Romanus Dhani W
My Private Assitant
My Private Assitant
Oleh: Romanus Dhani W
Copyright © 2012 by Romanus Dhani W
Penerbit
Nulis buku
Nulisbuku.com
admin@nulisbuku.com
Desain Sampul:
Romanus Dhani W
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
My Private Assistant
ありがとう
Thank You for
Part 1
Author POV
Hannah memasuki kamarnya, baru saja ia pulang dari mencari pekerjaan. Memang rumah ini tak terlalu bagus, namun tetap tergolong layak untuk ditempati.. Sudah kira-kira dari lahir ia tinggal ditempat ini bersama dengan ibunya tanpa sang ayah, ia seolah mendambakkan akan seorang pria yang datang menjemputnya dan mengajak ia dan ibunya untuk tinggal dan hidup yang lebih layak, namun seolah impian itu semakin pupus, dan Hannah pun tak ingin hidup dalam mimpi lagi, sudah 16tahun ia, sudah saatnya ia melihat kedepan.
Hannah yakin, ayahnya pasti orang kaya. Itu terlihat dari wajah dan badannya mulus bak sang putri yang kerap kali terlihat kucel akibat kotornya jalan dan kehidupan sehari-harinya.
Walaupun sudah memaksa ibunya untuk memberitahu siapa ayahnya, ibunya tak kunjung juga memberitahu..
Hannah juga adalah seorang gadis berumur 16 tahun.. Ia putus sekolah karena ibu-nya tak
mampu membiayai-nya.. Dan akhirnya ia berniat untuk langsung kerja sejak satu tahun yang lalu setelah lulus SMP untuk membantu ibu-nya.. Tapi sebenarnya gadis itu sangatlah pintar.. Ia sebenarnya mampu untuk mendapat beasiswa, tapi ia lebih memilih untuk bekerja daripada bersekolah..
―Hannah.. Tolong kamu beli beras didepan..‖
Tanpa berkata-kata Hannah segera pergi membeli beras. Ibunya seorang penjual nasi pecel yang cukup laris, dan sudah kewajibannya untuk membantu.
―Bu.. Berasnya tolong, seperti biasa‖ kata Hannah sambil bersandar didinding, ―catat dulu ya, bu..‖ Tambahnya lagi dan tak lama kemudian ia sudah menjinjing plastik berisi beras itu dan berjalan menyusuri jalan menuju rumah..
―Titttttttttttttttt!!!!!‖
Hannah segera berputar kebelakang, tak sengaja bulir-bulir beras itu terlempar dan ia termundur beberapa langkah.
―Heh lo !! Jalan hati-hati dong!‖ Teriak seorang pria yang lalu kemudian keluar dari mobilnya, ―Kalo mau mati jangan didepan mobil gue dong !‖
Hannah dengan kesal berdiri mengusap sebentar lututnya yang lecet lalu dengan muka semerah kepiting rebus menatap pria itu !!!
―Eh Lo !!! Lo yang ga punya mata ! Uda tau juga ini jalan kecil ! Jalan orang kampung ! Mana tau ada bakal datang mobil semewah punya lo ! Kalo ga mau terjadi apa-apa dengan mobil lo, sana parkir didepan kampung !!!‖
—-
Bisma POV
―Eh Lo !!! Lo yang ga punya mata ! Uda tau juga ini jalan kecil ! Jalan orang kampung ! Mana tau ada bakal datang mobil semewah punya lo ! Kalo ga mau terjadi apa-apa dengan mobil lo, sana parkir didepan kampung !!!‖
Jujur! Baru pertama kali gue denger kata sekasar itu dari seorang wanita. Awalnya berniat
meminta maaf setelah melihat lutut lecetnya dan mukanya yang hampir menangis itu, tapi wanita ini sungguh bikin kesel !!!
―Ya serah-serah gue dong mau bawa mobil kemana, sebagai pejalan kaki yang benar, lo yang harus hati- hati !‖ Balasku tak mau kalah
―Stop!‖ Ucap Rangga membuataku menoleh kearahnya.
Tak pernah kuberpikir Rangga akan berjalan menuju gadis itu dan memberikan saputangan kesayangannya.
―Are u okay ? Ada yang kau rasa sakit ? Mau ku antar ke dokter ?‖ Ucapnya lembut ―Ngapain lo, rang ? Kita disini punya tujuan !‖
―Lo mau ngebiarin seorang gadis begini ?‖ Balasnya dengan tajam membuatku terdiam seketika, pandangan rangga memang kadang menakutkan. Lebih baik dia bermain mulut daripada bermain mata.
Wanita itu mendorong tangan ranggaa, ―I’m okay. I don’t need it.‖ Katanya pelan sambil tersenyum, tak sadar setelah itu ia berjalan ke arahku, ―kalo kamu mau cari gara-gara ! Ure in a wrong place, lebih baik kamu pergi sebelum aku panggil preman kampung ini !‖
Deg..deg..deg.. Perasaan apa ini ? —-
Deg..deg..deg..
Ada apa denganku ? Kenapa jantungku berdetak dengan kencang ? Apa yang terjadi ? Masa aku punya penyakit jantung sih ? Wah, aku pasti kena darah tinggi gara- gara pria ini !!!
Sedikit bingung sih mengetahui pria itu diam tak berkutik, aku tak ingin berada disini lagi. Tak ingin pingsan gara- gara tekena darah tinggi.
―Eh tunggu sebentar‖
Aku berbalik dan mendapatinya menggengam tanganku, seketika sekujur tubuhku serasa tersengat listrik !!!!
―I’m sorry, aku ga bermaksud begitu. Oh ya, ini buat ganti beras yang aku hancurin‖ katanya lembut sambil mengeluarkan banyak uang lembar seratus ribuan.
Sedikit ternganga memang melihat ia dengan mudahnya mengeluarkan uang sebanyak itu dari dompet yang ntah merk-nya apa yang terlihat begiu mewah.
Setan apa yang merasuki, aku malah menggeleng cepat, melepaskan genggaman tangannya dan menolak uang itu, ―terlalu banyak‖
Ia menatap bingung. Apakah ia tak bisa berbahasa indonesia ? ―Ga kok. Ini buat biaya obat kamu juga.‖ Katanya tak mau kalah
―Ga, terima kasih. Aku hanya akan mengambil 300ribu untuk membeli beras lagi. Terima kasih. Permisi.‖
—–
Bisma POV
―Ga, terima kasih. Aku hanya akan mengambil 300ribu untuk membeli beras lagi. Terima kasih. Permisi.‖
Gadis itu bahkan terlihat mempesona. Kenapa baru sekarang setelah berkata sekejam itu aku baru merasakannya ? Sial ! Pasti dia sudah menganggapku tak sopan !
―Bis.. Bisma !!‖ Kata Rangga saambil menggoyang-goyang kan badanku, tak sadar ternyata aku tadi sedang melamun ? Oh ! This is the first time !
―Ayo kita pergi. Kita masih punya tujuan disini‖ kata Rangga membuatku tersadar, cepat-cepat aku masuk mobil dan segera melesatkan mobilku cepat.
Aku menoleh panik melihat kertas ini, ini alamatnya ga salah kan ? Masa ini rumah sodara gue ? Aku berjalan menuju pintu, dengan agak takut sih sebenarnya.. Bisa saja aku salah injak atau ketuk, rumah itu bakal runtuh.. Gila banget !
―Tookkkk..tookkk…‖
Aku melihat kesekeliling tetap dengan menggunakan kacamata hitamku.. Rangga masih saja duduk didalam mobil, katanya dia mau membiarkan aku ber-reuni dengan ADIK TIRI-ku ._. Apa-apaan itu ? Kalau bukan karena papa yang mau bertemu dengannya.. Aku ga akan mau menjemputnya..
―Ya.. Ada apa ?‖ Kata seorang wanita daridalam.. Wanta itu tampak tua dan capek, tapi wajahnya khas dan tetap terlihat cantik dalam keadaan apapun.. Ohh.. Ini adalah wanita yang pertama mengambil hati papa ?
Sesaat setelah aku membuka kacamata hitamku, wanita itu segera masuk kedalam rumah.. ―Maaf ? Saya ada salah ?‖ Tanyaku bingung..
―Lebih baik kamu pergi.. Jangan kesini lagi..‖ ―Tapi.. Saya salah apa?‖ Tanyaku masih bingung..
―Kau.. Aku tau siapa kau.. Aku ga akan mengizinkan pria itu merebut anakku satu-satunya..‖ Aku berkacak pinggang, ―papa hanya ingin bertemu-nya..‖
―Tidak.. Tidak bisa !!!!! Ga akan kubiarkan…‖ ―Kenapa ?‖
―Karena ketika itu juga ketika ia datang, pria itu akan memaksa-nya untuk tinggal.. Ga akan kubiarkan…‖
―Kenapa kau tidak memikirkan, mungkin saja adik tiri-ku itu ingin bertemu papa ? Kalau saja papa tidak meminta, aku ga akan mau menjemput anak selingkuhan papa !!!‖
Dia keluar dari rumah dengan muka memerah dan air mata berlinangan, ―eh anak muda ! Saya bukan selingkuhannya ! Mama- mu lah selingkuhannya ! Kalau saja mama- mu tidak kaya, mungkin kamu tidak akan lahir ! Kalau kau tak tau apa-apa, lebih baik pergilanh ! Sebelum preman kampung ini datang !‖
Aku menggeleng-geleng kepala melihat wanita tua itu, okeh baiklah ! Aku tau jalan cerita papa dulu ! Aku tau memang mama- lah selingkuhan papa.. Tapi.. Mau bagaimana lagi ? Aku susah sekali mengatur emosi-ku..