• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL BALAIRUNG (ONAN BALERONG) DI BALIGE KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1942 -2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL BALAIRUNG (ONAN BALERONG) DI BALIGE KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1942 -2013."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL

BALAIRUNG (ONAN BALERONG) DI BALIGE

KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA

SAMOSIR (1942 -2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

MORRIS SIAHAAN

3103121054

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

MORRIS SIAHAAN, NIM. 3103121054. Perkembangan Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Di Balige Kabupaten Toba Samosir (1942-2013). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

(6)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Penulis menyusun skripsi ini guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Medan. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut dan didorong oleh keinginan

penulis untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman maka penulis

menyusun skripsi yang berjudul “Perkembangan Pasar Tradisional Balairung

(Onan Balerong) Di Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir.”

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala. Penulis selalu berusaha semaksimal mungkin didalam

menyelesaikan skripsi ini walaupun penulis menyadari bahwa masih memiliki

kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak kesulitan

yang dihadapi, namun berkat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dukungan dari

keluarga serta sahabat-sahabat penulis akhirnya skripsi ini selesai, walaupun

masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin sekali

kembali mengucapkan “mauliate tu dainang pangintubu na tongtong

manghaholongi hami anakkon na” T. Br Simangunsong dan almarhum “damang

parsinuan” K. Siahaan yang telah bersusah payah membesarkan, mengasuh,

(7)

iii penuh perjuangan dan kasih sayang serta selalu mendoakan penulis sehingga

dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, M. S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M. A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah.

5. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M. Si. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Sejarah

6. Bapak Drs. Ponirin, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang

telah banyak membantu penulis didalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih buat pemikiran – pemikiran bapak yang telah merubah beberapa

pemikiran penulis. Terimakasih juga buat bimbingan, arahan, dan masukan -

masukan yang selama ini diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi

ini.

7. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

penguji penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis selama masa penyusunan skripsi ini maupun perkuliahan.

8. Bapak Dr. Hidayat, M. Si. selaku Dosen Penguji Ahli yang telah banyak

memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

(8)

iv 9. Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum. selaku Dosen Pembanding Bebas yang

banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah serta tata usaha, terimakasih atas

semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan

11.Kepala Dinas Pasar, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir

beserta stafnya, dan para Narasumber. Terimakasih atas bantuan dan segala

informasi yang dibutuhkan oleh penulis baik data tertulis maupun hasil

wawancara.

12.Ketiga saudara/i penulis yang terkasih Bang Naldo Siahaan, Kak Dewi

Siahaan, dan Dek Sari Siahaan, terimakasih penulis ucapkan kepada kalian

atas dukungan dan kasih sayang yang sudah kalian berikan kepada penulis

sehingga penulis semakin bersemangat menyusun skripsi ini.

13.Kawan – kawan seperguruan penulis keluarga besar A Reg 2010, Agustinus,

Budi, Mariya, Berkat, Nelly, Yosef, Tono, Rio, Jarahman, Arinda, Iqbal serta

yang lainnya. Tidak lupa juga seluruh abang/kakak stambuk, adik - adik

stambuk, teman - teman satu PPL SMK SW GKPS 2 P. SIANTAR,

Bapak/Ibu dan kawan - kawan satu kos. Terimakasih atas segala kebersamaan

dan dukungan yang selama ini pernah diberikan kepada penulis. Sukses buat

kita semua.

Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak

(9)

v namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi pembaca semua.

Medan, Maret 2015

Penulis

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DARTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Rumusan Masalah... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 5

BAB II : LANDASAN TEORITIS... 7

2.1. Kerangka Teoritis... 7

2.1.1. Perkembangan Pasar Tradisional Balerong... 7

2.1.2. Penelitian Relevan... 12

2.2. Kerangka Berpikir... 14

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1. Metode Penelitian... 16

3.2. Lokasi Penelitian... 16

3.3. Sumber Data... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 17

(11)

vii

BAB IV : PEMBAHASAN... 20

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 20

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir... 20

4.1.2. Lokasi dan Letak Geografis... 25

4.1.3. Kependudukan... 30

4.1.4. Pendidikan... 31

4.1.5. Kesehatan... 33

4.1.6. Agama... 36

4.2. Latar Belakang Berdirinya Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige... 38

4.3. Perkembangan Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige Tahun 1942 – 2013... 42

4.3.1. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)... 43

4.3.2. Masa Orde Lama (1945 – 1967)... 46

4.3.3. Masa Orde Baru (1967 – 1999)... 47

4.3.4. Masa Orde Reformasi (1999 – 2013)... 48

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1. Kesimpulan... 57

5.2. Saran... 59

(12)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Total Menurut... 27

Tabel 2. Jumlah Desa/Kelurahan Dirinci Menurut Kecamatan... 28

Tabel 3. Jarak dari Kota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Toba Samosir... 29

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin... 30

Tabel 5. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan... 32

Tabel 6. Jumlah Fasilitas Kesehatan... 34

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Menurut Kecamatan... 35

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah sebuah negara yang menganut sistem ekonomi

kerakyatan. Dimana salah satu faktor pendukung terjadinya sistem ekonomi ini

adalah keberadaan pasar tradisional. Keberadaan pasar tradisional sangat

dibutuhkan ditengah – tengah masyarakat Indonesia, karena disinilah salah satu

tempat bagi masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi. Transaksi ekonomi

yang dimaksud yaitu bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan hubungan

tawar – menawar barang / jasa secara langsung ( tatap muka ).

Sejarah terbentuknya pasar itu sendiri berawal dari kebiasan masyarakat

zaman dahulu yang menggunakan sistem barter atas barang yang dibutuhkannya

namun tidak diproduksi sendiri. Untuk melakukan barter, dipilih sebuah tempat

yang disepakati bersama. Lama-kelamaan tempat tersebut berubah menjadi pasar.

Kegiatan yang dilakukan disana pun tidak hanya sekedar barter namun sudah

berupa kegiatan jual beli dengan menggunakan alat pembayaran berupa uang.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya

ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los

dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa

(14)

2 lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak

dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

Apabila di amati, di Indonesia pasar tradisional masih menjadi tempat

tujuan utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, maka dari itu di dalam

pasar terjadilah perputaran ekonomi masyarakat. Pasar tradisional juga merupakan

tempat dalam penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat seperti : petani,

nelayan, pengrajin dan industri rumah tangga. Selain itu, interaksi sosial di dalam

pasar tradisional sangat kelihatan, ini dapat di lihat dari hubungan antara penjual

dan pembeli yang melakukan hubungan tawar – menawar terhadap suatu barang

meskipun mereka berasal dari suku dan latar belakang status yang berbeda - beda.

Pada umumnya, pasar tradisional menghadapi berbagai masalah seperti :

terbatasnya ruang pada tempat yang sempit, tidak teratur, tidak sehat, kotor,

kurangnya tempat sampah, terlalu banyaknya pedagang pinggir jalan, lemahnya

pengelolaan, dan fasilitas penyimpanan dengan yang tidak memadai.

Meskipun demikian, pasar tradisional juga memiliki beberapa keunggulan

seperti lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang

lengkap, harga yang rendah, dan tradisi tawar-menawar yang menunjukkan

kedekatan antara penjual dan pembeli.

Peningkatan aktivitas pasar menyebabkan penampilan pasar tidak teratur,

kumuh, tidak tersedianya fasilitas air bersih yang memadai sehingga tidak ada

(15)

3 tempat pembuangan sampah yang memadai, dan sarana jalan sempit sehingga

aktivitas peredaran barang di dalam pasar juga sulit dan kurang nyaman.

Balige merupakan ibukota kabupaten Toba Samosir adalah salah satu dari

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Di kota ini, keberadaan

pasar tradisional masih dapat ditemukan, yaitu Pasar Tradisional Balairung (Onan

Balerong) yang terdapat tepat di jantung kota Balige.

Ketika kita datang ke kota Balige atau hanya lewat saja, kita akan melihat

6 deretan bangunan yang menyerupai Sopo yaitu rumah tradisional Batak Toba.

Bangunan ini tepat berada di pusat kota Balige dan di tepi jalan Medan-Tarutung.

Orang-orang sekitar Balige sering menyebutnya Onan Balerong.

Dari observasi awal yang peneliti lakukan, Pasar Tradisional Balairung

(Onan Balerong) dibangun oleh Belanda pada tahun 1936. Dalam proses

pembangunannya, setiap bangunan di kepalai oleh arsitek yang berbeda sehingga

ada 6 arsitek bangunan ini dan arsitek-arsiteknya adalah orang Batak sendiri.

Itulah sebabnya, corak dan pola ukiran yang terdapat pada setiap bangunan tidak

sama. Semua dikerjakan dengan manual, seperti memotong besi, memotong kayu,

pengukuran, dan juga membuat lubang-lubang pada besi. Sehingga prosesnya

agak lambat namun memiliki kualitas bangunan yang cukup tinggi.

Pada awalnya, Belanda membangunnya untuk dijadikan pusat teater atau

opera. Disinilah pernah berkembang opera-opera Batak legendaris yang saat ini

keberadaannya hampir punah. Namun, setelah Belanda angkat kaki dari

(16)

4 Keberadaan Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) ini sangat

menarik untuk dikaji lebih lanjut. Selain menjadi tempat bertemunya antara

penjual dan pembeli, Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) juga memiliki

nilai sejarah dan seni tersendiri sehingga wajar apabila masyarakat Balige

menjadikannya ikon kebanggaan Kota Balige.

Berdasarkan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang “Perkembangan Pasar Tradisional Balairung (Onan

Balerong) Di Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Balige (1942 -

2013)“.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengungkapkan

beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain :

1. Latar belakang berdirinya Pasar tradisional Balairung di Balige.

2. Perkembangan Pasar tradisional Balairung sebagai pasar tradisional di Balige.

3. Ciri–ciri Pasar tradisional Balairung sebagai tradisional di Balige.

4. Aktivitas yang terjadi di dalam Pasar tradisional Balairung sebagai pasar

tradisional di Balige.

5. Sarana dan prasarana yang ada di dalam Pasar tradisional Balairung sebagai

pasar tradisional di Balige.

(17)

5 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya pasar tradisional Balairung sebagai pasar

tradisional di Balige ?

2. Bagaimana perkembangan pasar tradisional Balairung sebagai pasar

tradisional di Balige dari tahun 1942 - 2013 ?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya pasar tradisional Balairung

sebagai pasar tradisional di Balige .

2. Untuk menjelaskan perkembangan pasar tradisional Balairung sebagai pasar

tradisional di Balige dari tahun 1942 - 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan sumber bagi peneliti yang ingin

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.

2. Dapat melatih peneliti untuk membuat karya ilmiah dalam penelitian sejarah

(18)

6 3. Untuk memperkaya informasi dan wawasan bagi Civitas Akademika

UNIMED maupun masyarakat tentang Perkembangan pasar tradisional

(19)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige di bangun oleh Belanda

pada tahun 1936. Dalam proses pembangunannya, setiap bangunan di kepalai

oleh arsitek yang berbeda sehingga ada 6 arsitek bangunan ini dan

arsitek-arsiteknya adalah orang Batak sendiri. Itulah sebabnya, corak dan pola ukiran

yang terdapat pada setiap bangunan tidak sama. Semua di kerjakan dengan

manual, seperti memotong besi, memotong kayu, pengukuran, dan juga

membuat lubang-lubang pada besi. Sehingga prosesnya agak lambat namun

memiliki kualitas bangunan yang cukup tinggi.Pada awalnya, Belanda

membangunnya untuk dijadikan balai pertemuan dan pusat teater atau opera.

Disinilah pernah berkembang opera-opera Batak legendaris yang saat ini

keberadaannya hampir punah. Namun, setelah Belanda angkat kaki dari

Indonesia pada tahun 1942, bangunan ini dialihfungsikan menjadi pasar

tradisional.Pengalihfungsian Balairung atau Balerong ini menjadi onan

didasarkan pada timbulnya keinginan dari raja – raja huta yang ada di sekitar

Balige untuk menyatukan onan di suatu tempat. Setelah melakukan pertemuan

para raja huta menyepakati Balairung atau Balerong yang berada di pusat kota

(20)

58 didasarkan pada lokasi Balairung yang strategis yaitu berada di pusat kota

Balige sehingga dapat mempermudah masyrakat yang tinggal di sekitar

maupun yang berasal dari luar Balige untuk melakukan transaksi jual beli.

2. Perkembangan Pasar Tradisional Balairung di tandai dengan adanya

pembangunan pertokoan yang mengelilingi bangunan awal pada tahun 1970.

Hal ini bertujuan agar tidak terlihat dari luar dan juga dari segi keamanan

Sehingga bentuk bangunan awal berkurang dan hanya tersisa pada kontruksi

atapnya saja. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II

Toba Samosir nomor 14 tahun 1999 pengelolaan pasar tradisional yang selama

ini tidak dikelola dengan baik menjadi tanggung jawab penuh Dinas Pasar,

Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir, perkembangan sarana

dan prasarana ditandai dengan adanya penambahan sarana berupa kios semi

permanen sebanyak 210 dengan ukuran 3x3 m yang dibangun pada tahun

2004, adanya pemasangan batako pada area pasar sehingga ketika musim

penghujan tidak terjadi genangan air dan becek, dan perkembangan jenis

barang dagangan ditandai dengan adanya penambahan jenis barang dagangan

antara lain: aksesoris, alat tulis kantor, lukisan, cinderamata, emas dan berlian

(21)

59 5.2. Saran

Melalui penelitian ini maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak Dinas Pasar, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Toba

Samosir sebagai pengelola Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong)

Balige lebih tegas dalam melaksanakan peraturan yang berlaku dan lebih

konsisten dalam memelihara dan memajukan Pasar Tradisional Balairung

(Onan Balerong) Balige, karena Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong)

Balige ini merupakan salah satu aset yang sangat penting terutama dilihat

secara historis Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige

merupakan salah satu pasar tertua dan yang terbesar Kabupaten Toba Samosir,

hal ini tidak dapat dipungkiri melihat Pasar Tradisional Balairung (Onan

Balerong) Balige yang sampai saat ini masih merupakan ikon perbelanjaan di

kota Balige karena menyediakan berbagai perlengkapan barang-barang

kebutuhan sehari-hari sekaligus berada di jantung Kota Balige.

2. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir dan pihak Dinas Pasar, Kebersihan, dan

Pertamanan Kabupaten Toba Samosir sebaiknya bekerjasama dalam

memperkenalkan Pasar Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige sebagai

salah satu tempat wisata yang layak untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal

maupun mancanegara, dimana hal ini tentu saja akan lebih melestarikan dan

memajukan Pasar Tradsional Balairung (Onan Balairung) itu sendiri..

3. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir dan pihak Dinas Pasar, Kebersihan, dan

Pertamanan Kabupaten Toba Samosir harus bekerjasama dalam melindungi

(22)

60 Balairung (Onan Balerong) Balige guna untuk menambah daya tarik Pasar

Tradisional Balairung (Onan Balerong) Balige dan mendidik anak-anak kita

untuk mencintai sejarah lokalnya dan menanamkan nilai-nilai sejarah agar

generasi kita selanjutnya bangga akan kekayaan sejarah yang dimikinya,

belajar dari adanya sejarah (pengalaman) dalam menghadapi masa yang akan

datang dan menjadi sumber pendapatan daerah.

4. Kepada pihak Dinas Pasar, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Toba

Samosir sebaiknya harus bekerja lebih sungguh-sungguh lagi dalam

menjalankan tugasnya agar keberadaan Pasar Tradisional Balairung (Onan

Balerong) Balige yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Toba

Samosir ini tidak hancur oleh karena pihak-pihak tertentu. Melainkan masih

dapat diwariskan kepada anak, cucu kita di masa yang akan datang.

5. Pihak Dinas Pasar, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir

harus lebih tegas dalam menertibkan pedagang-pedagang liar yang berdampak

pada pendapatan pedagang tetap. Selain itu berdampak pula pada keindahan

pasar dan kenyamanan pembeli. Sehingga hubungan antara pedagang dan

pembeli terjalin dengan baik, begitupun hubungan antara pedagang dan pihak

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.

Both, Anne, dkk. 1998. Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta : LP3S.

BPS Kabupaten Toba Samosir. 2013. Kabupaten Toba Samosir Dalam Angka 2013. BPS Toba Samosir : Balige.

Chourmain, Imam dan Prihatin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Depdikbud.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Rajawali Press.

Fakultas Ilmu Sosial. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah.

Geertz, Cliford. 1973. Penjaja dan Raja. Jakarta : LPEM Universitas Indonesia

Monks, F. J, dkk. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Siodjang, B. 1995. Dampak Perkembangan Ekonomi Pasar Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah. Jakarta : Depdikbud.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soegiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : CV. Alfabeta.

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Total Menurut................................

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi musik tradisional Batak Toba bagi masyarakat Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu bentuk hiburan juga sebagai bentuk kontinuitas dan

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil peninjauan dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan responden yang dijadikan

Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Tata

Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa

Data skunder adalah data tambahan yang diperoleh secara tidak langsung yaitu berasal dari sumber-sumber tertulis seperti buku-buku dan artikel di media massa dan referensi lain

Pada pelabuhan Ajibata sumber yang dapat mencemari air danau berasal dari aktifitas kapal dengan mesin kapal yaitu ceceran oli kapal yang mengakibatkan air danau

Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kepustakaan, instansi terkait atau lembaga pemerintah yang mempunyai kaitan dengan saluran pemasaran agroindustri

Data sekunder merupakan data yang berasal dari sumber kedua atau instansi seperti dokumen baik dalam bentuk laporan maupun data sekunder lainnyadan juga bisa dari teks book.38 Serta