• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu (Widiatmoko, 2002) .

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu usaha yang menjadi perhatian pembimbing klinik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa faktor yang mendasari pentingnya metode dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut (Djamarah, 2006).

2.1.1 Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempatkan peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar

(2)

mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1998: 90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsangan dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Dalam mengajar, pembimbing klinik jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan metode yang bervarisi akan dapat dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah, 2006).

2.1.2 Metode sebagai strategi pengajaran

Daya serap mahasiswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, sedang dan lambat. Terhadap perbedaan daya serap mahasiswa memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian yang biasa disebut metode pembelajaran (Djamarah, 2006). Atribut tertentu pada setiap metode dapat dijadikan beberapa strategi yang lebih sesuai dari strategi lain untuk mendorong beberapa jenis pembelajaran tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar pembimbing klinik harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. (Reilly dan Obermann, 2002).

2.1.3 Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Pembimbing klinik tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.

(3)

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memanfaatkan metode yang akurat, pembimbing klinik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar mahasiswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Pembimbing klinik sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2006).

2.2 Pemilihan dan Penentuan Metode

Metode pengajaran yang digunakan pembimbing klinik dalam setiap pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan mempersulit dan menjadi hambatan bagi pembimbing klinik dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode pembelajaran mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, pembimbing klinik sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar dilaksanakan di kelas (Djamarah, 2006).

Metode tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Winarno Surakhmad (1990: 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembimbing klinik harus mengenal, memahami dan mempedomani faktor-faktor tersebut ketika akan melaksanakan

(4)

pemilihan dan penentuan metode, jika tidak maka faktor – faktor tersebut akan menjadi hambatan dalam pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa

Mahasiswa merupakan masukan utama dalam proses pengajaran yang bersistem. Setiap mahasiswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Pemilihan serta penggunaan metode pengajaran harus mempertimbangkan mahasiswa yaitu minat dan perhatian, motivasi, sikap,disiplin, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, hubungan sosial dengan teman sekelas, menjalankan kewajiban seperti mengumpulkan tugas, keaktifan mengikuti pelajaran, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah (Sudjana, 2005). Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002).

2. Tujuan

Tujuan dalam pendidikan berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Tujuan pembelajaran dikenal dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus). Tujuan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh dosen/pembimbing klinik. Tujuan ini mempengaruhi pembimbing klinik untuk menyeleksi metode yang harus digunakan di kelas.

(5)

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam ruang lingkup tujuan yaitu rumusan tujuan, metode pelaksanaan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa, jumlah dan waktu untuk mencapai tujuan, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, media yang dipakai. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya (Sudjana, 2005).

3. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan pembimbing klinik tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pembimbing klinik perlu memperhatikan situasi pembelajaran untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran seperti keadaan jumlah mahasiswa sesuai dengan tempat untuk belajar, waktu pelaksanaan pengajaran, kondisi mahasiswa yang memiliki kesibukan tugas selain dari dosen, kondisi kelas yang membosankan, jumlah mahasiswa yang mengikuti pelajaran, kerja sama dengan institusi lain, dll. Situasi yang tidak sesuai akan menjadi hambatan untuk memilih metode yang sesuai (Djamarah, 2006).

4. Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar mahasiswa di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas akan mempengaruhi metode pembelajaran (Djamarah, 2006). Fasilitas pengajaran mencakup sarana pengajaran (contoh: alat peraga, alat tulis, dll) dan prasarana pengajaran

(6)

(contoh: gedung perkuliahan, ruangan, transportasi, dll). Jika fasilitas yang tersedia di sebuah institusi lengkap, siap pakai, mengikuti perkembangan teknologi (Up date) maka kondisi ini mendorong pembimbing klinik untuk menentukan berbagai metode yang memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka mengoptimalkan proses serta hasil balajar mahasiswa. Jika fasilitas yang ada tidak memadai, maka dosen/pembimbing klinik harus bersifat kreatif menentukan metode yang sesuai (Soetopo, 2005).

5. Dosen/pembimbing klinik

Setiap dosen/pembimbing klinik memiliki kepribadian yang berbeda. Seorang dosen/pembimbing klinik misalnya suka berbicara, tetapi seorang lagi tidak. Latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan mengajar, jadwal membimbing baik di institusi dan di lapangan/klinik, kemauan mengembangkan profesinya melalui pelatihan, seminar atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kemauan memberikan bimbingan kepada mahasiswa, penampilan diri adalah permasalahan dosen/pembimbing klinik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar (Sudjana, 2005). Dosen/pembimbing klinik merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Dosen/pembimbing klinik harus mampu menentukan metode pembelajaran dalam situasi apapun. Kecakapan metodologis seorang dosen/pembimbing klinik tergantung penguasaan pengetahuan. Kecakapan metodologis merupakan salah satu kompetensi dosen/pembimbing klinik (Soetopo, 2005).

(7)

6. Materi

Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis sesuai tujuan pembelajaran agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi pengajaran merupakan objek yang didalami dalam proses pengajaran (Soetopo, 2005). Materi yang sulit, tidak menarik, keterbatasan sumber-sumber materi, manfaatnya bagi mahasiswa, cara penggunaannya dapat menjadi hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Materi pembelajaran akan terus berkembang dan memberikan topik – topik terbaru yang mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kondisi yang ada. Materi yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Sudjana, 2005).

7. Penilaian

Interaksi pengajaran merupakan tahap-tahap pencapaian tujuan pengajaran. Keberhasilan belajar mahasiswa diukur serta dinilai dengan alat penilaian tertentu yang dirancang selaras dengan tujuan pengajaran. Jenis penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, sistem penilaian, bentuk penilaian, tindak lanjut penilaian, tingkat kesulitan soal, frekuensi, perencanaan, validitas dan reliabilitas penilaian menjadi aspek penting yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran (Sudjana, 2005 ).

(8)

2.3 Pembelajaran Klinik Keperawatan 2.3.1 Pendidikan Profesi

Menurut Faye (1960) menjelaskan bahwa keperawatan adalah layanan yang diberikan kepada individu, keluarga, dan mayarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup sikap, kemampuan intelektual dan keterampilan teknis klinis perawat yang ditujukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008).

Dari pengertian tersebut diatas ada empat elemen utama (mayor elements) yang menjadi perhatian yaitu (Suliman, 2011) :

1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat (applied science)

2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan (helping health illness problem)

3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu, keluarga, kelompok dan komunitas

4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan.

Menurut Winsley (1964), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan. Ciri-ciri profesi menurut Winsley, (1964 ) :

(9)

1. Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) yang sesuai dengan bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya

2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan bertahap

3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-undangan

4. Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Hidayat, 2009).

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Salah satu fokus kriteria profesi keperawatan adalah seseorang menyelesaikan pendidikan dan mampu memperlihatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam memenuhi standar praktik keperawatan dan dikembangkan secara terus menerus (Asmadi, 2008).

Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang bertujuan menghasilkan profesi perawat yang profesional. Proses pendidikan dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap akademik dan tahap Profesi Ners (Nursalam, 2009). Tahap Profesi Ners merupakan lanjutan program akademik. Proses pembelajaran klinik menuntut lulusannya memiliki karakteristik esensial profesi meliputi lima aspek berikut (Erniyati, 2010):

(10)

1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Mahasiswa dan dosen pembimbing klinik harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

2. Kemampuan menyelesaikan masalah secara alamiah.

Pemecahan masalah secara keilmuan dapat ditumbuhkan secara langsung berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui asuhan keperawatan.

3. Sikap dan tingkah laku profesional

Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari perawat dalam melaksankan asuhan keperawatan dan profesinya.

4. Belajar aktif dan mandiri

Belajar aktif dan mandiri dapat tercapai dengan membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus, dll.

5. Pendidikan berada di masyarakat

Pendidikan dikembangkan di masyarakat untuk lebih membina keterampilan mahasiswa.

Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan surat keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI) (Nurhidayah, 2011).

(11)

Jumlah SKS yang harus ditempuh setiap institusi penyelenggara pendidikan keperawatan akhirnya juga bertambah sehingga totalnya 34 SKS yaitu 6 SKS Keperawatan Medikal bedah, 3 SKS Keperawatan Maternitas, 3 SKS Keperawatan Anak dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada semester dua meliputi 3 SKS Manajemen Keperawatan, 3 SKS Keperawatan Gerontik, 3 SKS Keperawatan Gawat Darurat, 3 SKS Keperawatan Keluarga dan 3 SKS Keperawatan Komunitas dan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) sebanyak 4 SKS sehingga totalnya 34 SKS (Erniyati, 2010).

Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara mengelola proses belajar mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran klinik. Menurut Arikunto (1993) untuk mencapai manajemen pembelajaran yang berkualitas maka diperlukan unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu dosen/pembimbing klinik, mahasiswa, kurikulum dan sarana (Mestiana, 2011).

Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh dosen/pembimbing klinik berdasarkan perkembangan profesional tertentu. Masing-masing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan administrasi pendidikan. Pendekatan pembelajaran klinik berorientasi pada kompetensi atau kemampuan yang sangat kompleks, karena difokuskan pada belajar secara langsung menangani pasien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pasien. Tujuan pembelajaran klinik berorientasi pada kompetensi yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke dalam situasi yang nyata,

(12)

sehingga mampu memberikan pelayanan asuhan sesuai dengan manajemen pelayanan asuhan kesehatan (Mestiana, 2011).

2.3.2 Tempat Praktik

Program Pendidikan Profesi Ners adakalanya disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik karena lahan praktiknya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin, Panti Wherda dan Keluarga serta masyarakat atau komunitas. Pendidikan profesi hanya akan didapat di lingkungan klinik atau lahan praktik karena lingkungan klinik merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinik di dalam kurikulum profesional (Nurhidayah, 2011). Komponen yang harus ada pada tatanan tempat praktik adalah (Nursalam, 2009):

a. Kesempatan kontak dengan klien b. Tujuan praktik

c. Bimbingan yang kompeten d. Praktik keterampilan

e. Dorongan untuk berpikir kritis

f. Kesempatan mentransfer pengetahuan

g. Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan.

2.3.3 Metode Pembelajaran Klinik

(13)

menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2009). Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the total curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur penting dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).

Dosen/pembimbing klinik bertanggung jawab menentukan metode pembelajaran di klinik untuk mendukung tujuan tersebut. Beberapa metode klinik yang biasa digunakan adalah metode experiental, pemecahan masalah, konferensi, observasi, multimedia, self directed, preceptorship, demonstrasi, bed side teaching, nursing clinic (Nurhidayah, 2011).

1. Metode Experiential

Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek (Hidayat, 2002). Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian. Metode ini didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh penugasan tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan, proses pencatatan, membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh simulasi dan permainan yaitu

(14)

menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).

a. Perawat terampil dalam tugas

b. Menungkinkan pencapaian proses keperawatan c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan

Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut.

a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai keterampilan semata saja

b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk pembelajaran

c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan melakukan tugas yang lain.

2. Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan diselesaikan, memutuskan tindakan yang akan diambil, menerapkan pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah klinis, memperjelas keyakinan dan nilai seseorang. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan.

(15)

Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).

a. Mahasiswa belajar untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah

b. Mahasiswa dituntut harus menguasai materi pembelajaran agar mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah klien

c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat

Beberapa kelemahan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut. a. Dosen/pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal

kepada mahasiswa

b. Mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan.

3. Metode Konferensi

Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan menerima umpan balik langsung dari rekannya dan dosennya. Metode konferensi terdiri dari praklkinik (preconference) dan pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009). Metode konferensi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode konferensi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).

a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung berinteaksi satu sama lain

(16)

b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan merumuskan idenya, meningkatkan keyakinan diri mahasiswa

c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan pengalaman mengevaluasi praktik orang lain

Beberapa kelemahan metode konferensi adalah:

a. Dosen/pembimbing klinik yang sibuk akan sulit untuk mengatur waktu melakukan metode ini

b. Waktu sangat singkat membuat kepuasan mahasiswa belum tentu tercapai

c. Mahasiswa mengalami kecemasan dan koping yang tidak efektif jika tingkat kemampuannya tidak sama dengan teman yang lain.

4. Metode Observasi

Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan penugasan berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dengan mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi:

a. Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa mendatang dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku orang lain serta observasi situasi klinik.

b. Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan mengkaji pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama

(17)

c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung dengan mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan berdiskusi dengan klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan diluar lingkungan klien (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode observasi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).

a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang masalah yang sebenarnya di klinik

b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada objek observasinya

c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal akan memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa

Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut.

a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang

didapatkan.

5. Metode Multimedia

Media memberikan pembelajaran yang multisensorik. Pada umumnya, semakin banyak indera yang digunakan maka pesan yang disampaikan lebih dikonseptualkan. Metode pembelajaran visual memberikan peningkatan pemahaman secara visual mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode secara auditori mengoptimalkan pendengaran mahasiswa untuk memusatkan

(18)

perhatian, metode psikomotor meningkatkan keterampilan peragaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).

a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan dan berpikir kritis

b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri

c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata di klinik

Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut. a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran

b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan

pelaksanaan konsep keperawatan.

6. Metode Self Directed

Metode pengajaran ini memberi keunikan dan kemampuan mahasiswa untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri mengenai pembelajaran. Metode ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan individual mahasiswa. Ada beberapa metode pengajaran self directed yaitu kontrak pembelajaran, belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri (Susilo, 2011). Metode ini

(19)

dapat menambah pengetahuannya dengan mencari pembelajaran dari sumber – sumber yang dapat menunjang pembelajarannya misalnya majalah, internet, film, video, jurnal penelitian, dll. Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk menghadapi kegaiatan praktik klinis, mencapai keterampilan yang maksimal. Beberapa kelebihan metode self directed adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).

a. Memperlihatkan tanggung jawab mereka terhadap hasil yang didapatkan b. Memberikan kebebasan untuk mengatur belajarnya sendiri tanpa prosedur

negosiasi kontrak pembelajaran

c. Memperbaharui keterampilan dan pengetahuan klinis

Beberapa kelemahan metode self directed adalah sebagai berikut. a. Mahasiswa sering mengabaikan tugas belajarnya, belajar tambahan

b. Mahasiswa sering tidak mendapatkan tujuan belajar yang diharapkan karena tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik.

7. Metode Preceptorship

Metode ini didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa memperoleh atau memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu model yang memiliki perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan prilaku tersebut. Dosen/pembimbing klinik membimbing mahasiswa untuk mempermudah transisi peran mahasiswa yang akan lulus dan mempermudah jalan masuk ke lingkungan kerja. (Indraswati, 2011).

(20)

Kriteria preceptorship berpengalaman dalam bidangnya, profesional, berjiwa pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan, mampu mengadakan perubahan, mampu menjadi role model, berminat dalam bidang keperawatan (Nursalam, 2009).

Dosen/pembimbing klinik berperan memberikan bimbingan mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk perawatan klien dan mempelajari peran dan tanggung jawab perawat di lahan praktik, memperbaiki kemampuan mahasiswa jika melakukan kesalahan untuk mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, melakukan orientasi dan sosialisasi terkait tentang prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan klinik, melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa selama di lahan klinik, memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan selama tidak mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik (Nurhidayah, 2011).

Metode preceptorship mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode preceptorship adalah sebagai berikut (Indraswati, 2011).

a. Mahasiswa dapat menunjukkan prilaku yang menjadi teladan

b. Dosen/pembimbing klinik memberikan pengaruh yang positif kepada mahasiswa sehingga prilaku yang negatif dapat dibatasi

Beberapa kelemahan metode preceptorship adalah sebagai berikut.

a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak menunjukkan perilaku teladan akan menimbulkan konflik dalam diri mahasiswa

(21)

8. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu penjelasan, metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam materi prosedur keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh peserta didik dalam tugas sehari-hari. Dan secara langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti dan disajikan oleh peserta dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan suatu prosedur kesehatan (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut (Susilo, 2011).

a. Dapat mengetahui kecakapan atau keterampilan apa yang harus dimiliki mahasiswa

b. Jumlah kelompok atau kelas dalam demonstrasi tidak terlalu besar, sehingga setiap mahasiswa mendapatkan gambaran yang cukup dari apa yang didemonstrasikan

c. Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk menangani paralatan atau bahan yang akan digunakan demonstrasi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang efektif

(22)

Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.

a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak konsisten tentang apa yang akan diucapkan terhadap apa yang didemonstrasikan akan membingungkan mahasiswa

b. Alat penunjang demonstrasi yang kurang memadai akan mengurangi keefektifan pembelajaran.

9. Bed Side Teaching

Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan diskusi yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta dibatasi (5-6 orang), diskusi awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode ini merupakan lanjutkan metode demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini diperlu persiapan fisik, psikologi dari mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).

a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal

b. Menumbuhkan sikap profesional

c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung

(23)

Beberapa kelemahan bed side teaching adalah sebagai berikut.

a. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien

b. Mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran.

10. Metode Nursing Clinic

Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien, metode ini sering digunakan di lahan praktek khususnya dirumah sakit. Dosen/pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk membahas kondisi seorang pasien. Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode nursing clinic adalah sebagai berikut (Hidayat, 2002).

a. Mahasiswa dapat lebih meningkatkan keterampilan secara mandiri b. Mahasiswa dapat belajar menggali perasaan klien

c. Mahasiswa dapat belajar menerapkan etika keperawatan dengan prinsip menjaga kerahasiaan informasi klien

(24)

Beberapa kelemahan metode nursing clinic adalah sebagai berikut.

a. Mahasiswa yang kurang terampil akan sulit melaksankan konsep keperawatan yang baik

b. Perilaku mahasiswa yang tidak profesional akan membuat klien tidak nyaman.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Surakarta dalam Melindungi Hak-hak Konsumen. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

 They  have  created  female  identity   in  literary

strategis, citra hasil hortikultura yang baik dan organisasi petani yang terstruktur. Dari sumber daya internal yang dimiliki oleh Desa Citapen, teridentifikasi lima

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

an pemberian remisi, asimilasi atau dan pembebasan bersyarat bagi narapidana khususnya terhadap pelaku tindak pidana korupsi adalah kewenangan yang melekat pada Kementerian Hukum