• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2013 (pasal 1 nomor 7 halaman 3) tentang Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2013 (pasal 19 nomor 1 halaman 10).

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, salah satunya yakni memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan dan siswa memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2006 (355).

Menurut Ibrahim dan Suparni (2012: 8) Matematika merupakan ilmu yang terstruktur, terorganisasikan, dan berkembang mulai dari unsur yang tak terdefinisasikan ke unsur yang terdefinisikan, dari postulat atau aksioma ke teorema. Matematika menurut Ahmad Susanto (2012: 158) merupakan salah satu disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, solusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian matematika merupakan ilmu yang dapat didefinisikan dengan cara merumuskan unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kedalam unsure yang dapat didefinisikan. Dalam hal ini matematika menggunakan cara-cara yang logis sehingga dapat didefinisikan dan dibuktikan kebenarannya. Sehingga matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, kritis, dan kreatif.

(2)

Mengingat manfaat dan peranan Matematika yang sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Nampaknya model pembelajaran konvensional yang masih dijumpai saat ini kurang tepat lagi bila digunakan sepenuhnya dalam proses pembelajaran matematika dikarenakan model pembelajaran konvensional cenderung menggunakan model klasikal dan menggunakan metode ceramah. Maka perlu adanya perubahan atau mengkolaborasi model terebut dengan model lain. Namun untuk mengubah model pembelajaran ini bukanlah perkara yang mudah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Keliling Dan Luas Lingkaran Di Kelas VI Sd Negeri 53 Banda Aceh. Jurnal Peluang, Volume 3 ( Nomor 2) April 2015, ISSN: 2302-5158 bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan seara klasikal dan individual. Hal ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray telah melibatkan siswa belajar secara aktif dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Pada Siklus I, siswa yang tuntas sebesar 67,74%, siklus II sebesar 77,42% dan siklus III sebesar 96,78%.

Penelitian yang dilakukan Herawati mengingatkan peneliti akan pentingnya pembelajaran matematika yang dilakukan oleh siswa, maka juga dibutuhkan kerjasama antara siswa satu dengan siswa lainnya agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan materi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa, tanpa siswa harus bertanya lagi pada guru. Teman kelompok mereka juga dapat dijadikan sebagai partner untuk menyelesaikan masalah matematika yang dihadapi secara bersama-sama sebelum pada guru. Pembelajaran matematika yang hanya mengandalkan guru untuk bekerja aktif dirasa kurang bisa meningkatkan pemahaman siswa, karena jika ada siswa yang hendak bertanya kepada guru namun terkendala karena siswa terlalu pemalu dan belum berani bertanya maka hal tersebut akan membuat siswa tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.

(3)

Hasil wawancara yang dilakukan telah dilakukan dengan beberapa siswa menyatakan mereka tidak begitu suka dengan pelajaran Matematika karena mereka menganggap pelajaran Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan.

Berdasarkan observasi, peneliti beserta guru pengampu menyadari perlunya melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang dirasa dapat meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran Matematika. Model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pilihan yang dinilai tepat karena dengan pembelajaran kooperatif semua siswa terlibat secara langsung dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa. Hal ini diperkuat dengan perolehan data nilai Kelas 5 SD Negeri Tukang, pada mata pelajaran Matematika belum sesuai harapan yakni Rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester I siswa kelas 5 SD N Tukang pada mata pelajaran Matematika masih di bawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Data perolehan nilai terdapat 11 (37,93 %) dari 29 siswa yang dapat mencapai KKM, terdapat 18 (62,07 %) siswa yang masih belum mencapai KKM (70). Ini menjadikan kekhawatiran tidak hanya bagi siswa namun juga pada guru. Mengingat pentingnya matematika yang mana merupakan salah satu mata pelajaran pokok di semua tingkat pendidikan terutama di Sekolah Dasar. Belajar Matematika tidak dapat dilakukan hanya dengan menghafal, namun harus mempunyai konsep dasar yang kuat agar proses pembelajaran di jenjang kelas berikutnya menjadi lebih mudah dan tidak meninggalkan kesan buruk terhadap pelajaran matematika. Matematika identik dengan soal penalaran sehingga siswa harus aktif terhadap informasi yang disampaikan guru, banyak berlatih soal, untuk memperkuat pemahaman dan penalaran siswa harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan serangkaian upaya untuk meningkatan hasil belajar matematika yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Tukang Tahun Pelajaran 2016/2017”.

(4)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Kurangnya Interaksi antar siswa di kelas 5 SD Negeri Tukang.

b. Guru dalam penyampaian materi kepada siswa belum disertai dengan contoh konkret dan masih abstrak.

c. Dalam proses pembelajaran guru lebih dominan dibandingkan siswa, sehingga siswa nampak merasa bosan dan cenderung menjadi pasif.

d.Siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran Matematika karena dianggap pembelajaran sulit.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah peningkatan hasil belajar Matematika dapat diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa Kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2016/2017 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas dapat ditentukan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:

Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas 5 SD N Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2016/2017.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang positif terutama dari segi pemanfaatannya, yaitu :

(5)

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian didalam dunia pendidikan khususnya matematika dan untuk memberikan gambaran tentang model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatan hasil belajar siswa.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan memiliki manfaat praktis sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

a. Membantu sekolah untuk berkembang, dengan adanya peningkatan kemajuan pada guru yang berdampak pada peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran disekolah.

b. Mampu meningkatkan prestasi sekolah. 2. Bagi Guru

a. Mendapatkan pengalaman, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada pembelajaran matematika.

b. Mendapatkan wawasan tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Dapat memperbaiki proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Siswa

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

b. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dan berfikir kritis dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika.

(6)

4. Bagi Peneliti

a. Diharapkan dapat menambah referensi yang digunakan sebagai landasan teori terkait model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

b. Dapat menambah wawasan tentang bagaimana menjalankan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

[r]

Termoregulasi adalah proses fisioogos yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

Menurut FI ed III, suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi.. dalam

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek