BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris merupakan pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah untuk
membantu masyarakat dalam hal membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
diatur oleh Undang-Undang yang ada atau timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut
pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan
umum dan tugas dari notaris yaitu mengatur secara tertulis hubungan-hubungan
hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris. Notaris perlu
disebut sebagai prilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Memiliki integritas moral yang mantap ;
2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri ;
3. Sabar akan batas-batas kewenangannya ;
4. Tidak semata-mata berdasarkan kepentingan uang1
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN)
menyebutkan bahwa Notaris adalah “ Pejabat Umum yang berwenang membuat akta
otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang- Undang-Undang lainnya. “Pejabat Umum yang
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau
Notaris yang berwenang untuk membuat akta otentik (Pasal 15 ayat(1) UUJN) dan
1Liliana Tedjosaputro,
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN
dan melayani kepentingan masyarakat.2
Tugas dan wewenang Notaris sangat erat hubungannya dengan
perjanjian-perjanjian, perbuatan-perbuatan dan ketetapan-ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, yang menimbulkan hak dan
kewajiban antara para pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap
perbuatan, perjanjian dan ketetapan-ketetapan tersebut agar para pihak yang terlibat
di dalamnya mempunyai kepastian hukum.3
Dalam menjalankan jabatan Notaris harus dapat bersikap profesional dengan
dilandasi kepribadian yang luhur dengan senantiasa melakukan Undang-Undang
sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Notaris. Berdasarkan pasal 16 (a)
Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), seorang Notaris diharapkan dapat bertindak dengan
jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
dalam perbuatan hukum.
Adapun produk dari notaris adalah berupa akta otentik yang mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna, seperti yang dinyatakan dalam pasal 1870
KUHPerdata “Suatu kata otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli-ahli
warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka suatu bukti yang
sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya”.4
2Habib Adjie,Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris),PT. Rafika Aditama, Bandung, 2009, hal.51
3
M.U Sembiring, Tehnik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1997, hal 3
4R. Subakti, R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradya
Setiap masyarakat membutuhkan seseorang yang keterangan-keterangannya
dapat diandalkan, dapat dipercaya yang tanda serta segelnya dapat memberikan
jaminan dan bukti kuat sebagai seorang ahli yang tidak memihak dan menjadi
penasehat hukum yang tidak ada cacatnya(onkreukbaar atau unimpeachable).5
Akta otentik merupakan perjanjian antara para pihak yang mengadakan atau
mengikat mereka yang membuat, karena syarat sahnya suatu perjanjian harus
terpenuhi. Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), syarat sahnya perjanjian adalah :
1. Syarat Subjektif, berkaitan dengan para pihak yang melakukan suatu
perjanjian.
2. Syarat Objektif, berkaitan dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh para
pihak.
Semua perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal
1320 KUHPerdata. Tetapi jika tidak memenuhi syarat sah perjanjian, maka akan
menimbulkan akibat hukum.6Akta otentik pada umumnya memuat kebenaran formal
sesuai dengan apa yang diberitahukan kepada Notaris. Namun Notaris mempunyai
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris
sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakannya sehingga menjadi isi Akta Notaris menjadi jelas, serta memberikan
5
Tan Thong Kie,Buku I Studi dan Serba Serbi Praktek Notariat,(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hal 162
6Habib adjie, Kebatalan dan Pembatalan akta Notarris, Refika Aditama, Bandung 2011,
akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan
yang terkait bagi para pihak yang menandatangani Akta. Dengan demikian para pihak
dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta
Notaris yang akan ditandatanganinya.7
Penyusunan akta Notaris menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa kesatuan Negara Republik Indonesia. Bahasa yang dimaksud sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang
bendera, bahasa, dan lambang Negara,serta lagu kebangsaan (selanjutnya disebut
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009).
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009, juga ditentukan bahwa
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi Negara antara lain surat
keputusan, surat lembaga, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri,
akta jual beli, surat perjanjian, putusan pengadilan dan berbagai akta lainnya. Hal ini
ditentukan dalam UUJN bahwa akta notaris adalah akta otentik yang dibuat
dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan Undang-Undang.8
UUJN juga mengatur tentang pengaturan bahasa dalam akta harus
menggunakan bahasa Indonesia dan akta harus dimengerti oleh penghadap. Jika isi
yang terdapat dalam akta tidak mengerti, Notaris wajib menterjemahkan atau
menjelaskan isi dalam akta tersebut, apabila Notaris tidak dapat menterjemahkan atau
menjelaskan, akta tersebut diterjemahkan oleh seorang penerjemah resmi, akta dapat
7Paragrap V Penjelasan UUJN
8Harkristuti Harkrisnowo, Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum
dibuat dengan bahasa lain yang dimengerti oleh Notaris, saksi dan pihak
mengkehendaki itu sepanjang Undang-Undang tidak menentukan yang lain.9
Akta notaris terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Awal akta atau yang disebut juga kepala akta
Awal akta merupakan bagian dari akta yang berisi keterangan-keterangan dari
Notaris mengenai dirinya dan orang-orang yang datang menghadap kepadanya
atau atas permintaan siapa akta dibuat.
2. Badan akta
Badan akta memuat keterangan-keterangan yang diberikan oleh para pihak dalam
akta atau keterangan-keterangan dari Notaris mengenai hal-hal yang disaksikan
atas permintaan para pihak.
3. Penutup akta
Penutup akta merupakan bagian dari akta yang memuat keterangan dari Notaris
mengenai waktu dan tempat akta dibuat, selanjutnya keterangan saksi-saksi,
dihadapan siapa akta dibuat dan diakhirnya tentang pembacaan dan
penandatanganan dari para pihak beserta para saksi dan Notaris.10
Disamping pembagian akta tersebut, dikenal juga kerangka dari akta yang ada
pada umumnya terdiri dari :
1. Judul akta
9UUJN Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 43
10
2. Keterangan-keterangan dari Notaris mengenai para pengahadap atau atas
permintaan siapa dibuat berita acara, atau lazim dinamakan Komparisi
3. Keterangan pedahuluan dari para penghadap atau lazim dinamakan Premis.
4. Isi akta itu sendiri, berupa syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari
perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Penutup dari akta, yang bisanya didahului oleh kata-kata” demikian akta ini
dibuat” dan seterusnya.11
Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti
“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /
dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.
Komparisi berasal dari kata “Comparant” yang arti yang lebih luas : komparisi tidak
hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.12
Dengan pengertian lain atau pandangan lain komparisi juga diartikan
tindakan/kedudukan para pihak / untuk membuat/ menandatangani akta.13
Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014 komparisi terdapat
di badan akta yang memuat : nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap
dan/atau orang yang mereka wakili.14Komparisi umumnya mempunyai beberapa
sapaan yaitu : Tuan, yang digunakan untuk setiap laki-laki dewasa yang belum, sudah
11
Tesis Indah Sari Olivia,Ibid. 12Blog Arif Indra Setyadi,
Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Februari 2016.
13Ibid.
menikah atau pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita yang
bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum
bersuami.15
Dalam membuat komparisi maka syarat subjektif, yaitu antara lain:
a. Adanya kesepakatan,
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320
KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas
permintaan pihak-pihak tertentu, maka kontrak dapat di batalkan.
Komparisi terdiri dari :
1. Identitas para pihak yang membuat akta
2. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan
3. Dasar kedudukan tersebut
4. Cakap (rechtsbekwaamheid)dan berwenang (rechtsbevoegheid) untuk melakukan
tindakan hukum (rechtshandelingen) yang akan disebutkan / dicantumkan dalam
akta
5. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan
dalam kontrak/perjanjian.
Bentuk-bentuk komparisi antara lain meliputi :
a. Untuk diri sendiri
b. Selaku kuasa
15Paulus J.Soepratignja,Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
c. Dalam jabatannya/kedudukan (Badan Usaha/Sosial / Pemerintahan / Badan
Keagamaan / Badan lain)
d. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua
e. Sebagai Wali
f. Sebagai Pengampu
g. Perwakilan Sukarela.16
Tindakan penghadap dalam komparisi dilakukan dalam 2 (dua) hal yaitu :
1. Kompararisi untuk diri sendiri
2. Komparisi bukan untuk diri sendiri
Jika penghadap tidak bertindak untuk dirinya sendiri maka, kewenangan
bertindak harus berdasarkan :
a. Kuasa lisan
b. Kuasa bawah tangan ada dua yaitu :
1. Yang dilegalisasi oleh notaris
2. Tidak dilegalisasi oleh notaris.17
Penguraian komparisi sangat penting sehingga apabila ada salah penyebutan
atau penjabaran kata-kata yang salah dalam penulisan komparisi, baik akibat
kelalaian seorang Notaris dalam membuat komparisi akta, baik secara langsung
akibat kelalaian Notaris ataupun secara tidak langsung dalam hal dilakukan orang
lain/para pihak yang tidak memberikan keterangan dengan sebenarnya maka
16Habib Adjie,Kebatalan dan Akta Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung 2013. hal, 44 - 45
17
berpengaruh kepada akta dan para pihaknya serta Notaris yang berwenang akan
diminta pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata.
Berdasarkan hal tersebut, akta otentik merupakan suatu alat bukti yang
mengikat dalam proses suatu perkara di pengadilan. Mengingat HIR menganut asas
pembuktian formal, sehingga apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya
oleh hakim, yaitu harus dianggap benar, selama ketidakbenarannya tidak dapat
dibuktikan. Akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna, dalam arti
disamping akta otentik tersebut sudah tidak memerlukan suatu penambahan
pembuktian. Akta otentik merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna”.18
Seperti kasus dalam Putusan No. 51PK/TUN/2013 yang dimana Tergugat
adalah bernama Surya Hasan (Notaris) dan Penggugat adalah PT. Sweet
Indolampung. Duduk perkaranya adalah bahwa pada tanggal 26 Januari 2010, Daddy
Hariadi sebagai pribadi mendatangi Notaris untuk membuat Akta Pernyataan yang
berisi keterangan Daddy Hariadi yang menyatakan bahwa untuk mewakili PT. Sweet
Indolampung pada tahun 1993-1995 telah membuat dan menandatangani Surat
Permohonan Pencairan Pinjaman untuk dan atas nama PT. Sweet Indolampung yang
ditujukan kepada kreditur.
PT. Sweet Indolampung menggugat Notaris karena melakukan kesalahan
dalam komparisi akta yaitu dengan memasukkan kata “untuk dan atas nama” yang
menyatakan seolah-olah Daddy Hariadi mempunyai kapasitas sebagai Direktur
18 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indoensia, Penerbit: Liberty Yogyakarta,
Utama atau yang berhak mewakili PT. Sweet Indolampung tersebut. Di dalam
putusan Majelis Pengawas Wilayah, Notaris dikatakan tidak bersalah, merasa tidak
puas dengan putusan tersebut PT. Sweet Indolampung melakukan upaya hukum
Banding dan dalam putusan banding ke Majelis Pengawas Pusat tersebut notaris
sebagai dikenakan sanksi administrasi yaitu pemberhentian selama 6 (enam) bulan
dan karena putusan banding tersebut, notaris melakukan upaya hukum terakhir yaitu
Peninjauan Kembali ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan kemudian hasil putusan
dari Tata Usaha Negara mengikuti putusan dari Majelis Pengawas Pusat tesebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP DALAM AKTA
NOTARIS BERDASARKAN STUDI KASUS PUTUSAN NO.51 PK/TUN/2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang tersebut diatas maka terdapat
beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian, yakni :
1. Bagaimana pembuatan komparisi akta otentik pada suatu akta notaris?
2. Bagaimana pertanggung jawaban Notaris terhadap kesalahan komparisi dalam
akta notaris ditinjau dari putusan No. 51/PK/TUN/2013 ?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh untuk menghindari kesalahan dalam
membuat komparisi akta notaris ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada topik penelitian permasalahan yang diajukan diatas, maka tujan
1. Untuk mengetahui pembuatan komparisi akta otentik dalam akta notaris.
2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban Notaris dari kesalahan komparisi ditinjau
dari putusan No. 51/PK/TUN/2013.
3. Untuk mengetahui cara menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat
komparisi akta.
D. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan ini, maka diharapkan
dapat memberi manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan saran dan pemikiran
bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Kenotariatan.
2. Secara praktis
Penelitian dapat diharapkan dapat memberikan masukan kepada praktisi
hukum khususnya Notaris sebagai bahan pertimbangan bagi penelusuran
masalah-masalah hukum khususnya mengenai komparisi dalam suatu akta dan juga sebagai
literatur dan bahan diskusi tentang perbuatan notaris dalam pembuatan komparisi
dalam suatu akta khsusnya dibagian komparisi penghadap dalam akta notaris.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, khusunya di lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
dalam Akta Notaris Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013” belum pernah
ada yang membahasnya sebelumnya. Akan tetapi ada beberapa yang menyangkuat
masalah akta notaris adalah :
1. Selfina (NIM. 077011079) Analisis Yuridis terhadap Akta Notaris Yang Secara
Hukum Dibatalkan.
Rumusan masalah :
a. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhdap aktanya yang dibatalkan oleh
putusan pengadilan
b. Faktor-faktor yang menyebabkan akta otentik dapat dibatalkan dengan
putusan pengadilan.
2. Fransiskus Sinaga (NIM. 107011109), Prinsip Kemandirian Notaris Dalam
Pembuatan Akta Notaris.
Rumusan masalahnya :
a. Bagaimana tanggung jawab Notaris dalam menjunjung tinggi kemandirian
Notaris dalam pembuatan akta otentik
b. Bagaimana akibat hukum serta perlindungan hukum apabila terjadi
pelanggaran prinsip kemandirian Notaris.
3. Felix Christian Adriano (NIM. 127011174), Analisis Yuridis Degradasi Kekuatan
Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang – Undang N0. 2 Tahun 2014.
Rumusan masalahnya :
a. Bagaimana mekanisme penetapan sanksi terhadap Notaris dalam terjadi
b. Bagaimana batasan tanggung jawab Notaris terhadap turunnya kekuatan
pembuktian akta Notaris.
Berdasarkan penelitian relevan diatas, tidak ada yang menyangkut dengan
penelitian yang berjudul “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris
Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013”, dengan demikian penelitian ini asli
adanya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya karena belum ada yang
melakukan penelitian ini sebelumnya dan tidak ada kesamaan permasalahan maupun
pembahasan dalam penelitian ini dengan yang tesebut diatas.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata “theoria”dalam bahasa latin yang berarti “perenungan”,
yang berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki berarti
“realitas”.19 Pada teori menjelaskan suatu fenomena atau merupakan proses atau
produk atau aktivitas, atau merupakan suatu sistem.20
Willian J. Goode dan Paul K. Hatt menyatakan “...relationships between fact,
or ... the ordering of then in some meaningful way”yang artinya teori adalah
hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah di uji kebenaranya.21
Sedangkan teori hukum menurut Burggink adalah suatu keseluruhan
pernyataan yang salingkan berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual
aturan-19H.R Otje Salman dan Anthon F. Susanto,Theori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan Dan
Membuka Kembali),Rafika Aditman, Bandung, 2004, hal 21.
20
Salim HS,Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hal 1 .
21Soerjono Soekanto,Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Indhill-co, Jakarta,
aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebahagian
penting dipositifkan.22 Didalam suatu teori sedikitnya terdapat tiga unsur, yakni :
Pertama, penjelasan mengenai hubungan antara sebagai unsur dalam suatu teori.
Kedua, Teori menganut sistem deduktif, yaitu bertolak dari suatu yang umum dan
abstrak menuju suatu yang khusus atau nyata. Ketiga, Teori memberikan penjelasan
atau gejala yang dikemukannya.23
Fungsi teori dalam suatu penelitian yang dilakukan. Hukum merupakan sarana
untuk mengatur kehidupan sosial. Tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan
(rechtsgerechtigheid)dan kepastian hukum (rechtzkerheid).24
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Hans
Kelsen tentang tanggung jawab hukum dan didukung dengan teori kepastian hukum.
Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep
tanggung jawab hukum.Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab atas suatu sanksi dalam
hal perbuatan yang bertentangan.25
Teori tanggung jawab hukum notaris yang diperlukan untuk menjelaskan
antara tanggung jawab notaris yang berkaitan dengan kewenangan notaris
berdasarkan UUJN yang berada dalam bidang hukum perdata.Adanya kewenangan
notaris yang diberikan oleh UUJN berkaitan dengan kebenaran materil atas akta
22Ibid hal 53
23Acmad Ali,Menguak Tabir Hukum : Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung
Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal 85.
24
Ibid. hal. 86
25Hans Kelsen (Ahli bahasa oleh Somardi), Teori Umum Hukum dan Negara,Jakarta, BEE
otentiknya jika dilakukan tanpa kehati-hatian sehingga membahayakan masyarakat
atau menimbulkan kerugian baik yang dilakukan sengaja maupun tidak maka notaris
harus mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut.26
Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme
yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom dalam peraturan tertulis,
sehingga kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kepastian seorang.
Van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan
manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.27
Kewenangan Notaris sebagai penjabaran dari Pasal 1 angka 1 yang terdapat
dalam Pasal 15 yaitu:
1. Notaris berwenang membuat Akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,
dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau
yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan akta
memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu disepanjang
pembuatan Akta itu juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2. Selain kewenangan sebagai mana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang
pula:
26
Lili Rasyidi dan Putra, I. B. Wiyasa,Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, 1993, Remaja Rosdakarya, hal. 79.
27Jonathan Sarwono,Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif,(Yogyakata : Mandar Maju,
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang membuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertahanan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.28
Dari batasan pengertian dan kewenangan Notaris tersebut jelas bahwa akta
yang dibuat oleh notaris adalah merupakan alat bukti otentik yang kuat.Agar akta
tersebut berfungsi sesuai tujuannya sebagai alat bukti maka akta tersebut harus
dibuktikan keontikannya sehingga akta tersebut secara yuridis dapat menjadi
kepastian hukum.
Profesi Notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik harus
diawasi oleh lembaga Majelis Pengawas yang terdapat dalam pasal 67 angka 2 UUJN
yaitu “dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Menteri membentuk Majelis Pengawas”.29
Dalam melakukan penerapan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah kepada
Notaris harus didukung oleh aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten, dan yang
diterbitkan oleh kekuasaan negara, Majelis Pengawas Wilayah dalam menerapkan
sanksi harus mengikuti aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten serta tunduk
dan taat kepada aturan tersebut, Majelis Pengawas Wilayah yang mandiri dan tidak
berpihak dalam menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara langsung sewaktu
mereka penyelesaian sengketa hukum, dan keputusan tersebut secara kongkrit
dilaksanakan.30
Penerapan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah kepada notaris harus
melalui proses yang memberikan rasa keadilan hukum dan kepastian hukum bagi
penegakan terhadap jabatan notaris. Proses ini memerlukan aturan yang baku untuk
memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang didalamnya berisikan
norma-norma hukum yang mengandung hak dan kewajiban para pihak dalam mengikuti
proses sidang di Majelis Pengawas Wilayah. Tata cara penyelidikan sampai dengan
sidang yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh notaris harus jelas.
Sebelum berlakunya UUJN, pengawasan notaris diatur dalam berbagai
peraturan sebagai berikut :31
1. Reglement op Rechterlijke Organisme en het Beleid der Justitie in Indonesia
(Lembaran Negara 1847 Nomor 57 jo Lembaran Negara 1848 Nomor 57).
2. Rechsreglement Buitengewesten( Lembaran negara 1972 Nomor 227)
3. Peraturan Jabatan Notaris ( Lembaran Negara 1860 Nomor 3 )
30Jan M. Otta.Teori Hukum dan Aplikasinya,(Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 45
31Nico,
4. Ordonantie Buitengerechtelijke Verrichtingen ( Lembaran Negara 1946 Nomor
135).
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Susunan dan Kekuasaan
Mahkamah Agung.
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan umum.
Selain itu terdapat juga beberapa Surat Edaran tentang Pengawasan terhadap
Notaris yang dikeluarkan oleh Mahkah Agung dan Menteri Kehakiman, yaitu :32
1. Surat Edaran Depertemen Kehakiman Republik Indonesia tanggal 17 Feberuari
1981 Nomor JHA 5/13/16 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di
Seluruh Indonesia.
2. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 2 Merat 1984
Nomor MA/Pemb/1392/84 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan
Ketua Pengadilan Negeri di Seluruh Indonesia
3. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 1 Mei 1985 Nomor
M-24HT.03.10 Tahun 1985 Tentang Pembinaan dan Penerbitan Notaris.
2. Konsepsi
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan
antra konsep-konsep khusus, yang akan di teliti. Sesuatu konsep bukan merupakan
gejala yang akan diteliti, akan dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi
dari pengertian dan istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini :
1. Komparisi adalah tindakan/kedudukan para pihak/untuk membuat/
menandatangani akta.33
2. Penghadap adalah orang yang menghadap Notaris dalam membuat akta.
3. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut
bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang, akta yang dibuat
Notaris menguraikan secara otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang disaksikan oleh para penghadap saksi-saksi.34
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah bersifat preskriftif dan terapan , ilmu yang
mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum
menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam
melaksanakan aturan hukum. Sifat prekriftif keilmuan hukum ini merupakan sesuatu
subtansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat dipelajari oleh
disiplin lain yang objeknya juga hukum.35
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,36baik
berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah
kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat, sehingga dikemukakan suatu asas-asas
33Habib Adjie,Kebatalan dan Akta Notaris PT. Refika Aditama,Op. Cit,hal, 44
34Wawan Tunggal Alam,Hukum Bicara (Kasus – Kasus dalam Kehidupan Sehari – hari),
Milenia Populer, Jakarta, 2001, hal 85
35
MarzukiPiter Mahmud,Penelitian Hukum ,Kencana ,Jakarta, 2006.. Hal 22
36Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Semarang, Ghalia
hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta
dapat digunakan untuk menganalisa permasalahan yang dibahas,37 yang dapat
menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini,
yaitu mengenai “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris
Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013”.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan sumber data yang relevan dan akurat, maka digunakan
sumber data kepustakaan yaitu meliputi:
a. Bahan hukum primer.38
Yaitu bahan yang mempunyai kekuatatan meningkat sebagai landasan utama yang
dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Bahan hukum sekunder39
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan
dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti
hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, hasil-hasil karyadari kalangan hukum, serta
dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan akta yang dibuat oleh notaris.
c. Bahan hukum tertier.40
37 Soerjono dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 13
38
Ronny Hantijib Soemitro,Op. Cit.hal. 53.
39Ibid
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.
d. Akta Notaris atau akta yang dibuat oleh Notaris.
3. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti maka
dilakukan pengumpulan data dengan Library Research (studi kepustakaan), yaitu
mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan
perundang-undangan dan juga sumber lainnya yang berhubungan dengan materi tesis yang
berkaitan dengan tesis ini.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu diadakan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan (primer,
sekunder maupun tertier) untuk mengetahui validasinya. Setelah itu keseluruhan data
akan disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh
jawaban yang baik pula. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Artinya penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus melakukan analisis
terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh
kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.41