BAB II
PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK
A. Tinjauan Umum Akta Otentik
1. Pengertian Akta dan Akta Otentik
Menurut pendapat S. J. Fachema Andrea, akta berasal dari bahasa latin yaitu
“geschrift” yang berarti surat.42Sedangkan menurut R. Subekti dan R. Tjitro Sudibio, kata akta berasal dari kata “acta” yang merupakan bentuk jamak dari kata “actum”,
yang berasal dari bahasa latin yang berarti perbuatan-perbuatan.43 Menurut pendapat umum, akta mempunyai dua arti yaitu :
1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)
2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai hukum
tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.44
Menurut pandangan Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang diberi
tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak
atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.45
Akta merupakan tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Dalam
Hukum (Acara) Perdata (Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 1868 KUH perdata), alat
bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum terdiri atas:
42Pasal 1868 Undang – Undang Hukum Perdata 43
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,Op.Cit.hal 38.
44
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud Bali, 2014, hal 67.
a. Bukti tulisan;
b. Bukti dengan saksi-saksi;
c. Persangkaan-persangkaan;
d. Pengakuan;
e. Sumpah.46
Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta
otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sejalan
dengan pendapat Philipus M. Handjon bahwa syarat suatu akta otentik yaitu:
a. Didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang (bentuknya baku)
b. Dibuat oleh dan dihadapan Notaris.
Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada tiga (3) unsur esensilia
agar terpenuhinya syarat formal dalam akta otentik yaitu :
a. Di dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang
b. Dibuat dihadapan Notaris
c. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
dan ditempat akta itu dibuat.47
Otentik tidaknya suatu Akta (otensitas) tidaklah cukup jika akta tersebut
dibuat oleh atau di hadapan Pejabat (Notaris) saja, namun cara membuat akta otentik
tersebut haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang.48Fungsi
46
Wordpress.com, Otensititas Suatu akta Otentik, diakses 20 Juli 2016. 47
Habib Adjie, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, Mondar maju Bandung , 2009.hal 43
akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara
lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena pada proses peradilan
berdasarkan hukum acara pidana, di dalamnya terdapat proses pembuktian, yang
menekankan pada alat-alat bukti yang sah menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), antara lain : Keterangan saksi; Keterangan ahli;
Surat; Petunjuk; Keterangan terdakwa.49
Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, yang dimaksud dengan akta otentik adalah
suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau di
hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Menurut
ketentuan pasal ini, sebuah akta dapat dikatakan otentik apabila telah memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:
a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;
b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud
pembuatan akta tersebut;
c. Dibuat di wilayah notaris berwenang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pasal 1868 KUHPerdata menyatakan “akta
yang dibuat oleh atau dihadapan” menujukkan adanya 2 (dua) golongan bentuk Akta
Notaris yaitu :
1. Akta yang dibuat oleh (door) Notaris atau yang dinamakan Akta relaas atau Akta
Pejabat (ambtelijke akten). Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke Akten)
merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik
suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat didengar dan
disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni Notaris sendiri didalam menjalankan
jabatannya untuk dituangkan dalam Akta Notaris. Akta yang dibuat sedemikian
dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu
dinamakan Akta yang dbuat oleh (door) Notaris (sebagai Pejabat Umum).
2. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan Akta
partij (partij-akten) atau disebut juga Akta para pihak.Akta partij atau akta pihak
(partij akten) merupakan berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena
perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya yang
diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan
jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang dihadapan
Notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan
Notaris agar keterangan atau perbuatan itu dikonstair oleh Notaris didalam suatu
Akta Otentik. Akta seperti itu dinamakan Akta yang dibuat dihadapan Notaris (
ten overstaan) atau Akta Partai/Akta para pihak.50
Perbedaan di atas sangat penting dalam kaitannya dengan pembuktian
sebaliknya terhadap isi akta. Dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat
atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut
palsu. Sedangkan pada partij akta, isi akta dapat digugat tanpa menuduh
kepalsuannya dengan menyatakan bahwa keterangan dari pihak tidak benar.
50Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra
Pembuatan akta, baik relaas akta partij akta menjadi dasar utama atau inti dalam
pembuatan akta otentik yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan
permintaan para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada maka
pejabat umum tidak akan membuat akta yang dimaksud.
Akta otentik mempunyai nilai pembuktian yang sempurna, kesempurnaan
Akta Notaris sebagai alat bukti tidak perlu dinilai atau ditafsir lain selain yang tertulis
dalam akta tersebut, sedangkan akta dibawah tangan mempunyai kekuatan
pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari
pihak lain,51 jika para pihak mengakuinya maka akta dibawah tangan mempunyai
pembuktian yang sempurna sebagai Akta otentik.52Jika salah satu pihak tidak mengakuinya maka beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal
Akta tersebut dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada
hakim.53
2. Syarat- Syarat Sah Suatu Akta
Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris bentuknya sudah ditentukan
dalam Pasal 38 UUJN.54Adapun unsur-unsurnya meliputi sebagai berikut : 1. Awal ( permulaan/kepala) akta
Pecantuman judul akta, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama
lengkap dan tempat kedudukan Notaris ditentukan dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN.
51
M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum Acara Perdata Setengah Abad, (Jakarta: Swa Justitia, 2004), hal 145.
52
Pasal 1875 KUHPerdata
53M. Ali Budiarto.
Op. Cit.hal 136
54Habis Adjie, “Sanksi Pedata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik”,
2. Komparisi
Suatu pencantuman identitas klien/orang para penghadap/pihak yang ada
didalam akta, yang mana nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan atau
jabatan dan tempat tinggal setiap penghadap serta Nomor KTP/identitas harus jelas
3. Premise (recitals) akta
Premise/premitio (bahasa latin) sebagai pendahuluan/ditafsirkan sebagai
keterangan atau pernyataan awal dari sebuah isi akta atau juga merupakan alasan atau
latar belakang tersebut.
4. Isi/badan akta
Merupakan formulasi keinginan para pihak yang membuat akta yang
diuraikan dalam kata atau kalimat atau bahasa hukum yang dimengerti oleh para
pihak atau pihak lain yang suatu ketika membaca akta tersebut.
5. Akhir/penutup akta
Uraian tentang keharusan para notaris yang membacakan akta yang dibuat
dihadapannya kepada (para) penghadap, para saksi dan sebagainya demikian pula
uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penterjemah akta
apabila ada. Pencantuman nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan/jabatan,
kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.55
Syarat materill akta diatur dalam Pasal 1320 KUHperdata56yaitu :
1. Adanya kesepakatan dua belah pihak, maksud kata sepakat adalah kedua belah
pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam
kontrak.
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azas dalam ilmu
hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/dewasa dan sehat pikirannya.
Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan
perempuan 19 tahun.
3. Adanya objek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau
barang yang jelas
4. Adanya kuasa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak
bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.
3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan
Akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara dibawah
tangan, mempunyai nilai pembuktian suatu akta meliputi :
a. Kekuatan pembuktian lahir (pihak ketiga)
Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan
untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik. Mengingat sejak awal yaitu
sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau
melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui
proses sesuai dan memenuhi ketentuan pasal 1868 KUHPerdata Jo Undang-Undang 2
Indonesia). Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada
akta/surat dibawah tangan (Vide Pasal 1875 KUHPerdata).57
Penyangkalan atau pengingkaran bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai
akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan
kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus
dilakukan melalui upaya gugatan ke Pengadilan. Penggugat harus dapat membuktikan
bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta Notaris.58 b. Kekuatan pembuktian formil
Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa
apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian
kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat
yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formil akta otentik
menjamin kebenaran :
1. Tanggal ;
2. Tanda tangan ;
3. Komparan, dan ;
4. Tempat akta dibuat.
c. Kekuatan pembuktian material
Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum ( yuridis) isi dari
akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,
57Tesis Dewangga Bharline, “
Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan UU No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, UNDIP 2009, hal 74.
yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya
(termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah yang
dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee” artinya akta itu benar mempunyai
kekuatan pembuktian materiil. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam
Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah maka akta otentik itu
berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang membuat
akta itu.59 Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik sebagai alat bukti, maka ia harus membuktikan kebalikannya.
d. Tanggung jawab kepada kode etik jabatan.60
B. Komparisi Dalam Akta Otentik
Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti
“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /
dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.
Komparisi berasal dari kata “Comparatn” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi
tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.61 Komparisi adalah uraian tentang posisi (kedudukan) seseorang menghadap
seorang Notaris, apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai wakil orang lain
ataupun dalam kedudukan sendiri.
Menurut Lumban Tobing mendefinisikan komparisi adalah
keterangan-keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas permintaan siapa dibuat
59G.H.S. Lumban.Peraturan Jabatan Notaris,(Jakarta: Penerbir Erlangga, 1999), hal.1.
60
Tesis Dewangga Bharline,Op. Cit.
berita acara.62Orang yang menghadap dinamakan comparant (komparan) dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “penghadap” atau yang “hadir” atau “yang
menghadap”.
Para Penghadap harus dikenal atau diperkenalkan kepada Notaris, hal ini
sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (2) UUJN yang menyebutkan sebagai
berikut “Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2
(dua) orang sanksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2
(dua) penghadap lainnya".63
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata pemakaian istilah komparisi ini
dipakai lebih meluas sampai menjangkau ke pejabat umum yang dinamakan Notaris,
bahkan sekarang ini ada kesan seakan-akan perkataan komparisi ini khusus berlaku
sebagai istilah tekhnis hukum bagi dunia notariat.64
Dewasa ini perkataan komparisi dapat diartikan sebagai “cara bagaimana
merumuskan dengan kalimat-kalimat yang jelas dengan kualitas apa seseorang itu
menghadap Notaris agar dapat jelas diketahui siapa yang menjadi subjek hukum yang
terikat atas akibat hukum yang timbul dari perjanjian atau pernyataan yang dimuat
dalam akta tertentu”.65
62
G.H.S Lumban Tobing,Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta Erlangga,1983 hal 215.
63Pasal 39 (2) UUJN
Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014, komparisi terdapat
di dalam badan akta yang terdiri dari: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan
/ atau orang yang mereka wakili misalnya:
1. Dapat saja orang yang diwakili
2. Dapat juga merupakan lembaga atau bukan yang diwakili
3. Dapat juga orang karena kedudukan diwakili.66
Sapaan dalam komparisi umumnya; Tuan, digunakan untuk setiap laki-laki dewasa
yang belum, atau sudah pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita
yang bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum
bersuami; Wanita, untuk anak atau perempuan yang sudah berumur tetapi belum
bersuami.67
1. Syarat dan Fungsi Komparisi
Syarat sahnya suatu perikatan dilihat juga dari kitab Undang-Undang Hukum
Perdata karena syarat sahnya perjanjian dalam perikatan yang dibuat oleh Notaris
harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1320, jika tidak memenuhi hal tersebut maka
dalam perikatan dianggap cacat hukum. UUJN cenderung kedalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata maka dalam membuat komparisi harus memenuhi semua
persyaratan yang terdapat dalam UUJN dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Dari kesimpulan diatas maka dalam membuat komparisi maka syarat
subjektif, yaitu:
a. Adanya kesepakatan,
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320
KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas
permintaan pihak-pihak tertentu, maka dapat di batalkan.
Adapun komparisi terdiri dari :
a. Identitas para pihak yang membuat akta
Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harus memuat:
1. Nama Lengkap yaitu nama harus sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk)
atau akta kelahiran atau identitas lainnya, tidak boleh menggunakan nama
panggilan, nama kecil nama samaran, atau inisial.
2. Tempat dan Tanggal Lahir yaitu harus sesuai dengan kebenarannya, harus
disesuaikan antara KTP dengan akta kelahiran
3. Kewarganegaraan yaitu harus sesuai dengan KTP dan dokumen lain misalnya
kartu keluarga.
4. Pekerjaan yaitu dilihat dari KTP misalnya pegawai negeri, swasta atau
mahasiswa.
5. Jabatan yaitu dilihat dari pekerjaannya, posisinya sebagai apa, misalnya seorang
Direktur, Komisaris, atau karyawan.
6. Kedudukan yaitu bekedudukan sebagai diri sendirikah atau bertindak mewakili
7. Tempat Tinggal yaitu sesuai domisili yang ada di KTP.68
b. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk diri sesndiri
2. Selaku kuasa
3. Dalam jabatan/kedudukan
4. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua
5. Sebagai wali
6. Sebagai pengampu
7. Perwakilan sukarela
8. Mewakili orang yang sedang tidak ada ditempat (afwezeigheid).
c. Dasar kedudukan
Seseorang yang menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam
beberapa kualitas yaitu :
1. Menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri
Artinya dia menghadap adalah kepentingan sendiri, karena itu apa yang
dinyatakan atau dijanjikannya berdasarkan akta Notaris tersebut sungguh atas
namanya sendiri dan begitu juga akibat hukumnya adalah untuknya atau atas
tanggung jawab serta kepentingannya sendiri tanpa melibatkan pihak lain.
2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga
kuasa.
Artinya seseorang menghadap Notaris bukan untuk dirinya sendiri tetap atas
nama dan untuk orang lain. Karena itu akibat hukum dari perbuatan itu adalah
untuk manfaat dan atas tanggungan orang lain itu. Dasar hukum wewenang
orang yang menghadap itu mewakili orang lain tersebut adalah lembaga
pemberian kuasa.
Menurut pasal 1793 KUHPerdata maka ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga)
macam kuasa yaitu :
a. Kuasa yang diberikan secara lisan
b. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat secara dibawah
tangan
c. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat dihadapan notaris
(akta otentik).69
3. Menghadap atau bertindak dalam kedudukan
Adapun posisi kedudukan itu antara lain sebagai berikut:
a. Kedudukan sebagai orang tua mewakili anak dibawah umur atau dibawah
pengampuan
b. Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili komisaris dan untuk
mengetahui siapa Direktur dilihat melalui anggaran dasar PT tersebut.
c.Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus.
4. Dengan bantuan atau persetujuan, karena memerlukan persyaratan khusus,
misalnya :
a. Suami/istri yang hendak menjual harta bersama
b. Anak dibawah umur, dapat membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu
dibantu oleh orang yang seharusnya memberi ijin kawin
c. Direktur PT yang dalam melakukan tindakan hukum tertentu memerlukan
bantuan atau persetujuan seseorang atau dua orang komisaris sesuai dengan
ketentuan anggaran Dasar PT.
5. Lebih dari satu/peran ganda misalnya disamping bertindak”
a. Untuk diri sendri juga
b. Sebagai pemegang kuasa lainnya seperti pemegang saham.70
d. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Bertindak
Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak (handelingsbevoegd)
dan kecakapan bertindak (handelingsbekwaam). Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUH
Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah
dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki
kewenangan hukum. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan
tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum.
e. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan
dalam kontrak/perjanjian yaitu para pihak akan bertanggung jawab terhadap
perbuatan hukum dalam perjanjian yang dibuatnya.71
70
Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik Sebagai Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”,FH UI, 2009, hal 42.
Komparisi mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :
a. Menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta
b. Dalam kedudukan apa dan berdasarkan apa kedudukan yang bersangkutan
bertindak
c. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum yang disebutkan
didalam akta dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan
dalam akta.72
Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata73adalah perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari
peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Dalam hal ini, kedua belah pihak telah menyetujui untuk melakukan suatu perjanjian
tanpa adanya paksaan maupun keputusan yang hanya bersifat sebelah pihak.
Hukum perjanjian dikeluarkan dengan tujuan agar semua proses kerjasama
yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya
penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Hukum
Perjanjian dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama, ketika
mereka sepakat untuk melakukan kerjasama dengan disertai beberapa syarat yang
telah disepakati maka pada saat itu sudah terjadi Hukum Perjanjian.
Hukum Perjanjian terbentuk dengan beberapa asas-asas perjanjian yaitu :
1. Asas Personality (kepribadian)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan
melakukan/membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini
dapat dilihat melalui Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata yang menyatakan
seseorang tidak dapat melakukan perikatan melainkan untuk dirinya sendiri dan
perjanjian hanya berlaku terhadap pihak yang berbuat. Atau perjanjian tersebut
dibuat hanya mengaitkan kedua belah pihak saja dan tidak ada pihak ketiga yang
dirugikan akibat perjanjian tersebut.74 2. Asas Iktikad Baik
Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah hukum perjanjian tersebuat dibentuk
dengan suatu tujuan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang
diharapkan disini adalah kedua belah pihak memberikan seluruh kemampuan,
usaha, dan prestasi mereka sesuai dengan yang tertera di dalam surat perjanjian.
3. Asas Konsensualitas
Bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik
tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan
lain. Maksudnya adalah perjanjian tersebut sudah dinyatakan sah oleh kedua
belah pihak dan bukan merupakan suatu perjanjian yang bersifat formalitas
belaka.
4. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-Undang
Maksudnya adalah perjanjian yang telah dibuat dan sudah disahkan dianggap
sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak untuk bertindak sesuai isi
perjanjian.
5. Kebebasan Berkontrak
Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari
perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
kepatuhan. Azas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.
Kebebasan yang dimaksud yaitu menyangkut :
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Kebebasan untuk memilih dengan siapa akan melakukan perjanjian
c. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian
d. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian
Apabila azas-azas diatas telah terpenuhi, maka hukum perjanjian dapat
dilaksanakan dengan membuat surat perjanjian yang melampirkan identitas kedua
belah pihak dan obyek perjanjian, dan dilengkapi dengan materai, apabila obyek
perjanjian menyangkut masalah seperti warisan atau jual beli tanah, maka
pengesahannya dilakukan dengan melibatkan notaris.75
2. Bentuk-Bentuk Komparisi
Pertama : bertindak untuk diri sendiri (Pasal 38 Ayat (3) UUJN)
75
a. Peyebutan dalam komparisi yaitu :
Tuan : laki-laki dewasa sudah beristri atau belum
Nona : perempuan dewasa belum bersuami
Nyonya : perempuan dewasa sudah bersuami, perempuan sepeninggal suami,
atau perempuan yang sudah pernah menikah
Wanita : perempuan belum bersuami, usia lanjut, punya anak/tidak.
b. Tidak menggunakan singkatan nama (Pasal 42 ayat (1)) atau identitas para pihak
harus diketahui oleh Notaris.
Contoh : Amir MA harus ditulis menjadi Amir Makmur Amin sesuai dengan
nama aslinya berdasarkan identitas sesuai KTP.
c. Pekerjaan, jabatan, kedudukan hanya diambil salah satu yang relevansi dengan
perbuatan hukum akta tersebut.
Contoh : Pekerjaan seperti Pegawai atau Wiraswasta, Jabatan misalnya
Direktur dan Kedudukan misalnya mewakili76
Contoh kalimat komparisi bertindak untuk diri sendiri :
Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1990 (lima belas Januari seribu
sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di
Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01,
Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 19307270301036.
Dalam hal ini menurut keterangannya belum menikah sehingga dalam melakukan
perbuatan hukum dibawah ini tidak memerlukan persetujuan dari siapapun.77
Kedua : Bertindak dalam hal perwakilan atau sebagai kuasa
Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan pemberian kuasa adalah seseorang
memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk dan atas namanya menyelenggarakan
suatu urusan. Penerima kuasa diberi wewenang untuk mewakili pemberi kuasa dalam
tindakan hukum yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam surat kuasa. Surat
kuasa terdiri dari :
1. Kuasa Otentik
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan Akta Kuasa
tanggal….., Nomor…,yang dibuat dihadapan Notaris……. Yang salinannya
bermaterai cukup diperlihatkan kepada saya Notaris dan fotocopynya dilekatkan
pada minuta akta ini.
2. Kuasa Bawah Tangan
Kuasa bawah tangan terbagi dalam 3 bagian yaitu :
a. Kuasa bawah tangan biasa
Contoh :
Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu
Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat
tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta
Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nyonya
Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1960 (lima belas Januari seribu
sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat
tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun
Warga 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta,
Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor 19307270301036. Demikian
berdasarkan Surat Kuasa dibawah tangan tanggal 12-02-2012 (dua belas
Februari dua ribu dua belas) bermaterai cukup yang aslinya dilekatkan pada
minuta akta ini.
b. Kuasa waarmerking yaitu suatu akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh
para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena hanya didaftarkan
maka Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi akta tersebut.
Contoh :
Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu
Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat
tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta
Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan surat kuasa
dibawah tangan tertanggal 01-02-2012 (satu Februari dua ribu dua belas), yang
di Jakarta pada tanggal 10-03-2012 (sepuluh Maret dua ribu dua belas) nomor :
2/waar/2012. Surat tersebut bermaterai cukup dan dilekatkan pada minuta akta
ini, kuasa dari dan dengan demikian untuk dan atas nama Nyonya M, lahir di
Jakarta pada tanggal 10-10-1982 (sepuluh Oktober seribu Sembilan ratus
delapan puluh dua), swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan
Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor 1290190880082.78
c. Akta Legalisasi yaitu akta dibawah tangan yang dibuat oleh pihak tetapi
penandatanganannya dihadapan Notaris.
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta sah
mewakili guna kepentingan Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980
(lima Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara
Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu
Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
12901908809980. Demikian berdasarkan surat kuasa dibawah tangan
bermaterai cukup tanggal….yang dilegalisasi oleh saya Notaris dengan
Nomor….yang aslinya dijahitkan bertindak berdasarkan pada minuta akta ini.
3. Kuasa Legalisir
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini surat kuasa dibawah tangan tanggal…..,,
yang dilegalisasi oleh saya Notaris dibawah Nomor……….bermaterai cukup yang
aslinya dijaitkan dalam minuta akta ini.
4. Kuasa Lisan
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan kuasa lisan dan
bertanggung jawab penuh selaku kuasa untuk dan atas nama Tuan B, lahir di
Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan
puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10,
Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 12901908809980.79 Ketiga :Bertindak sebagai perwalian
Pasal 345 KUH Perdata:
Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap
anak-anak yang belum dewasa atau belum nikah, demi hukum dipangku oleh orang
tua yang hidup terlama, jika orang tua terlama hidup tidak telah dibebaskan atau
dipecat dari kekuasaan orang walinya.
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara
Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ibu dan
oleh karena itu dengan sedirinya menurut Undang-Undang wali dari anaknya yang
masih dibawah umur bernama C, bertempat tinggal bersama dengan ibunya, demikian
karena ayahnya telah meninggal dunia.80
Mengingat dengan adanya Pasal 50 ayat 1 UUP No.1 Tahun 1974:
Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah
kekuasaan wali. Pada dasarnya orang tua yang hidup terlama secara otomatis atau
demi hukum merupakan wali dari anaknya yang belum dewasa.
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren
Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia,, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 12765678980889.
Menurut keterangannya dalam melakukan perbuatan hukum ini bertindak selaku wali
dari anak yang belum dewasa/masih dibawah umur yang bernama Nona Bella, lahir
di Medan pada tanggal 05-07-2000 (lima Juli dua ribu), pelajar. Demikian
berdasarkan Penetapan Wali yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama/ Pengadilan
Negeri …… Nomor : …… tertanggal …… , asli surat mana dilekatkan pada
minutanya akta ini.81
Perwalian Orang Tua yang Hidup Terlama
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara
Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur Pemegang Kartu
Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang hidup terlama
dan karenanya demi hukum selaku wali ayah/ibu dari dan oleh karena itu untuk dan
atas nama anak dibawah umur bernama Debora, lahir di Medan pada tanggal
11-02-2005 (sebelas Februari dua ribu lima), pelajar bertempat tinggal bersama ibunya.82
Wali Berdasarkan Wasiat83
Contoh :
Tuan Anton, lahir di Jakarta tanggal 02-05-1870 (dua Mei seribu delapan ratus tujuh
puluh), Swasta, bertempat tinggal di Jalan Kebayoran lama No,6 Jakarta Pusat,
Kelurahan Jati, Kecamatan Jatibening, Warga Negara Indonesia, pemegang Kartu
tanda Penduduk Nomor 12476802051870112.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan pengangkatan oleh
almarhum dengan wasiatnya yang dimuat dalam akta wasiat tertanggal 10-05-2000
(sepuluh Mei dua ribu) Nomor 56.
Keempat : Bertindak sebagai pengampu84
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren
Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 12765678980889.
Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindak sebagai pengampu (curator) dari
dan karena itu untuk dan atas nama ……….., yang telah ditaruh dibawah
pengampuan berdasarkan surat “Penetapan” Pengadilan Negeri Medan
tertanggal………dan berdasarkan surat “penetapan” tersebut penghadap telah
diangkat sebagai pengampu. Surat “Penetapan” bermaterai cukup.85 Kelima : Kepengurusan Badan Hukum
a. Tindakan Persero pengurus dari sebuah CV
Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan
persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak
bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya
bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab
Undang Hukum Dagang atau KUHD). Dan penghadap dalam melakukan
perbuatan hukum adalah CV sebagai persekutuan aktif dari PT, yaitu direktur.
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1270981510701345.
Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari
dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan
komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda
No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya
sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan
pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan
Notaris…,Nomor….,tertanggal….86 b. Tindakan pengurus dari sebuah CV
Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan
persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak
bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya
bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang atau KUHD). Artinya komanditer bertugas :
1. Mengurus CV
2. Berhubungan dengan pihak ketiga
3. bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
Dalam hal ini melakukan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan (CV) baik
dengan atau tanpa pemberian kuasa, maka berlaku pasal 21 KUHD bahwa
bertanggung jawab secarang tanggung renteng untuk keseluruhan terhadap semua
utang dan perikatan.
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1270981510701345.
Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari
dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan
komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda
No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya
sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan
pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan
Notaris…,Nomor….,tertanggal….
c. Kepengurusan Firma
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1270981510701345.
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai persero
pengurus Direktur dan oleh karena itu untuk dan atas nama firma yang berkedudukan
di…., yang didirikan dengan akta tertanggal…Nomor…yang dibuat dihadapan Tuan
A, sarjana hukum, notaris di….. dan oleh karena ittu berhak melakukan perbuatan
hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 6 anggaran dasar perseroan.87 d. Kepengurusan Perseroan Terbatas
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1270981510701345.
Menurut ketrangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Direktur
yng mewakili Direksi karena itu untuk dan atas nama PT…., berkedudukan di… yang
didirikan dengan akta tertanggal…Nomor….diperbuat dihadapan Tuan b, Sarjana
Hukum, Notaris di….dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
republic Indonesia dengaan surat penetapan tertanggal…, Nomor…., dan diumumkan
dalam “Tambahan Berita Negara republic Indonesia” tanggal….,Nomor….., dan
untuk melakukan perbuatan hukum yang disebut dalam akta ini berwenang sesuai
dengan ketentuan pasal…dari anggaran dasar perseroan tersebut.88
87MU Sembiring,Op. Cit.hal 104
88
d. Kepengurusan Yayasan
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1270981510701345.
Dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ketua dari dan selaku demikian
berdasarkan ketentuan pasal…..anggaran dasarnya sah mewakili pengurus dari dan
oleh karena itu untuk dan atas nama Yayasan yang berkedudukan di ……, dan