• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Sebagai Medium Komunikasi Massa

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi massa

Komunikasi memiliki banyak penjelassan. Para ilmuan tokoh komunikasi meneliti proses komunikasi, mereka menemukan beragam pengertian tentang komunikasi. Beberapa pengertian komunikasi (dalam Mulyana, 2013: 68-69):

• Gerald R. MIller: berpendapat bahwa “komunikasi terjadi ketika suatu sember menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk pengaruhi perilaku penerima”.

• Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante: berpendapat “komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi Khalayak”. • Harold Laswell: Berpendapat “(cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?, Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?”.

Dari beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikan yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan, baik itu perubahan sikap, tingkahlaku, maupun pola pikir.

b. Unsur–unsur Komunikasi

Berdasarkan Definisi Lasswell mengenai komunikasi, ada 5 unsur komunikasi, yaitu:

- Komunikator: Pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk menyampaikan pesan. Komunikator boleh jadi seorang individu maupun kelompok.

(2)

8 - Pesan: apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada penerimanya. Pesan berupa simbol verbal maupun nonverbal. - Media: alat yang digunakan komunikator untuk

menyampaikan pesannya kepada penerima.

- Komunikan: orangyang menerima pesan darikomunikator. - Efek: apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima

pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, dan lain sebagainya.

2. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi melalui media massa kepada khalyak umum. Menurut Rahmat (dalam Winarni, 2003:06) komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut Defleur dan McQuail dalam Riswandi (2009:103) komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak khalayak yang besar dan berbeda beda dengan melalui berbagai cara.

Menurut Severin, Tan, Wright, (dalam Winarni, 2003:08) mengatakan bahwa komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Berdasarkan definisi-definisi komunikasi massa dari beberapa tokoh tersebut dapat di tarik garis lurus bahwa komunikasi massa mempunyai medianya sendiri untuk menyampaikan pesannya kepada khalayak, dan tentunya juga mempunyai jumlah penerima yang sangat banyak, anonim, heterogen, serta juga

(3)

9 menimbulkan beberapa efek. Ketika sebuah pesan yang disampaikan tidak menggunakan media massa dan penerima pesan tersebut tidak banyak dan luas maka komunikasi tersebut bukan termasuk sebagai komunikasi massa.

Dari penjelasan beberapa tokoh diatas tentang definisi komunikasi massa tidak ada satupun yang menjelaskan internet sebagai media massa dalam komunikasi massa. Tapi dengan pesatnya perkembangan teknologi saaat ini termasuk internet, maka sah jika internet juga termasuk salah satu media massa (saluran) dalam komunikasi massa, karena sudah tak diragukan lagi dalam penyebaran pesan, internet sangatlah cepat dan siapapun bisa mengaksesnya dengan catatan khalayak terkoneksi dengan internet.

b. Komponen komunikasi Massa

Komunikasi massa juga mempunyai beberapakomponen-komponen untuk menunjang pelaksanaan komunikasi massa tersebut. Dalam bukunya (Winarni, 2003:14) mengatakan bahwa ada enam komponen dalam komunikasi massa yaitu:

• Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah suatu organisasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar. Komunikator dalam komunikasi massa tidak atas nama individu melainkan atas nama lembaga. Disini pendengar, pembaca, dan penonton juga memperhatikan siapa yang mengatakan bukan hanya apa yang dikatakan.

• Pesan

Pesan dalam komunikasi massa disampaikan secara massa, jadi pesan ditunjukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa dala komunikasi tersebut. Karakteristik pesan dalam komunikasi massa adalah bersifat umum, pesan dapat diketahui oleh setiap orang dan siapa sajabisa menangkap pesan tersebut.

(4)

10 Media dalam komunikasi massa adalah sarana yang membawa pesan untuk disampaikan kepada khalayak. Dalam komunikasi massa media (saluran) yang digunakan adalah media massa. Media massa dikelompokan atas media cetak (surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya) dan media elektronik (radio, televisi, film, web, dan sebagainya)

• Khalayak

Khalayak dalam komunikasi massa adalah penerima pesan. Khalayak komunikasi massa bersifat luas, anonim, dan heterogen. Luasnya khalayak komunikasi massa dikarenakan pesan yang disampaikan memang tidak terbatas.

• Filter

Filter yang berarti penyaringan atau mengartikan suatu pesan. Dalam komunikasi massa penerima pesan akan berbeda dalam mengartikan suatu pesan yang disampaikan oleh komnikator sesuai dengan latar belakang yang berbeda.

• Penjaga gawang / gate keeper

Penjaga gawang / gatekeeper adalah orang yang dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang akan disampaikan kepada khalayak.

c. Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Dalam (Nurudin, 2007: 19-32) ada tujuh ciri-ciri komunikasi massa, yaitu:

- Komunikatornya melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan beberapa orang yang bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

- Komunikan bersifat heterogen

Penerima pesan dalam komunikasi massa mempunyai keberagaman, mulai dari beragam pendidikan, umur, jenis

(5)

11 kelamin, status sosialekonomi, serta mempunyai kepercyaan yang beragam pula.

- Pesannya bersifat umum

Pesan dalam kounikasi massa tidak ditunjukan kepada satu orang atau satu kelompok tertentu, akan tetapi ditunjukan kepada khalayak yang plural.

- Komunikasinya berlangsung satu arah

Dalam komunikasi massa proses komunikasi hanya terjadi antara komunikator kepada komunikan, dan komunikan tidak bisa memberikan respon.

- Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Dalam proses penyebaran pesannya, komunikasi massa bersifat serempak, yang berarti khalayak bisa menikmati informasi secara bersamaan.

- Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis, seperti pemancar, jaringan internet, dan lain sebagainya.

- Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambag atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan agar lebih muda dipahami.

d. Macam-Macam Media Komunikasi Massa

Dalam (Nasution, 2016: 20-29) Macam media dalam proses komunikasi massa secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

- Media cetak

Saluran komunikasi massa pertama diawali dengan adanya media cetak, khususnnya perkembangan buku pada abad ke 16. Namun dengan pesatnya perkembangan media cetak,

(6)

12 beragam inovasi yang telah diciptakan seperti koran/surat kabar, majalah, tabloid, poster, dan baliho.

- Media elektronik

Perkembangan media elektronik menjadi bentuk perkembangan teknologi yang semakin canggih. Beberapa media elektronik yang dapat menjadi saluran komunikasi massa, yaitu adanya radio dan televisi. namun ada satu media yang juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi massa, yaitu melalui media film.

- Media online

Merupakan media baru yang sudah masuk pada era digital. Media yang semakin canggih dengan bentuk media yang menggabungkan antara gambar, suara, teks, dan video menjadi satu. Media digital ini mengancam keberadaan media lama, karena penggunaannya yang lebih fresh dan jangkauan lebih mudah dalam mencari informasi. Internet muncul dengan kelebihan dapat mengirim pesan dan menjadi situs pencarian yang lebih bersifat privasi.

3. Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematography yang berasal dari kata cinema yang berarti gerak, tho yang berarti gerak, dan graphi yang berarti tulisan, gambar, cerita. Kemudian film dapat diartikan seperti melukis dalam gerak. Menurut Pratista (2008: 3) secara umum Film terdiri dari dua unsur yaitu unsur naratif yang berarti sebuah bahan atau materi yang akan diolah menjadi sebuah cerita sebuah film, dan unsur sinematik yang merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Unsur-unsur tersebut tidak akan membentuk sebuah film jika hanya berdiri sendiri.

(7)

13 Sementara itu, menurut effendy (2011: 239) film merupakan sebagai satu hasil budaya dan sebuah alat untuk mengekspresikan sebuah kesenian. Film dalam hal ini sebagai media komunikasi massa merupakan gabungan dari beberapa teknologi seperti fotografi, rekaman suara, dan berbagai kesenian yang meliputi senirupa, teater, dan musik. Dari berbagai pengertian tentang film yang sudah diuraikan diatas, film dapat diartikan sebagai sebuah karya seni yang berfungsi sebagai komunikasi massa yang mengandung unsur audio dan visual yang di dalamnya mengandung sebuah cerita.

1. Struktur Film

Layaknya sebuah karya tulis ilmiah yang di dalam tulisan tersebut mengandung struktur seperti kalimat, aline, dan bab, film juga mengandung struktur di dalamnya. Menurut Pratista dalam bukunya (2008: 2930) Dalam sebuah film terdapat tiga struktur yang membentuk sebuah film, yaitu:

- Shot: yang merupakan unsur terkecil dalam sebuah film, shot berarti satu rangkaian gambar utuh pada saat kamera mulai merekam gambar sampai kamera dihentikan atau proses perekaman gambar dihentikan.

- Adegan (Scene): satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang terdiri dari beberapa shot yang saling berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. - Sekuen (Sequence): satu segmen besaryang memperlihatkan satu

rangkaian yang utuh. Satu sekuen biasanya terdiri dari beberapa adegan (scene) yang saling berhubungan.

2. Jenis -jenis film

Jenis film dalam bukunya pratista (2008:4-8) secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

(8)

14 Penyajian fakta merupakan kunci utama dalam sebuah film dokumenter. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dalam penyajiannya dapat menggunakan beberapa metode.Yang pertama dalam pembuatan film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa tersebut benar-benar terjadi, pembuatannya dapat dibuat secara singkat hingga berbulan-bulan.

Yang kedua, film dokumenter juga dapat merekonstruksi ulang sebuah peristiwa yang terjadi, pembuatan film ini memerlukan pengadeganan dan persiapan teknis seperti pembuatan film fiksi, akan tetapi dalam pengadeganan sineas tidak dapat mengontrol adegan para pemainnnya. Karakter teknisdalam pembuatan film dokumenter mempunyai tujuan untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa ang akan direkam. Teknik-teknik tersebut sering digunakan untuk preduksi film, akan tetapi dalam film fiksi pada umumnya menggunakan teknik tersebut untuk pendekatan estetik, sedangkan film dokumenter lebih berfokus untuk mendukung subyeknya.

- Film Fiksi

Film fiksi sering memakai cerita rekaan di luar kejadian nayata dan memiliki konsep pengadeganan serta telah dissusun sejak awal. Karakter cerita biasanya juga memilih tokoh yang antagoni dan protagonis, konflik dan masalah, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas. Struktur cerita dalam film fiksi juga terikat hukum kausalitas. Dalam pembuatan film fiksi, manajemen produksi sangat kompleks, karena menggunakan kru dan pemain dalam jumlah yang sangat besar dan pengerjaan yang relatif cukup lama, serta peralatan yang digunakan juga banyak, mahal, serta bervariasi. Layaknya film

(9)

15 dokumenter, cerita film fiksi juga sering mengangkat suatu kejadian yang nyata serta peristiwa-peristiwa penting atau bersejarah.

- Film Eksperimental

Pada umumnya sineas film eksperimental bekerja di luar industri film mainstream dan para sineas kebanyakan bekerja pada studio independen atau perorangan, serta mereka terlibat penuh dalam pembuatan film eksperimental mulai dari awal hingga akhir. Film eksperimental sama seperti film yang lain tetapi memiliki struktur, akan tetapi tidak memiliki plot. Struktur pada film eksperimental sangat dipengaruhi oleh subyektifitas sineasseperti, ide, gagasan, emosi, serta pengalaman mereka. Film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami, karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.

2.2 Film Sebagai Industri

Industri merupakan perusahaan yang menjalankan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder (sukirno sadono 1995), sedangkan menurut KBBI industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin. Menurut Ardianto dalam buku “Komunikasi Massa Suatu pengantar” film adalah industri bisnis. Pengertian tersebut mungkin akan menggeser anggapan orang yang meyakini bahwa film sebagai karya seni yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoreh estetika dalam film tersebut. Meskipun pada dasarnya film merupakan bentuk karya seni, film juga dijadikan sebagi bisnis yang memberi keuntungan, terkadang dijadikan sebagai mesin uang bagi suatu klompok, hanya demi keuntungan profit sering kali film keluar dari kaidah perfilman.

Film merupakan sebuah industri kreatif yang mengandalkan seni dan kreativtas untuk menghasilkan sebuah karya berupa film. Mengesampingkan idealisme sang sutradara, film juga digunakan sebagai bisnis hiburan. Film harus mengetahui sisi pasar yang akan jadi target market, apakah film ini disukai khalayak dan akan memberikan profit besar. Distribusi film juga mempengaruhi pemasukan

(10)

16 profit bagi film itu sendiri. Profit yang didapat dalam sebuah film juga tidak hanya penayangannya, akan tetapi juga bisa dari sponsor yang membiayai proses pembuatan film.

Perkembangan industri film indonesia saat ini semakin pesat dan berkualitas dengan ditandainya dengan banyaknya karya film yang diciptakan oleh berbagai Production Hous (PH), tidak hanya itu, akan tetapi ada beberapa film yang mendapatkan penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri. Saat ini masyarakat akan dapat menikmati film dengan beberapa genre, seperti komedi, drama, dokumenter, animasi dan masih banyak lainnya.

2.3 Film Sebagai Refleksi Realitas Sosial

Film mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menjangkau banyak segmentasi sosial, sehingga film memiliki potensi untuk membentuk dan mempengaruhi khalayaknya. Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu di buat. Menurut Irwanto dalam bukunya (Sobur, 2006:127) film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan memproyeksikan kedalam layar lebar. Gream Turner (Sobur, (2006: 127-128) menolakperspektif yang melihat film sebagai refleksi masyarakat.

Bagi Turner, makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film hanyasekedar “memindah” realitas kelayar lebar tanpa mengubah realitas tersebut. Sedangkan representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kede, kovensi-kovensi, dan ideology dari kebudayaan. Objeksebuah film merupakan perumpamaan dari sebuah realitas masyarakat, lalu diolah oleh seorang sutradara dan kemudian divisualisasikan menjadisebuah film dengan bantuan menggunakan peralatan dan teknik sinematik.

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan yang disampaikan (sobur, 2006:128). Hal ini sebabkan karena film merupakan potret dari masyarakat itu sendiri, sehingga proses penyampaian pesan akan menjadi lebih muda ketika apa yang terjadi di dalam film sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat. Dengan ini film ingin menyampaikan pesan dengan menggunakan realitas yang pada masyarakat itu sendiri. Karena realitas yang

(11)

17 ditampilkan baik itu sebagian atau seluruhnya, semua itu tidak hanya mirip akan tetapi juga mempunyai keterkaitan dengan realitas kita. Semakin besar keterkaitan tersebut, maka filmnya pun semakin bisa menyentuh bagi penontonnya.

2.4 Moral Dalam Tanda-Tanda Pesan Sebuah Film - Definisi Moral

Moral merupakan suatu ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, patokan, kumpulan peraturan, dan ketetapan baik itu tertulis maupun lisan tentang bagaimana hidup dan menjadi manusia yang baik. Franz Magnis Suseno mengartikan moral sebagai Norma untuk mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Moral merupakan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai-nilai baik atau buruk, benar atau salah. Manusia dikatakan bermoral apabila mempunyai sifat dan sikap berperilaku yang baik. Ketika kita menilai perbuatan seseorang tidak bermoral, berarti kita menganggap perbuatan orang tersebut melnggar nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Franz Magnis-suseno dalam bukunya (1987:19) moral termasuk dalm salah satu norma umum yakni norma moral, norma sendiri terbagi menjadi dua yaitu norma khusus dan norma umum. Norma khusus yakni norma yang hanya berlaku pada suatu bidang dan situasi khusus, serta dalam waktu tertentu, misalnya peraturan dalam sebuah pertandingan sepak bola yang tidak memegang bola ketika pertandingan sedang berlangsung kecuali kiper, itu pun hanya berlaku didaerah kotak pinalti. Seteleah pertandingan itu selesai semua peraturan yang sudah disepakati di pertandingan sepak bola tersebut tidak berlaku. Seperti halnya peraturan di kampus yang melarang mahasiswa menggunakan sandal saat perkuliahan, akan tetapi itu tidak berlaku ketika berada di luar kampus.

Norma umum di bagi menjadi tiga bagian yakni:

- Norma moral: adalah tolok ukur yang dipakai untuk mengukur kebaikan sesorang di masyarakat. dengan normal kita dinilai dan

(12)

18 karena itu penilaian moral itu berbobot. Penilaian itu dilihat bukan dari satu segi melainkan dinilai sebagai manusia. Jadi manusia itu dinilai bukan dari manusia sebagai dokter, sebagai dosen atau yang lainya, akan tetapi penilaian itu dinilai dari manusia itu bertindak dan berpikir sebagai manusia.

Contoh: Pak Soleh adalah seorang Kepala Deas yang buruk tapi dia adalah seorrang manusia yang baik. (disini Pak Soleh sebagai Kepala Desa yang buruk karena beliau suka marah ke bawahaanya akan tetapi beliau merupakan manusia yang baik karena suka menolong warganya yang kesusahan dan memerlukan bantuannya) - Norma sopan santun: merupakannnorma yang mengatur tentang tata krama yang ada di daerah tersebut. Norma-norma sopan santun menyangkut sikap lahiriah mausia meskipun sikap lahiriah dapat mengungkapkan sifat hati, dan karena itu mempunyai kualitas moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat moral.

Contoh: seorang anak mendorong istri pak rt dan jatuh kesawah agar tidak tertabrak oleh mobil yang remnya blong. (secara norma sopan santuk dia melanggar akan tetapi secara norma moral dia tidak melangar dan punya moral yang baik)

- Norma hukum: merupakan norma yang mengatur tentang tata tertib di masyarakat. Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan kan kesejahteraan umum serta tidak dibirkan untuk dilanggar. Orang yang melanggar hukum akan dikenai hukuman sebagai sanksi. Norma hukum berbeda dengan norma moral, bisa terjadi demi tuntutan hati, jadi demi tuntutan hati kita melanggar hukum. Kalaupun kemudian dihukum bukan berarti seseorang itu berkelakuan buruk.

Contoh: seorang warga mengambil motor yag bukan miliknya untuk mengantarkan seseorang yang terjatuh ke rumah sakit.

Norma moral berbeda dengan norma hukum maupun norma sopan santun, dengan norma moral kita benar-benar dinilai, apakah seseorang

(13)

19 adalah guru yang baik, warga negara yang selalu taat dan tertib, dan selalu berbicara sopan. Akan tetapi itu semua tidak bisa menentukan apakah seseorang itu merupakan seorang manusia yang baik. Jadi kata moral selalu menunjuk manusia sebagai manusia, maka kewajiban moral dibedakan dengan kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Sehingga norma moral merupakan norma untuk mengukur betul salahnya manusia sebagai manusia.

- Sikap-sikap kepribadian moral yang kuat

Franz Magnis-suseno (1987:141) mengatakan ada lima sikapa dasar moral yaitu:

a. Kejujuran: “Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran keutamaan-keutamaan moral lainya kehilangan nilai mereka. Bersikap baik terhadap orang lain tetapi tanpa kejujuran sama saja dengan kemunafikan”.

b. Kesediaan untuk bertanggung jawab: kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin, bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas membebani kita, dan kita merasa terikat untuk menyelesaikan tugas tersebut. Kesediaan bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan, kesediaan dengan kewajiban yang harus dilakukan, serta kesediaan untuk diminta pertanggung jawabannya atas tindakan yang telah diperbuat merupakan tanda kekuatan batin yang sudah manatap.

c. Kemandirian moral: kemandirian moral berarti kita tak pernah ikut-ikutan saja dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak dengan sesuai dengannya.

d. Keberanian moral: keberanian moral menunjukkan diri dalam tekad untuk mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban bahkan apabila tidak disetujui oleh lingkungan.

e. Kerendahan hati: kerendahan hati tidak bukan berarti bertentangan dengan keberanian moral, melainkan justru prasyarat kemurniannya. Tanpa kerendahan hati keberanian moral mudah menjadi

(14)

20 kesombongan atau kedok unuk menyembunyikan bahwa kita tidak rela untuk memperhatikan orang lain, atau bahkan kita takut dan tidak berani untuk membuka diri dalam dialog kritis.

- Teori Semiotika

Sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan soaial, semiotik memahami dunia sebagai sistem hubungan yang disebut dengan tanda. Semiotik secara etimologis berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Sedangkan semiotik secara terminologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur, 2015:95). Menurut Sobur (2006:15) semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Sedangkan john fiske (2012:66) mengatakan “semiotika sebuah kajian mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja.

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Semiotika memandang komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan melalui tanda mewakili ide, objek, situasi, dan sebagainya yang di luar dari individu. Tanda sendiri menurut Peirce (Sobur, 2015:114) salah satunya adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

Semiotika memperhatikan semua yang berhubungan dengan tanda, sedangkan tanda merupakan semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan yang lain. Tanda sendiri merupakan isi pesan dalam komunikasi yang memang sebelumnya sudah disepakati bersama, seperti halnya dalam masyarakat kita mengacungkan jempol ke atas dimaknai sebagai tanda “bagus”. Preminger (Sobur, 2015: 96) membatasi semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, konvensi-konvensi, aturan-aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

(15)

21 Menurut John Fiske (Sobur, 2015: 94) dalam studi semiotik terdapat 3 area penting, yakni:

a. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti bagaimana cara orang menyampaikan makna dan bagaimana cara mengantarkan makna tersebut. Hal ini disebabkan karena tanda adalah ciptaan manusia dan yang mengerti merupakan orang yang menggunkannya.

b. Kode atau sistem dimana lambing-lambang disusun. Studi ini member pemahaman bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah budaya.

c. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi. Kode dan lambang tersebut hanya berlaku dan dimengerti di suatu tempat dan kebudayaan itu berada.

Semiotika film merupakan studi analisis untuk mengkaji suatu tanda yang terdapat dalam kontek skenario, adegan, gambar, maupun teks yang ada di film. Sering kali kehidupan sosial digambarkan dalam sebuah film, dengan demikian simbol yang terdapat di film dapat tersampaikan ke penonton.

Semotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu pakar semiotika yang merupakan murid dari Ferdinand de Saussure yang menerapkan model linguistik dan semiologi. Barthes telah banyak menulis buku, dari sekian banyak buku yang dia tulis kebanyakan membahas tentang fenomena keseharian yang tidak banyak diperhatikan oleh orang lain. Dalam studinya, Barthes menambahkan area penting yaitu tentang tanda merupakan peran pembaca (the reader). Sifat asli tanda adalah konotasi, walaupun begitu perlu keaktifan pembaca supaya tanda itu berfungsi dan mempunyai makna. Barthes menguraikan dan menunjukan bahwa konotasi yang terkandung dalam mitologi biasanya hasil dari sebuah konstruksi. Dalam sistem pemaknaan tataran ke-dua telah

(16)

22 dijelaskan barthes, dibangun atas sistem lain yang sudah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh barthes disebut dengan konotatif yang didalam Mythologies-nya, dan berbeda dengan denotatif sebagai sistem pemaknaan tataran pertama (sobur, 2006:69)

Menurut Barthes denotatif merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yang berarti denotatif merupakan makna utama atau makna paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan konotatif merupakan sistem signifikasi yang ke-dua, yang berarti konotatif mempunyai makna tambahan dan mempunyai makna yang subjektif atau intersubjektif dari sebuah tanda. Menurut Budiman (Sobur, 2006:70-71) konotatif identik denga operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Mitos merupakan suatu sistem pemaknaan tataran kedua, dimana mitos telah dibangun oleh suatu rantai pemaknaan. Mitos juga terdapat tiga pola dimensi penanda (signifie), petanda (signified), dan tanda (signi). Dalam mitos sebuah petanda juga memiliki beberapa penanda, dengan kata lain mitos tidak hanya memiliki satu makna saja akan tetapi lebih banyak makna. Barthes memandang mitos sebagai hal yang alami bukan sekedar bawaan dari tradisi kebudayaan. Seperti laki-laki yang ditandai dengan berbagai penanda yaitu merupakan yang kuat, tulang punggung keluarga, serta kepala keluarga. Dengan demikian penanda jumlah penanda lebih banyak daripada petanda. Adanya konotasi dan mitos adalah suatu cara tanda-tanda berfugsi dalam tatanan kedua, yaitu tatanan interaksi ara tanda itu sendiri dengan budaya yang aktif.

1. Signifier (Penanda)

2. Signified

(Petanda)

(17)

23 4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 5. Connotative Signified (petanda konotatif)

6. Connotative Sign (tanda konotartif)

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda (signifier) dan petanda (signifed). Akan tetapi pada saat yang sama, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Dengan demikian tanda konotatif bukan hanya sebagai makna lain dari makna aslinya akan tetapi juga berkaitan dengan kedua tanda denotatif. Konsep ini merupakan sumbangan besar bagi Barthes untuk penyempurnaan semiologi Saussure, dimana Saussure memaknai tanda hanya sebatas denotatif atau penandaan pada tataran pertama.

2.5 Penelitian Terdahulu

Peneliti meninjau beberapa penelitian terdahulu mengenai Analisis semiotika sebagai acuan peneliti serta memperluas kajian dan mempertahankan orisinalitas penelitian. Dengan meninjau penelitian terdahulu maka peneliti akan mendapatkan data yang nantinya akan digunakan sebagai data pendukung dan perbandingan untuk penelitian. Peneliti akan meninjau beberapa penelitian yang memiliki kesamaan fenomena yang berkaitan erat dengan pemaknaan atau simbol.

Untuk menghindari plagiarisme penelitian sejenis maka peneliti akan memaparkan persamaan maupun perbedaan dari beberapa penelitian terdahulu. Adapun beberapa penelitin tersebut adalah:

1. Penelitian dari Fatimatur Rosyidah. (2019)

Dari penelitian Fatimatur Rosyidah yang berjudul “Makna Pesan Moral Dalam Film Top Secret Of The Billioner”, ada beberapa persamaan dan perbedaan.

(18)

24 Persamaan penelitian ini adalah metode penelitian yang menggunakan metode peneltian semiotika, serta fenomena yang diangkat yaitu tentang pemaknaan pesan moral pada sebuah film. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah obyek penelitian, teori, dan Teknik analisis. Subjek penelitian Fatimatur Rosyidah menggunakan film “Top Secret of The Billioner”, untuk teorinya menngunakan teori semiotika Charles Pierce, Sehingga teori dan teknik analisisnya berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti.

Meskipun fenomena yang diangkat sama yaitu tentang pesan moral namun pesan moral yang terkandung dalam filmya berbeda. Penelitian sebelumnya lebih ke sikap jujur, bertanggung jawab dan optimisme dalam berusaha. Sedangkan penelitian yang akan diteliti merujuk pada kehidupan sehari-hari yang sering dijumpai.

2. Penelitian dari Achmad Faris Saputro. (2021)

Persamaan dari penelitian Achmad Faris Saputro yang berjudul “Representasi Seksualitas Dalam Film Jakarta Undercover” adalah obyek dan teori yang digunakan. Obyek penelitian sebelunya menggunakan film Jakarta Undercover dan teori yang digunakan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Karena objek penelitian yang sama peneliti menjadikan penelitian milik Ahmad Faris Saputro (2021) referensi utama dalam pembahasan film Jakarta Undercover, sehingga peneliti mendapatkan informasi tambahan mengenai film tersebut.

Perbedaan dari penelitian ini adalah tentang fenomena yang diangkat, fenomena penelitian sebelumnya mengangkat tentang representasi seksualitas pada film. Penelitian sebelumnya mengemukaan bahwa ada beberapa visual yang

(19)

25 secara vulgar serta cara berpakaian yang minimalis dipertontonkan dalam film tersebut, sehingga nantinya dapat mempengaruhi penonton.

3. Penelitian dari Rizka Iswandani Citraningtyas. (2019)

Penelitian yang dilakukan Rizka Iswandani Citraningtyas (2019) membahas tentang pluralisme Agama yang terdapat dalam film PK. Penelitian tersebut memang memiliki perbedaan dengan penelitian ini, mulai dari fenomena dan objek penelitian. Namun penelitian ini juga mempunyai kesamaan yaitu tentang teori yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu teori semiotika Roland Barthes. Peneliti menggunakan penelitian milik Rizka Iswandani Citraningtyas (2019) sebagai panduan untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

3. Bahwa tuduhan Pengadu kepada Teradu yang diduga melakukan pengubahan Formulir DB-1 DPR hasil Rapat Pleno Terbuka KPU Kabupaten Tapin untuk perolehan suara

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan serangkaian workshop item review yang diselenggarakan secara nasional dan berkesinambungan untuk mengumpulkan dan mereview

En “Geografía nacional”, el narrador nos cuenta, ya de segunda mano, sobre las experiencias de su amigo Eduardo, cuando éste buscaba un aislado sitio a la intemperie para hacer

PROGRAM KEMITRAAN GURU PEMBELAJAR IN‐ON‐IN TATAP MUKA  Dengan  keterbatasan  kuota  Moda  Daring  Kombinasi  (Daring  dan  Tatap  Muka)  dan 

Tempat penerimaan dan pengolahan data yang terkait dengan penanganan bencana. Mengumpulkan seluruh data yang terkait dengan bencana. Melakukan koordinasi dengan

Penampilan (appearance) yang diberikan di media sosial Instagram dapat dilihat dari pakaian yang digunakan, yaitu mereka menggunakan hijab yang pada akhirnya