• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN GABUNGAN GREY RELATIONAL ANALYSIS (GRA) DAN PRICIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) PADA METODE TAGUCHI MULTIRESPON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN GABUNGAN GREY RELATIONAL ANALYSIS (GRA) DAN PRICIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) PADA METODE TAGUCHI MULTIRESPON"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN GABUNGAN

GREY

RELATIONAL ANALYSIS

(GRA) DAN

PRICIPAL

COMPONENT ANALYSIS

(PCA) PADA METODE

TAGUCHI MULTIRESPON

Nur Aprilia Rahmadani

1310 105 006

Dosen Pembimbing Dr. Sony Sunaryo,M.Si Co. Pembimbing

JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(2)
(3)

Latar belakang

Kualitas

Optimasi Proses

Metode

Optimasi

Proses

Taguchi

Derringer dan Suich

(1980)

(4)

Latar belakang

Penelitian Rohit

Garg (2010)

Taguchi dan

Fungsi Utility

Metode GRA dan

PCA yang

termasuk metode

baru

Penelitian GRA

sebelumnya

Lu, H. S. dkk. (2009) Ciang dan Hsieh (2009)

(5)

Rumusan masalah

Bagaimana menentukan kombinasi optimal dari parameter proses pada percobaan kinerja wire-EDM dengan menggunakan metode gabungan GRA dan PCA, yang mengoptimalkan respon secara serentak?

Bagaimana hasil pendugaan nilai respon pada kondisi

setting kombinasi optimal?

(6)

tujuan

Menentukan kombinasi optimal dari parameter proses pada percobaan kinerja wire-EDM.

Menduga nilai respon pada kondisi setting kombinasi optimal.

(7)

manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai

kombinasi optimal dari parameter

proses

dengan

menggunakan

metode gabungan GRA dan PCA,

sebagai alternatif pemecahan kasus

multirespon pada metode Taguchi.

(8)

Tinjauan

Pustaka

(9)

TAGUCHI

Metode Taguchi diperkenalkan oleh Dr. Genichi Taghuci (1940).

Metode ini merupakan metodologi baru yang digunakan untuk mengoptimalkan hasil eksperimen dan berprinsip pada perbaikan mutu.

Ada dua komponen utama pada metode Taguchi yaitu Orthogonal array (OA) dan Signal to Noise Ratio (SN

Ratio). Komponen OA dapat digunakan untuk

menentukan jumlah minimal banyaknya percobaan (Park, 1996).

(10)

ORTHOGONAL ARRAY

Orthogonal array merupakan suatu matriks faktor dan

level yang tidak membawa pengaruh dari faktor yang lain atau level yang lain (Belavendram N, 1995).

Pemilihan jenis orthogonal array yang akan digunakan pada percobaan didasarkan pada jumlah derajat bebas total. Penentuan derajat bebas berdasarkan pada :

1. Jumlah faktor utama yang diamati.

2. Jumlah level dari faktor yang diamati.

3. Interaksi percobaan yang diinginkan.

(11)

SIGNAL TO NOISE RASIO

1. Nominal the best

2. Smaller The Better

(12)

Grey relational analysis

(gra)

Teori Grey Relational Analysis (GRA) ditemukan pada periode 1980-an oleh Deng. Teori ini berhubungan dengan metode taguchi yang menunjukkan sebuah pendekatan optimasi yang lebih baru.

Metode Grey Relational Analysis (GRA) digunakan untuk proses optimasi yang memiliki beberapa karakteristik kinerja.

Metode GRA ini dapat mengurangi secara signifikan biaya yang diperlukan dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.

(13)

Grey relational analysis

(gra)

(14)

Grey relational analysis

(gra)

(15)

PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

(Pca)

Analisis komponen utama adalah sebuah metode statistika multivariat yang memilih sejumlah kecil komponen untuk menjelaskan varians dari beberapa respon yang asli.

Langkah-langkah dari PCA menurut Fung and Kang (2005):

1. Menyusun beberapa respon asli

2. Susunan koefisien korelasi

3. Menentukan eigenvalue dan eigenvektor

Pada penelitian Kaiser dalam Fung and Kang (2005), komponen dengan eigenvalue lebih besar dari satu yang dipilih untuk menggantikan respon asli untuk analisa lebih lanjut.

(16)

ANOVA

Analisis varians adalah teknik perhitungan yang

memungkinkan secara kuantitatif mengestimasi

kontribusi setiap faktor pada semua pengukuran

respon. ANOVA digunakan untuk melakukan

pemecahan total variasi percobaan ke dalam

sumber-sumber variasi yang diamati yaitu komponen

pembentuknya berupa faktor utama dan interaksi antar faktor utama (Fowlkes dan Creveling, 1995).

(17)

ANOVA

(18)

PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL

Uji Asumsi Residual Identik

Uji Asumsi Residual Independen

(19)

INTERVAL KEPERCAYAAN

Interval kepercayaan (CI) untuk hasil yang dicapai pada kondisi optimum dihitung dengan cara yang

sama seperti CI pengaruh faktor signifikan.

(Belavendram, 1995) eff e V

n

MS

F

CI

( ,1 2)

(20)

Metodologi

Penelitian

(21)

Sumber data

Data yang digunakan adalah data sekunder penelitian Garg (2010) dengan judul “Pengaruh Parameter Proses Pada Pengukuran Kinerja Wire-EDM”. Data tersebut dalam penelitian ini akan diolah menggunakan metode gabungan GRA dan PCA.

(22)

Variabel penelitian

Variabel Respon

Y1 = Tingkat Pemotongan dengan karakteristik Larger the Better

Y2 = Kekasaran permukaan dengan karakteristik Smaller the Better

Y3 = Arus kesenjangan dengan karakteristik

Larger the Better

Y4 = Penyimpangan dimensi dengan karakteristik

Smaller the Better

(23)

Variabel penelitian

Variabel Prediktor (Faktor) A = Pulse On Time A1 : 106 A2 : 116 A3 : 126 B = Pulse Of Time B1 : 40 B2 : 50 B3 : 60

C = Spark Gap Set Voltage C1 : 20 C2 : 40 C3 : 60 D = Peak Current D1 : 70 D2 : 150 D3 : 230 E = Wire Feed E1 : 4 E2 : 8 E3 : 12 F = Wire Tension F1 : 4 F2 : 8 F3 : 12

(24)

Variabel penelitian

Interaksi terjadi antara faktor A dengan B, faktor A dengan C, dan faktor B dengan C, sehingga diperoleh perhitungan derajat bebas (df) sebagai berikut : df = A + B +C + D + E + F + AB + AC + BC = (3-1) + (3-1) + (3-1) + (3-1) + (3-1) + (3-1) + (3-1)(3-1) + (3-1)(3-1) + (3-1)(3-1) = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 4 + 4 + 4 = 24

(25)
(26)

metode analisis

Menentukan OA

Menghitung S/N Rasio

Normalisasi S/N Rasio

Menghitung nilai delta dan nilai gamma (grey relational coeficient)

Menghitung eigenvektor dari nilai gamma

Melakukan analisis menggunakan ANOVA dan memeriksa asumsi IIDN

Menentukan kombinasi optimal

Menduga nilai respon pada kondisi setting kombinasi optimal

Menghitung selang kepercayaan (CI)

Membandingkan hasil dengan metode Fungsi Utility dan metode Fuzzy Logics

(27)

Analisis Data

dan

(28)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Penentuan Rancangan OA

Rancangan OA yang digunakan dalam penelitian ini adalah L27(313).

Perhitungan SN Ratio

Tingkat Pemotongan

Karakteristik kualitas Larger The Better yang berarti semakin besar tingkat pemotongannya maka semakin baik kualitasnya. Misalkan dapat dilihat pada observasi pertama dengan pengulangan 3 kali 0,66; 0,68; 0,69 didapatkan nilai SN Ratio :

(29)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan juga dilakukan pada 26 eksperimen lainnya dan didapatkan hasil nilai SN Ratio Tingkat Pemotongan sebagai berikut :

Eksp. SN Ratio Tingkat Pemotongan Eksp. SN Ratio Tingkat Pemotongan Eksp. SN Ratio Tingkat Pemotongan

1 -3,39697 10 7,62693 19 10,58243 2 -3,018 11 6,87308 20 1,983112 3 -5,96402 12 -2,5411 21 6,903836 4 -6,44071 13 3,78562 22 -0,82022 5 -7,88848 14 -4,734 23 4,383961 6 -13,9794 15 -3,6111 24 3,768347 7 -10,0828 16 -6,6251 25 2,519323

(30)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Kekasaran Permukaan

Karakteristik kualitas Smaller The Better yang berarti semakin kecil kekasaran permukaannya maka semakin baik kualitasnya. Misalkan dapat dilihat pada observasi pertama dengan pengulangan 3 kali 1,41; 1,35; 1,37 didapatkan nilai SN Ratio :

(31)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan juga dilakukan pada 26 eksperimen lainnya dan didapatkan hasil nilai SN Ratio Kekasaran Permukaan sebagai berikut : Eksp. SN Ratio Kekasaran Permukaan Eksp. SN Ratio Kekasaran Permukaan Eksp. SN Ratio Kekasaran Permukaan 1 -2,77800 10 -8,2681 19 -9,30027 2 -1,98446 11 -7,5802 20 -5,37521 3 -1,39186 12 -3,1682 21 -8,50861 4 -2,56517 13 -8,0743 22 -6,36187 5 -2,05403 14 -2,7989 23 -8,36822 6 -0,82953 15 -4,6939 24 -7,75986 7 -2,69676 16 -4,2447 25 -9,09704

(32)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Arus Kesenjangan

Karakteristik kualitas Larger The Better yang berarti semakin besar arus kesenjangannya maka semakin baik kualitasnya.

Misalkan dapat dilihat pada observasi pertama dengan pengulangan 3 kali 1,40; 1,30; 1,40 didapatkan nilai SN Ratio :

(33)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan juga dilakukan pada 26 eksperimen lainnya dan didapatkan hasil nilai SN Ratio Arus Kesenjangan berikut ini :

Eksp. SN Ratio Arus

Kesenjangan Eksp. SN Ratio Arus Kesenjangan Eksp. SN Ratio Arus Kesenjangan 1 2,69723 10 12,6647 19 16,1215 2 1,80323 11 11,8156 20 8,28661 3 0,53402 12 4,25093 21 13,06 4 0,00000 13 8,93207 22 7,35432 5 -1,6232 14 2,69723 23 11,2832 6 -3,5917 15 2,48301 24 10,5414 7 -2,1332 16 1,06546 25 9,14397 8 -4,2174 17 2,03454 26 9,6353

(34)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Penyimpangan Dimensi

Karakteristik kualitas Smaller The Better yang berarti yang berarti semakin kecil penyimpangan dimensinya maka semakin baik kualitasnya.

Misalkan dapat dilihat pada observasi pertama dengan pengulangan 3 kali 0,690; 0,640; 0,680 didapatkan nilai SN

(35)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan juga dilakukan pada 26 eksperimen lainnya dan didapatkan hasil nilai SN Ratio Penyimpangan Dimensi sebagai berikut : Eksp. SN Ratio Penyimpangan Dimensi Eksp. SN Ratio Penyimpangan Dimensi Eksp. SN Ratio Penyimpangan Dimensi 1 3,47399 10 4,58213 19 3,94661 2 6,55469 11 5,3909 20 8,90956 3 5,11167 12 11,5279 21 15,5254 4 2,1562 13 7,66496 22 2,09945 5 6,73937 14 8,82117 23 5,12045 6 4,61858 15 8,90731 24 7,34249 7 4,1648 16 5,13851 25 7,0382 8 3,18659 17 12,6956 26 19,0914

(36)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Eksp. Eksp. Eksp.

1 0,46554 10 0,88701 19 1,00000 2 0,48003 11 0,85818 20 0,67123 3 0,36740 12 0,49826 21 0,85936 4 0,34917 13 0,74015 22 0,56406 5 0,29382 14 0,41442 23 0,76302 ) ( * j xi xi*(j) xi*(j)

(37)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

) (

* j

xi x*i(j) x*i(j)

Eksp. Eksp. Eksp.

1 0,75332 10 0,11922 19 0,00000 2 0,84497 11 0,19867 20 0,45334 3 0,91342 12 0,70825 21 0,09144 4 0,77790 13 0,1416 22 0,33938 5 0,83694 14 0,7509 23 0,10765 6 0,97836 15 0,53203 24 0,17792 7 0,76270 16 0,58391 25 0,02347

(38)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

) (

* j

xi xi*(j) xi*(j)

Eksp. Eksp. Eksp.

1 0,33997 10 0,83004 19 1,00000 2 0,29601 11 0,78829 20 0,61478 3 0,23361 12 0,41636 21 0,84947 4 0,20736 13 0,64652 22 0,56894 5 0,12755 14 0,33997 23 0,76212 6 0,03076 15 0,32944 24 0,72564

(39)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

) (

* j

xi x*i(j) xi*(j)

Eksp. Eksp. Eksp.

1 0,04427 10 0,07996 19 0,05949 2 0,14349 11 0,10601 20 0,21933 3 0,09701 12 0,30366 21 0,43241 4 0,00183 13 0,17925 22 0,00000 5 0,14944 14 0,21649 23 0,0973 6 0,08113 15 0,21926 24 0,16886 7 0,06652 16 0,09788 25 0,15906

(40)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan Nilai delta dan gamma

Delta Gamma

Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Gamma Eksp. Gamma Eksp. Gamma 1 0,53446 10 0,11299 19 0,00000 1 0,48334 10 0,81567 19 1,00000 2 0,51997 11 0,14182 20 0,32877 2 0,49021 11 0,77904 20 0,60330 3 0,63260 12 0,50174 21 0,14064 3 0,44146 12 0,49913 21 0,78047 4 0,65083 13 0,25985 22 0,43594 4 0,43447 13 0,65802 22 0,53422 5 0,70618 14 0,58558 23 0,23698 5 0,41453 14 0,46058 23 0,67845

(41)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Kekasaran Permukaan

Delta Gamma

Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Gamma Eksp. Gamma Eksp. Gamma 1 0,24668 10 0,88078 19 1,00000 1 0,66963 10 0,36211 19 0,33333 2 0,15503 11 0,80133 20 0,54666 2 0,76332 11 0,38422 20 0,47771 3 0,08658 12 0,29175 21 0,90856 3 0,85239 12 0,63151 21 0,35497 4 0,22210 13 0,85840 22 0,66062 4 0,69242 13 0,36808 22 0,43081 5 0,16306 14 0,24910 23 0,89235 5 0,75407 14 0,66747 23 0,35911 6 0,02164 15 0,46797 24 0,82208 6 0,95852 15 0,51654 24 0,37819

(42)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Arus Kesenjangan

Delta Gamma

Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Gamma Eksp. Gamma Eksp. Gamma 1 0,66003 10 0,16996 19 0,00000 1 0,43102 10 0,74631 19 1,00000 2 0,70399 11 0,21171 20 0,38522 2 0,41529 11 0,70254 20 0,56483 3 0,76639 12 0,58364 21 0,15053 3 0,39482 12 0,46141 21 0,76861 4 0,79264 13 0,35348 22 0,43106 4 0,38680 13 0,58584 22 0,53703 5 0,87245 14 0,66003 23 0,23788 5 0,36431 14 0,43102 23 0,67762

(43)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Penyimpangan Dimensi

Delta Gamma

Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Delta Eksp. Gamma Eksp. Gamma Eksp. Gamma 1 0,95573 10 0,92004 19 0,94051 1 0,34347 10 0,35210 19 0,34710 2 0,85651 11 0,89399 20 0,78067 2 0,36859 11 0,35868 20 0,39042 3 0,90299 12 0,69634 21 0,56759 3 0,35638 12 0,41794 21 0,46834 4 0,99817 13 0,82075 22 1,00000 4 0,33374 13 0,37857 22 0,33333 5 0,85056 14 0,78351 23 0,90270 5 0,37022 14 0,38956 23 0,35645 6 0,91887 15 0,78074 24 0,83114 6 0,35239 15 0,39040 24 0,37562

(44)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Perhitungan Nilai Grey Relational Grade

Eksp. Grey Relational Grade Eksp. Grey Relational Grade Eksp. Grey Relational Grade 1 0,521236 10 0,655505 19 0,799989 2 0,54632 11 0,634028 20 0,552385 3 0,548797 12 0,525948 21 0,648791 4 0,495499 13 0,546009 22 0,504302 5 0,499186 14 0,512602 23 0,582436 6 0,528634 15 0,472598 24 0,569681 7 0,464623 16 0,456233 25 0,525824 8 17 0,454457 26 0,539991

(45)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

ANOVA

Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rata-Rata Kuadrat Fhitung P-Value

A 2 0,022416 0,011208 17,13 0,055 B 2 0,060067 0,030033 45,90 0,021 C 2 0,002194 0,001097 1,68 0,374 D 2 0,012830 0,006415 9,80 0,093 E 2 0,007303 0,003652 5,58 0,152 F 2 0,003489 0,001744 2,67 0,273 A*B 4 0,012363 0,003091 4,72 0,182 A*C 4 0,012142 0,003035 4,64 0,185 B*C 4 0,012336 0,003084 4,71 0,183 Error 2 0,001309 0,000654 Total 26 0,146447

(46)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

ANOVA

F0,05;(2,22) = 3,44336

Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rata-Rata Kuadrat Fhitung P-Value

A 2 0,02242 0,011208 3,85 0,037 B 2 0,06007 0,030033 10,33 0,001 Error 22 0,06396 0,002907

(47)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Pemeriksaan Asumsi IIDN

Levene’s Test F(0,05;2;24) α Keputusan

1,35 3,40283 0,05 Gagal Tolak H0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 A ut oc or re la ti on

Autocorrelation Function for RESI (with 5% significance limits for the autocorrelations)

(48)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Residual Berdistribusi Normal Dhitung D(27;0,95) α Keputusan 0,139 0,254 0,05 Gagal Tolak H0 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 P e rc e n t

Probability Plot of RESI Normal

(49)

penentuan kondisi optimum menggunakan metode “gra”

Penentuan Kondisi Optimal

Level A B C D E F 1 0,5147 0,6037 0,5521 0,5102 0,5488 0,5255 2 0,5240 0,5234 0,5350 0,5462 0,5534 0,5399 3 0,5800 0,4916 0,5315 0,5623 0,5164 0,5533 Kondisi Optimal = A3B1C1D3E2F3 3 2 1 0,600 0,575 0,550 0,525 0,500 3 2 1 1 2 3 A n of M ea ns B C D E F

Main Effects Plot for Means

(50)

Pendugaan Nilai Setiap respon pada kondisi

setting

kombinasi optimal

Tingkat Pemotongan Nilai dugaan 2,7827 mm/min eff e e n V f F CI (1, ) 2,4595<µ<3,1059 Nilai dugaan eff e e n V f F CI (1, ) Kekasaran Permukaan

(51)

Pendugaan Nilai Setiap respon pada kondisi

setting

kombinasi optimal

Arus Kesenjangan Nilai dugaan 5,3699 ampere eff e e n V f F CI (1, ) 4,7919<µ<5,9479 Nilai dugaan eff e e n V f F CI (1, ) Penyimpangan Dimensi

(52)

Perbandingan nilai optimum antara metode fungsi utility,

metode fuzzy logics, dan metode gabungan gra dengan pca

No Respon Karakteristik Respon

Fungsi Utility Fuzzy Logics

Kombinasi Optimum Prediksi Nilai Optimum CI Kombinasi Optimum Prediksi Nilai Optimum CI 1 Pemotongan Tingkat Larger The Better A3B1C3D3E1F2 2,3126 1,9894<µ<2,6358 A3B1C3D3E1F2 2,3126 1,9894<µ<2,6358

2 Permukaan Kekasaran Smaller The Better A3B1C3D3E1F2 2,6809 2,5091<µ<2,8527 A3B1C3D3E1F2 2,6809 2,5091<µ<2,8527

3 Kesenjangan Arus Larger The Better A3B1C3D3E1F2 4,6253 4,0473<µ<5,2033 A3B1C3D3E1F2 4,6253 4,0473<µ<5,2033

4 Penyimpanga n Deviasi

Smaller The

Better A3B1C3D3E1F2 0,2447 0,1609<µ<0,3285 A3B1C3D3E1F2 0,2447 0,1609<µ<0,3285

No Respon Karakteristik Respon

Gabungan GRA dengan PCA Kombinasi

Optimum Prediksi Nilai Optimum CI 1 Tingkat Pemotongan Larger The Better A3B1C1D3E2F3 2,78270 2,4595<µ<3,1059

(53)

Kesimpulan

dan Saran

(54)

kesimpulan

Kombinasi optimal dari parameter proses pada percobaan kinerja wire-EDM yang

diperoleh yaitu A3B1C1D3E2F3.

Nilai taksiran rata-rata respon Tingkat Pemotongan = 2,7827 mm/min

Nilai taksiran rata-rata respon Kekasaran Permukaan = 2,8425

Nilai taksiran rata-rata respon Arus Kesenjangan = 5,3699 ampere

m

(55)

kesimpulan

Respon Tingkat Pemotongan dan Arus kesenjangan

pada metode gabungan GRA dan PCA menghasilkan nilai prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan metode Fungsi Utility dan Fuzzy Logics.

Respon Kekasaran Permukan dan Penyimpangan

Dimensi pada metode Fungsi Utility dan Fuzzy Logics

menghasilkan nilai prediksi yang lebih baik

dibandingkan dengan metode gabungan GRA dan PCA.

(56)

saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perbandingan metode gabungan GRA dan PCA dengan metode lain diperlukan agar dapat mengetahui perbedaan masing-masing metode. Selain itu, agar dapat menunjukkan bahwa metode yang satu lebih baik dari metode yang lain, maka diperlukan percobaan konfirmasi terhadap kondisi optimum.

(57)

Daftar pustaka

Anggraeni, F. 2010. Pemilihan Supplier dengan Metode

Kombinasi AHP dan Fuzzy Linear Programming, Grey Relational Analysis, dan Preemptive Goal Programming. Skripsi : Universitas Kristen Petra,

Surabaya.

Balasubramanian, S. dan Ganapathy, S. (2011). Grey Relational Analysis To

Determine Optimum Process Parameters For WEDM. J. Engineering Science

and Technol. 3 : 0975-5462.

Belavendram, N. (1995). Quality by Design Taguchi Techniques for Industrial

Experimentation. London : Prentice Hall International.

Brown, M.B. dan Forsythe, A.B. (1974). Robust Test for The Equality of

Variance. Journal of the American Statistical Association, 69, 364-367.

Chiang, Y.M. dan Hsieh, H.H. (2009). The use of the Taguchi method with

(58)

Daftar pustaka

Daniel, W.W. (1989). Statistika Non Parametrik Terapan. Jakarta : PT. Gramedia

Derringer, G. dan Suich, R. (1980). Simultaneous Optimization of

Several Response Variables. Journal of the Quality Technology, 12 :

214-219.

Fowlkes, W.Y. dan Creveling, C.M. (1995). Engineering Methods in

Technology and Product Design (Using Taguchi Methods in Technology and Product Development). Massachusetts : Addison

Wesley Publishing Company.

Fung, H.C. dan Kang, P.C. (2005). Multi-Response Optimization in

Friction Properties of PBT Composites Using Taguchi Method and Principal Component Analysis. J. Mater. Process. Technol. 170 :

(59)

602-Daftar pustaka

Garg, R. (2010). Effect of Process Parameters on Performance

Measures of Wire Electrical Discharge Machining, Ph. D. Thesis,

Mechanical Engineering Departement, National Institute of Technology, Kurukshetra, Haryana, India.

Iriawan, N. dan Astuti, S.P. (2006). Mengelola Data Statistik dengan

Mudah Menggunakan Minitab 14. Jakarta : Andi.

Khuri, A.I. dan Conlon, M. (1981). Simultaneous Optimization of

Multiple Responses Represented by Polynomial Regression Function. Technometrics 23 : 363-375.

Kuo, C.F.J., Su, T.L., Jhang, P.R., Huang, C.Y. dan Chiu, C.H. (2011).

Using the Taguchi method and grey relational analysis to optimize the flat-plate collector process with multiple quality characteristics in

(60)

Daftar pustaka

Lu, H.S., Chang, C.K., Hwang, N.C. dan Chung, C.T. (2009). Grey

Relational Analysis Coupled With Principal Component Analysis For Optimization Design Of The Cutting Parameters In High-Speed End Milling. J. Mater. Process. Technol. 209 : 3808-3817.

Montgomery, DC. (1997). Design and Analysis of Experiments. John Wiley & Sons. Inc, New York.

Park, S.H. (1996). Robust Design and Analysis for Quality

Engineering. New Delhi : PT. Palatino Thomson Press.

Wei, W. W. S. (1990). Time Analysis Univariate and Multivariate

Method. Addison Wesley Publishing Company, Inc. Jakarta.

(61)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian mengenai optimasi multirespon parameter proses jar test di Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel II PDAM