• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.

Isolasi Sosial: Menarik Diri

2.1.1. Pengertian

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang

dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh

orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau

mengancam. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan

dimana seorang individu berpatisipasi dalam suatu kuantitas

yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial

yang tidak efektif (Townsend, 1998).

Menurut Sunaryo (2004), menarik diri adalah

mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi

konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan

lingkungannya. Menurut Depkes RI (1989) penarikan diri

atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri

baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial

secara langsung yang dapat bersifat sementara atau

menetap.

2.1.2. Etiologi

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah

yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

(2)

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang

ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,

rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan

sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga

dapat mencederai diri (Carpenito, 2007).

2.1.2.1. Faktor Predisposisi

Ada

berbagai

faktor

yang

menjadi

pendukung terjadinya perilaku menarik diri (Stuart &

Sundeen, 1998), antara lain:

2.1.2.1.1. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas

perkembangan dari masa bayi sampai

dewasa tua akan menjadi pencetus

seseorang

sehingga

mempunyai

masalah respon sosial menarik diri.

Sistem keluarga yang terganggu juga

dapat mempengaruhi terjadinya menarik

diri. Organisasi anggota keluarga bekerja

sama dengan tenaga profesional untuk

mengembangkan gambaran yang lebih

tepat tentang hubungan antara kelainan

jiwa dan stress keluarga. Pendekatan

kolaburatif

sewajarnya

dapat

(3)

mengurangi masalah respon sosial

menarik diri.

2.1.2.1.2. Faktor biologik

Faktor

genetik

dapat

menunjang

terhadap

respon

sosial

maladaptif.

Genetik merupakan salah satu faktor

pendukung gangguan jiwa. Kelainan

struktur otak, seperti atropi, pembesaran

ventrikel, penurunan berat dan volume

otak serta perubahan limbik diduga

dapat menyebabkan skizofrenia.

2.1.2.1.3. Faktor Sosiokultural

Menarik diri merupakan faktor dalam

gangguan berhubungan. Ini merupakan

akibat dari norma yang tidak mendukung

pendekatan terhadap orang lain, atau

tidak menghargai anggota masyarakat

yang tidak produktif, seperti lansia, orang

cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi

dapat terjadi karena mengadopsi norma,

perilaku, dan sistem nilai yang berbeda

dari yang dimiliki budaya mayoritas.

Harapan yang tidak realitis terhadap

(4)

hubungan merupakan faktor lain yang

berkaitan dengan gangguan ini.

2.1.2.2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi menarik diri menurut

Stuart & Sundeen, 1998 antara lain:

2.1.2.2.1. Faktor sosial budaya

Faktor

sosial

budaya

dapat

menyebabkan

terjadinya

gangguan

dalam

membina hubungan

dengan

orang lain, misalnya anggota keluarga

yang labil yang dirawat di rumah sakit.

2.1.2.2.2. Faktor psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan

menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan

orang lain. Intensitas kecemasan yang

ekstrim

dan

memanjang

disertai

terbatasnya kemampuan individu untuk

mengatasi

masalah,

diyakini

akan

menimbulkan

berbagai

masalah

gangguan berhubungan (menarik diri).

(5)

2.1.3. Tanda dan Gejala

Menurut Townsend (1998), isolasi sosial: menarik diri

sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

2.1.3.1. Kurang spontan

2.1.3.2. Apatis

2.1.3.3. Ekspresi wajah tidak berseri

2.1.3.4. Tidak memperhatikan kebersihan diri

2.1.3.5. Komunikasi verbal kurang

2.1.3.6. Menyendiri

2.1.3.7. Tidak peduli lingkungan

2.1.3.8. Asupan makanan terganggu

2.1.3.9. Retensi urin dan feses

2.1.3.10. Aktivitas menurun

2.1.3.11. Posisi baring seperti fetus

(6)

2.1.4. Rentang Respon

Rentang respon menarik diri menurut Townsend

tahun 1998:

Rentang Respon Sosial

Gambar 2.1 Rentang Respon Sosial (Townsend, 1998)

Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat rentang respon

sosial dari respon adaptif sampai dengan maladaptif berupa

depersonalisasi:

2.1.4.1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang

dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa

yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan

suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan

langkah selanjutnya.

2.1.4.2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk

menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran,

perasaan dalam hubungan sosial.

Respon Adaptif

-

Menyendiri

-

Otonomi

-

Bekerja

sama

(mutualisme)

-

Saling

ketergantungan

(interdependent)

Respon antara

adaptif dan

maladaptif

-

Merasa sendiri

(loneliness)

-

Menarik diri

-

Tergantung

(dependent)

Respon

Maladaptif

-

Menipulasi

-

Impulsive

-

Narcisisisme

(7)

2.1.4.3. Bekerja sama (mutualisme) adalah suatu kondisi

dalam hubungan interpersonal dimana individu

tersebut mampu untuk saling memberi dan

menerima.

2.1.4.4. Saling tergantung (interdependent) adalah suatu

kondisi saling tergantung antara individu dengan

orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

2.1.4.5. Kesepian adalah kondisi dimana seseorang merasa

sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang

lain atau lingkungannya.

2.1.4.6. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana

seseorang menemukan kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain.

2.1.4.7. Tergantung (dependent) terjadi bila seseorang

gagal mengembangkan rasa percaya diri atau

kemampuan untuk berfungsi secara sukses.

2.1.4.8. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial

yang terdapat pada individu yang menganggap

orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak

dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

2.1.4.9. Curiga (impulsive) terjadi bila seseorang gagal

mengembangkan rasa percaya dengan orang lain.

Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan

(8)

dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan

berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang

kurang dan individu merasa bangga dengan

sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

2.1.4.10. Narkisme, secara terus menerus mendapatkan

penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika

orang lain tidak mendukungnya.

2.1.5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang digunakan klien sebagai

usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu

kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping

yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi.

Regresi adalah sikap seseorang yang kembali ke masa lalu

atau bersikap seperti anak kecil sedangkan represi adalah

melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari

ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang

menyenangkan (Stuart & Laraia, 2005). Contoh sumber

koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam

hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan

dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk

mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian,

musik, atau tulisan.

(9)

2.2.

Komunikasi Verbal

2.2.1. Pengertian

Komunikasi

verbal

adalah

komunikasi

yang

menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis.

Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar

manusia.

Melalui

kata-kata,

mereka

mengungkapkan

perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka,

menyampaikan

fakta,

data,

dan

informasi

serta

menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran,

saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal,

bahasa memegang peranan penting (Hardjana, 2003).

2.2.2. Bahasa

Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang

dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada

kertas, ataupun elektronik. Sedangkan dalam komunikasi

nonverbal, bahasa yang dipakai adalah bahasa nonverbal

berupa bahasa tubuh (raut wajah, gerak kepala, gerak

tangan), tanda, tindakan, dan objek (Hardjana, 2003).

2.2.3. Kata

Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa.

Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili

sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.

Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan

(10)

sendiri. Makna kata tidak ada pada kata sendiri melainkan

pada pikiran orang. Tidak ada hubungan lansung antara kata

dan hal. Yang berhubungan lansung hanyalah kata dan

pikiran orang. Kata mempunyai dua aspek atau segi, yakni

lambang dan makna. Dalam bahasa lisan, lambang kata

berupa ucapan lisan. Dalam bahasa tertulis, lambang kata

berbentuk tulisan. Makna merupakan isi yang terkadung

dalam lambang. Isi menunjuk kepada objek, seperti orang,

barang, atau keadaan. Dalam pemaknaan kata perlu

dibedakan antara makna denotatif dan makna konotatif.

Makna denotatif adalah makna konseptual, makna biasa atau

umum sebagaimana dijelaskan dalam kamus. Sedangkan

makna konotatif adalah makna personal dan sosial, dimana

pengertian pribadi dan social tercangkup (Hardjana, 2003).

2.3.

Terapi Aktivitas Kelompok

2.3.1. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas

yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang

digunakan sebagai terapi dan kelompok dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. Didalam kelompok terjadi

dinamika

interaksi

yang

saling

bergantung,

saling

membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat pasien

(11)

berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki

perilaku lama yang maladaptif. Tujuan dari terapi aktivitas

kelompok adalah meningkatkan identitas diri, menyalurkan

emosi

secara

konstruktif,

meningkatkan

ketrampilan

hubungan interpersonal atau sosial (Keliat & Akemat, 2012).

2.3.2. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut Yosep

(2011) terdiri dari:

2.3.2.1. Manfaat secara umum

2.3.2.1.1. Meningkatkan

kemampuan

menguji

kenyataan

(reality

testing)

melalui

komunikasi dan umpan balik dengan

atau dari orang lain.

2.3.2.1.2. Membentuk sosialisasi.

2.3.2.1.3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu

meningkatkan

kesadaran

tentang

hubungan antara reaksi emosional diri

sendiri

dengan

perilaku

defensive

(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.

2.3.2.1.4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan

fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif

dan afektif.

(12)

2.3.2.2. Manfaat secara khusus

2.3.2.2.1. Meningkatkan identitas diri

2.3.2.2.2. Menyalurkan emosi secara konstruktif

2.3.2.2.3. Meningkatkan

ketrampilan

hubungan

sosial untuk diterapkan sehari-hari

2.3.2.2.4. Bersifat

rehabilitatif:

meningkatkan

kemampuan ekspresi diri, ketrampilan

sosial, kepercayaan diri, kemampuan

empati, dan meningkatkan kemampuan

tentang

masalah-masalah

kehidupan

dan pemecahannya.

2.3.3. Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok

sama

dengan

individu,

mempunyai

kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan

berkembang melalui empat fase, yaitu fase prakelompok,

fase awal kelompok, fase kerja kelompok, dan fase terminasi

kelompok (Stuart & Laraia, 2005).

2.3.3.1. Fase Prakelompok

Dimulai

dengan

membuat

tujuan,

menentukan leader, jumlah anggota, kriteria

anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang

digunakan. Menurut Yosep (2011), jumlah anggota

(13)

kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi

biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4

orang dan maksimum 10 orang. Kriteria anggota

yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAKS

adalah pasien yang sudah mempunyai diagnosa

yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif,

waham tidak terlalu berat.

2.3.3.2. Fase Awal Kelompok

Fase ini ditandai dengan ansietas karena

masuknya kelompok baru dan peran baru. Stuart &

Laraia (2005) membagi fase ini menjadi tiga fase,

yaitu:

2.3.3.2.1. Tahap orientasi

Anggota

mulai

mencoba

mengembangkan sistem sosial

masing-masing, leader menunjukkan rencana

terapi dan menyepakati kontrak dengan

anggota.

2.3.3.2.2. Tahap konflik

Merupakan masa sulit dalam kelompok.

Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan

perasaan, baik positif maupun negatif

dan membantu kelompok mengenali

(14)

penyebab

konflik

serta

mencegah

perilaku yang tidak produktif.

2.3.3.2.3. Tahap kohesif

Anggota

kelompok

merasa

bebas

membuka diri tentang informasi dan

lebih intim satu sama lain.

2.3.3.3. Fase Kerja Kelompok

Pada fase ini, kelompok sudah jadi tim.

Kelompok menjadi stabil dan realisitis. Pada akhir

fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas

dan kemampuan yang bertambah diserta percaya

diri dan kemandirian.

2.3.3.4. Fase Terminasi

Terminasi yang sukses ditandai oleh

perasaan puas dan pengalaman kelompok akan

digunakan secara individual pada kehidupan

sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara

(temporal) atau akhir.

2.3.4. Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Keliat & Akemat tahun 2012, terapi aktivitas

kelompok dibagi menjadi empat, yaitu:

(15)

2.3.4.1. Terapi

Aktivitas

Kelompok

Stimulasi

Kognitif/Persepsi

Pada

terapi

ini,

pasien

dilatih

mempersepsikan stimulus yang ada atau stimulus

yang pernah dialami sebelumnya. Kemampuan

persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada

tiap sesi. Diharapkan respon klien terhadap

berbagai stimulus menjadi adaptif. Stimulus yang

disediakan seperti membaca buku, menonton TV,

stimulus dari masa lalu yang menghasilkan proses

persepsi

klien

yang

maladaptif,

misalnya

kemarahan, pandangan negatif terhadap orang

lain, dan halusinasi.

2.3.4.2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

Pada terapi ini, aktivitas digunakan sebagai

stimulus pada sensoris klien. Lalu dilakukan

observasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus

yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara

nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).

Aktivitas yang dapat digunakan sebagai stimulus

seperti musik, menari, dan menyanyi.

(16)

2.3.4.3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita

Dalam terapi ini, pasien diorientasikan pada

kenyataan yang ada disekitar pasien, yaitu diri

sendiri, orang lain yang ada disekitar pasien atau

orang yang dekat dengan pasien. Demikian juga

dengan orientasi waktu saat ini, masa lalu, dan

yang akan datang.

2.3.4.4. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Pada terapi ini, pasien dibantu untuk

bersosialisasi dengan individu yang ada di sekitar

pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara

bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa.

Aktivitas dapat berupa latihan bersosialisasi dalam

kelompok. Dengan perawat ruangan sebagai

terapis.

(17)

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi terdapat tujuh sesi, antara lain:

Sesi

Tujuan

Setting, Alat, dan

Metode

Langkah Kegiatan

Persiapan

Orientasi

Kontrak

Tahap Kerja

Tahap Terminasi

Sesi I

Mengajak

pasien

untuk

memperke

nalkan

dirinya

Klien mampu

memperkenalk

an diri dengan

menyebutkan

nama

(nama

lengkap

dan

nama

panggilan),

umur,

asal,

dan hobi.

Setting:

1. Klien dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruangan

nyaman dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

1. Memilih

klien sesuai

dengan

indikasi,

yaitu isolasi

sosial

menarik diri

2. Membuat

kontrak

dengan

klien

3. Mempersia

pkan

alat

dan tempat

Pada

tahap

ini,

terapi

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

a. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

memperken

alkan diri

b. Menjelaskan

aturan main,

sebagai

berikut:

1. Jika

ada

klien

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus minta

1. Jelaskan kegiatan,

yaitu kaset pada

tape recorder akan

dihidupkan

serta

bola

diedarkan

berlawanan

arah

jarum jam (kearah

kiri) dan pada saat

tape

dimatikan

maka

anggota

kelompok

yang

memegang

bola

memperkenalkan

dirinya

2. Hidupkan

kaset

pada tape recorder

dan edarkan bola

Evaluasi

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS.

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

kelompok

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

tiap

kelompok

melatih

memperkenalk

(18)

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan

pasien

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi dan

tanya jawab

3. Bermain peran

izin kepada

terapis.

2. Lama

kegiatan 45

menit.

3. Setiap klien

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

tenis

berlawanan

dengan jarum jam.

3. Pada

saat

tape

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

mendapat

giliran

untuk

menyebutkan:

salam,

nama

lengkap,

nama

panggilan,

umur,

hobi,

dan

asal

dimulai oleh terapis

sebagai contoh.

4. Tulis

nama

panggilan

pada

kertas/papan nama

dan tempel/pakai.

5. Ulangi

langkah

1,2,dan 3 sampai

an diri kepada

orang lain di

kehidupan

sehari-hari.

2. Memasukkan

kegiatan

memperkenalk

an

diri

pada

jadwal kegiatan

harian pasien.

Kontrak yang akan

datang

1. Menyepakati

kegiatan

berikut,

yaitu

berkenalan

dengan

anggota

kelompok.

2. Menyepakati

(19)

semua

anggota

mendapat giliran.

6. Beri pujian untuk

tiap

keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan.

waktu

dan

tempat

Sesi

II,

mengajak

pasien

untuk

berkenala

n dengan

teman-temannya

Klien mampu

berkenalan

dengan

anggota

kelompok

(memperkenal

kan diri sendiri

dan

menanyakan

diri

anggota

kelompok

yang lain).

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruang

nyaman

dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

1. Mengingat

kan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

pada sesi

TAKS.

2. Mempersi

apkan alat

dan

tempat

pertemuan

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

3. Menyakan

perasaan

klien saat

ini

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

berkenalan

dengan

anggota

kelompok.

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

1. Hidupkan

kaset

pada tape recorder

dan edarkan bola

berlawanan

dengan jarum jam.

2. Pada saat tape

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

mendapat

giliran

untuk berkenalan

dengan

anggota

kelompok

yang

ada

disebelah

Evaluasi

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS.

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

klien.

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

(20)

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan klien

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

3. Bermain peran

/ simulasi

4. Menanyak

an apakah

telah

mencoba

memperke

nalkan diri

pada

orang lain.

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

terapis.

b. Lama

kegiatan 45

menit.

c. Setiap klien

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

kanan

dengan

cara:

memberi

salam,

menyebutkan

nama

lengkap,

nama

panggilan,

asal,

dan

hobi,

menanyakan

nama

lengkap,

nama

panggilan,

asal,

dan

hobi

lawan

bicara.

Dimulai

oleh

terapis

sebagai

contoh.

3. Ulangi langkah 1

dan

2

sampai

semua

anggota

kelompok

mendapat giliran.

4. Hidupkan kembali

semua anggota

kelompok

latihan

berkenalan.

2. Memasukkan

kegiatan

berkenalan

pada

jadwal

kegiatan harian

klien.

Kontrak yang akan

datang:

1. Menyepakati

kegiatan

berikut,

yaitu

dengan

bercakap-cakap tentang

kehidupan

pribadi.

(21)

kaset pada tape

recorder

dan

edarkan

bola,

pada saat tape

recorder

dimatikan,

minta

pada

anggota

kelompok

yang

memegang

bola

untuk

memperkenalkan

anggota kelompok

yang

disebelah

kanannnya kepada

kelompok,

yaitu

nama

lengkap,

nama

panggilan,

asal

dan

hobi.

Dimulai

oleh

terapis

sebagai

contoh.

2. Menyepakati

waktu

dan

tempat

(22)

5. Ulangi langkah

ke-4 sampai semua

anggota

mendapatkan

giliran.

6. Beri pujian untuk

setiap

keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan.

Sesi

III,

mengajark

an pasien

bercakap-cakap

dengan

teman-temannya

Klien mampu

bercakap-cakap dengan

anggota

kelompok

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruangan

nyaman

dan

tenang

1. Mempersi

apkan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

pada sesi

II TAKS

2. Mempersi

apkan alat

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

bertanya

dan

menjawab

tentang

kehidupan

pribadi

1. Hidupkan

kaset

pada tape recorder

dan edarkan bola

tenis berlawanan

dengan arah jarum

jam

2. Pada saat tape

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

Evaluasi

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

kelompok

(23)

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan klien

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

dan

tempat

pertemuan

3. Menyakan

perasaan

klien saat

ini

4. Menanyak

an apakah

telah

mencoba

berkenala

n dengan

orang lain

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

terapis.

b. Lama

kegiatan 45

menit.

c. Setiap klien

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

mendapat

giliran

untuk

bertanya

tentang kehidupan

pribadi

anggota

kelompok

yang

ada

disebelah

kanan

dengan

cara:

a. Memberi salam

b. Memanggil

panggilan

c. Menanyakan

kehidupan pribadi:

orang

terdekat/

dipercaya,disegani

, pekerjaan

d. Dimulai

oleh

terapis

sebagai

contoh

3. Ulangi langkah 1

dan

2

sampai

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

tiap

anggota

kelompok

bercakap-cakap tentang

kehidupan

pribadi dengan

orang lain pada

kehidupan

sehari-hari

2. Memasukkan

kegiatan

bercakap-cakap

pada

jadwal kegiatan

harian pasien

(24)

semua

anggota

kelompok

mendapat giliran

4. Beri pujian untuk

tiap keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan

Kontrak yang akan

datang

1. Menyepakati

kegiatan

berikut,

yaitu

menyampaikan

dan

membicarakan

topik

pembicaraan

tertentu

2. Menyepakati

waktu

dan

tempat

Sesi

IV,

mengajark

an pasien

untuk

memilih

topik

pembicara

Klien mampu

menyampaika

n

topik

pembicaraan

tertentu

dengan

anggota

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruangan

1. Mengingat

kan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

pada sesi

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

menyampaik

an, memilih,

dan

1. Hidupkan

kaset

pada tape recorder

dan edarkan bola

tenis berlawanan

arah jarum jam.

2. Pada saat tape

recorder

Evaluasi

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS

2. Memberi pujian

(25)

an

kelompok

1. Menanyak

an

topik

yang ingin

dibicara

kan

2. Memilih

topik yang

ingin

dibicara

kan

3. Memberi

pendapat

tentang

topik yang

dipilih

nyaman

dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan klien

6. Flipcart

dan

spidol

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

3. Bermain peran

dan stimulasi

III TAKS.

2. Mempersi

apkan alat

dan

tempat

pertemuan

terapis

2. Evaluasi/

validasi

3. Menanyaka

n perasaan

klien

saat

ini

4. Menanyaka

n

apakah

telah

mencoba

berkenalan

dengan

orang lain

memberikan

pendapat

tentang topik

percakapan

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

terapis.

b. Lamkegiatan

45 menit.

c. Setiap klien

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

mendapat

giliran

untuk

manyampaikan

satu topik yang

ingin dibicarakan,

dimulai

oleh

terapis

sebagai

contoh.

Misalnya

“cara bicara yang

baik” atau “ cara

mencari teman”.

3. Tuliskan

pada

flipcart topik yang

disampaikan

secara berurutan.

4. Ulangi langkah 1,

2, dan 3 sampai

semua

anggota

atas

keberhasilan

kelompok

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

tiap

anggota

kelompok

bercakap-cakap tentang

kehidupan

pribadi dengan

orang lain pada

kehidupan

sehari-hari

2. Memasukkan

kegiatan

bercakap-cakap

pada

jadwal kegiatan

(26)

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

kelompok memilih

topik.

5. Terapis membantu

menetapkan topik

yang

paling

banyak terpilih

6. Hidupkan

lagi

kaset dan edarkan

bola tenis. Pada

saat

dimatikan,

anggota

yang

memegang

bola

menyampaikan

pendapat tentang

topik yang dipilh

7. Ulangi langkah 6

sampai

semua

anggota kelompok

menyampaikan

pendapat

8. Beri pujian untuk

harian pasien

Kontrak yang akan

datang

1. Menyepakati

kegiatan

berikut,

yaitu

menyampaikan

dan

membicarakan

topik

pembicaraan

tertentu

2. Menyepakati

waktu

dan

tempat

(27)

tiap keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan

Sesi

V,

mengajark

an pasien

agar dapat

mencerita

kan

masalah

pribadi

dengan

teman

Klien mampu

menyampaika

n

dan

membicarakan

masalah

pribadi

dengan orang

lain

1. Menyamp

aikan

masalah

pribadi

2. Memilih

satu

masalah

yang ingin

di

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruangan

nyaman

dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

1. Mengingat

kan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

pada sesi

IV TAKS

2. Mempersi

apkan alat

dan

tempat

pertemuan

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

3. Menanyaka

n perasaan

klien

saat

ini

4. Menanyaka

n

apakah

telah

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

menyampaik

an, memilih,

dan

memberikan

pendapat

tentang topik

percakapan

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

1. Hidupkan

kaset

pada tape recorder

dan edarkan bola

tenis berlawanan

dengan arah jarum

jam

2. Pada saat tape

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

mendapat

giliran

untuk

menyampaikan

satu

masalah

pribadi yang ingin

dibicarakan.

Dimulai

oleh

Evaluasi

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

kelompok

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

tiap

anggota

kelompok

(28)

bercakap-bicarakan

3. Memberi

pendapat

tentang

masalah

pribadi

yang

dipilih

kegiatan klien

6. Flipcart

dan

spidol

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

3. Bermain peran

dan stimulasi

latihan

bercakap-cakap

tentang

topik/hal

tertentu

dengan

orang lain

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

terapis.

b. Lama

kegiatan 45

menit.

c. Setiap klien

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

terapis

sebagai

contoh.

Misalnya

“sulit

bercerita”

atau

“tidak

diperhatikan orang

tua”.

3. Tuliskan

pada

flipcart topik yang

disampaikan

secara berurutan

4. Ulangi langkah 1,

2, dan 3 sampai

semua

anggota

kelompok

mendapat

giliran

menyampaikan

masalah

pribadi

yang diinginkan

5. Hidupkan

lagi

kaset dan edarkan

bola tenis. Pada

cakap tentang

masalah pribadi

dengan

anggota orang

lain

pada

kehidupan

sehari-hari

2. Memasukkan

kegiatan

bercakap-cakap

pada

jadwal kegiatan

harian pasien

Kontrak yang akan

datang

1. Menyepakati

kegiatan

berikut,

yaitu

menyampaikan

dan

(29)

saat

dimatikan,

anggota

memegang

bola

memilih

topik

masalah

yang

disukai

untuk

dibicarakan

dari

daftar yang ada

6. Ulangi langkah 5

sampai

semua

anggota kelompok

memilih masalah

7. Terapis membantu

menetapkan topik

yang

paling

banyak dipilih

8. Hidupkan kembali

kaset dan edarkan

bola tenis. Pada

saat

dimatikan,

anggota

yang

mebicarakan

topik

pembicaraan

tertentu

2. Menyepakati

waktu

dan

tempat

(30)

memegang

bola

menyampaikan

pendapat tentang

masalah

yang

terpilih

9. Ulangi langkah 8

sampai

semua

anggota kelompok

menyampaikan

pendapat

10. Beri pujian untuk

tiap keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan

Sesi

VI,

mengajark

an pasien

agar dapat

berpatisip

asi dalam

Klien mampu

bekerja sama

dalam

permainan

sosialisasi

kelompok.

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

1. Mengingat

kan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu dengan

bertanya

dan

1. Terapis membagi

4

buah

kartu

kwartet

untuk

setiap

anggota

kelompok. Sisanya

diletakkan di atas

Evaluasi:

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS

(31)

permainan

dalam

kelompok.

1. Bertanya

dan

meminta

sesuai

dengan

kebutuhan

pada

orang lain

2. Menjawab

dan

memberi

pada

orang lain

sesuai

dengan

permintaa

n

2. Ruangan

nyaman

dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan klien

6. Kartu kwartet

Metode:

1. Dinamika

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

3. Bermain

peran/simulasi

pada sesi

V TAKS.

2. Mempersi

apkan alat

dan

tempat

pertemuan

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

3. Menanyaka

n perasaan

klien

saat

ini

4. Menanyaka

n

apakah

telah

latihan

bercakap-cakap

tentang

masalah

pribadi

dengan

orang lain

memberi

kartu

pada

anggota

kelompok

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

terapis.

b. Lama

kegiatan 45

menit.

c. Setiap klien

meja.

2. Terapis

meminta

tiap

anggota

kelompok

menyusun

kartu

sesuai dengan seri

(1 seri memiliki 4

kartu).

3. Hidupkan

tape

recorder dan putar

kaset dan edarkan

bola

berlawanan

dengan arah jarum

jam.

4. Pada saat musik

berhenti, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

memulai

permainan

a. Meminta

kartu

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

kelompok

Rencana

tindak

lanjut:

1. Menganjurkan

setiap anggota

kelompok

latihan

bertanya,

meminta

menjawab dan

memberi pada

kehidupan

sehari-hari

(kerja sama).

2. Memasukkan

kegiatan

bekerja

sama

(32)

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

yang

dibutuhkan

(seri yang belum

lengkap)

kepada

anggota kelompok

disebelah

kanannya.

b. Jika kartu yang

dipegang serinya

lengkap,

diumumkan pada

kelompok dengan

membaca

judul

dan sub judul.

c. Jika kartu yang

dipegang

tidak

lengkap

serinya,

diperkenankan

mengambil 1 kartu

dari

tumpukan

kartu diatas meja.

d. Jika

anggota

pada

jadwal

kegiatan harian

klien.

Kontrak yang akan

datang:

1. Menyepakati

kegiatan

berikutnya,

yaitu

mengevaluasi

kegiatan TAKS

2. Menyepakati

waktu

dan

tempat

(33)

kelompok

memberikan kartu

yang

dipegang

pada

yang

meminta,

dia

berhak mengambil

1

kartu

dari

tumpukan

kartu

diatas meja.

e. Setiap menerima

kartu,

diminta

mengucapkan

terima kasih

5. Ulangi langkah 3

dan 4 jika 4b atau

4c terjadi.

6. Beri pujian untuk

tiap keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan.

(34)

Sesi

VII,

mengajark

an pasien

agar dapat

memberik

an

pendapat

tentang

kegiatan

TAKS

yang telah

dilakukan.

Klien mampu

menyampaika

n

pendapat

tentang

manfaat

kegiatan

kelompok

yang

telah

dilakukan.

Setting:

1. Klien

dan

terapis duduk

bersama

dalam

lingkaran

2. Ruangan

nyaman

dan

tenang

Alat:

1. Tape recorder

2. Kaset

3. Bola tenis

4. Buku catatan

dan pulpen

5. Jadwal

kegiatan klien

Metode:

1. Dinamika

1. Mengingat

kan

kontrak

dengan

anggota

kelompok

pada sesi

VI TAKS

2. Mempersi

apkan alat

dan

tempat

pertemuan

Pada tahap ini

terapis

melakukan:

1. Memberi

salam

terapeutik:

salam dari

terapis

2. Evaluasi/

validasi

3. Menanyaka

n perasaan

klien

saat

ini

4. Menanyaka

n

apakah

klien telah

latihan

bekerja

sama

dengan

1. Menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

menyampaik

an manfaat

6

kali

pertemuan

TAKS

2. Menjelaskan

aturan main

berikut:

a. Jika

ada

peserta

yang

akan

meninggalka

n kelompok

harus

meminta izin

kepada

1. Hidupkan

tape

recorder dan putar

kaset dan edarkan

bola

berlawanan

dengan arah jarum

jam.

2. Pada saat musik

dimatikan, anggota

kelompok

yang

memegang

bola

mendapat

kesempatan

dan

menyampaikan

pendapat tentang

manfaat

6

kali

pertemuan

yang

telah berlalu

3. Ulangi langkah 1

dan

2

sampai

semua

anggota

kelompok

Evaluasi:

1. Menanyakan

perasaan klien

setelah

mengikuti

TAKS

2. Memberi pujian

atas

keberhasilan

kelompok

3. Menyimpulkan

6 kemampuan

pada

6

kali

pertemuan

yang lalu

Rencana

tindak

lanjut

1. Menganjurkan

setiap anggota

kelompok tetap

(35)

kelompok

2. Diskusi

dan

tanya jawab

orang lain

terapis.

b. Lama

kegiatan 45

menit.

c. Setiap klien

mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

selesai.

menyampaikan

pendapat

4. Beri pujian untuk

tiap keberhasilan

anggota kelompok

dengan

memberi

tepuk tangan

melatih

diri

untuk

6

kemampuan

yang

telah

dimiliki, baik di

RS

maupun

nantinya

di

rumah

2. Melakukan

pendidikan

kesehatan

kepada

keluarga untuk

memberi

dukungan pada

klien

dalam

menjalankan

kegiatan

kehidupan

sehari-hari

(36)

Kontrak yang akan

datang

1. Menyepakati

rencana

evaluasi

kemampuan

secara periodik

Penilaian akhir dilakukan berdasarkan antusias pasien, jika semakin sering aktif pada setiap sesi maka nilai

yang didapat semakin baik.

(37)

2.4.

Hipotesis Penelitian

a. H

0

= Tidak ada pengaruh antara terapi aktivitas kelompok

sosialisasi dengan kemampuan komunikasi verbal klien menarik

diri.

b. H

1

= Ada pengaruh antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi

dengan kemampuan komunikasi verbal klien menarik diri.

2.5.

Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka konseptual pengaruh terapi aktivitas

kelompok

sosialisasi

terhadap

kemampuan

komunikasi verbal klien menarik diri

Kondisi mental tidak stabil

Gejala: isolasi sosial:

menarik diri

Tidak mampu berkomunikasi secara

verbal (perilaku maladaptif)

Mekanisme koping ↓

Peran perawat dalam pemberian

terapi: Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi

Mengobservasi

kemampuan komunikasi

verbal klien menarik diri

Gambar

Gambar 2.1 Rentang Respon Sosial (Townsend, 1998)
Gambar  2.2  Kerangka  konseptual  pengaruh  terapi  aktivitas  kelompok  sosialisasi  terhadap  kemampuan  komunikasi verbal klien menarik diri

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kegiatan-kegiatan pokok untuk mengimplementasikan kebijakan pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Subang ialah: (a) mendistribusikan bantuan alat, sarana yang

Matriks perbandingan berpasangan -cut fuzzy hasil penilaian pakar pada atribut kinerja rantai pasok ditinjau dari tujuan.. kemitraan yang berkelanjutan (T7)

Kesebelas, guru memberikan memberikan pertanyaan kepada siswa terikait dengan diskusi yang sudah dilakukan, menurut observer pada pertemuan pertama didapat rata-rata

Metode literatur dilakukan dengan membaca dan membuat perbandingan dari jurnal-jurnal dashboard sistem informasi yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan skema yang ada

Oleh karena itu, penelitian ini mengambil Seng (Zn) sebagai ion pengotor yang ditambahkan dengan variasi konsentrasi pada proses electrowinning kobal Co dengan Karbon

Selain manipulasi baseline pada tahapan prapemrosesan juga terdapat metode seleksi ciri yang berfungsi untuk memilih data yang akan dimasukkan dalam pengenalan

Menurut Sutherland 8 merumuskan: ”The Body of Knowledge regarding crime as social Phenomenon”; kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian

untuk keperluan ritual keagamaan saja, tetapi juga digunakan untuk menopang aktivitas kehidupan masyarakat Desa Made sehari-hari (Eliade, 2002:132). Air Sendang