• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD KABUPATEN GOWA PADA KONSTITUEN DAERAH PEMILIHAN V KECAMATAN BONTONOMPO DAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD KABUPATEN GOWA PADA KONSTITUEN DAERAH PEMILIHAN V KECAMATAN BONTONOMPO DAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD KABUPATEN GOWA PADA KONSTITUEN DAERAH PEMILIHAN V KECAMATAN BONTONOMPO DAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

MUHAMMAD ARASY NomorStambuk : 10564 310 08

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD KABUPATEN GOWA PADA KONSTITUEN DAERAH PEMILIHAN V KECAMATAN BONTONOMPO DAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh MUHAMMAD ARASY Nomor Stambuk : 10564 310 08

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

PERSETUJUAN

JUDUL SKRIPSI : STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

ANGGOTA DPRD KABUPATEN GOWA PADA KONSTITUEN DAERAH

PEMILIHAN V KECAMATAN

BONTONOMPO DAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

NAMA MAHASISWA : Muhammad Arasy NOMOR STAMBUK : 10564 310 08

JURUSAN : IlmuPemerintahan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si. Adnan Ma’ruf, S.Sos.,M.Si.

Mengetahui :

Dekan, Ketua Jurusan

FISIPOL Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

DR. H. Muhlis Madani, M.Si. A. Luhur Prianto, S.IP., M.Si.

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterimah oleh panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor 1691/FSP/A.1-VIII/XI/36/2014 Tahun 2014 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan. Di Makassar pada hari Jum’at Tanggal 14 November 2014

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris,

DR. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.

Penguji :

1. DR. H. Muhammadiyah, MM. (Ketua) ( )

2. Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si. ( )

3. Samsir Rahim, S.Sos.,M.Si. ( )

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Muhammad Arasy

Nomor Stambuk : 10564 310 08

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah ini penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilah dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya besedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2014 Yang menyatakan,

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Politik Anggota DPRD Kabupaten Gowa pada Konstituen Daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik yang mutlak dan harus dipenuhi sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini terwujud setelah mendapatkan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak dengan memberikan masukan dan saran-saran sebagai bahan materi pada penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Orangb Tua (Ayah dan Ibu), serta saudara-saudaraku yang turut mendoakan, mendidik serta memberikan konstribusi yang begitu tulus sehingga penulis dapat meraih cita-cita yang mulia ini dan penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan bantuan arahan yang mendetail

(7)

sehingga penulis dapat mengerti tentang metode penulisan skripsi. Selain itu penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M,Pd. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Andi Nuraeni Aksa, SH.,MH. Sebagai penasehat akademik, penulis berterima kasih atas segala bimbingannya selama ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang turut memberikan kontribusi pemikirannya terhadap perkembangan pemikiran penulis.

6. Bapak Ketua dan staf Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Makassar atas pelayanannya selama proses penelitian, serta Ketua DPRD, khususnya anggota DPRD Kab. Gowa Dapil V Kec. Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

7. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Yang telah memberikan semangat sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat mencapai penyelesaian.

(8)

8. Buat kakanda Muhammad Agus, SH. dan Muhammad Nur Isra’,S.Sos.,M.Si. telah banyak memberikan sumbansi pemikiran dan do’a sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat mncapai penyelesaian. 9. Teman-teman Satuan Pelajar Mahasiswa Pemuda Pancasila Komisariat

Unismuh Dan Kabupaten Gowa (SAPMA PP) dan teman-teman dari Hipma Gowa yang telah banyak memberikan sumbansi pemikiran dan arti dari sebuah kebersamaan.

10. Buat sahabat-sahabatku Asrul Asjak, Aan, Adi, Akbar, dan orang yang aku sayangi yg selalu menemaniku dan memberikan semangat didalam menyelesaikan skripsi ini

11. Buat teman-teman KKP angkatan ke V yang banyak memberikan masukan-masukan yang sifatnya membangun.

Demi kesempurnaan skripsiini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan, dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang melimpah atas segala kebaikan kita semua, Amin.

Makassar, Juli 2014

(9)

ABSTRAK

MUHAMMAD ARASY 2014 “Strategi Komunikasi Politik Anggota DPRD Kabupaten Gowa pada Konstituen Daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa” dibimbing oleh Hj. Muhajirah Hasanuddin dan Adnan Ma’ruf.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa terhadap konstituen di daerah pemilihannya. Dan juga untuk mengetahui faktor-faktor penghambat komunikasi politik yang dihadapi anggota DPRD Kabupaten Gowa dengan konstituen di daerah pemilihannya.

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Gowa Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dimana proses penelitiannya berawal dari suatu observasi dengan membuat generalisasi-generalisasi yang abstrak melalui proses induksi. Penelitian kualitatif terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan observasi yang mendalam. Data sekunder melalui studi pustaka. Adapun informan yang ada yaitu semua anggota DPRD terpilih di daerah pemilihan V wilayah Bontonompo dan Bontonompo Selatan periode 2014-2019, kemudian data yang dikumpulkan dibuatkan rangkuman inti dari proses wawancara tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi ini tentunya tidak berlaku secara perorangan melainkan secara tim, sehingga untuk menentukan strategi apa yang tepat digunakan tentunya hasil keputusan tim sukses dalam pemilihan. Selain itu upaya tatap muka langsung ke masyarakat sangat efektif dalam mengkampanyekan kandidat baik forum-forum silaturahmi,diskusi maupun tatap muka secara massal.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN...………. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...…… v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 9

C. Tujuan Penelitian...………... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, KonsepdanTeori ……..……… 11

B. Kerangka Pikir …...……….. 36

C. Fokus Penelitian ………...………. 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian……… 41

B. Jenis dan tipe Penelitian ……… 41

C. Sumber Data …………...………...………. 42

(11)

E. Tekhnik Pengumpulan Data ……….. 44 F. Tekhnik Analisis Data ………... 44 G. Pengabsahan Data …... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ... 46 B. Strategi Komunikasi Politik ... 48 C. Faktor Pendukung Komunikasi Politik DPRD Kab. Gowa Dapil V

Bontonompo-Bontonmpo Selatan ... 52 D. Faktor penghambat Komunikasi Politik Anggota DPRD

Kab. Gowa Dapil V Bontonompo-Bontonompo Selatan ... 55

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Sara-saran ... 67

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kelangkaan untuk menemukan tokoh kunci dalam prosesi demokrasi di suatu daerah memang gampang-gampang susah. Sebab seluruh masyarakat yang ikut dalam prosesi Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) , atau Pilcaleg (Pemilihan Calon Legislatif) merasa bahwa dialah yang paling kompeten di masyarakat. Sementara ketokohan diukur dari konsistensi dia mengawal masyarakat, dan pengawalan itu tentunya tidak instan. Sehingga dibutuhkan strategi jitu dalam melakukan pemenangan Pemilihan calon legislatif di suatu daerah.

Keberhasilan di Tahun 2004 merupakan perjuangan keras dari seluruh aspek bangsa ini, tak ketinggalan yaitu aturan yang mengawal pelaksanaan pemilu kala itu, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ditahun kedua ini, yaitu tahun 2009, agar tercipta derajat kompetisi yang sehat, partisipatif dan mempunyai derajat keterwakilan yang lebih tinggi, serta memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas, maka penyelenggaraan pemilihan umum harus dilaksanakan lebih berkualitas dari waktu ke waktu.

Landasan hukum penyelenggaraan pemilihan umum di tahun 2004 yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor

(13)

10 Tahun 2006 tentang Penetapanperaturan pemerintah pengganti Undang- undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang perubahan kedua atas undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perlu untuk diganti dengan undang-undang baru yang lebih komprehensif dan sesuai untuk menjawab tantangan permasalahan baru dalam penyelenggaraan pemilihan umum.

Berdasarkan pertimbangan tersebutlah, maka di Tahun 2008 diterbitkan undang-undang paket politik dimana salah satu undang-undang tersebut mengatur pelaksanaan pemilihan umum di Tahun 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menjadi landasan hukum baru bagi penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia.

Kecenderungan kekalahan dalam pertarungan pilkada biasanya dilatar belakangi oleh persoalan- persoalan komunikasi. Sehingga yang biasanya memenangi Pilcaleg orang yang memiliki kemampuan mengkomunikasikan kandidat dengan masyarakat tentang harapan-harapannya bertarung di Pemilihan calon legislatif. Tapi ada juga kandidat pemenang Pemilihan calon legislatif yang tidak mengandalkan strategi komunikasi yang jitu, melainkan hanya mengandalkan media kekeluargaan, ketokohan, dan popularitas di masyarakat. Apalagi banyak juga legislator yang terpilih bukan dipilih Karena kapasitasnya melainkan karena adanya factor lain seperti Money Politic, dan lain sebagainya.

(14)

Tapi lagi-lagi setiap kandidat memerlukan komunikasi, Selain itu Komunikasi sangat berarti guna membangun kedekatan-kedekatan masyarakat dengan kandidat, olehnya seorang kandidat harus punya kemampuan melobi agar terpilih sebagai anggota DPRD. Lalu seberapa besar pengaruh komunikasi terhadap kandidat maka yang perlu diperhatikan adalah media Komunikasinya melalui jalur apa?dan trand komunikasi yang bagus seperti apa?

Dalam reformasi politik pada tahun 1997 yang diawali dengan runtuhnya rezim Soeharto telah membawa perubahan yang mendasar dalam tatanan politik Indonesia dan berdampak pada semakin banyaknya tuntutan dari masyarakat. Hal ini diakibatkan keinginan dari masyarakat untuk memperoleh sesuatu yang baru dibandingkan apa yang didapatkan pada waktu sebelum reformasi berlangsung. Pengekangan yang terjadi pada waktu kepemimpinan Soeharto khususnya di bidang pemerintahan (partisipasi masyarakat) membuat masyarakat menginginkan sesuatu yang baru dalam tatanan pemerintahan.

Sehingga agenda reformasi mengalami trasnsisi ekonomi dan transisi politik menjadi kalangkabud menemukan bentuknya. Sehingga efek dari meletusnya reformasi menjadikan masyarakat bingung akan dibawah kemana. Kegamangan ini membuat Pemerintahan Habibie harus bekerja keras walaupun Provinsi Timor Leste harus berpisah dari NKRI.

Melakukan perubahan mutlak harus dilakukan oleh pemerintahan Habibie sebagai pelaksana tongkat estafet dari pemerintahan terdahulu. Salah satu agenda nasional yang harus dijalankan oleh pemerintahan Habibie dalam era reformasi adalah desentralisasi, otonomi daerah dan perubahan politik. Beban berat dipikul

(15)

oleh pemerintahan Habibie karena banyak permasalahan yang akan dihadapi selepas pergantian kepemimpinan. Mulai dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan hingga permasalahan sistem politik yang harus diperbaiki. Demokrasi pada waktu kepemimpinan Soeharto mendapat banyak kritikan dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat merupakan tantangan baru bagi kepemimpinan Habibie untuk merubahnya. Alfian menyatakan bahwa suasana demokratis akan tercapai atau terpenuhi bila mana ada dukungan masyarakat, sedangkan dukungan tersebut akan datang bila mana anggota-anggota masyarakat merasa kehendak-kehendak dan kepentingan- kepentingan mereka mendapat saluran yang wajar.

Peran Masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan politik jika masyarakat merasa bahwa mereka mempunyai kepentingan untuk diperjuangkan. Salah satu agenda yang penting dalam melakukan perubahan politik adalah menyelenggarakan pemilu. Makna pemilu yang paling esensial bagi suatu kehidupan politik yang demokratis adalah sebagai institusi untuk melakukan perebutan kekuasaan (pengaruh) yang dilakukan dengan regulasi, norma dan etika sehingga sirkulasi elit politik (pergantian kekuasaan) dapat dilakukan secara damai dan beradab.

Salah satu agenda reformasi melaksanakan sistem demokrasi, pemilu merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatan rakyat. Rakyat menjadi pihak yang menentukan dalam proses politik dengan memberikan suara mereka secara langsung. Melalui pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

(16)

secara tidak langsung rakyat dapat melakukan pertukaran pemerintahan dengan jalan damai berdasarkan peraturan yang telah disepakati.

Masyarakat pada umumnya merupakan elemen penting dalam melakukan pergantian kepemimpinan nasional. Oleh karena itu perlu adanya mekanisme yang jelas dalam mengatur kekuasaan rakyat ini. Pemilihan umum merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menentukan siapa yang akan mewakili mereka dalam lembaga legislatif dan siapa yang akan memimpin mereka dalam lembaga eksekutif. Pemilihan umum juga wadah untuk menjaring orang-orang yang benar-benar bisa dan mampu untuk masuk ke dalam lingkaran elit politik, baik itu di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.

Pada masa kepemimpinan Habibie sistem pemilu mengalami perubahan. Di era ini presiden Habibie melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dilakukan dengan mekanisme pemilih memilih partai, yang kemudian partai yang menentukan orang-orang yang akan duduk mewakili para pemilihnya. Kemudian perubahan terjadi pada pemilu 2004 era Megawati Soekarnoputri dimana rakyat sebagai pemilih diberi kesempatan untuk langsung memilih wakilnya untuk duduk sebagai wakil mereka dengan lebih sedikit campur tangan dari partai politik. Hal ini menyebabkan rakyat menjadi elemen penting dalam pemilu terutama partisipasi dalam memilih wakilnya.

Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Harian Kompas menunjukkan antusiasme responden untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2004. Tak kurang 195 orang dari 210 responden menyatakan memanfaatkan hak yang

(17)

dimilikinya itu dalam pemilihan umum 2004 (Kompas, 10/4/2004) . Pada pemilu 2004 yang lalu, peserta pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah partai politik yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai peserta pemilu yang diatur dalam UU pemilu. Artinya, hanya partai politik yang berhak untuk mencalonkan kader-kadernya untuk duduk di lembaga DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Sistem Pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Pada pemilu 2004 selain mencoblos partai juga diberikan kesempatan kepada pemilih untuk mencoblos satu calon di bawah tanda gambar partai politik peserta pemilu dalam surat suara.

Adanya hak pemilih dalam menentukan partai dan calon merupakan cerminan dari sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Namun UU pemilu juga menyebutkan apabila pemilih hanya mencoblos tanda gambar partai saja, maka surat suara juga sudah sah. Dalam kartu suara, selain nama dan lambang partai politik akan dicantumkan juga nama-nama calon peserta pemilu. Setiap partai politik berhak mencantumkan nama-nama sebanyak maksimal 120% dari jumlah kursi di daerah pemilihan. Oleh karena itu, kartu suara di tiap daerah pemilihan akan berbeda-beda. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan dalam pemilihan umum sebanyak 550 kursi. Sementara itu, jumlah kursi untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota disesuaikan dengan jumlah penduduk di masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan range tertentu. Untuk jumlah kursi DPRD Provinsi ditetapkan sekurang-kurangnya 35 kursi dan

(18)

sebanyak-banyaknya 100 kursi. Jumlah kursi untuk DPRD Kabupaten/Kota ditetapkan sekurang-kurangnya 20 kursi dan sebanyak-banyaknya 45 kursi.

Sistem pemilihan yang seperti itu diharapkan akan muncul wakil-wakil rakyat yang dekat dengan konstituen di daerah pemilihannya. Perubahan ke arah kehidupan yang lebih demokratis tengah berlangsung di Indonesia. Pemilu 1999 dan pemilu 2004 telah menghasilkan kepemimpinan baru, lembaga tidak lagi didominasi oleh partai tunggal, dan proses pengambilan keputusan di DPR berlangsung lebih transparan, bahkan media dapat meliput rapat-rapat DPR secara langsung dan terbuka. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat lebih memahami keberadaan dan kegiatan DPR. Di sisi lain, sebagai wakil rakyat anggota Dewan diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan rakyat.

Anggota Dewan selama ini menjaring aspirasi yang berkembang melalui beberapa cara, misalnya penyampaian aspirasi secara langsung di DPR, hasil pengumpulan pendapat umum, dan kunjungan ke lapangan. Meski telah menempuh berbagai cara, seringkali keputusan yang diambil oleh DPR belum mampu mencerminkan aspirasi masyarakat luas. Ini mencerminkan belum efektifnya informasi yang berasal dari masyarakat sebagai sebuah masukan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Karenanya, penjaringan aspirasi masyarakat perlu lebih diefektifkan dengan melibatkan anggota DPR secara langsung.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut adalah mengefektifkan kegiatan anggota DPR selama masa reses melalui dialog-dialog langsung dengan berbagai elemen masyarakat. Belum mapannya sistem politik di

(19)

Indonesia memang menumbuhkan keyakinan bahwa tidak akan ada sanksi politik secara langsung yang akan didapat oleh para anggota DPR. Sistem Pemilihan Umum yang masih saja mengedepankan dominasi elit partai politik masih meminggirkan seleksi alamiah para anggota DPR yang seharusnya terjadi dengan tidak dipilihnya lagi mereka yang tidak mampu memenuhi komitmen politiknya. Pada saat ada tudingan jelas yang disertai data mengenai “Rapor Merah Wakil Rakyat” yang merinci nama-nama anggota DPR yang punya catatan buruk dalam hal kehadiran saja, tidak satupun di antara mereka yang merasa perlu menjelaskan kepada konstituennya mengenai kinerjanya.

Permasalahan seperti ini ada karena tidak adanya peraturan yang baku bagaimana seharusnya seorang wakil rakyat melakukan kerjanya dengan baik. Dalam artian etika kerja yang kurang baik dari wakil rakyat merupakan dasar bagi rakyat untuk tidak memilihnya kembali pada pemilihan umum selanjutnya. Dalam UU No.22 Tahun 2003 Pasal 81 disebutkan Anggota DPRD Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban seperti yang dijelaskan pada Pasal 81 Huruf h memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya.

Dalam kegiatannya anggota dewan akan melakukan komunikasi politik dalam menyerap aspirasi masyarakat. Selama ini kegiatan anggota dewan dilakukan tanpa ada aturan yang baku seperti apa komunikasi politik hendaknya dilakukan oleh anggota dewan terhadap konstituen di daerah pemilihannya. Hal ini dapat mengakibatkan kunjungan kerja ke daerah pemilihan hanya sebatas

(20)

melepas kewajiban. Dengan memperhatikan beberapa hal dalam latar belakang masalah, maka penelitian tesis ini diberi judul:

“Strategi Komunikasi Politik Anggota DPRD Kabupaten Gowa pada Konstituen Daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo SelatanKabupaten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi komunikasi politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa terhadap konstituen di daerah pemilihannya? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung komunikasi politik

yang dihadapi anggota DPRD Kabupaten Gowa terhadap konstituen di daerah pemilihannya ?

C. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui Strategi komunikasi politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa terhadap konstituen di daerah pemilihannya.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung komunikasi politik yang dihadapi anggota DPRD Kabupaten Gowa dengan konstituen di daerah pemilihannya.

(21)

D. Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah :

1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada berbagai kalangan seperti kalangan akademisi khususnya dan masyarakat luas pada umumnya yang tertarik tentang kinerja dari anggosta dewan perwakilan rakyat daerah.

2) Secara praktis dapat memberikan pemahaman kepada anggota dewan perwakilan rakyat daerah untuk meningkatkan tanggungjawabnya terhadap masyarakat, khususnya pada konstituen di daerah pemilihannya.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Pengertian Strategi

Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007: 3).Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara, sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi metode, teknik, dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran. Melalui penerapan strategi komunikasi politik, rakyat dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan itu tersalur atau tidak dalam berbagai kebijakan publik. Bagi pemerintah, strategi komunikasi politik berguna untuk proses pembuatan atau penerapan dan pemutusan aturan-aturan terhadap proses pilkada langsung di Indonesia. Penerapan strategi komunikasi politik di Indonesia pada pilkada secara langsung, perlu dikembanggkan, terutama dalam rangka pertumbuhan sistem demokrasi. Caranya dengan meningkatkan kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya, serta bagi kekuatan sosial-politik untuk menampung dan menyalurkan kebijakan-kebijakannya sehingga berkembang komunikasi timbal balik antara

(23)

suprastruktur dan infrastruktur politik dalam mempersiapkan pilkada langsung yang berkualitas di Indonesia.

2. Pengertian Komunikasi Politik

Dalam pengertian umum komunikasi adalah hubungan dan interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Menurut Gabriel Almond(1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.

Interaksi itu terjadi karena seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh pihak lain yang menjadi sasaran, sehingga sedikit banyak mempengaruhi sikap dan tingkah laku pihak dimaksud. Anggota masyarakat melakukan komunikasi ini secara terus menerus. Oleh karena itu, dapat dipahami, komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semuan anggota masyarakat dimanapun dan kapan pun.

Mochtar Pabotinggi (1993): dalam praktek proses komunikasi politik sering mengalami empat distorsi.

a. Distorsi bahasa sebagai "topeng"; ada euphemism (penghalusan kata); bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti "bahasa topeng". b. Distorsi bahasa sebagai "proyek lupa"; lupa sebagai sesuatu yang

dimanipulasikan; lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.

(24)

c. Distorsi bahasa sebagai "representasi"; terjadi bila kita melukiskan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh, gambaran buruk kaum Muslimin dan orang-orang Arab oleh media Barat.

d. Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang cenderung menyebarkan distoris ideologi. Pertama, perspektif yang mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang --monopoli politik kelompok tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata menekankan tujuan tertinggi suatu sistem politik. Mereka yang menganut perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.

Gambaran ini memberikan bahwa objek studi ilmu komunikasi ini adalah komunikasi yang terjadi di masyarakat. Berhubung objek tersebut mencakup masyarakat yang luas, maka titik berat perhatian ilmu komunikasi mencakup komunikasi antarpribadi atau komunikasi langsung/tatap muka, yang mencakup komunikasi melalui media massa.

Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi, ilmu komunikasi saat kini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah, maupun elektronik seperti radio, dan televisi. Khususnya media elektronik, perkembangannya sangat pesat, sangat mempengaruhi model dan paradigma komunikasi, yaitu komunikasi massa.

Menyangkut dengan peran penting media tehadap komunikasi politik maka banyak teori yang membicarakan hal tersebut. Seperti teori

(25)

komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi, teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

Kemudian Teori Model Lasswell Salah satu teoritikus komunikasi massa yang tersohor dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

Seiring berjalannya waktu, teori-teori komunikasi terus bermunculan. Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi. Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya. Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang

(26)

bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain.

Komunikasi massa ini sangat berhubungan erat dalam membahas komunikasi politik. Komunikasi politik di sini mencakup masyarakat luas yang banyak terlibat dalam bentuk komunikasi antarpribadi dan kelompok. Mereka mendiskusikan tentang informasi yang mereka baca dan dengar dari media cetak dan elektronik. Studi komunikasi politik tidak akan sempurna bila komunikasi antarpribadi tidak memperoleh tempat yang penting dalam studi tersebut.

Istilah komunikasi politik masih relatif baru dalam ilmu politik. Istilah tersebut mulai banyak disebut-sebut semenjak terbitnya tulisan Gabriel Almond (2001:5) membahas komunikasi politik secara lebih rinci. Definisi komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar belakang budaya yang berbeda. Arti penting dari sumbangan pemikiran Almond terletak pada pandangannya bahwa semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini, yang ada sekarang, dan yang akan nanti mempunyai persamaan-persammaan yang mendasar, yaitu adanya kesamaan fungsi yang dijalankan oleh semua sistem politik. (Ardial 2008)

Komunikasi politik merupakan salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankanoleh setiap sistem politik. Seperti dikemukakan oleh Almond (2001:45) : semua fungsi (tujuh fungsi) yang dilakukan dalam sistem

(27)

politik; yaitu (1) sosialisasi politik, (2) perekrutan, (3) artikulasi interest (artikulasi kepentingan), (4) agregasi interest (agregasi kepentingan), (5) pembuatan aturan, (6) aplikasi aturan, dan (7) aturan putusan hakim, harus dilakukan melalui komunikasi.

Tulisan Almond tersebut menunjukkan bahwa ada kaitan antara fungsi politik dengan komunikasi politik. Fungsi komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri. Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat tujuh fungsi lainnya dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

Perspektif yang berbeda, Nimmo (2000 :10), juga memberi rumusan komunikasi politik. Dengan memandang inti komunikasi, sebagai proses interaksi sosial dan inti politik sebagai konflik sosial, merumuskan komunikasi politik sebagai kegiatan yang bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang menata prilaku dalam kondisi konflik.Sedangkan bila ditinjau dari sisi komuikasi oleh para pakar ilmuwan komunikasi agak berbeda. Ilmuwan komunikasi lebih banyak membahas peranan media massa dalam komunikasi politik. Para ilmuwan politik mengartikan komunikasi politik sebagai proses komunikasi yang melibatkan pesan komunikasi dan aktor politik dalam kegiatan kemasyarakatannya. Ilmuwan komunikasi menilai saluran komunikasi melalui media massa merupakan saluran komunikasi politik yang sangat urgen. Sebaliknya

(28)

ilmuwan politik menilai saluran media massa dan saluran tatap muka memainkan peranan yang sama pentingnya.

Berdasarkan uraian di atas dan pendapat dari pada ilmuwan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik mempunyai lingkup pembahasan yang sangat luas, tidak hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam mencapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tetapi juga bagaimana sistem yang berlangsung dipertahankan.

3. Fungsi Komunikasi Politik

Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan.

Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara yang memerintah dan yang diperintah. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tidak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.

Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang

(29)

awam berkomentar sosial terhadap suatu kebijakan pemerintah, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk suatu kebijakan sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR.

Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang berkomunikasi tentang politik, mulai dari pembicaraan di warung kopi hingga sidang parlemen untuk membahas konstitusi negara.

Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, teristimewa dalam proses opini publik. Komunikator Politik terdiri dari tiga kategori: Politisi, Profesional, dan Aktivis.

a. Politisi adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, seperti aktivis parpol, anggota parlemen, menteri dan lain sebagainya.

b. Profesional adalah orang yang menjadikan komunikasi sebagai nafkah pencahariannya, baik di dalam maupun di luar politik, yang uncul akibat revolusi komunikasi: munculnya media massa lintas batas dan perkembangan sporadis media khusus (majalah internal, radio siaran dan lain sebagainya.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Terdiri dari jurnalis (wartawan,

(30)

penulis) dan promotor (humas, jurubicara, jurukampanyedan lain sebagainya.).

c. Aktivis - (1) Jurubicara (spokesman) bagi kepentingan terorganisasi, tidak memegang atau mencita-citakan jabatan pemerintahan, juga bukan profesional dalam komunikasi. Perannya mirip jurnalis. (2) Pemuka pendapat (opinion leader) –orang yang sering dimintai petunjuk dan informasi oleh masyarakat; meneruskan informasi politik dari media massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal masyarakat kharismatis, atau siapa pun yang dipercaya publik.

Komunikasi politik juga merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas‟oed dan Andrew, 2001:130). Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik yang menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan kebijakan. Dengan demikian fungsi membawakan arus informasi balik dari masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.

Fungsi komunikasi politik itu terutama dijalankan oleh media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian media emassa itu memiliki peranan yang strategis dalam sistem politik. Berarti frekuensi dan intensitas yang lebih besar. Di samping perasaan “sadar informasi” hal itu juga didukung oleh tersedianya fasilitas yang memadai.

(31)

Kelancaran komunikasi politik akan sangat berpengaruh pada kemantapan kehidupan politik. Terlambatnya saluran komunikasi politik dapat mengakibatkan munculnya kecurigaan antara satu kelompok lain, antara satu pihak dengan pihak lain. Atas dasar itu, keterbukaan politik ada batasnya, diperlukan dalam pembinaan sistem politik. Maka dari itulah munsul fungsi komunikasi bagi komunikasi politik untuk mempermudah jalannya sistem politik yang ada.

Menurut Sumarno (2001:28) fungsi komunikasi politik dapat dibedakan kepada dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas.

Kedua, fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut.

Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara.

(32)

Komuniksi ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespons sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

Fungsi yang secara langsung (Mas‟oed dan Andrew,2001:31) yang berkaitan dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan adalah :

a. Fungsi Artikulasi Kepentingan

Upaya mewujudkan pola hubungan baru yang menampung seluruh kepentingan melalui proses sintesis aspirasi banyak orang itulah yang dinamakan artikulasi kepentingan. Dengan demikian artikulasi dapat juga dikatakan sebagai suatu proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang beragam. Yang akan disaring dan dirumuskan secara teratur yang selanjutnya dilanjutkan dalam kebijakan.

b. Fungsi Agregasi Kepentingan

Pendapat dan aspirasi seseorang atau sekelompok orang akan hilang ditelan oleh hiruk pikuk kehidupan modern apabila tidak dilakukan penggabungan antara beberapa pendapat dan aspirasi yang sama. Fungsi menggabungkan berbagai kepentingan yang hampir sama untuk disatukan dalam suatu rumusan kebijakan lebih lanjut inilah yang dinamakan agregasi kepentingan. Jadi dengan adanya agregasi kepentingan ini bukan lagi kepentingan perorangan/individu yang muncul, akan tetapi kepentingan masyarakat.

(33)

c. Fungsi Pembuatan Kebijakan

Fungsi ini merupakan fungsi yang dijalankan oleh legislatif. Untuk menjalankan fungsi itu legislatif bekerjasama dengan lembaga eksekutif. Untuk melaksanakan badan perwakilan rakyat yang memiliki sejumlah hak, seperti hak prakara (inisiatif), yaitu hak untuk mengajukan rancangan undang-undang; hak amandemen, hak untuk mengubah rancangan undang-undang; hak budget, yaitu hak untuk ikut menetapkan anggaran belanja negara. Di samping itu, badan perwakilan rakyat memiliki interplasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintahan dan hak angket yaitu hak untuk melakukan penyelidikan serta hak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintahan.

d. Fungsi Penerapan Kebijakan

Fungsi penerapan kebijakan atau peraturan yang dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran birokrasinya. Fungsi penerapan tidak hanya pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan. Malahan dalam banyak hal harus membeberkan penafsiran atas peraturan tersebut sehingga mudah dipahami dan ditaati oleh warga negara. e. Fungsi Penghakiman Kebijakan

Fungsi ini untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan, dan penegakan fakta-fakta yang perlu mendapatkan keadilan. Dengan kata lain fungsi tersebut untuk membuat keputusan yang mencerminkan rasa keadilan apabila terjadi penentangan terhadap peraturan perundangan.

(34)

Penghakiman peraturan pada dasarnya bertujuan menjamin kepastian hukum tercapainya suasana tertib dalam masyarakat.

Fungsi komunikasi politik secara totalitas, yaitu mewujudkan kondisi negara yang stabil dengan terhindar dari faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional. Fungsi komunikasi politik dalam hubungn antara suara dan infrastruktur politik, berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas nasional yang bersifat interdepedensi dalam berlangsungnya suatu sistem pada ruang lingkup negara.

4. Tujuan Komunikasi Politik

Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan publik opinion (pendapat umum). Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah (PILKADA).

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa baik itu penggabungan kepentingan (interest aggregation) dan perumusan kepentingan (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy.

(35)

Selama PILKADA berlangsung di Indonesia, banyak muncul konflik yang berkaitan dengan komunikasi politik. Para kandidat calon anggota dewan perwakilan rakyat saling melemparkan issue politik dan membeberkan berbagai kelemahan saingan kandidat. Sekaitan dengan penjelasan tersebut, seperti diungkapakan Arifin (2002:05) salah satu tujuan dari komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak.

1. Pembentukan Citra Politik

Citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang yang terkait dengan politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsesus). Citra politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya pendapat umum politik terwujud sebagai konsekuensi dari kognisi komunikasi politik. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat atau perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkungan dan citra itulah yang mempengaruhi pendapat atau perilaku khalayak.

Berdasarkan penjelasan di atas, citra politik dapat dirumuskan sebagai gambaran tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsesus) yang memiliki makna kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya. Citra politik tersusun melalui kepercayaan, nilai, dan pengharapan dalam bentuk pendapat pribadi yang selanjutnya dapat berkembang menjadi pendapat

(36)

umum. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massayang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual.

Pembentukan citra politik sangat terkait dengan sosialisasi politik. Hal ini disebabkan karena citra politik terbentuk melalui proses pembelajaran politik baik secra langsung maupun melalui pengalaman empirik. Sekaitan ini Arifin (2002:107) menegaskan, citra politik mencakup tiga hal, yaitu :

a. Seluruh pengetahuan politik seseorang (kognisi), baik benar maupun keliru.

b. Semua referensi (afeksi) yang melekat pada tahap tertentu dari peristiwa politik yang menarik.

c. Semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang apa yang mungkin terjadi jika ia berperilaku dengan cara berganti-ganti terhadap objek dalam situasi itu.

Sosialisai politik dapat mendorong terbentuknya citra politik pada individu. Selanjutnya citra politik mendorong seseorang mengambil peran atau bagian (partai, diskusi, demonstrasi, kampanye, dan pemilihan umum) dalam politik. Hal ini disebut dengan nama partisipasi politik .

(37)

2. Pembentukan Opini Publik

Sebagaimana telah disinggung di muka, selain citra politik komunikasi politik juga juga bertujuan untuk membentuk dan membina opini publik (pendapat umum) serta mendorong partisipasi politik.

Banyak definisi tentang publik dan opini ini sebagai pencerminan dari perbedaan sosial dan ideologi yang beraneka ragam di dunia. Namun kita dapat melihat titik-titik persamaan, bahkan pengertian publik tidak diartikan sebagai jumlah individu-individu yang berbentuk. Hal ini penting untuk dikemukakan bahwa publik itu adalah jamak. Demikian halnya dengan opini publik bahwa opini publik bukan merupakan kumpulan pendapat individu namun opini publik adalah proses memperbandingkan dan mempertentangkan secara berkelanjutan berdasar pada empirik dan pengetahuan yang luas.

Mengenai sesuatu persoalan (issue) yang dianggap orang aktual sudah biasa mempercakapkannya tanpa acara, waktu, dan tempat. Percakapan yang berupa pertukaran pikiran dan kadang-kadang terlibat dalam perdebatan. Masing-masing pihak yang bersangkutan mengajukan pendapatnya berlandaskan fakta, perasaan (sentimen), prasangka (prejudice), harapan, ketakutan, kepercayaan pengalaman, prinsip pendirian, ramalan-ramalan terhadap berbagai macam kemungkinan, aspirasi, tradisi serta adat kebiasaan dan keyakinannya. Persoalan yang dipertentangkan dalam prosesnya semakin lama semakin jelas, sehingga terwujud bentuk-bentuk pebdapat tertentu. Individu-individu telah memilih „pihak‟ kemudian

(38)

menggabungkan dengan pihak yang dianggap sesuai dengan pendapatnya. Dengan demikian, bentuk penilaian mengenai sesuatu persoalan aktual yang dipertentangkan yang didukung oleh sebagian orang-orang telah tercapai. Inilah „social judgment‟ (penilaian sosial). Dan penilaian sosial mengenai sesuatu persoalan adalah „opini publik‟.

5. Karakteristik Konstituen

Sebuah masyarakat sipil yang kuat merupakan fondasi bagi sebuah demokrasi yang kuat. Salah satu ciri masyarakat sipil yang kuat adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat, baik secara perseorangan maupun kelompok, dalam melakukan komunikasi secara terbuka dan ekstensif untuk mengatasi berbagai masalah. Masyarakat sipil ini dalam konteks politik disebut sebagai „konstituen‟. Hubungan komunikasi dua arah antara DPRD, baik secara individu maupun kelembagaan, dengan konstituennya merupakan pola komunikasi yang memperkuat struktur politik dan demokrasi.

Untuk lebih baik mengenali konstituen, ada beberapa hal yang busa diperhatikan :

1. Karakteristik Konstituen

Dalam political Marketing, Konstituen memiliki beberapa karakteristik sesuai dengan unsur pembentukannya. Karakteristik ini bisa diartikan sebagai segmentasi konstituen yang terdiri dari :

(39)

a. Segmentasi Demografis

Pemilihan konstituen berdasarkan karakteristik demografis seperti usia, gender, agama,pendidikan, pekerjaan,kelas sosial-ekonomi dan sebagainya. Metode identifikasinya dapat menggunakan data statistik dan sejarah pemilu di daerah terkait.

b. Segmentasi Agama

Pemilihan konstituen berdasarkan keyakinan ideologi yang dianutnya dalam praktek keseharian. Metode identifikasinya menggunakan kategorisasi modern-tradisonalis, santri-abangan, remaja mesjid-kampus umum, dan sebagainya.

c. Segmentasi Gender

Segmentasi berdasarkan gender tentu saja menghasilkan dua segmen : kaum laki-laki dan kaum perempuan. Segmentasi gender dapat dipertajam dengan menggunakan menganalisa sub-sub segmen perempuan dan laki-laki berdasarkan kelas sosial, ekonomi, karir, profesi dan aktivitas sosial.

d. Segmentasi Usia

Segmnetasi usia dikarakteristikan menjadi lima segmen (Rhenaldi Kasali,1998) yaitu masa transisi, masa pembentukan keluarga, masa peningkatan karir atau keluarga, masa kemapanan, dan masa persiapan pensiunan. Pembagian segmen ini untuk memudahkan metode dan alat yang sebaiknya digunakan untuk berkomunikasi dengan konstituen.

(40)

e. Segmentasi Kelas Sosial

Pemilahan konstituen berdasarkan kelas sosial berdasarkan tingkat pendapatan, kekayaan, ukuran kekuasaan, kehormatan dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Pemilahan ini berguna untuk memetakan sejauh mana potensi konstituen yang berada dalam kelompok lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah.

f. Segmentasi Kohor

Pemilihan konstituen berdasarkan kelompok individu dengan prilaku dan sikap tertentu dan diasosiasikan dengan peristiwa yang terjadi dalam periode tertentu. Pemilahan ini berguna untuk menganalisis perbedaan sikap dan prilaku pemilih untuk generasi yang berbeda. 6. Strategi Komunikasi Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Dukungan

Konstituen

Untuk menjaga terjalinnya hubungan yang harmonis antara calon anggota DPRD Kabupaten Gowa daerah pemilihan IV dengan konstituen diperlukan adanya suatu komunikasi yang dinamis dan dilakukan secara terus menerus. Kesuksesan calon legislatif untuk duduk menjadi anggota DPRD Kabupaten Gowa daerah pemilihan IV yakni menjaga komunikasi dengan para konstituen tidak saja akan berdampak pada kesuksesan anggota DPRD dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan tapi juga berguna memastikan anggota DPRD yang bersangkutan akan terpilih di pemilu.

(41)

Menurut Grindle, (2001) Banyak cara yang bisa dilakukan oleh anggota dewan di antaranya adalah :

1. Temu Warga

Temu warga adalah kegiatan dalam bentuk pertemuan yang melibatkan banyak pihak seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh keagaman, perangkat daerah, kelompok perempuan, pelaku usaha, dan pihak-pihak lainnya yang memiliki kepentingan berbeda atau pun sama, yang akan menentukan prioritas kepentingan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.

Kegunaan temu warga yang sukses dapat menjadi cara yang efektif dalam menggali aspirasi konstituen dari berbagai lapisan dan kelompok.

2. Melakukan kegiatan sosial

Kegiatan sosial merupakan kegiatan massal yang bersifat sosial dengan obyek sasaran (konstituen) tertentu. Misalnya melakukan kegiatan pengobatan gratis bagi warga yang kurang mampu, melakukan sunatan massal, dan sebagainya. Pada kegiatan ini caleg sebaiknya memposisikan diri sebagai pelaksana atau pendukung kegiatan tersebut.

Sama seperti kegiatan yang bersifat massal, kegiatan sosial ini berguna untuk para caleg melakukan hubungan kedekatan emosional secara individu sehingga menciptakan rasa saling memiliki, mengetahui kondisi dan potensi konstituennya.

(42)

3. Door to Door

Door to Door adalah bentuk atau wujud hubungan calon anggota dewan dengan konstituennya secara personal. Calon anggota dewan mengunjungi kediaman sejumlah konstituennya untuk silaturahmi, menyanyakan kabar dan memperoleh masukan/aspirasi langsung dari konstituennya.

Pola hubungan langsung (sangat personal) yang terjalin antara caleg dengan konstituennya melalui kegiatan door to door, jelas sangat efektif untuk mendengar keluh kesah konstituen dan menunjukkan perhatian langsung caleg terhadap kondisi faktual yang terjadi di masyarakat.

4. Bakti Sosial/ Acara Massal

Kegiatan yang bersifat massal tanpa batasan latar belakang, ideologi, strata sosial, dan profesi dilaksanakan secara temporer dan tertentu waktunya. Peran caleg adalah menjadi penggagas dan memungkinkan sebagai pelaksana untuk menghimpun berbagai pihak dalam melaksanakan interaksi komunikasi. Kegiatan yang biasa dilakukan seperti partisipasi kegiatan massal dalam kegiatan olah raga, hiburan, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.

Bakti sosial / Acara massal berguna bagi para caleg untuk memperluas jejaring di konstituen, melakukan kegiatan sosial di konstituen, membina hubungan sosial yang lebih dalam dengan konstituen, dan menjadi salah satu media untuk penyerapan aspirasi konstituen.

(43)

5. Iklan Publik

Iklan publik adalah penyampaian ide, gagasan, pengalaman, kinerja, visi misi, dan harapan calon anggota dewan yang disampaikan kepada konstituen melalui iklan yang dipasang di radio dan televisi. Iklan ini berdurasi pendek, singkat, dan terarah kepada obyek penerimanya. Dilakukan tanpa batas waktu tertentu karena berhubungan dengan momen dan potensi pendanaan yang dimiliki para caleg.

Iklan publik berguna untuk memperkenalkan diri dan mengkomunikasikan pesan dari caleg secara visual terkait dengan tujuannya. Iklan media juga dapat dijadikan sebagai media pertanggungjawaban caleg kepada pemilihnya kelak.

6. Iklan Luar Ruang

Iklan luar ruang adalah bentuk interaksi para calon anggota dewan dengan konstituennya yang dilakukan melalui pembuatan sarana-sarana bersifat fisik seperti, poster, brosur, selebaran, spanduk, majalah berisikan berbagai hal tentang pribadi calon anggota dewan untuk diketahui oleh konstituennya, yang di tempatkan dan disebarkan diberbagai tempat untuk bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Kegunaan iklan luar ruang yakni untuk memperkenalkan calon anggota dewan secara sebagian atau menyeluruh untuk memudahkan konstituen mengetahuinya secara pribadi dan mengevaluasi kinerjanya kelak ketika melaksanakan tugas sebagai anggota dewan. Iklan luar ruang juga berguna untuk menyampaikan berbagai hal secara

(44)

permanen dan jangka waktu yang lama kepada seluruh konstituen karena sifat fisiknya mendukung. Pada iklan ruang umumnya dicantumkan identitas personal calon legislatif agar memudahkan konstituen untuk melakukan komunikasi lanjutan secara langsung. 7. Penggunaan Teknologi Informasi

Penggunaan teknologi informasi dengan menggunakan blog atau situs pribadi para calon anggota dewan di internet. Dengan semakin meluasnya penggunaan internet di segala lapisan masyarakat, terutama kalangan terdidik maka penyebarluasan informasi melalui jaringan internet juga dirasakan semakin dibutuhkan. Memlalui situs pribadi atau blog para calon ini dibuat dengan tujuan untuk dijadikan ajang diskusi untuk mengkritisi ide/gagasan para calon.

7. Efek Kampanye Politik Proses Terjadinya Efek

Menurut McQuail (1991:203) bahwa efek adalah suatu proses dimana individu berubah untuk menolak perubahan sebagai efek terhadap pesan yang dirancang untuk mempengaruhi pengetahuan sikap dan perilaku. Pada dasarnya, efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Dari hal ini diharapkan muncul perilaku individu yang diharapkan.

Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima (komunikan/khalayak) sebagai akibat pesan yang diterima baik

(45)

secara langsung maupun melalui media massa. Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu kognitif. Afektif, dan konatif.

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya.

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu pada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa adalah :

 Suasana emosional

Dapat disimpulkanbahwa respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita.  Skema kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa.

 Faktor presdisposisi individual

Factor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.

(46)

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Stamm dan Bowes dalam Nuruddin (2007:206) menjelaskan efek terbagi dua bagian dasar yaitu efek primer meliputi terpaan, perhatian, pemahaman, sedangkan efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).

Schramm dalam Arifin (1998:40) menjelaskan efek dalam komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat, sikap, atau perilaku khalayak, akibat pesan yang menyentuhnya.

Sebuah efek lahir melalui beberapa tahapan proses yang terjadi dalam diri komunikan. Proses ini merupakan komunikasi antarpersonal yang terjadi untuk merespon stimulus. Bulaeng (2002:53) menjelaskan jika stimulus yang diterima dari komunikator kepada komunikan akan melalui proses pengenalan. Di tahap ini stimulus akan dikenali oleh komunikan yang kemudian dilanjutkan ke tahap panalaran dan perasaan. Tahap ini stimulus mengalami penalaran yaitu sebuah proses untuk menguji stimulus apakah rasional untuk diterima atau tidak. Proses ini melibatkan perasaan komunikan dalam memilih apakah rangsangan cocok dan diterima oleh dirinya. Jika stimulus cocok maka akan lahirlah efek yang merupakan bentuk dari respon balik (feedback) atas stimulus yang diberikan.

(47)

B. Kerangka Pikir

Mengetahui sejauh mana strategi komunikasi politik anggota DPRD pada konstituen daerah pemilihan V di Kec. Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, maka perlu dilaksanakan penelitian untuk mendapatkan suatu hasil yang kongkrit tentang strategi komunikasi politik anggota DPRD pada konstituen di daerah pemilihannya, dengan berbagai dari proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran. Melalui penerapan strategi komunikasi politik, rakyat dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan itu tersalur atau tidak dalam berbagai kebijakan public. Bagi pemerintah, strategi komunikasi politik berguna untuk proses pembuatan atau atau penerapan dan pemutusan aturan-aturan terhadap proses pilkada langsung di Indonesia.

Strategi komunikasi politik yang baik tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambatnya. Adapun faktor pendukung yaitu Partisipasi Konstituen, Partai Politik. Dalam strategi komunikasi politik yang paling banyak mendapatkan respon positif konstituen yakni jika para caleg melakukan temu secara langsung menemui konstituen dengan melakuakan diskusi ataupun kegiatan kemasyarakatan lainnya karena dengan begitu maka akan terjadi komunikasi dua arah antara para caleg dengan konstituen. Ada juga menggunakan door to door atau dari rumah ke rumah. Selain itu ada juga penggunaan media massa, ada pula yang menggunakan strategi gambar berupa baliho, spanduk dan segala macamnya yang menjadi pendukung kampanye.

(48)

Point penting dalam setiap pagelaran pemilihan baik pemilihan kepala daerah maupun pemilihan anggota legislative seorang kandidat harus menghitung dengan pasti hambatan-hambatannya. Dari pemaparan wawancara yang dilakukan oleh ditemukan adanya hambatan-hambatan dalam komunikasi politik. Beberapa diantaranya adalah hambatan utama masalah keuangan atau financial memang sudah mewabah dimasyarakat bahwa seluru kandidat memiliki keuangan yang cukup untukmembiayai kampanyenya. Sehingga hal itu menjadi sebuah kebiasaan, dan jika kandidat tidak menghitung pengeluaran keuangan maka biasa saja dia mengalami kegagalan. Selain hasil temuan diatas bahwa meyakinkan masyarakat itu jg sangat penting selain membangun kepercayaan agar konstituen tidak beralih ke kandidat lain. Karena dalam setiap pemilihan semua kandidat mempresantasekan janji-janji yang sangat ideal. Lain pula hambatan yang dirasakan oleh kandidat yang mewakili kaum perempuan, biasanya mereka mengalami pembatasan melalui aturan main. Dalam hal ini bahwa aturan-aturan menjadi seorang wakil rakyat didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Makanya aturan ini biasanya menjadi jebakan seorang kandidit perempuan untuk tidak bias tampil pada setiap pagelaran.

(49)

Efektivitas Komunikasi Politik: Kepercayaan terhadap

konstituen BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Strategi Komunikasi Politik Anggota DPRD Kabupaten Gowa pada Konstituen Daerah Pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan

Faktor Pendukung

1. Partisipasi Konstituen, partai politik 2. Media 1. Temu warga 2. Melakukan kegiatan sosial 3. Door to door 4. Iklan Publik Faktor Penghambat 1. Masalah Finansial

(50)

C. Deskripsi Fokus Penelitian 1. Strategi komunikasi Politik

Strategi Komunikasi politik yang dilakukan anggota DPRD Kabupaten Gowa daerah pemilihan V merupakan kontrak antara wakil dan konstituennya. Kontrak politik antara wakil dan konstituennya ini biasanya memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu pula. Dalam melakukan komunikasi politik dengan konstituennya, anggota DPRD menjalankannya dalam bentuk komunikasi yaitu tatap muka, dialog dan kunjungan kelapangan.

2. Temu Warga

Temu warga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota DPRD Kabupaten Gowa daerah pemilihan V dalam bentuk pertemuan yang melibatkan banyak pihak seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh keagaman, perangkat daerah, kelompok perempuan, pelaku usaha, dan pihak-pihak lainnya yang memiliki kepentingan berbeda atau pun sama.

3. Melakukan kegiatan sosial

Kegiatan sosial yang dilakukan oleh anggota DPRD Kabupaten Gowa daerah pemilihan V merupakan massal terhadap Konstituen. Pada kegiatan ini caleg sebaiknya memposisikan diri sebagai pelaksana atau pendukung kegiatan tersebut.

4. Door to Door

Door to Door adalah bentuk atau wujud hubungan calon anggota dewan dengan konstituennya secara personal. Yang dilakukan oleh anggota DPRD

(51)

Kabupaten Gowa Daerah Pemilihan V yaitu silaturahmi, menyanyakan kabar dan memperoleh masukan/aspirasi langsung dari konstituennya.

5. Iklan Publik dan luar ruang

Iklan publik penyampaian ide, gagasan, pengalaman, kinerja, visi misi, dan harapan calon anggota dewan yang disampaikan kepada konstituen melalui iklan dan media cetak.

Iklan luar ruang adalah bentuk interaksi para calon anggota dewan dengan konstituennya yang dilakukan melalui pembuatan sarana-sarana bersifat fisik seperti, poster, brosur, selebaran, spanduk, majalah berisikan berbagai hal tentang pribadi calon anggota dewan untuk diketahui oleh konstituennya, yang di tempatkan dan disebarkan diberbagai tempat untuk bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juli 2014. 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Daerah pemilihan V Kec. Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, alasan penentuan lokasi adalah DPRD merupakan anggota legislasi yang di percayakan oleh konstituen untuk menjadi perwakilan setiap daerah. DPRD merupakan perwakilan yang menyuarakan aspirasi masyarakat di daerah masing-masing pemilihan. Dimana tugas dan kewenangannya adalah melakukan regulasi, membuat ketetapan-ketetapan, dan menyuarakan aspirasi rakyat. B. Jenis dan tipe penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah Grounded Reseach (Studi lapangan) yang menitikberatkan pada penemuan fakta-fakta yang diamati di tempat penelitian selama penelitian berlangsung, mengenai Strategi Komunikasi Politik Anggota DPRD Kabupaten Gowa pada Konstituen Daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo SelatanKabupaten Gowa.

2. Tipe penelitian adalah kualitatif, metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

(53)

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Dalam penelitian ini data deskriptif yang ingin dihasilkan adalah data mengenai bentuk-bentuk komunikasi politik, topic agenda permasalahan pada kegiatan yang dilakukan anggota DPRD Kab. Gowa. Peneliti akan melihat kinerja anggota DPRD Kab. Gowa baik secara kelompok maupun perorangan dalam kegiatan yang dilakukan yang berupa partisipasi dalam bentuk dialog, bantuan materi, serta menampung aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya.

C. Sumber Data

1. Data Primer dikumpulkan melalui hasil wawancara langsung dengan pihak yang menjadi obyek dalam penelitian tentang strategi komunikasi politik anggota DPRD Kabupaten Gowa terhadap konstituen daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

2. Data sekunder adalah pengumpulan data yang di lakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian tentang strategi komunikasi politik anggota DPRD Kabupaten Gowa terhadap konstituen daerah pemilihan V Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapil V Kec. Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa

(54)

ada 4 kursi yang terpilih untuk periode 2009-2014 dan konstituen sebagai berikut :

No. Nama Partai Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Akbar Danu Indarta Asriadi Aras, ST. Syamsuddin Tika H. Ahmad Tombong Tokoh Masyarakat Tokoh Pemuda Golkar Demokrat PDIP Gerindra - - 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 4 Orang 1 Orang Jumlah informan 9 Orang (Sumber Data : Kantor DPRD Kab. Gowa)

E. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang autentik, mengenai data penelitian ini penulis mengemukakan teknik pengumpulan yaitu :

1. Teknik observasi (pengamatan) yaitu mengadakan pengamatan langsung dengan cara mengumpulkan data serta mencatat gejala-gejala yang nampak pada objek penelitian tentang Strategi komunikasi politik anggota DPRD kabupaten Gowa pada konstituen daerah pemilihan V kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

2. Teknik wawancara atau lisan yaitu penulis mewawancarai langsung dengan informan yang mengetahui permasalahan yang di teliti.

3. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan terhadap penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah cara atau strategi didukung pula dengan sebuah pesan yang menarik, isinya berbobot sesuai dengan permasalahan yang memang menjadi pokok bahasannya, dan tetap pada jalur

dan stiker menggunakan slogan “ yuk rame-reme coblos nomor 4 ” .Dengan strategi tersebut Dedi Humadi berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Namun hal lain yang menjadi pennasalahan adalah besarnya pengaruh iklan politik tersebut sampai dimana, dari hasil wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden

Dalam hal ini penentuan judul komunikasi politik anggota DPRD Kabupaten Jombang dalam kegiatan reses, agar tidak mencakup terlalu luas dalam melakukan peneltian

x Gaya komunikasi dari setiap individu calon legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa baik yang berasal dari keluarga ulama dan calon legislatif yang berasal