.
Untuk menentukan debit andalan maka dibuat kurva durasi aliran (hubungan antara debit dengan probabilitas). Kurva durasi debit aliran diperoleh melalui perhitungan % kejadian sama atau lebih besar dari masing-masing data debit.
Menghasilkan debit rata-rata = 0,1 m3/s Debit Aliran kering Q80% = 0,02 m3/s Debit Aliran sangat kering Q90% = 0,01 m3/s
Gambar 4 Kurva probabilitas debit
Rangkaian data tersebut diatas di tampilkan dalam bentuk bulanan dengan uraian sebagai berikut seperti pada Tabel 2, dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 2. Debit Andalan Q80 dan Q90 DAS Situ
Ciharus
RANGKING JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC 1 0,27 0,31 0,22 0,22 0,19 0,11 0,07 0,10 0,12 0,12 0,19 0,24 2 0,21 0,22 0,22 0,22 0,13 0,10 0,05 0,03 0,03 0,10 0,18 0,19 3 0,20 0,21 0,17 0,20 0,13 0,09 0,05 0,02 0,02 0,08 0,17 0,18 4 0,17 0,20 0,16 0,17 0,13 0,09 0,04 0,02 0,02 0,08 0,14 0,18 5 0,16 0,15 0,15 0,12 0,12 0,07 0,04 0,02 0,02 0,05 0,13 0,17 6 0,14 0,15 0,15 0,12 0,08 0,06 0,03 0,02 0,02 0,03 0,09 0,15 7 0,13 0,14 0,12 0,11 0,07 0,04 0,02 0,01 0,02 0,03 0,06 0,15 8 0,08 0,09 0,09 0,10 0,07 0,04 0,02 0,01 0,01 0,01 0,04 0,15 9 0,08 0,06 0,04 0,06 0,03 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah data = 9 urutan ke
Q 50% = 5 5
Q 80% = 7 7
Q 90% = 8 8
Sumber :Hasil Analisa
Gambar 5 Grafik Debit Andalan DAS Situ Ciharus
Tabel tersebut menunjukan bahwa debit aliran maksimum dengan kehandalan 90% terjadi pada bulan Desember sebesar 0,15 m3/s dan debit minimum pada bulan Agustus sebesar 0,01 m3/s. Debit aliran maksimum dengan kehandalan 80% terjadi pada bulan Desember sebesar 0,15 m3/s dan debit aliran minimum sebesar 0,01 m3/s pada bulan Agustus.
Analisis Neraca Air ( water balance )
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara debit ketersediaan dan kebutuhan. Dengan demikian dapat dianalisa langkah apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kekurangan air di masa yang akan datang. Hasil rekapitulasi perhitungan neraca air di Situ Ciharus ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini
5 Tabel 3. Neraca Air Situ Ciharus Tahun 2012,
2017, 2022 dan 2032
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
No Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 Ketersediaan air (Q90) 0,18 0,19 0,19 0,20 0,17 0,14 0,12 0,11 0,11 0,11 0,14 0,25 Q80 0,23 0,24 0,22 0,21 0,17 0,14 0,12 0,11 0,12 0,13 0,16 0,25 2 Kebutuhan Air 0,212 0,162 0,271 0,231 0,229 0,195 0,118 0,146 0,146 0,104 0,258 0,235 a Domestik 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 b Irigasi 0,123 0,072 0,180 0,139 0,141 0,110 0,035 0,063 0,064 0,021 0,173 0,139 c Maintenance 0,018 0,019 0,019 0,020 0,017 0,014 0,012 0,011 0,011 0,011 0,014 0,025 3 Sisa Air (Q90) -0,030 0,026 -0,077 -0,030 -0,062 -0,059 -0,002 -0,036 -0,034 0,009 -0,120 0,011 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
No Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 Ketersediaan air (Q90) 0,18 0,19 0,19 0,20 0,17 0,14 0,12 0,11 0,11 0,11 0,14 0,25 Q80 0,23 0,24 0,22 0,21 0,17 0,14 0,12 0,11 0,12 0,13 0,16 0,25 2 Kebutuhan Air 0,215 0,165 0,274 0,234 0,232 0,198 0,120 0,149 0,149 0,106 0,261 0,238 a Domestik 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 b Irigasi 0,123 0,072 0,180 0,139 0,141 0,110 0,035 0,063 0,064 0,021 0,173 0,139 c Maintenance 0,018 0,019 0,019 0,020 0,017 0,014 0,012 0,011 0,011 0,011 0,014 0,025 3 Sisa Air (Q90) -0,033 0,023 -0,080 -0,033 -0,065 -0,062 -0,005 -0,038 -0,037 0,006 -0,123 0,008 -0,247 -0,194 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
No Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 Ketersediaan air (Q90) 0,18 0,19 0,19 0,20 0,17 0,14 0,12 0,11 0,11 0,11 0,14 0,25 Q80 0,23 0,24 0,22 0,21 0,17 0,14 0,12 0,11 0,12 0,13 0,16 0,25 2 Kebutuhan Air 0,218 0,168 0,277 0,237 0,235 0,201 0,124 0,152 0,152 0,109 0,264 0,241 a Domestik 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 b Irigasi 0,123 0,072 0,180 0,139 0,141 0,110 0,035 0,063 0,064 0,021 0,173 0,139 c Maintenance 0,018 0,019 0,019 0,020 0,017 0,014 0,012 0,011 0,011 0,011 0,014 0,025 3 Sisa Air (Q90) -0,036 0,020 -0,083 -0,036 -0,068 -0,065 -0,008 -0,042 -0,040 0,003 -0,126 0,005 -0,135 -0,342 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
No Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 Ketersediaan air (Q90) 0,18 0,19 0,19 0,20 0,17 0,14 0,12 0,11 0,11 0,11 0,14 0,25 Q80 0,23 0,24 0,22 0,21 0,17 0,14 0,12 0,11 0,12 0,13 0,16 0,25 2 Kebutuhan Air 0,225 0,174 0,283 0,243 0,242 0,207 0,130 0,158 0,159 0,116 0,271 0,247 a Domestik 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 b Irigasi 0,123 0,072 0,180 0,139 0,141 0,110 0,035 0,063 0,064 0,021 0,173 0,139 c Maintenance 0,018 0,019 0,019 0,020 0,017 0,014 0,012 0,011 0,011 0,011 0,014 0,025 3 Sisa Air (Q90) -0,042 0,014 -0,090 -0,043 -0,075 -0,072 -0,014 -0,048 -0,047 -0,003 -0,133 -0,002 Kebutuhan air Tahun 2012
Kebutuhan air Tahun 2017
Kebutuhan air Tahun 2022
Kebutuhan air Tahun 2032
Sumber : Hasil Analisa
Gambar 6
Neraca Air Situ CiharusTahun 2012Dari hasil neraca air ketersediaan air Situ Ciharus untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2012, 2017, 2022 dan 2032 mengalami defisit air apabila untuk pemanfaatan irigasi 130 ha dan untuk pemenuhan kebutuhan domestik pada 2012, 2017, 2022 dan 2032. Agar ketersediaan memenuhi kebutuhan maka dibuat skenario pemanfaatan dengan luas areal irigasi sebesar 50 ha, dengan grafik neraca air seperti terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Neraca Air Situ Ciharus Tahun 2012
dengan 50 ha irigasi
6 1,532.00 1,533.00 1,534.00 1,535.00 1,536.00 1,537.00 1,538.00 1,539.00 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Volume Situ ( x 103 m3 ) Elev asi ( m ) 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0
Luas Genangan (ha) Vol. Tampungan (ha) (m2) (m3) 1 1532 0 0 0 2 1532,5 1,27 12.700 5.193,57 3 1533 2,27 22.700 16.552,39 4 1533,5 3,18 31.800 32.608,27 5 1534 4,04 40.400 52.754,00 6 1534,5 4,87 48.700 76.614,73 7 1535 5,67 56.700 103.925,57 8 1535,5 6,44 64.400 134.484,91 9 1536 7,20 72.000 168.131,88 10 1536,5 7,90 79.000 204.733,73 11 1537 8,67 86.700 244.178,23 12 1537,5 9,39 93.900 286.368,65 13 1538 10,10 101.000 331.220,38 14 1538,5 10,80 108.000 378.658,46 15 1539 11,48 114.800 428.615,83 16 1539,5 12,16 121.600 481.031,95
No Elevasi Luas Permukaan
Kurva hubungan elevasi, luas gen
angan dan
volume wadukTabel 4Hubungan Elevasi,
Luas dan Tampungan Situ Ciharus.
Peningkatan Kapasitas Tampungan
Cara 1 Dengan menggunakan Metoda Kurva Massa:
Metoda ini diperkenalkan oleh Rippl (1983). Untuk dapat mengetahui volume tampungan yang dibutuhkan dengan menggunakan metoda ini, dibutuhkan perhitungan ketersediaan air kumulatif di sungai pada tahun-tahun kering dan perhitungan kebutuhan air kumulatif yang diambil dari kebutuhan maksimum yaitu kebutuhan untuk jangka panjang sampai tahun 2032.
Tabel 5. Perhitungan Volume Situ Ciharus Untuk Tahun 2012 Metode Kurva Massa
(Inflow-
Inflow-Outflow) Outflow)
Debit Komulatif Debit Komulatif rata-rata Kumulatif Ket
(m3/s) m3 (x 106 m3) (m3/s) m3 (x 106 m3) (m3/det) (x 106 m3) 2002 0,18 0,49 0,49 0,14 0,37 0,37 0,04 0,12 0,16 0,38 0,87 0,12 0,29 0,66 0,04 0,21 0,14 0,38 1,25 0,16 0,43 1,09 -0,02 0,16 0,16 0,41 1,66 0,15 0,38 1,46 0,01 0,19 0,13 0,34 1,99 0,14 0,38 1,84 -0,02 0,15 0,11 0,30 2,29 0,13 0,33 2,17 -0,01 0,12 0,11 0,29 2,58 0,10 0,26 2,43 0,01 0,15 0,10 0,28 2,85 0,11 0,28 2,71 0,00 0,14 0,10 0,26 3,11 0,11 0,28 2,99 0,00 0,13 0,10 0,27 3,38 0,09 0,24 3,23 0,01 0,15 0,10 0,26 3,64 0,15 0,40 3,63 -0,05 0,02 0,10 0,27 3,91 0,14 0,39 4,01 -0,04 -0,10 max 2003 0,18 0,48 4,39 0,14 0,37 4,39 0,04 0,01 2003,0 0,19 0,46 4,85 0,12 0,29 4,67 0,07 0,18 2003,0 0,19 0,52 5,37 0,16 0,43 5,10 0,03 0,27 2003,0 0,22 0,58 5,95 0,15 0,38 5,48 0,08 0,47 2003,0 0,17 0,46 6,41 0,14 0,38 5,86 0,03 0,55 2003,0 0,14 0,35 6,76 0,13 0,33 6,19 0,01 0,57 2003,0 0,12 0,31 7,07 0,10 0,26 6,44 0,02 0,62 2003,0 0,11 0,30 7,37 0,11 0,28 6,73 0,01 0,64 2003,0 0,13 0,34 7,71 0,11 0,28 7,00 0,03 0,71 2003,0 0,18 0,47 8,19 0,09 0,24 7,25 0,09 0,94 2003,0 0,23 0,59 8,78 0,15 0,40 7,64 0,07 1,14 2003,0 0,27 0,72 9,50 0,14 0,39 8,03 0,13 1,47 Tahun Ketersediaan Kebutuhan
Sumber : Hasil Analisa
Gambar 9 Kurva Massa Untuk Kebutuhan Tahun 2012
Cara 2 Dengan menggunakan Ketersediaan Air Bulanan Rata-rata
Tabel 6.Perhitungan Kapasitas Tampungan Dengan Metoda Ketersediaan Air Bulanan Rata-rata
Debit Debit Ketersediaan Rata-rata (m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s) 1 Jan 0,18 0,16 0,02 0,02 2 Feb 0,19 0,16 0,03 0,05 3 Mar 0,19 0,16 0,03 0,09 4 Apr 0,20 0,16 0,04 0,13 5 Mei 0,17 0,16 0,01 0,14 Max 6 Jun 0,14 0,16 -0,02 0,12 7 Jul 0,12 0,16 -0,04 0,07 8 Agust 0,11 0,16 -0,05 0,03 9 Sep 0,11 0,16 -0,05 -0,02 10 Okt 0,11 0,16 -0,05 -0,07 11 Nop 0,14 0,16 -0,02 -0,09 12 Des 0,25 0,16 0,09 0,00 0,16 Jumlah 0,00
No Bulan Selisih Kumulatif Keterangan
Qrata-rata
Dari perhitungan dengan menggunakan metoda Kurva massa di Situ Ciharus perhitungan (cara ke-1) pada tahun-tahun kering yang terjadi yaitu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, maka dibutuhkan volume tampungan efektif situ untuk tahun 2012 sebesar 0,10 x 106 m3 = 102.233 m3, untuk jangka pendek tahun 2017 sebesar 0,20 x 106 m3 = 196.841 m3, untuk jangka menengah tahun 2022 sebesar 0,29 x 106 m3 = 291.449 m3 dan
7 jangka panjang tahun 2032sebesar 0,51 x 106 m3 = 512.210 m3
Tabel 4. Resume kapasitas tampungan pada Situ Ciharus
Tabel 5. Resume analisis kapasitas tampungan pada Situ Ciharus
Volume Q90+ Rata-rata Kebutuhan Kekurangan Tampungan Efektif Debit Mata air Ketersediaan dgn 50 ha Volume
m3 m3 m3 m3 m3 1 102.233 - Tahun 2012 34.078 285.120 319.198 292.834 26.364 - Jangka Pendek 34.078 285.120 319.198 300.718 18.480 - Jangka Menengah 34.078 285.120 319.198 308.602 10.596 - Jangka Panjang 34.078 285.120 319.198 326.998 (7.800) Dari data pada tabel terlihat bahwa apabila volume effektif situ dibagi 3 bulan kering (seperti terlihat pada gambar debit andalan) serta di tambah debit mata air dan Q90 kebutuhan air baku baru akan mengalami shortage pada jangka panjang tahun 2032.
5.2. Penelusuran Debit Banjir
Perhitungan Flood Routing (Penelusuran debit banjir) merupakan proses analisis untuk menentukan bentuk dari hidrograf banjir dari S i t u C i h a r u s , di sini diambil dari hidrograf satuan Nakayasu. Elevasi muka air Situ yang direncanakan pada elevasi + 1539 m dpl sehingga untuk menaikan air muka air direncanakan Spillway dengan elevasi +1539 mdpl. Untuk mendapatkan tinggi air dan besarnya debit outflow maka dilakukan penelusuran banjir yang didasarkan pada luas genangan, besarnya kapasitas tampungan situ, serta debit inflow. Sebelum dilakukan penelusuran banjir diperlukan kurva hubungan elevasi muka air s i t u dengan volume dan luas genangannya, Kurva hubungan Elevasi muka air dan debit outlet pada kondisi existing dan dengan menggunakan spillway. Proses perhitungan sebagai berikut :
a. Perhitungan Debit Outlet Existing
Perhitungan lengkung debit Outlet Situ Ciharus untuk mengetahui debit Outflow dengan kondisi existing dimana lebar dasar sungai rata b = 3 m dan kemiringan dasar sungai rata-rata So = 0.0065.
Perhitungan debit dengan rumus Manning seperti berikut:
Gambar 10 Saluran Trapesium
Jari-jari hidrolis (R)
Sumber : Hasil Analisa
b. Perhitungan Debit Outlet Dengan Spillway
Tabel 6. Perhitungan debit Dengan Spillway
Sumber : Hasil Analisa
c. Penelusuran banjir Pada Outlet Situ Ciharus Perhitungan Routing yang dilakukan pada Situ Ciharus dengan mencari hubungan debit outflow dan inflow dari perhitungan debit banjir rencana hidrograf Nakayasu untuk periode ulang 50 tahun. Perhitungan dapat diperlihatkan pada perhitungan tabel dan tabel dan gambar, grafik routing debit
inflow dan outflow.
Dalam melakukan perhitungan flood routing inflow terhadap debit banjir rencana terhadap berbagai periode ulang yang terjadi di Situ Ciharus pada elevasi + 1538 m storage (S) tampungan awal sebesar 331.220 m3 dengan Base flow dipakai sebesar 0.10 m3/det, sehingga langkah perhitungan
flood routing sebagai berikut:
b
y
x
y
m.y)y
b
(
A
y
x
m
p A Rm.y
.
2
b
B
8 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 O u tf l ow (m 3/s )
Waktu [jam
]PENELUSURAN BANJIR
Gambar 11 Kurva penelusuran Outflow existing
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Ou tf low (m 3/s) Waktu [jam] PENELUSURAN BANJIR
Gambar 12 Kurva penelusuran spillway Berdasarkan debit banjir dari hidrograf Nakayasu sebagai dasar debit inflow, perhitungan dengan masing-masing periode ulang debit banjir rencana dapat dianalisis kondisi pada saat outlet pelebaran dan dengan rencana adanya pelimpah/spillway sebagai berikut:
Berdasarkan debit banjir periode ulang 50 tahun (Q50) yang terbesar terjadi sebagai debit inflow sebesar 3.76 m3/s pada jam ke 1 debit outflow terbesar dengan kondisi existing terjadi sebesar 3.5 m3/s pada jam ke 1 dengan elevasi muka air tertinggi+ 1538.44 m dan untuk debit yang melalui pelimpah sebagai debit outflow terbesar terjadi sebesar 2 .5 m3/s pada jam ke 3 dengan elevasi muka air tertinggi + 1539.49 m.
5.3. Pengoperasian Situ
Dalam pemanfaatan Situ Ciharus ini diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan air baku dan irigasi. Pengoperasian situ ini menggunakan metode optimasi dengan menggunakan program solver. Optimasi dilakukan pada cara pengoperasian situ yang paling optimal, dengan
keadaan tidak terjadi kekurangan air, luas areal yang mendapat layanan air irigasi adalah Padi (70ha)-Padi (70ha)- Palawija (35ha). Sedangkan untuk air baku penduduk diasumsikan untuk melayani 100% dari jumlah penduduk tahun 2017 yaitu sebesar 8 0 .185 jiwa. Perhitungan operasi dilaksanakan satu tahun penuh dengan data inflow adalah debit andalah 90% dan debit mata air terukur sebesar 0,1 m3/s.
Pemanfaatan :Domestik
jangka pendek + Irigasi (70 Ha)
Volume maksimum situ :433.453,41 m3 Volume minimum situ :331.220,38 m3 Volume efektif situ :102.233,03 m3 Elevasi Puncak Pelimpah :+ 1539,05 m
Elevasi Intake :+ 1538,2 m
Tabel 7. Debit Inflow
Q90 Mata Air Total
1 0,08 0,1 0,18 2 0,09 0,1 0,19 3 0,09 0,1 0,19 4 0,10 0,1 0,20 5 0,07 0,1 0,17 6 0,04 0,1 0,14 7 0,02 0,1 0,12 8 0,01 0,1 0,11 9 0,01 0,1 0,11 10 0,01 0,1 0,11 11 0,04 0,1 0,14 12 0,15 0,1 0,25
Bulan Debit Inflow (m3/s)
Fungsi tujuan adalah minimize shortage dan fungsi kendala berupa kapasitas tampungan maksimum dan minimum. Kemudian yang menjadi variable keputusan adalah kapasitas tampungan waduk. Selengkapnya mengenai formulasi pengoperasian waduk adalah sebagai berikut :
Fungsi Tujuan : Decision Variable = Vt Fungsi Kendala : Vt ≤ V maks Vt ≥ V min Rt = Release Dt = Demand Rt ≤ Q sungai
Nilai release diperoleh dengan mengasumsikan rembesan (Set) adalah 0 (nol). Grafik hasil kurva pengoperasian situ adalah sebagai berikut :
9 Gambar 13 Kurva Pengoperasian Situ
Dari Gambar 13, dapat dilihat bahwa Volume minimum terjadi pada bulan Agustus dan September dimana curah hujan sudah mulai berkurang.
Gambar 14 Debit Pengeluaran Situ Pada Gambar 14, terlihat bahwa debit pengeluaran situ rata-rata sebesar 0,16 m3/s. Dalam pengoperasian waduk perlu diperhatikan adalah jumlah volume air situ pada akhir tahun diusahakan sama dengan awal tahun berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pola operasi yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Release(Rt) dan Demand (Dt) Rt Dt Rt-Dt 1 482.174 375.156 107.017 2 455.014 272.457 182.557 3 547.921 457.975 89.946 4 473.711 386.479 87.232 5 441.003 401.898 39.104 6 345.273 345.273 -7 301.730 248.212 53.519 8 289.698 289.698 -9 280.773 280.773 -10 292.448 228.367 64.082 11 435.623 433.661 1.963 12 568.525 398.647 169.878 Pengoperasian (m3 ) Bulan
Sumber : Hasil Analisa
Gambar 15 Grafik Elevasi Muka Air Situ Ciharus untuk Operasi Bulanan.
Dari hasil perhitungan dan analisis secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa situ ciharus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola Tanam Padi (70 ha)-Padi (70 ha)- Palawija (35 ha) dan kebutuhan air baku 100% penduduk Kecamatan Ibun tahun 2017 yaitu sejumlah 80.185 jiwa.
Potensi Mikrohidro
Pada Situ Ciharus posisi intake berada pada elevasi + 1538 m sedangkan bagian hilir Situ elevasinya adalah + 1518 m, sehingga diperoleh head (H) setinggi :
H = 1538 – 1518 = 20 m
Tabel 9. Perhitungan Energi Optimum yang Dapat Dimanfaatkan Rt Dt Rt-Dt m3/s Jan 482.174 375.156 107.017 0,14 19,24 Feb 455.014 272.457 182.557 0,11 14,93 Mar 547.921 457.975 89.946 0,17 23,48 Apr 473.711 386.479 87.232 0,15 20,48 Mei 441.003 401.898 39.104 0,15 20,61 Jun 345.273 345.273 - 0,13 18,29 Jul 301.730 248.212 53.519 0,09 12,73 Agust 289.698 289.698 - 0,11 14,85 Sep 280.773 280.773 - 0,11 14,88 Okt 292.448 228.367 64.082 0,09 11,71 Nop 435.623 433.661 1.963 0,17 22,98 Des 568.525 398.647 169.878 0,15 20,44 Outflow Daya Bulan
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan debit outflow pada Tabel 17 daya optimum yang bisa dibangkitkan adalah 14,88 Kw. Potensi energi dalam 1 tahun berdasarkan Gambar 4 adalah
W = P x t
= (14,88 kw x 8760 jam) x 0,5 + ((14,88 kw+1,488kw)/2 x 0,4 x 8760 jam)
10
5.4. Analisis Ekonomi
Analisis Biaya Ekonomi
Tabel 10. Konversi Biaya Finansial ke Biaya Ekonomi
Konversi Biaya Ekonomi 1.684.335.417 0,8 1.347.468.334 74.884.335 0,8 59.907.468 54.826.322 0,8 43.861.058 Biaya O&P PLTM**
Jenis biaya Biaya Finansial
Biaya Pembangunan Situ Biaya O&P Situ*
B i a y a E k o n o m i S i t u R p 1 , 3 4 7 , 4 6 8 , 3 3 3 . 5 9 B e n e f i t I r i g a s i R p 6 7 , 7 2 5 , 0 0 0 . 0 0 B e n e f i t A i r B a k u R p 7 6 2 , 0 4 8 , 0 0 0 . 0 0 B i a y a O & P S i t u R p 5 9 , 9 0 7 , 4 6 8 . 3 3 B e n e f i t P L T M R p 6 3 , 3 5 5 , 8 2 4 . 0 0 B i a y a O & P P L T M R p 2 1 , 6 0 0 , 0 0 0 . 0 0 T a h u n I n v e s t a s i B i a y a O & P M a n f a a t M a n f a a t B e r s i h k e - ( R p ) ( R p ) ( R p ) ( R p ) 0 1 , 3 4 7 , 4 6 8 , 3 3 4 ( 1 , 3 4 7 , 4 6 8 , 3 3 4 ) 1 8 1 , 5 0 7 , 4 6 8 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 1 1 , 6 2 1 , 3 5 6 2 8 1 , 5 0 7 , 4 6 8 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 1 1 , 6 2 1 , 3 5 6 3 8 1 , 5 0 7 , 4 6 8 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 1 1 , 6 2 1 , 3 5 6 4 8 1 , 5 0 7 , 4 6 8 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 1 1 , 6 2 1 , 3 5 6 5 8 9 , 6 5 8 , 2 1 5 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 0 3 , 4 7 0 , 6 0 9 6 8 9 , 6 5 8 , 2 1 5 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 0 3 , 4 7 0 , 6 0 9 7 8 9 , 6 5 8 , 2 1 5 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 0 3 , 4 7 0 , 6 0 9 8 8 9 , 6 5 8 , 2 1 5 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 0 3 , 4 7 0 , 6 0 9 9 8 9 , 6 5 8 , 2 1 5 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 8 0 3 , 4 7 0 , 6 0 9 1 0 9 8 , 6 2 4 , 0 3 7 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 9 4 , 5 0 4 , 7 8 7 1 1 9 8 , 6 2 4 , 0 3 7 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 9 4 , 5 0 4 , 7 8 7 1 2 9 8 , 6 2 4 , 0 3 7 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 9 4 , 5 0 4 , 7 8 7 1 3 9 8 , 6 2 4 , 0 3 7 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 9 4 , 5 0 4 , 7 8 7 1 4 9 8 , 6 2 4 , 0 3 7 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 9 4 , 5 0 4 , 7 8 7 1 5 1 0 8 , 4 8 6 , 4 4 0 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 8 4 , 6 4 2 , 3 8 4 1 6 1 0 8 , 4 8 6 , 4 4 0 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 8 4 , 6 4 2 , 3 8 4 1 7 1 0 8 , 4 8 6 , 4 4 0 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 8 4 , 6 4 2 , 3 8 4 1 8 1 0 8 , 4 8 6 , 4 4 0 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 8 4 , 6 4 2 , 3 8 4 1 9 1 0 8 , 4 8 6 , 4 4 0 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 8 4 , 6 4 2 , 3 8 4 2 0 1 1 9 , 3 3 5 , 0 8 4 8 9 3 , 1 2 8 , 8 2 4 7 7 3 , 7 9 3 , 7 4 0 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 8 % ) 8 % 6 , 0 3 5 , 4 1 8 , 0 3 4 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 1 0 % ) 1 0 % 4 , 9 8 2 , 8 6 0 , 3 7 3 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 1 2 % ) 1 2 % 4 , 1 5 1 , 9 1 7 , 4 5 1 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 1 4 % ) 1 4 % 3 , 4 8 7 , 5 6 4 , 3 1 1 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 1 6 % ) 1 6 % 2 , 9 5 0 , 0 2 2 , 1 9 9 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 1 8 % ) 1 8 % 2 , 5 1 0 , 1 9 0 , 7 3 1 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 2 0 % ) 2 0 % 2 , 1 4 6 , 5 3 3 , 0 5 0 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 2 5 % ) 2 5 % 1 , 4 7 4 , 2 4 3 , 2 6 8 N e t P r e s e n t V a l u e ( N P V , i = 3 0 % ) 3 0 % 1 , 0 2 3 , 8 0 8 , 6 0 1 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 8 % ) 8 % 4 . 2 0 8 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 1 0 % ) 1 0 % 3 . 9 4 1 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 1 2 % ) 1 2 % 3 . 6 9 7 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 1 4 % ) 1 4 % 3 . 4 7 7 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 1 6 % ) 1 6 % 3 . 2 7 9 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 1 8 % ) 1 8 % 3 . 1 0 2 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 2 0 % ) 2 0 % 2 . 9 4 3 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 2 5 % ) 2 5 % 2 . 6 1 4 B e n e f i t C o s t R a t i o ( B C R , i = 3 0 % ) 3 0 % 2 . 3 6 1 S u m b e r : H a s i l P e r h i t u n g a n R e s u m e H a s i l A n a l i s i s E k o n o m i ( i = 1 2 % ) S i t u C i h a r u s P a r a m e t e r L a y a k H a s i l A n a l i s i s K e t e r a n g a n E I R R > 1 2 % 6 0 . 1 3 % L a y a k N V P > 0 4 , 1 5 1 , 9 1 7 , 4 5 1 L a y a k B C R > 1 3 . 7 0 L a y a k S u m b e r : H a s i l P e r h i t u n g a n E c o n o m i c I n t e r n a l R a t e o f R e t u r n ( E I R R )
Sumber* : PT. Inaka Sakha Kirana **: Hasil Analisa
5.4.1. Analisis Manfaat Irigasi
Manfaat (benefit) irigasi yaitu berupa peningkatan intensitas tanam sebelum proyek dan sesudah proyek, perhitungan biaya usaha tani menggunakan harga satuan Jawa Barat 2010 dengan mengambil harga padi GKG (Gabah Kering Giling) adalah Rp 2000/Kg dan harga palawija jagung Rp 1800/Kg. Analisis Manfaat Air Baku
Manfaat (benefit) air baku yaitu berupa produksi air baku yang mampu dihasilkan oleh situ untuk melayani kebutuhan air penduduk yang dikonversikan menjadi volume kemudian dikalikan dengan harga standar air baku diasumsikan yaitu sebesar 100 Rupiah/m3 .
Tabel 11.Analisis Benefit Air Baku
Periode gagal 0 periode
0 periode Periode berhasil 24 periode
360 hari Potensi suplai air bulanan 0,071 m3/s potensi suplai air 1 tahun 2.208.384 m3/th harga jual air 1 m3 100 Rupiah Benefit per tahun 220.838.400 Rupiah
Pendapatan Bersih per Ha Luas area Intensitas Tanam Pendapatan Bersih
(Rp/Ha) (ha) (%) (Rp) I Sebelum Proyek 1 Padi 3,532,500.00 24 80 84,780,000.00 2 Padi 3,532,500.00 18 60 63,585,000.00 3 Palawija (jagung) 1,380,000.00 12 40 16,560,000.00 8,445,000.00 180 164,925,000.00 II Dengan Proyek 1 Padi 3,532,500.00 30 100 105,975,000.00 2 Padi 3,532,500.00 30 100 105,975,000.00 3 Palawija (jagung) 1,380,000.00 15 50 20,700,000.00 8,445,000.00 250 232,650,000.00
III Benefit per tahun 67,725,000.00
Total
Total Pola Tanam No.
Sumber : Hasil Analisa
5.4.2. Analisis Manfaat Mikrohidro
Manfaat (benefit) Mikrohidro yaitu berupa daya listrik yang mampu dihasilkan oleh Situ kemudian dikalikan dengan harga satuan daya listrik PLN yaitu Rp 656 utuk 1 Kwh.
Tabel 12. Analisis Benefit Mikrohidro Potensi energi yang dihasikan dalam 1 tahun 120 Mwh
Harga /kwh 656 Rupiah
efisiensi
Benefit per tahun 55.104.000 Rupiah 0,7
Sumber : Hasil Analisa
5.4.3. Analisis Kelayakan Proyek
Berikut merupakan hasil analisis ekonomi pembangunan Situ Ciharus dengan indikator kelayakan berdasarkan NPV dan BCR.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi Total Nilai Nilai Sekarang Pendapatan Biaya OP Periode Sekarang Dengan Suku Bunga Pertahun Pengembalian 1 Investasi Awal (1.347.468.334) 1 (1.347.468.334) (1.347.468.334) 2 Pendapatan tahun 1 294.820.423 0,892857143 433.967.400 103.768.526 (1.052.647.910) 3 Pendapatan tahun 2 263.232.521 0,797193878 433.967.400 103.768.526 (789.415.389) 4 Pendapatan tahun 3 235.029.036 0,711780248 433.967.400 103.768.526 (554.386.353) 5 Pendapatan tahun 4 209.847.354 0,635518078 433.967.400 103.768.526 (344.538.999) 6 Pendapatan tahun 5 187.363.709 0,567426856 433.967.400 103.768.526 (157.175.290) 7 Pendapatan tahun 6 167.289.026 0,506631121 433.967.400 103.768.526 10.113.736 8 Pendapatan tahun 7 149.365.202 0,452349215 433.967.400 103.768.526 159.478.937 9 Pendapatan tahun 8 133.361.787 0,403883228 433.967.400 103.768.526 292.840.724 10 Pendapatan tahun 9 119.073.024 0,360610025 433.967.400 103.768.526 411.913.749 11 Pendapatan tahun 10 106.315.200 0,321973237 433.967.400 103.768.526 518.228.949 12 Pendapatan tahun 11 94.924.286 0,287476104 433.967.400 103.768.526 613.153.235 13 Pendapatan tahun 12 84.753.827 0,256675093 433.967.400 103.768.526 697.907.062 14 Pendapatan tahun 13 75.673.060 0,229174190 433.967.400 103.768.526 773.580.121 15 Pendapatan tahun 14 67.565.232 0,204619813 433.967.400 103.768.526 841.145.353 16 Pendapatan tahun 15 60.326.100 0,182696261 433.967.400 103.768.526 901.471.453 17 Pendapatan tahun 16 53.862.589 0,163121662 433.967.400 103.768.526 955.334.042 18 Pendapatan tahun 17 48.091.597 0,145644341 433.967.400 103.768.526 1.003.425.639 19 Pendapatan tahun 18 42.938.926 0,130039590 433.967.400 103.768.526 1.046.364.565 20 Pendapatan tahun 19 38.338.327 0,116106777 433.967.400 103.768.526 1.084.702.892 21 Pendapatan tahun 20 34.230.649 0,103666765 433.967.400 103.768.526 1.118.933.542 Npv 2.466.401.875 No Uraian
Sumber : Hasil Analisa
Dari hasil perhitungan, didapat nilai BCR adalah 1,83. Kriteria untuk menerima atau menolak sebuah investasi adalah, jika nilai BCR >1 maka proyek diterima dan apabila nilai BCR< 1 maka proyek tersebut ditolak.
Berdasarkan tabel hasil analisis ekonomi diatas menunjukkan bahwa Situ Ciharus layak untuk dikembangkan.
5.5. Analisis Sosial
Tabel 14.Kisi-kisi instrumen
Variabel Penelitian Indikator No item instrument
Sikap Masyarakat 1. Air Baku 2. PLTMH
1 (+) dan 2 (+) 3 (-) dan 4 (+) Persepsi Masyarakat 1. Air Baku
2. PLTMH
5 (+), 7 (+) dan 8 (-) 6 (+) Pemberdayaan Masyarakat 1. Kelestarian Air
2. Pengelolaan Situ
9 (+) dan 10 (-) 11 (+) dan 12 (+) Pengembangan Potensi Situ
Ciharus
1. Air Baku 2. PLTMH
14 (-) dan 16 (+) 13 (+) dan 15 (+)
Sumber : Hasil Analisa
Rendahnya sikap masyarakat terhadap pemanfaatan Situ Ciharus untuk PLTM, memberikan tantangan
11 tersendiri untuk pengembangan potensi Situ Ciharus kedepan, untuk itu maka diperlukan suatu informasi kepada masyarakat bahwa pengembangan Situ Ciharus diperlukan untuk mengatasi krisis kekurangan listrik ke depan apabila PLTA Kamojang mengalami defisit yang bisa diakibatkan peningkatan kebutuhan listrik akibat perkembangan penduduk dan aktivitas ekonomi lainnya. Dengan besarnya respon masyarakat terhadap aspek pemberdayaan masyarakat, hal ini memberikan indikator yang positif bahwa informasi tentangnya pentingnya pengembangan Situ Ciharus untuk PLTM masih bisa dilakukan melalui sosialisasi.
Kesimpulan
Dari Kajian Situ Ciharus untuk Penyediaan Air Baku dan Potensi Mikrohidro di Kabupaten Bandung didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis neraca air, untuk Kondisi Existing (tahun 2012), debit andalan Q 80 % dari bulan Januari – Desember tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan apabila dengan pemenuhan kebutuhan irigasi untuk 130 ha.
2. Volume tampungan efektif situ berdasarkan kebutuhan untuk tahun 2012 sebesar 0,10 x 106 m3 = 102.233 m3, untuk jangka pendek (tahun 2017) sebesar 0,20 x 106 m3 = 196.841 m3, untuk jangka menengah (tahun 2022) sebesar 0,29 x 106 m3 = 291.449 m3 dan jangka panjang sebesar(tahun 2032) 0,51 x 106 m3 = 512.210 m3, peningkatan kapasitas tampungan hanya memungkinkan sampai 196.841 m3 melihat kondisi daerah situ.
3. Mempunyai daya potensi untuk mikrohidro sebesar : 14,88 kw dengan menggunakan turbin
crossflow.
4. Situ Ciharus berpotensi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan pola Tanam Padi (70 ha)-Padi (70 ha)- Palawija (3,5 ha) dan kebutuhan
air baku 100% penduduk Kecamatan Ibun sampai dengan tahun 2017 yaitu sejumlah 80.185 jiwa. 5. Dari hasil analisa sedimentasi, diperoleh sedimen potensial sebesar 0,4 ton/thn .
6. Berdasarkan analisa secara ekonomi dengan metode Benefit Cost Ratio, mempunyai nilai BCR sebesar 1,88. Keuntungan diperbesar dengan membangun Mikrohidro, sehingga air yang keluar dapat dimanfaatkan secara efektif untuk energi listrik, sehingga LAYAK untuk dilaksanakan. 7. Berdasarkan simulasi analisa sosial dengan menggunakan kuesioner sebagian penduduk beranggapan dengan adanya pemanfaatan situ ciharus untuk Mikrohidro dianggap kurang perlu karena merasa kebutuhan listriknya telah terpenuhi.
Saran
1. Perlu dilaksanakan pembangunan tanggul di bagian sisi Situ Ciharus, untuk mengurangi laju sedimentasi yang masuk ke dalam Situ.
2. Kondisi daerah tangkapan air harus selalu dijaga kelestariannya agar kualitas dan kuantitas tetap terjaga,salah satunya dengan melakukan reboisasi.
3. Apabila memungkinkan, agar volume situ sebesar 331.220 m3 dapat termanfaatkan, posisi intake pada outletnya berada di bawah outlet eksisting.
4. Pada studi ini pembahasannya masih terbatas, maka perlu studi lanjutan yang dapat dipakai sebagai judul tesis bagi mahasiswa S2 Program Pengembangan Sumber Daya Air di masa mendatang.
12 DAFTAR PUSTAKA
Adiyansyah, N., 2010, “Kajian Potensi Embung Tambakboyo untuk Penyediaan Air Baku di Kabupaten Sleman dan Yogyakarta”, Thesis Magister Pengembangan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Anissa Mayangsari ,20011, “Kajian Pembangunan Bendungan Sindangheula Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Baku Di Kabupaten Serang Provinsi Banten Tesis Magister PSDA ITB, Bandung.
Badan Pusat Statistik (2009), Kota Bandung dalam
Angka, BPS Kota Bandung, Bandung
Bambang Triatmodjo (2008), Hidrologi Terapan, Cetakan Pertama, Beta Offset, Yogyakarta.
Chow, Ven Te. 1997 Hidroulika Saluran Terbuka, Jakarta: Penerbit Erlangga Lusie Musianty ,20011, “Studi Potensi Sungai
Cimandiri Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku di Sub Wilayah Pengembangan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Tesis Magister PSDA ITB, Bandung. Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha
Nasional. Surabaya.
Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik
untuk Analisa Data, Jilid 1, Nova,
Bandung.
Soeyono Sosrodarsono & Kensaku Takeda (2006),
Hidrologi Untuk Pengairan, Cetakan
Kesepuluh, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Soewarno, 1991, “Hidrologi, Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri)”, Penerbit Nova, Bandung. Sosrodarsono, Suyono, 2003, “Hidrologi untuk
Pengairan”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan
Bangunan Air,
Bandung: Penerbit Idea Dharma
“Pedoman Penentuan Kebutuhan Air Baku Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri” 2006. Direktorat Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
PT. Inasa Shaka Kirana (2010), Laporan Akhir
Kajian Potensi Situ Ciharus Untuk Penyediaan Air Baku Kab./Kota Bandung,
Bandung.
Standar perencanaan Irigasi (1986), KP-02.
Direktorat Jendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
“RSNI T-01-2004 tentang Tata Cara Penghitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman-Monteith”, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta