• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengguna Snapchat Membagikan Video Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengguna Snapchat Membagikan Video Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

1582

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengguna Snapchat

Membagikan Video Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling

Khusnatul Mukaromah1, Ari Kusyanti2, Andi Reza Perdanakusuma3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1khusnaatul.mukaromah@gmail.com , 2ari.kusyanti@ub.ac.id, 3andireza@ub.ac.id

Abstrak

Snapchat adalah salah satu sosial media yang mempunyai fitur utama dapat membagikan video dan foto dengan durasi sepuluh detik dan akan terhapus secara otomatis setelah 24 jam.Data laporan Bloomberg yang dihimpun KompasTekno pada Juni 2016 setiap harinya sebanyak 150 juta pengguna menggunakan filter foto maupun video pada snapchat, dan mengalami kenaikan dari tahun 2015 sebanyak 110 juta menjadi 140 juta pengguna aktif harian. Setiap hari, pengguna membagikan video kegiatan mereka secara langsung pada pengguna snapchat lainnya serta memberikan beberapa informasi pribadi saat mendaftar akun pada snapchat seperti nama, email, dan nomor telefon. Saat ini banyak pengguna yang memberikan informasi yang terlalu banyak kepada sosial media karena mereka tidak peduli dengan privasi dan keamanan pada sosial media yang digunakan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengguna membagikan video mereka pada snapchat menggunakan sepuluh variabel laten dan satu variabel secondary order. Data yang dianalisis, dikumpulkan dari 282 responden yang merupakan pengguna aktif snapchat. Data dari responden dianalisis menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM).

Kata kunci: Snapchat, Privacy, Self Disclosure, Risk, Structural Equation Modeling Abstract

Snapchat is one of the social media that have main feature when user can share videos and photos a few seconds on home they are then automatically deleted after 24 hours. Bloomberg reports that collected Kompas Tekno in June 2016 each day as many as 150 million users using filter photos or video at snapchat, and experienced a rise from the previous years 110 million to 140 million active users daily. Every day, users share video live their activities on othe users snapchat as well as providing some personal information while signing up for an account on snapchat such as name, email, and phone number. Currently many users who give too much information on sosial media because they do not care about the privacy and security on the sosial media used. Therefor, the objective of this research is to analyze the factors that effect the users share their live video on snapchat using 10 latent variable and 1 variable secondary order. The data were analyze, collected from respondents is 282 active users snapchat. Data from respondent were analyze using method analyze Structural Equation Modelling (SEM).

Keywords : Snapchat, Privacy, Self Disclosure, Risk, Structural Equation Modeling

1. PENDAHULUAN

Snapchat adalah salah satu sosial media yang digunakan untuk berbagi cerita dengan menggunakan video yang berdurasi singkat. Snapchat merupakan cara yang cepat dan menyenangkan untuk berbagi pengalaman dengan teman dan dunia di sekitar. Pengguna dapat mengirim foto atau sekilas video aktivitas mereka kepada temannya, rentetan peristiwa setiap hari akan menjadi sebuah cerita dalam

peristiwa-peristiwa global secara langsung (Snapchat, 2016). Selain pengguna dapat membagikan video secara langsung dengan durasi sepuluh detik, pengguna juga dapat mengirim pesan kepada teman mereka. Snapchat juga menyediakan fitur untuk menambah teman dengan pencarian menggunakan username.

Setiap hari, pada bulan Desember 2015 yang lalu sebanyak 110 juta orang menggunakan layanan ephemeral messanging pada snapchat yang dikenal lewat aneka filter foto dan

(2)

videonya, namun angka tersebut sekarang sudah mengalami kenaikan menjadi 150 juta perharinya (Yusuf, 2016).

Snapchat memberikan fitur – fitur baru yang menarik sehingga banyak pengguna yang tidak menyadari mereka terlalu banyak membagikan video pada snapchat. Pengguna snapchat juga tidak mempermasalahkan ketika snapchat mengharuskan memberikan informasi pribadi mereka secara online ketika mendaftar akun pada snapchat. Semakin banyak informasi yang diberikan kepada sosial media, semakin besar kepercayaan pengguna kepada pengguna lain dan penyedia layanan (Dwyer, et al., 2007). Di sisi lain, pengguna tidak mengetahui tentang apa yang dilakukan oleh pihak ketiga terhadap video yang mereka bagikan pada snapchat. Pengguna juga tidak sadar akan informasi pribadi yang mereka berikan kepada penyedia layanan telah dikumpulkan dan akan digunakan tanpa memberitahukan kepada pengguna terlebih dahulu (Kuo dan Talley, 2014). Oleh karena itu, sangat penting bagi pengguna untuk mengendalikan informasi terkait dirinya yang dikirim kepada sosial media. Seperti kasus pada snapchat tahun 2014 yang lalu, snapchat menginformasikan bahwa sebanyak 4,6 juta username, nomor telefon serta video pribadi pengguna bocor dan dapat di unduh dengan bebas melalui situs SnapchatDB, hal ini dilakukan oleh sekelompok hacker yang mengambil keuntungan dari celah API Snapchat yang baru-baru itu di publikasikan. Hal seperti itu dapat menimbulkan resiko bagi pengguna layanan tersebut, karena informasi pribadi dan video yang mereka bagikan pada snapchat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran pengguna terhadap resiko yang mungkin mereka terima ketika membagikan informasi pribadi kepada sosial media. Kekhawatiran pengguna terhadap resiko yang mereka alami, apabila data yang mereka berikan digunakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sikap pengguna merupakan salah satu faktor yang menyebabkan apakah mereka tetap menggunakan layanan pada snapchat meskipun telah terjadi kebocoran data pengguna. Sikap pengguna yang membagikan video pada snapchat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorong mereka. Dari fakta yang diatas, menarik untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait faktor yang menyebabkan pengguna membagikan video pada snapchat.

Thomas Buckel pada tahun 2013 melakukan penelitian tentang jejaring sosial, penelitian tersebut menggabungkan beberapa model untuk memprediksi faktor-faktor yang memengaruhi keterbukaan informasi pribadi pengguna pada jejaring sosial. Pada penelitian tersebut menghipotesiskan perceived risk yang dirasakan saat melakukan keterbukaan informasi pribadi pada jejaring sosial memiliki pengaruh negatif pada self disclosure, perceived risk sebagian besar ditentukan oleh perceived control,trust in provider, dan trust in member. Self disclosure dianggap dipengaruhi oleh convenience, enjoyment, self-presentation, dan relationship building. Pada penelitian Thomas Buckel dan Frederic Thiesse (2013) tersebut yang berjudul : Predicting The Disclosure of Personal Information on Social Networks : An

Empirical Investigation, belum

mempertimbangkan faktor privasi dan perceived individualism yang memengaruhi keterbukaan diri pengguna pada sosial media. Pada pengguna snapchat, faktor-faktor tersebut dirasa perlu di teliti apakah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pengguna membagikan video. Maka dari itu, penelitian ini menambahkan faktor-faktor tersebut ke dalam model penelitian ini sehingga melengkapi penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pada penelitian ini terdapat sepuluh variabel diantaranya perceived control, trust in members, trust in provider, perceived risk, self disclosure, perceived collectivism, self presentation, enjoyment, new relationship building, dan sosial influence serta menganalisis pengaruh Internet Users Information Privacy Concerns terhadap keterbukaan diri pengguna saat membagikan video pada snapchat. Faktor-faktor yang akan di uji pada penelitian ini merupakan variabel yang didapatkan dari penelitian sebelumnya.

2. DASAR TEORI

2.1 Model Penelitian Thomas Buckel dan Frederic Thiesse (2013)

Model penelitian merupakan gabungan dari empat model penelitian sebelumnya. Pertama penelitian Thomas Buckel dan Frederic Thiesse (2013).

Model penelitian yang dilakukan oleh Thomas Buckel dan Frederic Thiesse (2013) yang berjudul Predicting The Disclosure of Personal Information on Social Networks : An Empirical Investigation dapat di lihat pada

(3)

Gambar 1. Model penelitian pada Gambar 1 terdapat 10 variabel yaitu perceived control, trust in member, trust in provider, perceived risk, self disclosure, relationship building, self presentation, enjoyment, convenience, dan privacy preferences.

Gambar 1. Model Penelitian Thomas Buckel dan Frederic Thiesse (2013)

2.2 Model Penelitian Malhotra et al, (2004) Penelitian kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Naresh K. Malhotra (2004) yang berjudul Internet Users Information Privacy Concerns (IUIPC) : the Construct, the Scale, and a Causal Model.

Gambar 2. Model Penelitian Naresh K.Malhotra (2004)

Model penelitian Malhotra, et al., (2004) dapat di lihat pada Gambar 2. Model penelitian pada Gambar 2 terdapat secondary order IUIPC yang digunakan untuk menganalisis reaksi konsumen terhadap berbagai macam ancaman privasi di internet. Penelitian yang dilakukan oleh Malhotra (2004) sesuai dengan Gambar 2, menghubungkan IUIPC dengan kebiasaan pengguna membagikan informasi pribadi kepada jejaring sosial. Hasil dari penelitian tersebut, yaitu menghasilkan tiga dimensi diantaranya collection, awareness dan control. IUIPC merupakan variabel yang menggambarkan tingkat kesadaran pengguna terhadap privasi dari informasi pribadinya.

2.3 Model Penelitian Yat dan Pang (2012) Penelitian yang ketiga adalah penelitian Yat dan Pang (2012) yang berjudul Factors Affecting

Online Self-Disclosure of University Facebook. Penelitian tersebut merupakan penelitian yang mengembangkan model penelitian untuk mengetahui faktor yang mendorong pelajar untuk membagikan informasi pribadi mereka secara online. Model penelitian Yat dan Pang (2012) dapat dilihat pada Gambar 3. Model penelitian pada Gambar 3 terdapat beberapa variabel yang memengaruhi varibel self-disclosure diantaranya convenience maintaining existing relationship, new relationship building, self-presentation, enjoyment, social influence, perceived collectivism, dan perceived individualism. Serta trust in provider, trust in member dan perceived control sebagai variabel yang memengaruhi perceived risk.

Gambar 3. Model Penelitian Yat dan Pang (2012)

Berdasarkan hasil penelitian Yat dan Pang (2012) tersebut diharapkan dapat memberikan peringatan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga informasi pribadi mereka yang di bagikan pada jejaring sosial. Serta rekomendasi terhadap facebook sebagai sosial media yang mereka teliti untuk lebih baik lagi dalam menjaga informasi pribadi penggunanya. 3. MODEL PENELITIAN DAN

RUMUSAN HIPOTESIS

Model penelitian yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pengguna snapchat membagikan video ditunjukkan pada Gambar 4. Model penelitian tersebut terdapat sepuluh variabel laten dan satu

(4)

secondary order IUIPC. Variabel laten tersebut yaitu perceived control, trust in member, trust provider, perceived risk, self disclosure, self presentation, enjoyment, new relationship building, perceived collectivism, dan sosial influence.

Perceived risk didefinisikan sebagai harapan yang besar terhadap informasi yang dibagikan, tidak menyebar luas kepada masyarakat (Malhotra., et al, 2004). Ini berarti, semakin besar kepercayaan atau harapan seseorang terhadap snapchat memengaruhi resiko yang dirasakan. Semakin besar kepercayaan terhadap snapchat membuat penggunanya tidak merasa khawatir akan video pribadi yang mereka bagikan akan tersebar luas atau ada pihak ketiga yang memanfaatkan video yang mereka bagikan pada snapchat. Snapchat juga memberikan kontrol terhadap video yang mereka bagikan dengan memberikan batasan siapa saja yang dapat melihat video yang mereka bagikan. Kontrol tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pengguna pada snapchat karena kepercayaan pengguna tidak dapat dipengaruhi atau dirubah oleh orang lain (Grabner & Kaluscha, 2003). Selain kepercayaan terhadap provider (penyedia), pengguna lain juga merupakan elemen yang penting yang memengaruhi pengguna untuk membuka diri (Yat & Pang, 2012). Sehingga peneliti merusmuskan hipotesis :

H1a : Perceived control mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap perceived risk. H1b : Trust in provider mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap perceived risk. H1c : Trust in member mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap perceived risk. H4 : Perceived risk mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap self disclosure. Self disclosure didefinisikan sebagai pendekatan sederhana dalam berkomunikasi dengan perilaku mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain (Yat & Pang, 2012). Sehingga interaksi yang terjadi di dunia maya memungkinkan berbagi informasi pribadi dengan orang yang belum dikenal (Stone, 1996 ; Turkle, 1995). Kemungkinan mengungkapkan diri dengan berbagi informasi kepada orang yang belum dikenal dalam snapchat dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tujuan maupun keuntungan yang mereka dapatkan dengan membagikan video pada snapchat.

Perceived collectivism menggambarkan budaya dimana orang-orang saling terintegrasi didalam suatu kelompok. Orang-orang yang

menggunakan snapchat merupakan sekelompok orang yang saling terintegrasi, membagikan video pada snapchat membuat pengguna lebih membuka diri kepada pengguna snapchat lainnya. Self presentation didefinisikan sebagai proses seseorang mengungkapkan kepada orang lain tentang karakteristik mereka. Mengungkapkan karakteristik membuat seseorang lebih membuka diri kepada orang lain, baik berupa melengkapai profil mereka maupun keseharian atau kebiasaan mereka dengan membagikan video menggunakan snapchat.

Enjoyment didefinisikan sebagai fakor pengguna menggunakan jejaring sosial online karena mereka merasa nyaman dan menyenangkan, sehingga jejaring sosial yang mengembangkan hedonic atau platform yang menyenangkan akan mendorong penggunanya untuk membagikan informasi pribadi secara lebih rinci (Hui., et al, 2006). Sehingga rasa nyaman dan senang menggunakan snapchat dapat membuat pengguna semakin membuka diri melalui snapchat.

New relationship building didefinisikan bahwa dengan jejaring sosial online dapat menjalin hubungan dengan orang yang dikenal didunia nyata atau menjalin hubungan baru dengan orang baru (Yat & Pang, 2012). Sosial influence merupakan proses dimana keyakinan, sikap dan perilaku atau sudut pandang seseorang dipengaruhi oleh tindakan orang lain atau sekelompok orang di sekitar mereka (Yat & Pang, 2012). Sehingga perilaku seseorang lebih membuka diri dengan membagikan video pribadi mereka pada snapchat merupakan pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang terdekat. Kehidupan sosial membuat sudut pandang maupun sikap seseorang dapat terbawa oleh arus. Sehingga peneliti merumuskan hipotesis :

H2a : Perceived collectivism mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

H2b : Self presentation mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure. H2c : Enjoyment mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

H2d : New relationship building mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

H2e : Sosial influence mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

Hogben (2007, disitasi dalam Krasnova., et al, 2009) menyebutkan bahwa membagikan informasi pribadi oleh suatu organisasi dalam

(5)

jejaring sosial online dapat memberikan ancaman seperti informasi pribadi dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang juga merupakan pengguna jejaring sosial online, atau dapat menimbulkan fitnah. Dengan besar kekhawatiran yang dirasakan membuat pengguna semakin sadar untuk membatasi jumlah informasi pribadi yang mereka bagikan pada snapchat sehingga dua faktor tersebut dapat meminimalisir resiko yang mungkin diterima pengguna snapchat. Sehingga peneliti merumuskan hipotesis :

H3 : Internet User’s Information Privacy Concerns (IUIPC) mempunyai pengaruh negatif yang siginifikan terhadap self disclosure.

Gambar 4 Model Penelitian Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengguna Snapchat Membagikan

Video

3.1. Skala Likert

Menurut Sugiyono (2011), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert merupakan skala yang menyatakan tingkat persetujuan individu terhadap suatu pernyataan. Skala likert pada pengukuran dikategorikan dengan angka 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu wilayah yang mempunyai kualitas dan ciri khas yang dapat dipelajari dan kemudian diteliti yang nantinya akan menghasilkan sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini populasinya adalah pengguna aktif snapchat. Sedangkan, sampel adalah populasi yang memiliki suatu karakteristik dari populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel dalam

penelitian ini adalah pengguna aktif snapchat yang berusia 16 sampai dengan 35 tahun di Indonesia. Penentuan sampel pada penelitian ini dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2008) teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu.

4. ANALISIS DATA 4.1. Pilot Study

Pre – testing dan pilot study dilakukan sebelum kuisioner dibagikan kepada responden, dimaksudkan untuk mengukur pemahaman tentang komponen – komponen dalam kuisioner sehingga tidak ada pernyataan yang ambiguitas dalam kuisioner (Chandio, 2011). Kriteria pada pilot study menggunakan uji reliabilitas dengan melihat nilai cronbach alpha. Variabel yang mempunyai nilai cronbach alpha <0.5 maka tidak diterima dan jika >0.7 maka masuk dalam kriteria sangat baik (Wu, et al., 2011). Semua indikator memenuhi kriteria dengan nilai cronbach alpha lebih dari 0.5.

4.2 Uji Missing Data

Little’s Missing Completely Random (MCAR) adalah metode yang digunakan pada uji missing data, untuk mengidentifikasi data yang hilang atau kosong secara acak. Missing data merupakan masalah yang sangat umum dalam semua jenis survey penelitian karena melibatkan jumlah sampel yang besar (Bryman & Cramer, 2005). Berdasarkan data yang telah didapatkan tidak ada data yang missing sehingga semua data dapat dilakukan analisis selanjutnya. 4.3 Uji Outlier

Uji outlier digunakan untuk mencari data yang hasilnya berbeda dengan data yang lainnya. Data outlier merupakan syarat untuk mengidentifikasi data yang dijadikan sampel dalam penelitian yang mengalami penyimpangan dalam kumpulan atau himpunan data.

Data outlier harus dikeluarkan atau dihapus karena jika tetap dilanjutkan akan mengeluarkan hasil yang tidak sesuai. Menurut Hair.,et al nilai degree of freedom 0.001 direkomendasikan untuk perhitungan mahalanobis distance (disitasi dalam Chandio (2011)). Hasil perhitungan nilai kritis atau critical ratio didapatkan nilai 72.44 sehingga data yang

(6)

memiliki nilai >72.44 akan di eliminasi. Data outlier berjumlah 25 sehingga sisa data berjumlah 257.

4.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya dari populasi data yang telah didapatkan (Wiyono, 2011). Menurut Hair,et al., (2006) uji normalitas didefinisikan sebagai bentuk distribusi data atau variabel serta hubungan dengan distribusi normal yang merupakan inti dari metode statistik (disitasi dalam Chandio (2011)).

Distribusi normal jika nilai skewness dan kurtosis bernilai nol. Batas nilai skewness antara -1 sampai 1 (Hair et al, 2006) dan nilai kurtosis <3 (Kline 2005). Skewness dengan nilai >3 masuk kedalam kategori extreme skewness dan nilai kurtosis dengan nilai antara 8 sampai dengan 20 masuk kedalam kategori extreme kurtosis (Kline, 2005). Hasil dari penelitian ini data dinyatakan normal karena nilai skewness dan kurtosis memenuhi kriteria.

4.5 Uji KMO

Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan bartlett’s merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengukur kecukupan dari sampel atau data yang diteliti yang akan digunakan untuk analisis faktor sesuai dengan sampel data yang ada (Field, 2009). Data dinyatakan cukup jika memenuhi nilai KMO >0.5 (Field, 2009). Hasil penelitian ini mempunyai nilai KMO 0.82 sehingga data dikatakan cukup untuk dilakukan analisis selanjutnya.

4.6 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang digunakan mampu memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, menghasilkan data yang memiliki relevansi tinggi serta mampu menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Pada penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment untuk pengujian validitas. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung. Uji validitas dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel. Dengan nilai degree of freedom (df) = N-2 , N adalah jumlah sample yang diambil sehingga df = 257-2. Hasil uji validitas menunjukkan nilai r tabel 0.1168 dengan taraf signifikan 0.05. Hasil nilai r hitung pada semua indikator > 0.1168 sehingga dapat dikatakan semua indikator valid dan dapat dilakukan

analisis selanjutnya.

5. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan model statistik untuk menggambarkan atau menjelaskan hubungan ketergantungan antar variabel laten atau konstruk. SEM digunakan untuk hubungan antara beberapa dependent dan konstruk dependen secara bersamaan (Hair., et al, 2006). Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan software statistic AMOS. Menurut Hair., et al (2006, disitasi dalam Wijayanto (2007)) evaluasi terhadap kecocokan dilakukan dengan tiga tahap yaitu :

a. Kecocokan Keseluruhan Model (Overall

Model Fit).

Uji kecocokan overall model fit berfungsi untuk menjelaskan kekuatan ketika memprediksi sebuah model. Kecocokan keseluruhan model digunakan untuk mengetahui kecocokan antara data yang didapatkan dengan model yang digunakan. Terdapat beberapa indeks yang termasuk kedalam GOF atau GOFI (Goodness of Fit Indeks). Apabila suatu model belum memenuhi kriteria maka perlu dilakukan modifikasi. Hasil dari Goodness of Fit Indeks dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai Goodness of Fit Indeks (GOFI) sudah memenuhi kriteria good fit untuk RMSEA dengan nilai 0.065 dan Nomed Chi- square dengan nilai 2.079. Sedangkan untuk nilai Chi square dengan nilai 1054,376, GFI dengan nilai 0.81, CFI dengan nilai 0.884, NFI dengan nilai 0.763, dan AGFI dengan nilai 0.801 memenuhi kriteria acceptable fit sehingga dapat dilakukan analisis SEM selanjutnya.

Tabel 1 Nilai GOFI Setelah Modifikasi

Indeks Kriteria Nilai Ketera

ngan Abso Lut Chi square p > 0.05 1054. 376 Accepta ble Fit GFI >0.8 0.81 Accepta ble Fit RMSE A <0.08 0.065 Good Fit Incre men Tal

CFI ≥ 0.90 good fit, ≥ 0.80 acceptable fit

0.884 Accepta ble Fit NFI ≥ 0.90 good fit,

≥ 0.80 acceptable fit 0.763 Accepta ble Fit AGFI >0.8 0.801 Accepta ble Fit

(7)

Parsi moni Nomed Chi- square X2 / df <3 2.079 Good Fit

b. Kecocokan Model Pengukuran

(Measurement Model Fit).

Kecocokan model pengukuran digunakan untuk mengetahui hubungan kecocokan antara variable laten dengan variabel manifest atau indicator, apakah sebuah indicator atau variabel manifest tersebut merupakan infikator dari variabel laten tersebut. Kecocokan model pengukuran dengan melihat nilai estimate, critical ratio dan p value. Menurut Chandio (2011) hubungan antara variabel manifest dan variabel laten diterima jika nilai estimate atau factor loading diatas 0.5 dan lebih baik jika diatas 0.7, memiliki nilai C.R diatas 1,960 dan p value di bawah 0.05. Semua indikator telah memenuhi kriteria sehingga tidak adanya penghapusan variabel yang tidak memenuhi dan dapat dilakukan analisis SEM pada tahap selanjutnya.

c. Kecocokan Model Struktural (Structural

Model Fit).

Kecocokan model struktural digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang telah dihipotesiskan. Kecocokan model struktural pada penelitian ini menggunakan path analysis. Path analysis dilakukan dengan menghubungkan antar variabel dengan panah satu arah sesuai dengan model yang digunakan pada penelitian. Menurut Santoso (2015), hipotesis dapat diterima ketika mempunyai nilai p value < 0.05, sedangkan nilai positif atau negatif standart regression weight digunakan untuk mengetahui pengaruh positif atau negatif dalam sebuah hipotesis.

Tabel 2 Hasil kecocokan pengukuran model

Hubu ngan Peng aruh Hipo tesis Esti mat e P Keter angan <0. 05 PRP C Negat if H1a -0.02 6 0.9 67 Ditola k PR TP Negat if H1b -0.05 6 0.4 08 Ditola k PR TM Negat if H1c 0.12 2 0.4 91 Ditola k SD PCL Positi f H2a 0.76 3 *** Diteri ma SD Positi H2c 0.25 *** Diteri EN f 7 ma SD SPR Positi f H2b 0.30 7 *** Diteri ma SD NRB Positi f H2d 0.38 4 *** Diteri ma SD  SI Positi f H2e 0.02 6 0.9 72 Ditola k SDI UIPC Negat if H3 -0.25 3 0.01 Dit eri ma SD PR Negat if H4 -0.16 9 0.02 6 Dit eri ma Hasil dari uji kecocokan struktural model dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat enam hipotesis diterima karena p value memenuhi kriteria kurang dari 0.5 diantaranya H2a, H2b, H2c, H2d, H3, dan H4. Sedangkan empat hipotesis lainnya ditolak karena p value tidak memenuhi kriteria, diantaranya hipotesis H1a, H1b, H1c dan H2e.

6. PEMBAHASAN HIPOTESIS

H1a : Perceived control mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap

perceived risk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol yang dirasakan pengguna (perceived control) negatif tidak memengaruhi resiko yang diterima (perceived risk). Responden berpendapat bahwa dengan mengontrol video yang mereka bagikan, serta pengaturan privasi pengguna dengan memanfaatkan pengaturan privasi yang di sediakan oleh snapchat tidak memengaruhi atau meminimalisir resiko yang mereka rasakan saat membagikan video pribadi mereka pada snapchat. Pengaturan privasi yang disediakan oleh snapchat, untuk mengatur siapa saja yang dapat melihat video yang mereka bagikan atau melihat informasi yang mereka cantumkan pada profil, tidak sepenuhnya mengurangi rasa khawatir pengguna akan resiko yang mungkin mereka alami seperti, penyebaran informasi atau video yang mereka bagikan oleh snapchat.

H1b : Trust in provider mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap

perceived risk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pengguna terhadap layanan penyedia (trust in provider) negatif tidak memengaruhi resiko yang diterima oleh pengguna snapchat (perceived risk). Responden

(8)

berpendapat bahwa mereka tidak sepenuhnya percaya dengan penyedia snapchat terkait penyimpanan dan keamanan informasi pribadi mereka maupun video-video yang mereka bagikan pada snapchat. Hal ini membuat pengguna khawatir akan resiko yang mereka alami ketika sedang menggunakan snapchat. Menurut responden, snapchat masih kurang terbuka tentang pengolahan maupun cara penyimpanan data penggunanya, serta snapchat masih belum menyediakan layanan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Snapchat juga kurang menjaga komitmen dengan penggunanya terkait informasi yang mereka berikan sehingga pengguna belum sepenuhnya percaya membagikan informasi pribadi maupun video pada snapchat.

H1c : Trust in member mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap

perceived risk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pengguna lain dalam snapchat (trust in member) negatif tidak memengaruhi resiko yang diterima oleh pengguna (perceived risk). Responden berpendapat bahwa kepercayaan terhadap pengguna lain dalam snapchat tidak memengaruhi atau mengubah kekhawatiran maupun resiko yang mereka rasakan baik saat menggunakan snapchat maupun saat membagikan video dengan snapchat. Responden tidak percaya dengan pengguna lain, di sebabkan oleh pengguna snapchat lainnya tidak jujur dan tidak menepati janji, seperti pengguna lain yang menyalahgunakan informasi pribadi atau video yang mereka bagikan pada snapchat serta tidak saling terbuka sehingga kepercayaan responden akan pengguna lainnya dalam snapchat tidak mengurangi rasa khawatir akan resiko yang mereka terima ketika membagikan video pribadi pada snapchat.

H2a: Perceived collectivism mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa kebersamaan (perceived collectivism) positif memengaruhi pengguna untuk lebih mengungkapkan diri pada snapchat. Responden berpendapat bahwa mereka merasakan rasa kebersamaan dengan pengguna snapchat lainnya, mereka juga sering menghabiskan

waktu bersama bahkan menunjukkan rasa kepedulian mereka dengan pengguna snapchat lainnya dalam daftar teman mereka. Rasa nyaman yang responden rasakan ketika bersama dengan pengguna snapchat lainnya baik dalam dunia nyata maupun maya membuat mereka ingin mengungkapkan diri mereka melalui snapchat. Keterbukaan yang mereka lalukan dengan melengkapi profil pada snapchat, mengupdate profil ketika mempunyai waktu luang, dan berbagi dengan pengguna snapchat lainnya dengan membagikan video aktivtas yang sedang mereka lakukan. Dengan begitu, mereka dapat mengungkapkan diri mereka melalui snapchat.

H2b : Self presentation mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self

disclosure.

Hasil penelitian menunjukkan self presentation (pengenalan diri) berpengaruh positif siginifikan terhadap self disclosure (pengungkapan diri), hipotesis tersebut diterima dengan hubungan kekuatan dikatakan sedang. Responden berpendapat bahwa dengan membagikan video pada snapchat dapat membantu pengungkapan diri. Selain dengan melengkapi profil mereka pada snapchat, melalui video yang mereka bagikan pada teman, merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan tentang diri mereka pada pengguna snapchat lainnya. Membagikan video aktivitas yang sedang mereka lakukan, dan mengupdate profil ketika mempunyai waktu luang merupakan hal yang mereka lakukan untuk pengungkapan diri. Dengan keterbukaan diri, mereka dapat saling berkenalan satu sama lain, dengan begitu mereka ingin menciptakan atau membuat kesan yang baik serta berusaha menjadi orang yang menyenangkan dengan pengguna snapchat lainnya. Pengenalan diri membantu mereka untuk menunjukkan sisi baik yang mereka miliki.

H2c: Enjoyment mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure. Hasil penelitian menunjukkan enjoyment (kenyamanan) berpengaruh positif signifikan terhadap self disclosure (pengungkapan diri), hipotesis tersebut diterima dengan kekuatan dikatakan sedang. Responden berpendapat bahwa kesukaan mereka membagikan video pada snapchat merupakan salah satu faktor yang

(9)

membuat mereka mengungkapkan diri kepada pengguna snapchat yang lain. Ketika merasa bosan, mereka lebih sering membuka snapchat bahkan menghabiskan waktu luang mereka dengan menggunakan snapchat, baik melihat history maupun membagikan video pada daftar teman di snapchat. Mereka juga merasa terhibur dengan menggunakan snapchat baik di waktu luang atau santai. Rasa senang dan nyaman ketika menggunakan snapchat membuat mereka ingin mengungkapkan diri melalui snapchat. H2d : New relationship building mempunyai

pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure.

Hasil penelitian menunjukkan membangun hubungan baru (new relationship building) berpengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan diri individu (self disclosure) dengan kekuatan sedang. Responden berpendapat bahwa dengan membagikan video mereka, baik video pribadi maupun video aktivitas yang mereka lakukan, mereka dapat berkomunikasi dengan orang-orang baru yang sebelumnya belum mereka kenal, dapat memperluas jaringan pertemanan serta menambah teman baru. Semakin sering menggunakan snapchat, semakin mudah membangun hubungan baru sehingga mereka mengungkapkan diri melalui snapchat.

H2e: Sosial Influence mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self

disclosure.

Hasil menunjukkan sosial influence tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap self disclosure. Responden berpendapat bahwa mereka menggunakan Snapchat bukan karena dipengaruhi oleh orang lain maupun orang terdekat di sekitar mereka. Mereka menggunakan snapchat karena mereka merasa banyak keuntungan yang dapat mereka rasakan ketika membuka diri melalui snapchat dengan membagikan video. Sehingga mereka menggunakan snapchat sebagai salah satu sosial media yang mereka gunakan.

H3: Internet User’s Information Privacy

Concerns mempunyai pengaruh negatif yang

signifikan terhadap self disclosure.

Hasil penelitian menunjukkan masalah privasi yang dihadapi pengguna internet (IUIPC)

mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengungkapan diri seseorang dalam menggunakan snapchat, hipotesis tersebut diterima. IUIPC merupakan secondary order yang terdiri dari variabel control, collection dan awareness.

Responden berpendapat bahwa kendali atas informasi pribadi atau video yang dibagikan, kesadaran seberapa banyak informasi pribadi dan video yang dibagikan pada snapchat, seberapa banyak informasi yang dikumpulkan terkait informasi pribadi dan video merupakan salah satu kekhawatiran yang mereka rasakan sebagai salah satu masalah privasi yang dihadapi oleh setiap pengguna internet. Sehingga faktor tersebut menjadi penyebab mereka tidak mengungkapkan diri pada snapchat. Kendali penuh akan seberapa banyak informasi pribadi maupun video yang mereka bagikan, dapat mengurangi masalah privasi yang dihadapi oleh pengguna internet sehingga bukan suatu halangan mereka untuk mengungkapkan diri melalui snapchat. Responden berpendapat bahwa kekhawatiran akan masalah privasi yang akan meraka rasakan yang mungkin dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab membuat mereka mengendalikan keterbukaan diri saat membagikan video pada snapchat. H4: Perceived risk mempunyai pengaruh

negatif yang signifikan terhadap self

disclosure.

Hasil penelitian menunjukkan resiko yang dirasakan oleh pengguna memengaruhi pengguna snapchat untuk melakukan keterbukaan diri pada snapchat, baik dengan informasi pribadi yang dicantumkan dalam snapchat maupun video-video pribadi yang mereka bagikan. Responden berpendapat bahwa kepercayaan terhadap snapchat, pengguna lain dalam snapchat dan kontrol yang mereka lakukan memengaruhi resiko yang mereka rasakan. Mereka merasakan adanya resiko ketika membagikan video pada snapchat, sehingga membatasi keterbukaan diri pada snapchat dengan melengkapi profil saat mempunyai waktu luang, membatasi teman yang dapat melihat profil maupun video yang mereka bagikan, dan mereka membatasi setiap video yang mereka bagikan pada snapchat. Responden tetap mencantumkan informasi pribadi pada profil mereka serta tetap membagikan video pribadi mereka pada snapchat namun mereka merasakan adanya kekhawatiran serta resiko

(10)

yang nantinya mereka rasakan. Sehingga hipotesis perceived risk (resiko yang dirasakan) mempunyai pengaruh negatif siginifikan terhadap self disclosure (keterbukaan diri) saat menggunakan snapchat.

7. KESIMPULAN

Hasil uji kecocokan model pada penelitian menunjukkan bahwa model yang digunakan merupakan model yang baik karena indeks goodness of fit telah memenuhi kriteria. Selain itu dalam uji measurement model fit yang digunakan untuk menguji hubungan indikator dan variabelnya, semua hubungan indikator dan variabel mempunyai nilai signifikan sehingga indikator dapat mengukur variabel laten yang digunakan pada penelitian. Sehingga model dapat dikatakan cocok untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengguna membagikan video pada snapchat.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang memengaruhi pengguna snapchat membagikan video adalah ingin diakui didalam kelompoknya (perceived collectivism), ingin menunjukkan karakternya kepada orang lain (self presentation), kenyamanan dalam menggunakan snapchat (enjoyment), dan ingin membangun jaringan dengan orang-orang baru (new relationship building). Namun pengguna tidak merasakan bahwa mereka menggunakan snapchat karena dipengaruhi oleh orang-orang disekitar mereka (sosial influence). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengguna tidak percaya dengan penyedia layanan (trust in provider) dan pengguna snapchat lainnya (trust in members). Pengguna juga tidak percaya dengan kendali yang diberikan oleh penyedia layanan (perceived control) dapat menjaga dan tidak menyalahgunakan video yang mereka bagikan, sehingga pengguna snapchat menyadari dan menerima semua resiko (perceived risk) dan masalah privasi (IUIPC) yang nantinya mereka alami.

8. DAFTAR PUSTAKA

Bryman, A. & Cramer, D., 2005. Quantitative Data Anlysis with SPSS 12 and 13 : A guide for social scientists.

Buckel, T. & Thiesse, F., 2013. Predicting The Disclosure of Personal Information on Social Networks: An Empirical Investigation. Germany: University of

Wurzburg.

Chandio, F. H., 2011. Studying Acceptance of Online Banking Information System : a Structural Equation Model. p. 117. Dwyer, C., Passerini, K. & Hiltz, S. R., 2007.

Trust and Privacy Concern within Social Networking Sites: A Comparison of Facebook and MySpace. Proceedings of the Thirteenth Americas Conference on Information Systems.

Field, A., 2009. Discovering Statistics Using SPSS. 3 penyunt. Mu'tah University, Karak, Jordan: SAGE Publication. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J. &

Anderson, R. E., 2010. Multivariate Data Analysis. 7 penyunt. New York: Pearson Prentice Hall.

Kuo, K.-M. & Talley, P. C., 2014. An Empirical Investigation of the Privacy Concerns of Social Network Site Users in Taiwan. International Journal of Scientific Knowledge, 5(2), pp. 2305-1493.

Stone, B., 2015. Bloomberg. [Online] Available at:https://www.snapchat.com/privacy

[Accessed 10 Oktober 2016].

Malhotra, N. K., Kim, S. S. & AgarwaL, J., 2004. Internets User Information Privacy Concerns : the Construct, the Scale, and a causal Model. Information System Reseacrh, Volume 15, p. 336.

Wiyono, P. P., 2006. Structural Equation Modeling. Jakarta: Universitas Budi Luhur.

Seung Chung Yat, W.H.P., 2012. Factors affecting Online Self-Disclosure of Information Systems and e-Business Managemen. Volume 1, pp. 1-71

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian Thomas Buckel dan  Frederic Thiesse (2013)
Gambar 4 Model Penelitian Faktor-Faktor yang  Memengaruhi Pengguna Snapchat Membagikan
Tabel 2 Hasil kecocokan pengukuran model  Hubu ngan  Peng aruh  Hipo tesis  Estimat e  P  Keter angan &lt;0.05  PRP C  Negatif  H1a   -0.02 6  0.9 67  Ditolak  PR TP  Negatif  H1b   -0.05 6  0.4 08  Ditolak  PR TM  Negatif  H1c  0.122  0.4 91  Ditolak

Referensi

Dokumen terkait

gue udah kalah lebih dari 20 (dua.. puluh) kambing disitu “, akhirnya diambilah uang tersebut oleh Pak Toha sebesar harga 20 (dua puluh) kambing dan sisanya dikembalikan. Dari

Na Upravi Republike Slovenije za zaščito in reševanje so nam odgovorili, da odzivanje ustreznih služb v primeru terorističnega napada s kemičnim orožjem poteka po javno

Tiga seri kolom yang digunakan adalah bertujuan untuk menyelidiki jumlah air lindi yang keluar dari kolom benda uji dengan adanya penutup tanah atau cover setiap kedalaman

berikut: tujuan dari manajemen risiko TI adalah untuk melindungi aset Teknologi Informasi seperti data, hardware, software, personel dan fasilitas dari semua (kegagalan

Menurut (A., Stevens, &amp; Woody, 2005), OCTAVE-S is a variation of the approach tailored to the limited means and unique constrains typically found in small organizations

Sebelum teknik penceritaan digital dilaksanakan, penyelidik telah membuat penyelidikan secara soal selidik kepada dua ratus pelajar yang berkaitan dengan Minat terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian injeksi asam hialuronat terhadap kualitas hidup penderita osteoarthritis sendi lutut

Sejalan dengan itu, Aliansi Strategis untuk Penanggulangan Kemiskinan (2012) menyatakan bahwa Jakarta menjadi kota dengan tingkat kemiskinan terbesar di Indonesia. Penelitian