• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI PAKLOBUTRAZOL DAN KNO 3 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) cv. MONTHONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH APLIKASI PAKLOBUTRAZOL DAN KNO 3 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) cv. MONTHONG"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DURIAN (Durio zibethinus Murr.) cv. MONTHONG

Oleh

Rahmi Dian Wahyuni A34301056

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(2)

PENGARUH APLIKASI PAKLOBUTRAZOL DAN KNO3

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

DURIAN (Durio zibethinus Murr.) cv. MONTHONG

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Rahmi Dian Wahyuni A34301056

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(3)

RINGKASAN

RAHMI D. W. Pengaruh Aplikasi Paklobutrazol dan KNO3 Terhadap

Pertumbuhan dan Pembungaan Durian (Durio zibethinus Murr.) cv. Monthong. (Dibimbing oleh Aris Munandar).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh aplikasi zat

penghambat tumbuh paklobutrazol dan pemecah dormansi Kalium nitrat (KNO3)

terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman durian (Durio zibethimus Murr.) cv. Monthong dalam rangka mempercepat atau membungakan di luar musim.

Percobaan ini dilaksanakan dari bulan Maret 2005 sampai dengan September 2005 di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, dengan ketinggian 250 m di atas

permukaan laut.

Penelitian ini menggunakan tanaman durian kultivar Monthong berumur kurang lebih delapan tahun. Model rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Perlakuan yang digunakan terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah dosis paklobutrazol yang terdiri atas empat taraf yaitu, 0 g (P0), 0.75 g (P1), 1 g (P2) dan 1.5 g (P3). Faktor kedua adalah dosis KNO3 yang terdiri

atas dua taraf yaitu, 0 g/l (D0) dan 20 g/l (D1). Dari kedua faktor diatas diperoleh delapan kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 24 unit satuan percobaan. Setiap unit satuan percobaan adalah satu pohon durian. Pengamatan dilakukan pada tiap satuan percobaan dengan memilih delapan cabang sekunder contoh. Peubah-peubah yang diamati terdiri atas pertambahan panjang tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang cabang sekunder, intensitas trubus, saat muncul tunas bunga pertama dan jumlah tunas bunga per pohon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan vegetatif tanaman durian. Penghambatan pertambahan panjang tunas dan penurunan intensitas trubus tertinggi berturut-turut adalah 45% dan 49% ditunjukkan oleh perlakuan paklobutrazol dosis 0.75 g (P1). Penghambatan pertambahan jumlah daun dan panjang cabang sekunder tertinggi berturut-turut adalah 67% dan 69% ditunjukkan oleh perlakuan paklobutrazol dosis 1.5 g (P3). Namun perlakuan paklobutrazol belum dapat menginduksi pembungaan. Perlakuan KNO3 tidak

berpengaruh nyata terhadap pembungaan durian, tapi cenderung mempercepat saat munculnya tunas bunga (rata-rata 27.17 hari) dan meningkatkan jumlah tunas bunga 70.5% dibandingkan kontrol. Interaksi perlakuan dosis paklobutrazol dan dosis KNO3 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian

cv. Monthong.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH APLIKASI PAKLOBUTRAZOL DAN KNO3

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) cv. MONTHONG

Nama : Rahmi Dian Wahyuni NRP : A34301056

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Aris Munandar, MS

NIP. 131 284 867

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr

NIP. 130 422 698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, DKI Jakarta, pada tanggal 21 Febuari 1983 dari ayah bernama Fathul Amin dan ibu Mas Ayu. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.

Penulis menempuh sekolah dasar di SDN 01 Pagi Jati Padang, Jakarta hingga tahun 1996. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 41 Ragunan, Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 38 Lenteng Agung, Jakarta pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB penulis sempat aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Aris Munandar, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bantuan dan pengarahan selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan penulis selama studi di IPB. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi dan Ir. Ketty Suketi, MSi., yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan Endi Rohendi, SP yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan selama penelitian.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada keluarga, bapak, ibu, uni, susi dan abang atas doa, pengorbanan dan dukungan semangat baik moril dan materiil. Wike teman sepenelitianku yang kompak selalu, Evi, Tia, Pipih, Opi, Melon, Desi, Mira, Erda dan Wuri yang telah membantu dan menemani selama pelaksanaan penelitian ini. Teman-teman QC, Maharlika serta teman-teman program studi Hortikultura terutama angkatan 38 atas saran dan semangatnya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang memerlukan.

Bogor, Januari 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Karakteristik tanaman ... 4 Syarat Tumbuh ... 4 Fisiologi Pembungaan ... 5 Paklobutrazol ... 7 KNO3... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Rancangan Percobaan ... 11 Pelaksanaan Percobaan... 12 Persiapan... 12 Aplikasi Paklobutrazol ... 13 Aplikasi KNO3... 13 Pemeliharaan... 13 Pengamatan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Kondisi Umum Percobaan... 15

Pertumbuhan Vegetatif... 17

Pembungaan... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Tahun 2005 ... 15

2. Pertambahan Panjang Tunas pada Empat Dosis Paklobutrazol... 17

3. Pertambahan Jumlah Daun pada Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3... 18

4. Pertambahan Panjang Cabang Sekunder pada Empat Dosis Paklobutrazol... 19

5. Intensitas Trubus pada Empat Dosis Paklobutrazol... 20

6. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3... 21

7. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Bunga Mekar... 22

Lampiran 1. Data Klimatologi... 31

2. Data Rekapitulasi Sidik Ragam ... 32

3. Sidik Ragam PertambahanPanjang Tunas... 33

4. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun ... 34

5. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Cabang Sekunder ... 35

6. Sidik Ragam Intensitas Trubus ... 35

7. Saat Muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Delapan Kombinasi Perlakuan ... 36

8. Sidik Ragam Saat muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga ... 36

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Intervensi Agronomi terhadap Siklus Pembungaan Durian ... 6

2. Rumus Bangun Paklobutrazol... 7

3. Posisi Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paklobutrazol... 8

4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Durian ... 16

5. Bunga Mekar Tidak Serempak... 24

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang termasuk dalam famili Bombacaceae. Sebutan durian diduga berasal dari istilah melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran –an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India, Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 Masehi (Nakasone dan Paull, 1998).

Menurut Winarno et al. (1990), terdapat 27 jenis durian, namun hanya enam jenis yang daging buahnya dapat dimakan. Selebihnya tidak enak, tidak mempunyai daging buah, dan buahnya kecil-kecil. Diantara enam jenis yang dapat dimakan ini, yang mempunyai nilai ekonomis tertinggi adalah jenis Durio zibethinus, karena durian ini mempunyai rasa yang enak, aroma yang khas dan nilai gizi yang cukup tinggi. Direktorat Tanaman Buah (2000) menyatakan bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g daging buah durian adalah air 85 g, protein 2.5 g, lemak 3 g, kalori 134 kal, hidrat arang 28 g, kalsium 7.4 mg, fosfor 44 mg, besi 1.3 mg, vitamin A 175 mg, vitamin B1 0.10 mg dan vitamin C 53 mg. Di Indonesia, tanaman durian ini sudah tersebar hampir ke seluruh daerah, dan durian sebagai buah tropis mempunyai segmen pasar yang jelas dan bersifat komplementer terhadap buah-buahan sub tropis, sehingga durian sebagai komoditi buah-buahan tropika mempunyai prospek yang cerah. Beberapa kultivar yang telah dilepas oleh pemerintah sebagai kultivar durian unggul yaitu Sunan, Sukun, Petruk, Sitokong, Simas, Otong, Kani, Si Hijau, Si Japang, Si Dodol, Saweri Gading, Lalong, Tamalatea, Perwira, Bokor, Siriwig, Asoe Kaya, Pha Gajah, Mansau, Sawah Mas, Raja Mabah, Aspar, Kalapet, Matahari, Hepe, Bantal Mas, Bakul dan Soya (Direktorat Tanaman Buah, 2000). Menurut Deptan (2005) luas panen durian pada tahun 2002 adalah sekitar 41 033 ha dengan tingkat produksi mencapai 525 064 ton.

(11)

Tantangan utama dalam budidaya durian adalah mencari jalan untuk meningkatkan produktivitas melalui manipulasi ritme pertumbuhan, karena produktivitas durian masih rendah akibat rendahnya pembungaan. Hal tersebut terjadi dikarenakan pembungaan durian yang bersifat musiman dan biannual bearing, yaitu sifat berbunga yang tidak stabil artinya berbunga banyak pada satu tahun (on year) dan berbunga sedikit pada tahun berikutnya (off year), sehingga pada musim panen ketersediaan durian di pasaran melimpah sedangkan pada musim lainnya justru sedikit bahkan tidak berbuah.

Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan kesinambungan hasil setiap musim sepanjang tahun, dengan cara mengusahakan reproduksi tanaman diluar musim buah atau mengatur saat berbunga/berbuahnya tanaman durian tersebut. Adapun usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menginduksi pembungaan. Induksi bunga dapat dilakukan dengan menghentikan pengairan (stress air), pemangkasan akar, girdling/ringing, dan pemakaian zat penghambat tumbuh (Verheij dan Coronel, 1997).

Menurut Chandraparnik et al. (1992) zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk menginduksi pembungaan pada tanaman durian adalah paklobutrazol. Hasil penelitian Utama (2003) menunjukkan bahwa perlakuan paklobutrazol 5, 10, 15 g per pohon dapat mendorong pembungaan durian. Weaver (1972) mengemukakan bahwa paklobutrazol bekerja dengan cara menghambat sintesis giberelin, yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, dan secara tidak langsung akan mengalihkan fotosintat ke pertumbuhan reproduktif yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.

Aplikasi paklobutrazol seringkali menyebabkan dormansi pada tunas vegetatif dan generatif yang telah terinduksi, sehingga perlu diikuti pemberian zat pemecah dormansi agar dapat mempercepat dan memperbanyak munculnya bunga dari mata tunas yang telah terinduksi tersebut. Pada mangga, salah satu zat pemecah dormansi tunas bunga yang efektif adalah Kalium Nitrat (KNO3) 40 g/l

(12)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh paklobutrazol, KNO3

dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian (Durio zibethinus Murr. ) cv. Monthong.

Hipotesis

1. Paklobutrazol dapat menghambat pertumbuhan dan menginduksi pembungaan durian

2. KNO3 dapat memecahkan dormansi tunas.

3. Terdapat interaksi antara paklobutrazol dan KNO3 terhadap pertumbuhan dan

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanaman

Durian varietas Monthong merupakan tanaman introduksi dari Thailand, pohonnya dapat mencapai ketinggian 5-6 m. Kulit batang kasar dan berwarna kecoklatan. Durian mempunyai daun tunggal berbentuk bulat panjang (oval oblong) dan ujung daun meruncing, letak daun alternate. Warna permukaan atas daun hijau dan permukaan bawah daun berwarna coklat kekuningan. Permukaan buahnya tebal berwarna perak keemasan dengan dilapisi bulu tipis. Tangkai daun bulat, panjangnya 2.5 cm dan ujungnya membentuk acuminate. Daun muda terlipat pada pertengahan tulang daun dan membuka bila sudah dewasa (Subhadrabandhu et al., 1992).

Durian tergolong tanaman berbunga ramiflora, yaitu berbunga pada cabang dan ranting. Bunga durian berbentuk seperti mangkuk, tersusun dalam tangkai agak panjang bergerombol. Bunga tergolong hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat kelamin jantan dan kelamin betina. Namun antara putik dan benang sari yang berasal dari satu varietas ini umumnya tidak kompatibel kecuali untuk beberapa varietas tertentu seperti Monthong dapat melakukan penyerbukan sendiri, sedangkan untuk varietas yang lainnya harus melakukan penyerbukan silang.

Menurut Subhadrabandhu et al. (1992), bunga durian pada umumnya muncul pada cabang-cabang lateral dan membentuk dompolan sekitar 3-30 tangkai, deciduous, dan bunganya berbentuk bulat telur dan cembung. Bunga lebih banyak muncul pada bagian tengah-tengah dahan daripada di bagian ujungnya. Sejak bunga muncul sampai mekar diperlukan waktu sekitar 6 minggu.

Syarat Tumbuh

Durian tumbuh baik pada daerah tropis basah dengan curah hujan 1.500- 2.000 mm per tahun dan memiliki bulan basah selama 9-11 bulan per tahun dan bulan kering selama 3-4 bulan per tahun untuk merangsang pertumbuhan bunga. Untuk bertanam durian secara intensif dibutuhkan tempat dengan ketinggian 50-600 dpl. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap waktu

(14)

pembungaan dan kematangan buah. Selain itu durian tumbuh baik pada tanah dengan pH netral dan menghendaki tanah dalam dengan drainase baik. Jenis tanah latosol, podsolik merah kuning, atau andosol merupakan jenis tanah yang paling cocok untuk tanaman durian.

Lahan yang terlindung sangat baik agar cabang tidak patah karena terpaan angin (Subhadrabandhu et al., 1992). Kedalaman air tanah tidak dapat lebih dari 150 cm, karena akar durian peka terhadap rendaman air. Tanaman dapat tumbuh baik pada daerah yang mempunyai intensitas cahaya matahari sekitar 40-50% dengan suhu 22-30°C dan dengan kelembaban 75% - 80% (Nakasone dan Paull, 1998).

Fisiologi Pembungaan

Pembungaan merupakan suatu kejadian yang kompleks, secara morfologi

terjadi perubahan fase vegetatif ke terbentuknya organ-organ bunga. Lang (1987) menyatakan bahwa proses pembungaan ini terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) Induksi atau inisiasi bunga; 2) Diferensiasi bunga; 3) Pendewasaan bunga; 4) Anthesis atau bunga mekar.

Menurut Ryugo (1990) induksi bunga adalah fase yang paling penting dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis atau biokimia pada mata tunas dari pertumbuhan vegetatif mengarah ke generatif. Fase ini menjadi penting karena tidak ada perubahan morfologi yang tampak pada kuncup. Pada tahap diferensiasi bunga, primordia bunga berkembang secara akropetal mulai dari primordia sepal diikuti oleh petal, stamen dan terakhir pistil. Bagian-bagian ini membesar pada tahap pendewasaan bunga dan telah mencapai ukuran maksimum. Saat anthesis, stigma menjadi reseptif dan anther siap untuk melepaskan polen.

Pada prinsipnya terdapat tiga proses dalam induksi pembungaan, yaitu ; 1) Adanya hormon pembungaan atau florigen, atau produksi stimulus pembungaan pada daun yang mengalihkan fase vegetatif menjadi reproduktif ; 2) Adanya kondisi nutrisi yang optimum pada saat yang sama dengan perubahan dalam apeks, dan 3) Terjadinya perubahan biokimia pada apeks yang mengubah dan mengkonversi nutrien sehingga terjadi induksi bunga (Ryugo, 1990).

(15)

Di Indonesia induksi bunga terjadi secara alamiah pada musim kemarau, karena mengalami stress air dan bunga akan muncul menjelang musim hujan (Poerwanto, 1994). Nakasone dan Paull (1998) menyatakan bahwa untuk merangsang terjadinya induksi bunga pada tanaman durian diperlukan periode kering yang berkelanjutan selama 7-14 hari supaya membentuk karbohidrat yang cukup banyak (Gambar 1).

Pruning Fertigasi Periode kering berkelanjutan

Akumulasi Fotosintat 7-14 hari

Irigasi

Pemupukan

Gambar 1. Intervensi Agronomi terhadap Siklus Pembungaan Durian (Nakasone dan Paull, I998).

Malik (1979) mengemukakan bahwa proses inisiasi pembungaan pada tanaman merupakan pengaruh interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan aktivitas hormon di dalam jaringan tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses pembungaan antara lain ; keseimbangan hara mineral, suhu, intensitas sinar matahari dan photoperiode. Faktor-faktor internal antara lain adalah hormon–hormon endogen seperti giberelin, sitokinin, auksin, kinetin dan etilen.

Giberelin sebagai salah satu hormon yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman terdapat pada berbagai organ dan jaringan tumbuh seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, buah dan jaringan halus. Penelitian pada jeruk

Panen Pertumbuhan Vegetatif Penghambatan pertumbuhan

Pembungaan

(16)

Satsuma (Poerwanto dan Inoue, 1990) menunjukkan bahwa kandungan giberelin tanaman yang terinduksi bunganya lebih rendah dibanding tanaman yang tidak terinduksi bunganya, maka untuk proses pembungaan dibutuhkan penurunan giberelin. Paklobutrazol sebagai zat penghambat tumbuh dapat menurunkan kandungan giberelin dengan cara memblokir proses sintesis giberelin.

Paklobutrazol

Zat penghambat tumbuh (retardan) merupakan zat yang mempunyai efek fisiologis untuk memperlambat pertumbuhan vegetatif dan dapat mendorong pembungaan pada tanaman tertentu, yaitu dengan menghambat pembelahan dan pembesaran sel sub apikal. Aplikasi retardan berperan dalam mengendalikan pertumbuhan dengan menghambat biosintesis giberelin (Weaver, 1972). Menurut Sponsel (1995), untuk menginduksi pembungaan, biosintesis giberelin dapat dihambat dengan AMO-1618 dan cycocel, yang memblokir aktivitas enzim ent-kaurena sintetase A pada sintesis copalil pirofosfat, sedangkan paklobutrazol, ancymidol dan uniconazol dapat menghambat sintesis giberelin pada oksidasi ent-kaurena.

Paklobutrazol merupakan salah satu zat penghambat tumbuh dengan rumus kimia (2 RS, 3 RS)-1-(4-klorofenil)-4, 4 -dimetil-2-(1H-1, 2,4-Triazole-1-il)-pentan-3-ol (Wattimena, 1988) dan rumus empirik C15H20ClN3O, atau dikenal

dengan nama dagang Cultar, Clipper, Darley atau Goldstar, telah terbukti mempunyai kemampuan mengatur partisi fotosintat dari daun ke akar, yang pengaruhnya dapat menyebabkan induksi pembungaan dan meningkatkan jumlah kuncup, menghambat pecah tunas, juga meningkatkan pembungaan awal (Voon et al., 1992). Rumus bangun paklobutrazol adalah seperti dalam Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Rumus Bangun Paklobutrazol (Wattimena, 1988). Cl CHCH2 N N CHOH N C(CH3)3 C(CH3)3

(17)

Menurut Sponsel (1995) paklobutrazol secara biologis menghambat aktivitas enzim entkaurena oksidase, mengubah entkaurena menjadi asam entkaurenoid dalam biosintesis giberelin (Gambar 3). Wieland dan Wample (1985) menyatakan apabila biosintesis giberelin terhambat maka berakibat meningkatnya biosintesis asam absisat (ABA), sebab prekursor kedua hormon ini adalah Acetyl-CoA yang terjadi dalam proses respirasi guna menciptakan energi. Apabila hormon ABA meningkat, maka kemungkinan berefek pada pembungaan suatu tanaman. Walaupun begitu efek paklobutrazol terhadap tanaman cukup lama, dan hanya efektif pada suatu musim aplikasi.

Gambar 3. Posisi Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paklobutrazol (Sponsel, 1995).

HMGCoA MVA IPP FPP GPP GGPP Ent-kaurena sintetase A CPP Ent-kaurena sintetase B Ent-kaurena Asam ent-kaurenoid

Asam ent-7α-hidroksi kaurenoat

Gas-aldehida Giberelin X;

Keterangan :

HMGCoA : Hidroksi metil glutaril Coenzim A MVA : Asam mevalonat

IPP : Isopentenil pirofosfat FPP : Farsenil pirofosfat GPP : Geranil pirofosfat GGPP : Geranil geranil pirofosfat CPP : Copalil pirofosfat

Penghambatan oleh paklobutrazol

(18)

Paklobutrazol dapat diaplikasikan pada tanaman melalui penyemprotan pada daun ( foliar spray) atau dengan cara disiramkan pada zona perakaran tanaman (soil drench). Aplikasi dengan cara penyiraman pada zone perakaran

lebih efektif jika dibandingkan aplikasi melalui metode foliar spray (Voon et al., 1992), sedangkan penyemprotan pada permukaan daun akan lebih

efektif jika dilakukan beberapa kali dengan dosis rendah (ICI, 1984). Dosis paklobutrazol yang digunakan mempengaruhi keberhasilan pembungaan. Pada tanaman durian cv. Chanee, paklobutrazol dengan dosis 750, 1000 dan 1500 ppm mampu menghambat pertumbuhan vegetatif saat tanaman mengalami flush dan menginduksi bunga masing-masing 32, 29, 43 hari lebih awal daripada tanaman tanpa perlakuan (Chandraparnik et al., 1992). Menurut Mursal (2004) paklobutrazol dosis 1 dan 2 g berturut-turut dapat menginduksi pembungaan tanaman lengkeng setelah 15.9 dan 16.9 hari sejak aplikasi paklobutrazol (HSAP), dibandingkan dosis 0 g yang terinduksi setelah 74.8 HSAP.

KNO3 (Kalium Nitrat)

KNO3 adalah salah satu jenis zat pemecah dormansi yang mengandung

dua unsur hara penting yaitu kalium dan nitrogen, yang dibutuhkan oleh tanaman dalam melengkapi fase vegetatif dan generatifnya. Kalium berperan dalam membuka dan menutupnya stomata (jika daun mempunyai kandungan air yang cukup dan suhunya tidak ekstrim). Mekanisme kalium dalam membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh cahaya. Dengan adanya cahaya akan terjadi peningkatan dosis K, hal tersebut menstimulir osmosis air dari sel epidermis ke dalam sel penjaga yang cukup jumlahnya untuk meningkatkan tekanan turgor yang diperlukan bagi pembukaan stomata. Stomata yang membuka akan memudahkan CO2 berdifusi secara cepat ke dalam daun. Hal ini akan

meningkatkan laju fotosintesis sehingga karbohidrat banyak tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu kalium juga berperan dalam sintesis protein dari asam-asam amino, transport asimilat dalam phloem, serta kofaktor enzim (Prawiranata et al., 1992). Dari peranannya yang sangat penting tersebut, kalium akan mempengaruhi nisbah C/N ratio. Apabila C/N ratio meningkat maka diharapkan asimilat tersebut dapat berguna dalam inisiasi bunga.

(19)

Pengaruh nitrogen di dalam tanaman terutama pada pertumbuhan vegetatif, sintesis asam amino dan pada saat pembentukan protein. Protein tersebut berperan sebagai katalisator dan komponen klorofil yang mempengaruhi fotosintesis (Prawiranata et al., 1992). Menurut Bondad (1990) KNO3 yang

disemprotkan pada tanaman akan diserap ke dalam jaringan, kemudian nitrat mengalami reduksi menghasilkan asam amino. Salah satu dari asam amino tersebut adalah metionin yang akan menyebabkan diferensiasi tunas dan kemungkinan berefek pada pembungaan suatu tanaman.

Hasil percobaan Bondad dan Tome (1991) pada mangga, menunjukkan bahwa aplikasi paklobutrazol yang diikuti oleh penyemprotan KNO3 10 g/l dapat

meningkatkan pembungaan dan mempercepat munculnya tunas bunga. Poerwanto et al. (1997) menyatakan penyemprotan KNO3 memacu perkembangan tunas

dorman akibat pemberian paklobutrazol, terutama tunas generatif pada tanaman mangga, sehingga bunga yang muncul setelah aplikasi KNO3 meningkat.

(20)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2005 sampai dengan bulan September 2005 dikebun percobaan IPB Cikabayan, Darmaga dengan ketinggian tempat ± 250 meter di atas permukaan laut, dan jenis tanahnya adalah tanah Latosol.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman durian (Durio zibethinus Murr.) c.v Monthong hasil okulasi berumur delapan tahun dan pernah berbunga, merupakan koleksi kebun percobaan Cikabayan. Bahan perlakuan yang digunakan adalah Cultar R 250 SC (mengandung bahan aktif 250 g/l paklobutrazol) dan kalium nitrat (KNO3). Bahan lain yang digunakan pupuk Urea, TSP, KCl, bubur

bourdeaux dan insektisida Dursban. Peralatan yang digunakan antara lain hand sprayer, gelas ukur, pipet, ember plastik, timbangan, alat ukur/meteran, counter dan alat-alat pemeliharaan tanaman.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini terdiri dari dua faktor, yaitu dosis paklobutrazol dan dosis KNO3, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor

dosis paklobutrazol terdiri atas empat taraf, yaitu 0 g (P0) sebagai kontrol, 0.75 g (P1), 1 g (P2) dan 1.5 g (P3) bahan aktif. Faktor dosis KNO3 terdiri atas dua taraf,

yaitu 0 g/l (D0) dan 20 g/l (D1). Masing-masing perlakuan dari kedua faktor tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh delapan kombinasi perlakuan sebagai berikut :

• P0D0 = 0 g paklobutrazol

• P0D1 = 0 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3

• P1D0 = 0.75 g paklobutrazol

• P1D1 = 0.75 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3

• P2D0 = 1 g paklobutrazol

(21)

• P3D0 = 1.5 g paklobutrazol

• P3D1 = 1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l

Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.

Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + αi+βj + (αβ)ij +ε ijk dimana :

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan dosis Paklobutrazol ke- i βi = pengaruh perlakuan dosis KNO3 ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan αi dan βI

ε ijk = pengaruh kesalahan perlakuan Paklobutrazol ke-i; perlakuan KNO3

ke-j; pengaruh ulangan ke-k.

Analisis ragam terhadap data hasil pengamatan dilakukan dengan uji F. Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 % secara statistik maka dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman durian varietas Monthong hasil okulasi. Tanaman durian berumur ± 8 tahun dan sudah pernah berbunga. Tinggi tanaman berkisar antara 5-6 meter dengan 10-12 cabang utama/primer. Tanaman durian ditanam pada lahan dengan jarak tanam 7.5 x 7.5 meter. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak pada seluruh satuan percobaan. Setiap tanaman diberi label sesuai dengan jenis perlakuannya. Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman pada 8 cabang sekunder contoh. Tanaman diseragamkan kondisinya dengan melakukan pemangkasan cabang-cabang negatif, tunas air, dan cabang-cabang-cabang-cabang yang tidak sehat. Sebelum perlakuan, dilakukan kalibrasi dengan menyiramkan air ke tanah dan menyemprotkan air secara merata pada cabang tanaman yang dilakukan pada beberapa tanaman untuk mengetahui kebutuhan volume larutan tanaman percobaan yang kemudian dirata-ratakan sebagai volume siram dan volume semprot untuk setiap tanaman.

(22)

Aplikasi Paklobutrazol

Aplikasi paklobutrazol dilakukan pada tanggal 17 Maret 2005 dan hanya dilakukan satu kali. Paklobutrazol diberikan dengan cara menyiramkan ke tanah sekeliling batang dengan volume penyiraman 3 liter larutan paklobutrazol sesuai dengan dosis yang diberikan.

Aplikasi KNO3

Aplikasi KNO3 dosis 0 g/l dan 20 g/l diberikan tanggal 17 april 2005, satu

bulan setelah aplikasi paklobutrazol. KNO3 diberikan dengan cara disemprotkan

pada cabang-cabang sekunder dan tersier menggunakan hand sprayer dengan dosis sesuai perlakuan. Aplikasi KNO3dilakukan dengan volume semprot 1liter

larutan KNO3/pohon. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah pemangkasan, pemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk membuang tunas-tunas air dan cabang-cabang yang tidak sehat. Pemupukan Urea, TSP, KCl dilakukan sebanyak tiga kali yaitu bulan April, Juni dan Agustus masing-masing 750 g/pohon. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuang gulma yang ada disekitar bokoran tanaman dan sekitar kebun durian. Pengendalian hama menggunakan pestisida Dursban dan pengendalian penyakit menggunakan bubur bourdeaux.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada semua pohon sebagai satuan percobaan. Pada tiap tanaman dilakukan tagging sebanyak 8 cabang sekunder contoh. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah aplikasi paklobutrazol. Untuk pengamatan panjang tunas dilakukan seminggu sekali sedangkan untuk pengamatan jumlah daun, panjang cabang sekunder, intensitas trubus dilakukan sebulan sekali sampai tanaman berbunga.

(23)

Peubah-peubah yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Pertambahan panjang tunas = pertambahan panjang tunas

panjang tunas total 2. Pertambahan jumlah daun = jumlah daun baru jumlah daun total

3. Pertambahan panjang cabang sekunder = pertambahan panjang cabang panjang cabang sekunder total 4. Intensitas trubus = cabang primer yang mengalami trubus X 100 %

cabang primer yang diamati

Cabang primer mengalami trubus jika lebih dari empat ranting pada cabang tersebut mengalami trubus/flushing (Borchert, 1976).

5. Saat muncul tunas bunga pertama.

Satuan yang digunakan adalah hari setelah perlakuan paklobutrazol (HSP). 6. Jumlah tunas bunga/pohon.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Pengamatan dilakukan dari bulan Maret sampai September 2005. Selama pengamatan curah hujan rata-rata 421.3 mm per bulan dan hari hujan rata-rata 21.6 hari (Tabel 1), suhu maksimum rata-rata 30.3°C, suhu minimum rata-rata 23.3°C, serta kelembaban relatif rata-rata 85.6%. Data klimatologi kondisi lingkungan percobaan secara lengkap disajikan pada Tabel Lampiran 1.

Tabel 1. Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Tahun 2005 Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)

Januari 536.5 27 Febuari 580.4 25 Maret 568.0 25 April 307.7 22 Mei 428.9 16 Juni 682.0 24 Juli 215.4 20 Agustus 153.2 18 September 319.9 17

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2005).

Secara umum kondisi tanaman sebagian besar dalam keadaan dorman (berhentinya pertumbuhan tunas-tunas baru) ketika aplikasi paklobutrazol dilakukan. Kondisi dorman pada tanaman terlihat dari warna ujung tunas yang menjadi coklat tua dan daun-daunnya berwarna lebih hijau. Pembungaan pada tanaman dengan kondisi dorman akan lebih siap diinduksi oleh paklobutrazol dibanding kondisi tanaman yang sedang flushing. Menurut Prahardini et al. (1988) energi yang terkumpul pada masa dorman, lebih dipersiapkan untuk pecah dormansi dan pertumbuhan generatif, sedang pada fase flush energi yang terkumpul digunakan untuk pertumbuhan pucuk baru.

(25)

Aplikasi KNO3 dilakukan satu bulan setelah aplikasi paklobutrazol yaitu

pada bulan April. Hasil penelitian Poerwanto et al. (1997) melaporkan bahwa pada tanaman mangga, zat pemecah dormansi lebih efektif jika diaplikasikan dalam kurun waktu 1 bulan setelah aplikasi paklobutrazol dengan pemunculan malai bunga yang lebih banyak daripada yang diberikan pemecah dormansi 2 dan 3 bulan.

Serangan hama dan penyakit selama pengamatan cukup tinggi, dikarenakan kondisi yang lembab akibat curah hujan dan hari hujan yang tinggi. Hama yang menyerang antara lain, Bactocera naminator (penggerek batang), Tenaphalora malayensis (kutu loncat) dan Lymatria dispar (ulat bulu), sedangkan penyakit yang menyerang adalah penyakit busuk pangkal batang (Gambar 4). Penanggulangan hama dilakukan dengan menggunakan insektisida Dursban dan penanggulangan penyakit dilakukan dengan bubur bourdeaux.

Gambar 4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Durian. (a) Kutu Loncat, (b) Busuk pangkal batang

Rekapitulasi uji F pada Tabel lampiran 2 menunjukkan perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan vegetatif yang meliputi pertambahan panjang tunas, pertambahan jumlah daun baru, pertambahan panjang cabang sekunder dan intensitas trubus, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah generatif. Perlakuan KNO3 hanya

berpengaruh nyata terhadap peubah pertambahan jumlah daun baru. Kombinasi perlakuan paklobutrazol dan KNO3 tidak berpengaruh nyata pada semua peubah.

(26)

Pertumbuhan Vegetatif

Pertambahan Panjang Tunas

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan paklobutrazol pada tanaman durian berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas pada 6 MSP (Tabel Lampiran 3). Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemanjangan tunas pada pohon yang diberi paklobutrazol lebih rendah dibandingkan pemanjangan tunas pada pohon yang tidak diberi paklobutrazol.

Tabel 2. Pertambahan Panjang Tunas pada Empat Dosis Paklobutrazol. Perlakuan 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6MSP 7 MSP 8 MSP Dosis Paklobutrazol .. ………cm….……….… 0 g 0.35 1.07 1.87 2.51 3.51a 3.20 3.88 0.75 g 0.60 0.94 1.09 1.54 1.93b 2.21 2.84 1 g 0.48 0.77 1.24 1.56 1.98b 4.15 5.15 1.5 g 0.45 0.85 1.44 2.02 2.70ab 3.55 4.16 Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda

menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT. MSP : Minggu Setelah Aplikasi Paklobutrazol.

Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat terjadi penurunan pertambahan panjang tunas pada 6 MSP yaitu, 1.58 cm (45%) untuk dosis 0.75 g paklobutrazol, 1.53 cm (44%) untuk dosis 1 g paklobutrazol dan 0.81 cm (23%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol.

Hasil yang sama dilaporkan oleh Armadi (2000) bahwa perlakuan paklobutrazol dosis 0.5 g, 1 g dan 2 g dapat menekan panjang tunas pada tanaman rambutan. Demikian juga hasil penelitian Utama (2003) pada durian menunjukkan perlakuan paklobutrazol dosis 5 g, 10 g dan 15 g dapat menekan pemanjangan tunas. Menurut Krishnamoorty (1981) penghambatan pemanjangan tunas oleh paklobutrazol sesuai dengan cara kerja zat tersebut yang menghambat biosintesis giberelin, yang dapat menyebabkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal terhambat sehingga pemanjangan tunas juga terhambat. Chandraparnik et al. (1992) melaporkan bahwa paklobutrazol menghambat pemanjangan tunas pohon durian dan menekan perluasan daun.

(27)

Pertambahan Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan paklobutrazol pada tanaman durian berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada 4, 8, 12 dan 20 MSP (Tabel Lampiran 4). Pertambahan jumlah daun pada pohon yang diberi paklobutrazol lebih rendah dari pada pohon yang tidak diberi paklobutrazol (Tabel 3).

Tabel 3. Pertambahan Jumlah Daun pada Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3 .

Perlakuan 4 MSP 8 MSP 12 MSP 16 MSP 20 MSP Dosis Paklobutrazol 0 g 0.14a 0.12a 0.11 0.75 g 0.12a 0.12a 0.14 1 g 0.09ab 0.08b 0.08 1.5 g 0.10a 0.08ab 0.07ab 0.06b 0.07b 0.07b 0.08 0.18a 0.07b 0.10b 0.06b Dosis KNO3

0 g/l 0.13a 0.10 0.13a 0.12a 20 g/l 0.08b 0.09 0.08b 0.08b Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda

menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT. MSP : Minggu Setelah Aplikasi Paklobutrazol.

Pada Tabel 3 diatas juga terlihat bahwa semakin tinggi dosis paklobutrazol cenderung semakin menekan pertambahan jumlah daun. Pada 4 MSP terjadi penurunan pertambahan jumlah daun 0.02 daun (20%) untuk dosis 0.75 g, 0.03 daun (30%) untuk dosis 1 g dan 0.04 daun (40%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol. Pada 8 MSP pertambahan jumlah daun muncul tidak berbeda nyata antara kontrol dengan dosis paklobutrazol 0.75 g, sedangkan perlakuan 1 g menyebabkan penurunan pertambahan jumlah daun 0.05 (36%) dan 0.07 daun (50%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol. Pada 12 MSP terjadi penurunan pertambahan jumlah daun 0.04 daun (33%) untuk dosis 1 g dan 0.05 daun (42%) untuk dosis 1.5 g pakobutrazol dibandingkan dengan kontrol, sedangkan pada dosis 0.75 g paklobutrazol tidak berbeda nyata. Pada pengamatan 20 MSP terjadi penurunan pertambahan jumlah daun 0.11 daun (61%) untuk dosis 0.75 g, 0.08 daun (44%) untuk dosis 1 g dan 0.12 daun (67%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol.

(28)

Penghambatan pertambahan jumlah daun disebabkan oleh aktivitas paklobutrazol yang menghambat sintesis giberelin. Menurut Lakitan (1996) giberelin dapat merangsang pertumbuhan dan mempengaruhi pembentukan daun. Oleh karena itu bila sintesis giberelin terhambat maka pertumbuhan daun akan terhambat pula. Hasil ini sejalan dengan percobaan Kurian dan Iyer (1993) yang menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol dapat menurunkan jumlah daun pada tanaman mangga. Kemudian Widayati (1997) melaporkan bahwa paklobutrazol dosis 0.25 g, 0.5 g, 1 g dan 2 g efektif dalam mengurangi pertambahan jumlah daun pada tanaman rambutan.

Hasil percobaan (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan KNO3

mempengaruhi secara nyata pertambahan jumlah daun yaitu pada 8, 16 dan 20 MSP dengan penurunan pertambahan jumlah daun sebesar 0.05 daun (38%). Menurut Punnacit et al. (1992), KNO3 dapat mengontrol perkembangan

daun-daun muda durian dengan menunda pembentukan flush baru dan merusak flush yang baru terbentuk. Interaksi antara paklobutrazol dengan KNO3 tidak

berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun.

Pertambahan Panjang Cabang Sekunder

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan paklobutrazol pada tanaman durian berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang cabang sekunder pada 16 dan 20 MSP (Tabel Lampiran 5).

Tabel 4. Pertambahan Panjang Cabang Sekunder pada Empat Dosis Paklobutrazol. Perlakuan 8 MSP 12 MSP 16 MSP 20 MSP Dosis Paklobutrazol ……….cm……….. 0 g 0.045 0.102 0.138a 0.192a 0.75 g 0.022 0.060 0.083ab 0.120ab 1 g 0.038 0.080 0.107ab 0.143ab 1.5 g 0.017 0.035 0.048b 0.060b Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda

menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT. MSP : Minggu Setelah Aplikasi Paklobutrazol.

(29)

Pada tabel 4 dapat dilihat terjadi penurunan pertambahan panjang cabang sekunder pada 16 MSP yaitu, 0.06 cm (40%) untuk dosis 0.75 g, 0.03 cm (22 %) untuk dosis 1 g dan 0.09 cm (65%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol. Pada 20 MSP terjadi penurunan pertambahan panjang cabang sekunder 0.07 cm (37%) untuk dosis 0.75 g, 0.05 cm (26%) untuk dosis 1 g dan 0.13 cm (69%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol. Menurut Khrisnamoorty (1981) penghambatan pemanjangan cabang sesuai dengan cara kerja zat tersebut yang menghambat biosintesis giberelin.

Intensitas Trubus

Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan paklobutrazol hanya berpengaruh nyata terhadap intensitas trubus pada 10 MSP (Tabel Lampiran 6). Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada 2 MSP dan 6 MSP walaupun tidak nyata secara statistik tapi juga terjadi penurunan intensitas trubus dibanding kontrol. Pada 10 MSP penurunan intensitas trubus hanya terjadi pada paklobutrazol dengan dosis 0.75 g yaitu sebesar 49% dibandingkan kontrol.

Tabel 5. Intensitas Trubus pada Empat Dosis Paklobutrazol.

Perlakuan 2 MSP 6 MSP 10 MSP

Dosis Paklobutrazol ………...………….…. % flush………

0 g 54.2 54.2 8.3b

0.75 g 37.5 37.5 4.2b

1 g 33.3 37.5 45.8a

1.5 g 33.3 41.7 45.8a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT. MSP : Minggu Setelah Aplikasi Paklobutrazol.

Menurut Chaitrakulsub et al. (1992) pemberian paklobutrazol dapat menekan pertambahan jumlah flush daun leci. Perlakuan KNO3 dan interaksi

antara paklobutrazol dengan KNO3 tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas

trubus. Hal tersebut diduga disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu curah hujan. Sejalan dengan laporan Mursal (2004), bahwa hujan lebat yang terjadi setelah induksi akan menyebabkan pucuk terinduksi kembali membentuk trubus baru. Menurut Subhadrabandhu et al.(1992) curah hujan yang terlalu tinggi seringkali jauh diatas 200 mm/bulan (Tabel Lampiran 1) merangsang tanaman untuk

(30)

membentuk trubus sepanjang tahun.,Tambusai (2004) juga melaporkan bahwa ketersediaan air menjadi pemicu untuk induksi pecah tunas dan flushing pada tanaman manggis. Menurut Borchert (1976), dari segi metodologi pengamatan trubus atas dasar penampakan visual pada individu pohon mungkin kurang merefleksikan siklus trubus yang sesungguhnya.

Pembungaan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis paklobutrazol, KNO3 dan interaksi antara paklobutrazol dengan KNO3 tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembungaan tanaman durian baik terhadap saat munculnya tunas bunga maupun terhadap jumlah tunas bunga (Tabel Lampiran 8).

Menurut Nakasone dan Paull (1998), pembungaan durian dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu periode kering, curah hujan dan intensitas sinar matahari. Curah hujan yang terus menerus dapat menghambat pembungaan durian karena beberapa tunas bunga kembali ke fase vegetatif atau flush. Hal tersebut sama seperti yang terjadi pada hasil penelitian karena selama penelitian berlangsung hari hujan dan curah hujan cukup tinggi.

Tabel 6. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3.

Perlakuan Saat muncul tunas bunga (HSP) Jumlah tunas bunga

Dosis Paklobutrazol 0 g 181.17a 183.0a 0.75 g 171.00a 50.7a 1 g 172.17a 23.2a 1.5 g 163.33a 251.3a Dosis KNO3 0 g/l 185.50a 25.3a 20 g/l 158.33a 228.8a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT. HSP : Hari Setelah Aplikasi Paklobutrazol.

(31)

Saat Munculnya Tunas Bunga

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis paklobutrazol tidak berpengaruh terhadap saat munculnya tunas bunga. Menurut Khrisnamoorthy (1981) pengaruh zat penghambat tumbuh paklobutrazol pada pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya adalah penekanan pertumbuhan vegetatif. Subhadrabandu dan Tongumpai (1990) menyatakan bahwa keefektifan dari paklobutrazol dalam menginduksi pembungaan durian tidak konsisten, sebab pembungaan merupakan fenomena yang sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor.

Tunas bunga pertama muncul pada tanggal 12 April 2005 atau 26 hari setelah aplikasi paklobutrazol (26 HSP), yaitu pada tanaman yang diberi perlakuan 0.75 g paklobutrazol dengan 0 g/l KNO3. Perlakuan 1.5 g paklobutrazol

dengan 20 g/l KNO3, 0 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 dan 1 g

paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3, tunas bunga berturut-turut muncul bulan Juni,

Juli, Agustus, September yaitu setelah aplikasi KNO3 dilakukan. Perlakuan yang

lainnya berikut kontrol, sampai saat terakhir pengamatan (200 HSP) tidak berbunga (Tabel 7).

Tabel 7. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Bunga Mekar.

Perlakuan Munculnya Tunas Bunga (HSP) Bunga Mekar (HSP) 0.75 g paklobutrazol tanpa 20 g/l KNO3 (P1D0U2) 26 68

1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P3D1U2) 87 130

1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P3D1U1) 89 133

0 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P0D1U3) 113 160

0.75 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P1D1U2) 120 165

1 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P2D1U3) 138 187

1 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 (P2D1U2) 146 187

(32)

Pada Tabel 6 terlihat bahwa walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata, tetapi ada kecenderungan dengan semakin meningkatnya dosis paklobutrazol yang diberikan, keluarnya bunga pertama dipercepat. Tanaman yang diberi perlakuan paklobutrazol lebih cepat berbunga 10.17 hari untuk dosis 0.75 g, 9 hari untuk dosis 1 g dan 17.84 hari untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Menurut Garcia dan Valdivia (1997) pembungaan durian diinduksi paklobutrazol dengan menghambat pertumbuhan vegetatifnya.

Perlakuan KNO3 walaupun tidak nyata tetapi cenderung mempercepat

munculnya tunas bunga 27.17 hari (14.6%) dibandingkan dengan tanaman kontrol. Percobaan Bondad dan Tome (1991) membuktikan bahwa pemberian KNO3 pada tanaman yang telah diberi paklobutrazol 1.5 g b.a /pohon bunga

muncul 78 hari setelah aplikasi, atau 27 hari lebih cepat daripada tanpa pemberian KNO3.

Tidak ada interaksi antara perlakuan paklobutrazol dan KNO3 terhadap

peubah saat munculnya tunas bunga. Saat munculnya tunas bunga yang dihasilkan oleh delapan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7. Kombinasi 1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 menghasilkan saat

munculnya tunas bunga yang lebih cepat dari kombinasi lainnya.

Jumlah Tunas Bunga

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paklobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas bunga, tetapi pada dosis 1.5 g paklobutrazol jumlah tunas bunga lebih banyak 37.3% dari kontrol. Diduga tanaman telah mendekati fase flush akibat hujan yang terus-menerus, sehingga tunas yang terbentuk pada saat flush aktif mensintesis giberelin (Prawiranata et al., 1992). Meningkatnya giberelin tersebut akan mengurangi pengaruh paklobutrazol dalam menginduksi pembungaan.

Pemberian KNO3 juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas

bunga, tapi pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan yang diberi KNO3 memiliki

jumlah tunas bunga yang lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa KNO3 sebesar

(33)

diberikan dapat meningkatkan kekuatan sink dari tunas-tunas bunga dibanding tunas vegetatif sehingga translokasi asimilat lebih banyak ke tunas bunga yang mengakibatkan pecahnya dormansi tunas bunga tersebut, selain itu KNO3 dapat

memecah dormansi tunas pucuk. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan Poerwanto dan Susanto (1996) pada jeruk yang menunjukkan bahwa penyemprotan zat pemecah dormansi benzil adenin, etefon dan KNO3 nyata meningkatkan jumlah

bunga dibandingkan kontrol.

Tidak ada interaksi antara perlakuan paklobutrazol dan KNO3 terhadap

peubah jumlah tunas bunga. Jumlah tunas bunga yang dihasilkan oleh delapan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7. Kombinasi 1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 menghasilkan jumlah tunas bunga yang lebih

besar dari kombinasi lainnya.

Durian tergolong tanaman ramiflorous, sehingga bunga durian tumbuh pada bagian cabang terutama pada cabang-cabang yang cenderung datar. Bunga itu tumbuh pada titik-titik mata tertentu yang dari tahun ke tahun akan muncul pada titik yang sama. Sejak timbulnya tunas bunga sampai bunga mekar berlangsung 5-8 minggu. Pembungaan durian dalam satu pohon tidak berlangsung serentak, melainkan bisa berlangsung 2-3 kali. Banyaknya bunga dalam satu dompolan juga menyebabkan mekarnya bunga tidak serempak (Gambar 5).

(34)

Mekarnya bunga merupakan petanda bahwa putik sudah masak dan siap untuk menerima serbuk sari untuk pembuahan. Pada proses pembungaan, mekarnya bunga (anthesis) merupakan tahap terakhir setelah induksi/inisiasi, diferensiasi dan pendewasaan bunga (Gambar 6).

Gambar 6. Proses pembungaan : (a) Inisiasi lanjut, (b) Diferensiasi bunga (c) Pendewasaan bunga, (d) Anthesis

Pertumbuhan bunga dipengaruhi oleh karbohidrat, mineral, zat pengatur tumbuh dan air (Kozlowski, 1971). Pertumbuhan jaringan reproduksi tanaman memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar. Karbohidrat diperoleh dari jaringan vegetatif sebelum terjadi pembungaan. Kandungan karbohidrat pada jaringan vegetatif menentukan keberhasilan pertumbuhan bunga. Menurut Efendi (1994), pertumbuhan reproduktif terjadi karena peralihan asimilat dari pertumbuhan vegetatif yang dikurangi karena penghambatan biosintesis giberelin oleh paklobutrazol ke pertumbuhan reproduktif.

Ketika sedang berbunga, pengairan pada durian harus dikurangi karena tanaman yang mendapat pengairan cukup banyak pada saat berbunga justru akan merangsang pertumbuhan daun. Pada saat penelitian berlangsung, dilokasi penelitian hujan terjadi hampir setiap hari dengan curah hujan rata-rata cukup tinggi berkisar 382.2 mm per bulan (Tabel Lampiran 1). Hal tersebut

(35)

menyebabkan flush muncul pada saat pembungaan, sehingga akan terjadi kompetisi dalam penggunaan asimilat antara flush dengan bunga dan dapat mengalihkan tunas yang sudah terinduksi kembali ke fase vegetatif. Sesuai dengan penelitian Prawitasari (2001) bahwa curah hujan 82 mm per minggu pada fase induksi dapat mengalihkan pucuk tanaman lengkeng yang sudah terinduksi kembali menjadi pucuk vegetatif. Curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan bunga yang muncul mengalami kerontokan. Kerontokan bunga diperkirakan akibat benturan dengan butiran air hujan dan air hujan tersebut juga dapat menyebabkan tepung sari menggumpal berlekatan sehingga menjadi tidak berfungsi dalam proses penyerbukan.

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Paklobutrazol nyata menghambat pertumbuhan vegetatif durian cv. Monthong. Aplikasi paklobutrazol menghambat pertambahan panjang tunas,

pertambahn jumlah daun, pertambahan panjang cabang sekunder dan intensitas trubus. Penghambatan pertambahan panjang tunas dan penurunan intensitas trubus tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 0.75 g paklobutrazol (P1). Penghambatan pertambahan jumlah daun dan panjang cabang sekunder tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 1.5 g paklobutrazol (P3). Perlakuan paklobutrazol belum dapat menginduksi pembungaan. Curah hujan dan hari hujan yang tinggi pada saat penelitian berlangsung diperkirakan mengakibatkan daya kerja paklobutrazol kurang maksimal sehingga penginduksian pembungaan berkurang. Perlakuan KNO3 secara statistik tidak nyata menginduksi pembungaan durian, tapi

cenderung mempercepat saat munculnya tunas bunga dan meningkatkan jumlah tunas bunga dibandingkan kontrol. Interaksi perlakuan dosis paklobutrazol dan dosis KNO3 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian

cv. Monthong.

Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada tanaman yang diberi perlakuan paklobutrazol dan zat pemecah dormansi untuk mengetahui mekanisme pengaturan pembungaan secara lengkap dan sebaiknya ulangan percobaan ditambah.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Armadi, Y. 2000. Studi Tentang Aplikasi Paclobutrazol dan KNO3 dalam

Menstimulasi Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) di Luar Musim. Tesis. IPB. Bogor. 50 hal.

Bondad, N.D. 1990. Off Season Mango Production in The Philipines. Proceeding of The International Seminar. “Off-Season Production of Horticultural Crops”. Taiwan.

Bondad, N. D. and M. A. E. P. Tome. 1991. Growth and flowering of carabao manggo with paclobutrazol and potasium nitrate. The Philliph. Agric. 74 (37) : 367-374.

Borchert, R. 1976. Feedback control and age-related changes of shoot in seasoanal and non seasonal climates. p: 497-515. In P. B. Tomlinson and M. H. Zimmerman (Eds). Tropical Trees As Living System. Cambrige University Press. Cambrige.

Chaitrakilsub, T., R. Ogata, S. Subhadrabandhu, T. Powsung, H. Gemma. 1992. Effect of paclobutrazol with ethephon on flowering and leaf flushing of lychee cv. Hong Huay. Acta Hort. 321: 303-308.

Chandraparnik, S., H. Hiranpradit, U. Punnachit dan S. Salakpetch. 1992. Paklobutrazol influences flower induction in durian, Durio zibethinus Murr. Acta Hort 321: 282-290.

Deptan. 2005. Program Kerja Departemen Pertanian Dirjen Bina Produksi Hortikultura. http://www. hortikultura. go.id.[11 Oktober 2005]

Direktorat Tanaman Buah. 2000. Vademekum Buah. Direktorat Tanaman Buah. Departemen Pertanian, Jakarta. 121 hal.

Efendi, D. 1994. Studi Stimulasi Pembungaan Mangga ( Mangifera indica L.) cv Arumanis dengan KNO3 dan Paklobutrazol. Tesis. Program

Pascasarjana. IPB. Bogor. 67 hal.

Garcia, S. S. dan V. V. Valdivia. Physiological persistence of paclobutrazol on the “Tommy Atkins” mango ( Mangifera indica L.) under rainfed conditions. HortScience 22 (2): 339-345.

ICI. 1984. Paclobutrazol plant growth regulator for technical data. Plant Protection Div. Survey. England. p 45-67.

Kozlowski, T. T. 1971. Growth and Development of Tress. Academic Press. New York. 443 p.

Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Subtances Including Application In Agriculture. Tata Mc Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 214 p.

Kurian, R. M. and C. P. A. Iyer. 1993. Chemical regulation of tree size in mango (Mangifera indica L.) cv. Alphonso. I. Effect of growth retardants on vegetative growth and tree vigour. HortScience. 68(3): 349-354.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.

(38)

Lang, G. A. 1987. Dormancy universal terminalogy. HortScience. 22(5): 817-819. Malik, CP. 1979. Current Advances in Plant Reproductive Biology. Volume I.

Kalyani Publishers. New Delhi. Ludhiana. 351 p.

Mursal. 2004. Studi Pemacuan Pembungaan dan Pembuahan pada Tanaman Lengkeng (Euphoria longana Lam.) untuk Produksi Buah di Luar Musim. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 84 hal.

Nakasone, H. Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruit : Litchi, Longan and Rambutan. CAB Internasional. USA. 173-207 p.

Poerwanto, R., dan H.Inoue. 1990. Effect of air and soil temperatur in autumn on flower induction and some physological respon of Satsuma Mandarin. Japan Soc. HortScience. 59 : p 207-214.

Poerwanto, R. 1994. Budidaya pohon buah-buahan di perkotaan. Agrotek. 2 (1): 27-33.

Poerwanto, R., dan S. Susanto .1996. Pengaturan Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Siem (Citrus reticulata Blanco) dengan Paklobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi. J. Ilmu. Pert. Indon. 6(2): 39-44.

Poerwanto, R., Efendi. D., dan S. S. Harjadi. 1997. Pengaturan pembungaan mangga gadung 21 diluar musim dengan paklobutrazol dan zat pemecah dormansi. Hayati 2(4): 41-46.

Prahardini, P. E. R., A. Budjiono, B. Tegopati dan I. Muhadjir. 1988. Penyemprotan CEPA dan KNO3 untuk Induksi Pembungaan Jeruk Keprok ( Citrus verticulata B.). J. Hort. Malang 4 (5): 12-16

Prawiranata, T. Tjondronegoro, dan S.Harran. 1992. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi. FMIPA. IPB. Bogor 247 hal.

Prawitasari, T. 2001. Fisiologi Pembungaan Tanaman Lengkeng (Euphoria longana Lam.) pada Beberapa Ketinggian Tempat. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 137 hal.

Punnacit, G. K and S. Chandraparnik. 1992. Effect of plant growth regulators and fertilizers on leaf flushing and quality of durian. Acta Hort. 321(1): 343-347.

Ryugo, K. 1990. Flowering and Fruit Set in Temperate Fruit Trees. p 21-26. In: Jan Bay Petersen (ed). Off Season Production of Horticultural Crops. FFTC. Taipei .

Sponsel, VM. 1995. The Biosynthesis and Metabolism of Giberelin in Higher Plants. p : 66-92. In : Pj Davies (ed). Plant Hormone : Physiology, Biochemistry and Molecular Biology. Secon Editions. Kluwer Acad. London.

Subhadrabandhu, S. dan P. Tongumpai. 1990. Off-season production of some

economic fruit in Thailand, p.78-88. In: W. N. Chang and J. Bay-Petersen (Eds). Off–season Production of Horticultural Crops.

(39)

Subhadrabandhu, S., J. M.P. Scheeman and E.M.W. Veirheij. 1992. Durio zibethinus Murray, p: 157-167. In : E. M. W. Verheij, E.M.W. and R. E. Coronel (Eds.) plant Resource of South East Asia 2: Edible fruit and Nuts. Prosea. Bogor.

Tambusai, M. N. 2004. Pengaruh Naungan, Sistem Irigasi dan Aplikasi Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Manggis Muda (Garsinia mangostana L.). Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 67 hal. Utama, VP. 2003. Pengaruh Paklobutrazol dan Mulsa-Drainase terhadap

Pertumbuhan dan Pembungaan durian (Durio zibethinus Murr). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hal Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. PROSEA. Sumber Daya Nabati Asia

Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 177-180.

Voon, C.H., N. Hongsbhanich, C. Pitakpaivan dan A.J. Rowley. 1992. Cultar development in fruit-an overview. Acta Hort 321: 270-281.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. 145 hal. Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Subtance in Agriculture. W. H. Freemen Co.

San Francisco. 596 p.

Widayati, T. 1997. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Paklobutrazol yang Diikuti Pemberian Etepon Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. IPB. Bogor. 46 hal.

Wieland, W. F. and R. L. Wample. 1985. Effects of paclobutrazol on growth, photosynthesis and carbohydrate content of ′Delecious′ apples. ScientiaHort. 26 : 139-147.

Winarno, M., H. Sunarjono, Ismijati, S. Kusumo. 1990. Teknik Perbanyakan Cepat Buah-Buahan Tropika. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. 82 hal.

(40)
(41)

Tabel lampiran 1. Data Klimatologi Tahun 2005 Temperatur (°C) Lembab Nisbi (%) Penguapan Lama Penyinaran Kecepatan Angin Hari Hujan Curah Hujan Bulan

Harian Maksimum Minimum (mm)

Januari 25.2 29.7 23.0 90 3.0 35 2.3 27 536.5 Febuari 25.4 30.8 23.0 89 3.8 48 2.1 25 580.4 Maret 26.0 31.3 23.2 87 4.2 59 2.4 25 568.0 April 26.2 31.9 23.2 85 4.1 67 2.3 22 307.7 Mei 26.4 31.9 23.5 85 3.6 74 1.9 16 428.9 Juni 25.9 31.4 23.0 87 3.5 67 1.9 24 682.0 Juli 25.6 31.4 21.7 83 3.6 76 2.0 20 215.4 Agustus 25.7 26.9 24.3 82 4.1 57 2.3 18 153.2 September 26.1 27.0 24.7 82 4.4 75 2.3 17 319.9 Jumlah 232.5 272.3 209.6 770 34.3 558 19.5 194 3792 Rata-rata 25.8 30.3 23.3 85.6 3.8 62 2.2 21.6 421.3

(42)

Tabel lampiran 2. Data Rekapitulasi Sidik Ragam.

Paklobutrazol KNO3 Paklobutrazol* KNO3

Pertambahan Jumlah Daun

4 MSP * tn tn 8 MSP * * tn 12 MSP ** tn tn 16 MSP tn * tn 20 MSP ** * tn Pertambahan Panjang Tunas 2 MSP tn * tn 3 MSP tn tn tn 4 MSP tn tn tn 5 MSP tn tn tn 6 MSP ** tn tn 7 MSP tn tn tn 8 MSP tn tn tn Pertambahan Panjang Cabang Sekunder 8 MSP tn tn tn 12 MSP tn tn tn 16 MSP * tn tn 20 MSP ** tn tn Intensitas Trubus 2 MSP tn tn tn 6 MSP tn tn tn 10 MSP ** tn tn

Saat muncul Tunas Bunga tn tn tn

Jumlah Tunas Bunga tn tn tn Keterangan : * = nyata pada uji F 5 %

** = sangat nyata pada uji F 1 % tn = tidak nyata

(43)

Tabel lampiran 3. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tunas.

Waktu Sumber Keragaman Db JK KT F-hit Pr>F KK

2 MSP Paklobutrazol 3 0.089 0.029 1.04 0.401 25.48 KNO3 1 0.132 0.132 4.62 0.047* P*D 3 0.062 0.020 0.72 0.555 Galat 16 0.457 0.028 Total 23 0.740 3 MSP Paklobutrazol 3 0.043 0.014 0.29 0.834 24.06 KNO3 1 0.162 0.162 3.24 0.090 P*D 3 0.150 0.050 1.00 0.417 Galat 16 0.355 0.049 Total 23 0.797 4 MSP Paklobutrazol 3 0.296 0.099 1.78 0.191 20.22 KNO3 1 0.06 0.060 1.09 0.313 P*D 3 0.134 0.045 0.81 0.508 Galat 16 0.489 0.055 Total 23 0.884 5 MSP Paklobutrazol 3 0.398 0.133 2.78 0.075 16.12 KNO3 1 0.165 0.165 3.45 0.081 P*D 3 0.248 0.082 1.73 0.202 Galat 16 0.811 0.048 Total 23 0.765 6 MSP Paklobutrazol 3 0.816 0.272 4.83 0.014** 15.19 KNO3 1 0.132 0.132 2.34 0.145 P*D 3 0.343 0.114 2.03 0.150 Galat 16 0.902 0.056 Total 23 2.193 7 MSP Paklobutrazol 3 0.863 0.288 1.98 0.158 21.50 KNO3 1 0.070 0.070 0.48 0.496 P*D 3 0.022 0.007 0.05 0.984 Galat 16 2.326 0.145 Total 23 3.282 8 MSP Paklobutrazol 3 0.971 0.324 2.05 0.148 20.26 KNO3 1 0.063 0.063 0.40 0.537 P*D 3 0.069 0.023 0.15 0.931 Galat 16 2.531 0.158 Total 23 3.635

Keterangan : Data ditransformasi dengan √x

(44)

Tabel lampiran 4. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun.

Waktu Sumber Keragaman Db JK KT F-hit Pr>F KK

4 MSP Paklobutrazol 3 0.021 0.007 3.24 0.050* 16.69 KNO3 1 0.001 0.001 0.63 0.439 P*D 3 0.002 0.001 0.35 0.786 Galat 16 0.034 0.002 Total 23 0.059 8 MSP Paklobutrazol 3 0.040 0.013 3.23 0.050* 20.47 KNO3 1 0.029 0.029 7.07 0.017* P*D 3 0.012 0.004 0.96 0.437 Galat 16 0.067 0.004 Total 23 0.148 12 MSP Paklobutrazol 3 0.032 0.011 5.3 0.010** 14.42 KNO3 1 0.001 0.001 0.47 0.502 P*D 3 0.003 0.001 0.48 0.702 Galat 16 0.032 0.002 Total 23 0.067 16 MSP Paklobutrazol 3 0.036 0.012 2.31 0.116 23.24 KNO3 1 0.030 0.030 5.82 0.028* P*D 3 0.004 0.001 0.27 0.847 Galat 16 0.083 0.005 Total 23 0.153 20 MSP Paklobutrazol 3 0.105 0.035 7.07 0.003** 23.08 KNO3 1 0.023 0.023 4.63 0.047* P*D 3 0.001 0.000 0.05 0.985 Galat 16 0.079 0.005 Total 23 0.207

Keterangan : Data ditransformasi dengan √x

(45)

Tabel lampiran 5. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Cabang Sekunder.

Waktu Sumber Keragaman Db JK KT F-hit Pr>F KK

8 MSP Paklobutrazol 3 0.023 0.008 2.08 0.144 37.21 KNO3 1 0.001 0.001 0.19 0.671 P*D 3 0.001 0.000 0.06 0.979 Galat 16 0.060 0.004 Total 23 0.085 12 MSP Paklobutrazol 3 0.053 0.018 2.37 0.109 34.58 KNO3 1 0.005 0.005 0.64 0.434 P*D 3 0.002 0.001 0.09 0.963 Galat 16 0.120 0.007 Total 23 0.180 16 MSP Paklobutrazol 3 0.070 0.023 3.31 0.047* 28.81 KNO3 1 0.004 0.004 0.49 0.492 P*D 3 0.001 0.000 0.03 0.991 Galat 16 0.113 0.007 Total 23 0.188 20 MSP Paklobutrazol 3 0.112 0.037 5.17 0.011** 24.62 KNO3 1 0.005 0.005 0.63 0.439 P*D 3 0.000 0.000 0.00 1.000 Galat 16 0.115 0.007 Total 23 0.231

Keterangan : Data ditransformasi dengan √x

* = nyata pada uji F 5 %, ** = sangat nyata pada uji F 1 %

Tabel lampiran 6. Sidik Ragam Intensitas Trubus.

Waktu Sumber Keragaman Db JK KT F-hit Pr>F KK

2 MSP Paklobutrazol 3 0.036 0.012 0.84 0.492 12.72 KNO3 1 0.027 0.027 1.91 0.186 P*D 3 0.068 0.023 1.59 0.231 Galat 16 0.229 0.014 Total 23 0.360 6 MSP Paklobutrazol 3 0.026 0.009 0.79 0.515 10.94 KNO3 1 0.000 0.000 0.02 0.893 P*D 3 0.039 0.013 1.18 0.349 Galat 16 0.176 0.011 Total 23 0.241 10 MSP Paklobutrazol 3 0.319 0.106 13.40 0.0001** 10.33 KNO3 1 0.006 0.006 0.76 0.397 P*D 3 0.017 0.006 0.73 0.547 Galat 16 0.127 0.008 Total 23 0.469

Keterangan : Data ditransformasi dengan √x + 0.5

* = nyata pada uji F 5 %, ** = sangat nyata pada uji F 1

(46)

Tabel Lampiran 7. Saat Muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Delapan Kombinasi Perlakuan.

Perlakuan Saat Muncul Tunas Bunga (HSP) Jumlah Tunas Bunga Tanpa KNO3 : 0 g paklobutrazol 200 0 0.75 g paklobutrazol 142 101.3 1 g paklobutrazol 200 0 1.5 g paklobutrazol 200 0 Dengan KNO3 : 0 g paklobutrazol 162.33 366 0.75 g paklobutrazol 200 0 1 g paklobutrazol 144.33 46.3 1.5 g paklobutrazol 126.67 502.7

Tabel lampiran 8. Sidik Ragam Saat Muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga.

Pengamatan Sumber

Keragaman Db JK KT F-hit Pr>F KK

Saat muncul tunas Paklobutrazol 3 960.833 320.278 0.16 0.922 26.13 KNO3 1 4428.167 4428.167 2.19 0.158 P*D 3 15460.833 5153.611 2.55 0.092 Galat 16 32284.000 2017.250 Total 23 53133.833 Jumlah tunas bunga Paklobutrazol 3 100.262 33.421 0.60 0.623 63.00a KNO3 1 154.971 154.971 2.79 0.114 P*D 3 231.857 77.286 1.39 0.281 Galat 16 887.639 55.477 Total 23 1374.730 Keterangan : a = Data ditransformasi dengan √x + 70

(47)
(48)
(49)

Gambar

Gambar 3. Posisi Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paklobutrazol  (Sponsel, 1995).
Tabel 1. Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Tahun 2005  Bulan  Curah Hujan (mm)  Hari Hujan (hari)
Tabel 2. Pertambahan Panjang Tunas pada Empat Dosis Paklobutrazol.
Tabel 3. Pertambahan Jumlah Daun pada Empat Dosis Paklobutrazol dan   Dua Dosis KNO 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa substitusi terigu dengan buah lindur berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein,

Dari hasil pengujian diperoleh kuat lentur balok beton bertulang yang menggunakan air laut dan pasir sungai mengalami retak awal saat beban sebesar 4,91 kN dan mencapai

Semoga dengan penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk semua pihak, khususnya untuk guru ekonomi/akuntansi SMA Negeri Kabupaten Banjarnegara dalam usaha untuk

Sedangkan faktor eksternal yaitu lambannya pemulihan ekonomi pemerintah berakibat kesejahteraan anggota Polri belum dirasakan, memicu tumbuhnya tindakan hukum melanggar hukum

[r]

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell Arg .) terhadap pemberian Growtone pada berbagai komposisi

Hal tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V mata pelajaran matematika

Ketercapaian proses evaluasi atau penilaian pembelajaran IPA berbasis pendidikan karakter kelas VIII di SMP Alam Lam- pung dilakukan dengan optimal oleh guru bidang