• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. depan merupakan perut terbesar dari saluran pencernaan dimana sebagian pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. depan merupakan perut terbesar dari saluran pencernaan dimana sebagian pakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba

Domba adalah ternak ruminansia yang mempunyai perut majemuk yang membedakannya dengan ternak non ruminansia yang berperut tunggal. Perut depan merupakan perut terbesar dari saluran pencernaan dimana sebagian pakan yang dikonsumsi akan dicerna (Tomaszewska, et al., 1993).

Ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaan yaitu : Cepat berkembangbiak, dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam setahun, berjalan dengan jarak lebih dekat sehingga mudah dalam pemeliharaan, pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa kurang tajam sehingga mudah dalam pemberian pakan dan sumber pupuk kandang dan keuangan bagi peternak (Tomaszewska, et al., 1993).

Domba sudah sejak lama diternakan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang termasuk Filum Chordata, Kelas Mamalia, Ordo Artiodactyla, Famili Bovidae, Genus Ovis aries (Blakely dan Bade, 1998).

Domba Sei Putih (Hear Sheep)

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sei Putih Galang, Sumatera Utara bekerja sama dengan Small Ruminant-Collaborative Research Suport Program (SR-CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah 50%

(2)

Barbados Blackbelly (Gatenby, et al., 1995). Beberapa keuntungan atau kelebihan

yang diperoleh dari domba Sei Putih antara lain : (1) Produktivitasnya lebih tinggi dari pada domba lokal Sumatera (± 40% lebih tinggi). Hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi, tetapi jumlah anak per kelahiran, interval beranak dan mortalitas anak yang relatif rendah, (2) Adaptasi yang baik terhadap lingkungan termasuk resisten terhadap parasit internal, (3) Karkasnya lebih besar, dengan kualitas pakan yang baik, rata-rata bobot hidup domba jantan muda adalah 20 kg pada umur 7 bulan dan 30 kg pada umur 11 bulan, (4) Wolnya lebih sedikit dari pada domba lokal Sumatera, domba lokal, ekor tipis dan domba priangan. Berdasarkan alasan tersebut domba Sei Putih disebut Hair Sheep.

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) domba sei putih dan lokal sumatera (kg).

No. Karakteristik Sei Putih Sumatera

1. 2. 3. 4. Bobot Lahir A. Jantan B. Betina

Bobot Sapih : Umur 90 Hari (kg) A. Jantan

B. Betina

Bobot Umur 6 Bulan (kg) A. Jantan

B. Betina

Bobot Umur 12 Bulan (kg) A. Jantan B. Betina 2,52 2,35 12,62 11,50 19,06 19,71 35,10 27,20 1,17 1,64 9,25 8,14 18,45 15,16 24,50 18,90

Sumber : Subandriyo et al., 1996

Pertumbuhan Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat dan jaringan-jaringan urat daging, tulang, otak, dan jaringan-jaringan-jaringan-jaringan tubuh yang lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah

(3)

protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979).

Dalam pertumbuhan hewan tidak sekedar meningkatkan berat badannya, tetapi juga menyebabkan konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi manusia (Parakkasi, 1995).

Pakan Domba

Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan berbeda (Tomaszewska, et al., 1993). Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba.

BB BK ENERGI PROTEIN Ca P (Kg) (Kg) % BB ME TDN Total DD (g) (g) (g) (Mcal) (Kg) (g) 5 0.14 - 0.6 0.61 51 41 1.91 1.4 10 0.25 2.5 1.01 1.28 81 68 2.3 1.6 15 0.36 2.4 1.37 0.38 115 92 2.8 1.9 20 0.51 2.6 1.8 0.5 150 120 3.4 2.3 25 0.62 2.5 1.9 10.53 160 128 4.1 2.8 30 0.81 2.7 2.44 0.67 204 163 4.8 2.3 Sumber : NRC (1995)

Jagung (Zea mays sp)

Batang jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai makanan ternak telah

(4)

dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba (Reksohadiprodjo, 1979).

Limbah pertanian banyak digunakan sebagai makanan ternak seperti batang jagung. Batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Reksohadiprodjo, 1979).

Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 63.21a Protein Kasar 8.12a TDN 59b Serat Kasar 25.87a Lemak Kasar 2.78a Energi Metabolis (Mcal) 4.00c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

Ubi Kayu (Manihot utilissima, Pohl)

Ubi kayu (Manihot utilissima, Pohl) merupakan tanaman tahunan yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropis dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi dan tolerean terhadap hama penyakit (Wanasuria, 1990).

Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan semalam atau dijemur 2-3 jam agar racun HCN yang dikandungnya dapat hilang sehingga tidak meracuni ternak, dengan pengolahan yang sederhana ini racun dapat berkurang atau hilang sehingga ternak akan menyukainya (Cahyono, 1998).

Kandungan HCN ubi kayu dibedakan atas :

1. Tidak beracun, bila kadar HCN kurang dari 50 mg/kg ubi segar 2. Agak beracun, bila kadar HCN 80-50 mg/kg ubi segar

(5)

4. Sangat beracun, bila kadar HCN besar dari 100 mg/kg ubi segar (Wanasuria, 1990).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi daun ubi kayu

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 74.92a Protein Kasar 17.05a TDN 61.80b Serat Kasar 10.85a Lemak Kasar 6.02a Energi Metabolis (Mcal) 4.61c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

Tebu ( Saccharum Officinarum )

Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi (42,30%). Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati dan fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan (Dwiyanto, et al, 2001).

Tabel 5. Kandungan nilai gizi pucuk tebu

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 16.67a Protein Kasar 5.47a

TDN 53b Serat Kasar 17.71a

Lemak Kasar 2.49a Energi Metabolis (Mcal) 3.94c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

(6)

Seperti halnya limbah yang mengandung serat pada umumnya, pucuk tebu sebagai pakan mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan kecernaannya yang sangat rendah, pucuk tebu mempunyai kadar serat kasar dan kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14% (Ensminger, et al., 1990).

Starbio

Starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dibiakkan campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun ranting yang (Zainuddin, et al, 1994)

Starbio mengandung mikroba lignolotik, selulolitik, proteolitik, lipolitik dan nitrogen fiksasi non simbiotik sehingga manfaat Starbio bermacam-macam sesuai media yang ditempatinya. Menilik masing-masing fungsi mikroba yang terkandung dalam Starbio, maka mikroba lignolitik berfungsi merombak selulosa dan lignin. Demikian juga mikroba lain seperti proteolitik, selulolitik dan lipolitik dapat mengubah protein, karbohidrat dan lemak yang sulit dicerna sehingga menjadi zat yang mudah diserap oleh tubuh (Anominous, 1995).

Starbio yang ditambahkan ke pakan digunakan terutama untuk mengurangi bau amonia yang dikeluarkan bersama feses. Penambahan mikroorganisme campuran seperti Probion atau starbio yang berbentuk serbuk lebih banyak dari penambahan mikroorganisme tunggal, yaitu sekitar 0,5 sampai 1,0% dari konsentrat (Haryanto et al., 2002).

Probiotik Starbio

Probiotik starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari : 1. Mikroba Proteolitik

(7)

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus / Nitrosolobus.

2. Mikroba Lignolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / hypoloma fasciculare.

3. Mikroba Nitrogen

4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis biasa yang di formulasikan : Azotobacter Spp / Beyerinkya Spp / Clostridium pasteiriuanum. Nostoc Spp / Anabaena Spp / tolypothix Spp / Spirilium lipoferum.

4. Mikroba Selulotik

8 x 108 satuan pembentuk koloni/garm bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Trichoderma polysporeum / Trichoderma viridae / Cellulomonas acidula / Bacillus cellulase disolven.

5. Mikroba Lipolitik

5 x 108 satuan pembentuk kolono/gram bahan. Jenis yang biasa duiformulasikan : Spirillium liporerum.

(Lembah Hijau Multifarm, 2009).

Pada umumnya, probiotik diberikan pada ternak yang mengkonsumsi serat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi. Daya simpan dan efektivitas mikrooganisme tersebut perlu diuji karena mikroorganisme sangat labil terhadap suhu, cahaya atau oksigen. Limbah pertanian yang begitu beragam jenisnya tersedia di Indonesia dan karena nilai gizinya yang rendah. Perlakuan biologis menjadi teknologi yang banyak diminati saat ini karena banyak jenis mikroorganisme yang mampu mengurangi kadar

(8)

lignin, senyawa anti nutrisi dan mampu meningkatkan nilai kecernaan serat dari limbah pertanian tersebut (Ngadiyono dan Baliarti, 2001).

Dedak Padi

Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal–usul dedak yang merupakan limbah proses pengolahan gabah menjadi beras, wajar jika serat kasar yang dikandung dedak ini tinggi (Rasyaf, 1992).

Tabel 6. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 89.10a Protein Kasar 13.80a TDN 64.30b Serat Kasar 8.00a Lemak Kasar 8.20a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi dari bungkil kelapa ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 84.40 Protein Kasar 21.00 TDN 81.00 Serat Kasar 15.00 Lemak Kasar 1.80

(9)

Ampas Tahu

Tahu terdapat disetiap daerah penduduk, sehingga limbahnya yang disebut ampas tahu juga terdapat banyak. Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna bagi ternak peliharaan. Namun kandungan gizinya sudah amat sedikit sekali karena telah diperas sedemikian rupa. Ampas tahu ini cepat basi dan baunya kurang sedap apabila tidak segera dihabiskan, sehingga untuk menyimpannya lebih lama, haruslah dijemur hingga kering diatas tikar atau anyaman bambu. Ampas tahu yang telah kering itu dapat disimpan dalam waktu lama (Kastyanto, 1982).

Tabel 8. Kandungan nutrisi ampas tahu.

Uraian Kandungan Bahan kering 89,26a Protein Kasar 19,03a Lemak Kasar 5,64a Serat kasar 20,44a Energi Metabolis (Mcal) 5,08a TDN 79,00b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Ampas tahu, onggok, dedak merupakan bahan pakan ternak yang potensial digunakan sebagai pakan penyusun konsentrat bagi ternak besar. Kandungan protein kasar dari ampas tahu segar cukup tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai pakan konsentrat sumber protein. Hal ini benar karena tahu terbuat dari hasil tanaman sehingga ampasnya masih mengandung protein dan cukup baik untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Bakrie et al., 1990).

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

(10)

karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi sehingga bisa juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah pada aroma dan rasanya (Widayati dan Widalestari, 1996).

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60%) sebagai gula, kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak artinya molases yang mengandung cukup gula dan mineral apabila dicampur ke dalam ransum rasanya lebih disukai oleh ternak. Pemberian molases kedalam pakan untuk tiap jenis ternak yang telah dicobakan hampir sama yaitu sekitar 2-3%. Molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng sedangkan kelemahannya ialah kadar kaliumnya yang tinggi yang dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

Tabel 9. Kandungan nilai gizi molases.

Kandungan Zat Kadar Zat(%) Bahan Kering 67.50a Protein Kasar 3.50a Lemak Kasar 0.08a Serat Kasar 0.38a TDN 81.00b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).

(11)

Urea yang diberikan dalam ransum ternak ruminansia didalam rumen akan di pecah oleh enzim menjadi ammonium bersama dengan mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa aliran darah ke hati dibentuk kembali ammonium yang kemudian disekresikan melalui urine (Parakkasi, 1995).

Garam

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa kalau diinginkan campuran mineral makro, hendaknya tidak melebihi 0,02% dari bobot badan hewan. Garam dapur dapat ditambah 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari.

Garam yang dimaksud adalah garam dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997).

Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia

Proses pencernaan pada ruminansia sangat komplek dan beberapa faktor saling mempengaruhi, sehingga mekanisme pencernaan terutama yang terjadi dalam rumen perlu diketahui untuk mengoptimalkan penggunaan nutrien. Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi)

(12)

bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali (Parakkasi, 1995).

Perbedaan antara ternak ruminansia dengan ternak non-ruminansia terutama terletak pada sistem pencernaan pakannya. Ternak ruminansia mempunyai sistem 4 lambung (lambung majemuk) yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum. Pada ternak ruminansia pencernaan pakan terjadi secara: a) mekanisme yaitu terjadi di mulut, b) fermentatif terjadi di reticulo-rumen oleh mikroba rumen, dan c) hidrolisis oleh enzim pencernaan yang dihasilkan oleh induk semang (ternak sendiri) terjadi di abomasum. Berbeda dengan ternak lain, dimana pada ternak ruminansia proses fermentasi terjadi sebelum usus dan kapasitasnya sangat besar (Siregar, 2008).

Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari rumput, hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi ketiga bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi yang dibutuhkan domba dan biaya relatif rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Kecernaan

Kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan cara menghitung bagian zat makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan tersebut telah diserap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering, dan sebagai suatu koefisien atau persentase. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al., 2002).

(13)

Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga pakan dengan kualitas yang relatif sama maka tidak berbeda pula halnya terhadap tingkat konsumsinya (Parakkasi.,1995). Serat kasar yang tinggi juga dapat mempengaruhi proses pencernaan dimana serat yang mempunyai kecernaan yang rendah akan sulit untuk dicerna sehingga mempengaruhi konsumsi pakan dan ketersediaan nutrien untuk ternak (Fharhandani., 2006).

Selisih antara nutrien yang dikandung dalam bahan makanan dengan nutrien yang ada dalam feses merupakan bagian nutrien yang dicerna (McDonald et al., 1995).

Sutardi (1979) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh kandungan protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan dan ketahanan degradasi yang berbeda-beda. Protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan ketersediaan protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikoorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat (Bamualim., 1994).

Sutardi (1980) menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang dapat menentukan nilai pakan. Setiap jenis ternak ruminansia memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam mendegradasi ransum, sehingga

(14)

mengakibatkan perbedaan kecernaan. Nilai kecernaan bahan organik suatu pakan juga dapat menentukan kualitas pakan.

Salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam bahan makanan adalah tingginya daya cerna bahan makanan tersebut,dalam arti bahwa makanan itu harus mengandung zat makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan. Zat makanan yang terkandung didalam bahan makanan tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar akan dikeluarkan lagi melalui feses karena tidak tercerna dalam saluran pencernaan (Ranjhan dan Pathak, 1979).

Menurut Tomaszewska (1993) bahwa tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas ransum, fermentasi dalam rumen, serta status fisiologi ternak. Kualitas pakan ditentukan oleh tingkat kecernaan zat-zat makanan yang terkandung pada pakan tersebut. Zat makanan yang terkandung dalam ransum tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian akan dikeluarkan lagi melalui feses. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan jumlah mikroba dalam rumen.

Kecernaan bahan kering dan bahan organik merupakan indikator derajat kecernaan pakan pada ternak dan manfaat pakan yang diberikan pada ternak. Preston dan Leng (1978) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering yang berkisar antara 55-65% merupakan kecernaan bahan kering yang tinggi dan diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ternak.

Referensi

Dokumen terkait

Penciptaan iklim pembelajaran pendidikan agama Hindu berbasis PAIKEM dengan menggu- nakan teknik-teknik tertentu selama proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pen-

What makes the heavy-ion therapy so unique is based on a few physical aspects of their interaction with irradiated matter in comparison to those of low-LET radiations: (i) heavy

Kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi

Karena motif intrinsik adalah sebuah motif yang tidak mudah berubah dikarenakan berada di dalam diri manusia tersebut selain itu motif intrinsik dapat lebih tahan dalam

Analisa metode pemodelan ARIMA redaman hujan dapat disampaikan sebagai berikut : Ditinjau dari data pengukuran yang diperoleh, masih diperlukan data pengukuran yang lebih

Terdapat hubungan yang signifikan antara energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng dengan status gizi berdasarkan IMT dan LILA sedangkan untuk

Universiti Teknologi Malaysia, Universitas PGRI Semarang, Universitas Negeri Makassar, Indonesia, Regional Association for Vocational Teacher Education (RAVTE), Persatuan

Pihak – guna kuasa formal dan informal dalam pengaruh pekerja utk capai matlamat..