• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Sumber Daya Laut. Jenis-Jenis Sumber Daya Laut. 1. Sumber Daya Dapat Pulih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengertian Sumber Daya Laut. Jenis-Jenis Sumber Daya Laut. 1. Sumber Daya Dapat Pulih"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian Sumber Daya Laut

Sumber daya laut adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas yang mencankup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga paus pembunuh dan habitat laut) mulai dari perairan dalam sampai ke daerah pasang surut dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang, ilmuwan dan lain-lain. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri dan kegiatan lain yang bersifat komersial.

Jenis-Jenis Sumber Daya Laut

Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).

1. Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).

2. Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas.

3. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak digarap secara optimal, karena selama ini upaya kita lebih banyak terkuras untuk mengelola sumberdaya yang ada di daratan yang hanya sepertiga dari luas negeri ini.

1. Sumber Daya Dapat Pulih

Indonesia dianugerahi dengan laut yang begitu luas, sehingga sumberdaya ikan di dalamnya juga beraneka ragam. Potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta ton, terdiri ikan pelagis besar (975,05 ribu ton), ikan pelagis kegil (3.235,50 ribu ton), ikan demersal (1.786,35 ribu ton), ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang peneid (74,00 ribu ton), lobster (4,80 ribu ton), dan cumi-cumi (28,25 ribu ton).

Potensi sumberdaya perikanan ini tersebar dalam sembilan wilayah pengelolaan. Masing-masing (1) Selat Malaka, (2) Laut Cina Selatan, (3) Laut Jawa, (4) Selat Makasar dan Laut Flores, (5) Laut Banda, (6) Laut Seram sampai Teluk Tomini, (7) Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, (8) Laut Arafura dan (9) Samudera Hindia (Aziz, dkk, 1998). Apabila potensi perikanan laut ini dikelola secara serius diperkirakan akan memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 10 milyar per tahun mulai tahun 2003.

Sampai pada tahun 1998, produksi perikanan laut Indonesia baru mencapai 3.616.140 ton, atau sekitar 58,5 persen dari total potensi lestari sumberdaya perikanan laut yang kita miliki. Dengan demikian masih terdapat 41 persen potensi yang tidak termanfaatkan atau sekitar 2,6

(2)

juta ton per tahun. Peluang pengembangan industri perikanan baik dalam skala kecil (perairan nusantara) maupun skala besar (ZEEI dan samudera) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, marlin, tongkol, tenggiri dan cucut dapat ditangkap di perairan nusantara dan samudera terutama di perairan Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Arafura dan Samudera Hindia yang memiliki peluang pengembangan secara lestari sekitar 321.766 ton per tahun.

 Ikan pelagis kecil seperti ikan layang, selar, tembang, lemuru, dan kembung dapat ditangkap di perairan nusantara antara lain di perairan Laut Cina Selatan, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut Arafura dan Samudera Hindia. Peluang pengembangan perikanan ikan pelagis kecil secara lestari masih sekitar 1.715 ribu ton per tahun.

 Ikan karang konsumsi seperti kerapu, kakap, lancam, beronang dan ekor kuning berpeluang dikembangkan di sekitar perairan Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini dengan potensi lestari sekitar 31.355 ton per tahun.

 Kelompok lobster seperti udang karang dan barong berpeluang dikembangkan di perairan Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini, dengan potensi sekitar 2.400 ton per tahun.

Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang beriklim tropis, banyak ditumbuhi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun (seagrass), dan rumput laut (seaweed). Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya (ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308 ha (Ditjen Perikanan 1998). Jika kita dapat mengusahakan tambak seluas 500.000 ha dengan target produksi 4 ton per ha per tahun, maka dapat diproduksi udang sebesar 2 juta ton per tahun.

Dengan harga ekspor yang berlaku saat ini (US$ 10 per kilogram) maka didapatkan devisa sebesar 20 milyar dolar per tahun. Kondisi perairan yang teduh dan jernih karena terlindung dari pulau-pulau dan teluk juga memiliki potensi pengembangan budidaya laut untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan lain-lain), kerang-kerang dan rumput laut, yaitu masing-masing 3,1 juta ha, 971.000 ha, dan 26.700 ha. Sementara itu, potensi produksi budidaya ikan dan kerang serta rumput laut adalah 46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. Dari keseluruhan potensi produk budidaya laut tersebut, sampai saat ini hanya sekitar 35 persen yang sudah direalisasikan. Potensi sumberdaya hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat dikembangkan adalah ekstrasi senyawa-senyawa bioaktif (natural products), seperti squalence, omega-3, phycocolloids, biopolymers, dan sebagainya dari microalgae (fitoplankton), macroalgae (rumput laut), mikroorganisme, dan invertebrata untuk keperluan industri makanan sehat (healthy food), farmasi, kosmetik, dan industri berbasis bioteknologi lainnya.

(3)

Padahal bila dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki potensi keanekaragaman hayati laut yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, pada tahun 1994 sudah meraup devisa dari industri bioteknologi kelautan sebesar 40 milyar dolar (Bank Dunia dan Cida,1995).

2. Sumber Daya Tidak Dapat Pulih

Sumberdaya alam lainnya yang terkadung dalam laut kita adalah terdapatnya berbagai jenis bahan mineral, minyak bumi dan gas. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah.

Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak, namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 milyar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 milyar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 milyar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 milyar barel terdapat di laut dalam.

Energi non konvensional adalah sumberdaya kelautan non hayati tetapi dapat diperbaharui juga memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keberadaan potensi ini di masa yang akan datang semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak) semakin menepis. Jenis energi ini yang berpeluang dikembangkan adalah ocean thermal energy conversion (OTEC), energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.

Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk mengembangkan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena salah satu syarat OTEC adalah adanya perbedaan suhu air (permukaan dengan lapisan dalam) minimal 20 ー C dan intensitas gelombang laut sangat kecil dibanding dengan wilayah perairan tropika lainnya. Dari berbagai sumber pengamatan oseanografis, telah berhasil dipetakan bagian perairan Indonesia yang potensial sebagai tempat pengembangan OTEC.

Hal ini terlihat dari banyak laut, teluk serta selat yang cukup dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC akan dikembangkan di pantai utara Pulau Bali. Sumber energi non konvensional dari laut lainnya, antara lain energi yang berasal dari perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal dari

(4)

gelombang. Kedua macam energi tersebut juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.

Kajian terhadap sumber energi ini seperti yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai Baron, Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan masukan yang penting dan pengalaman yang berguna dalam upaya Indonesia mempersiapkan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan energi non konvensional. Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi pasang surut di Indonesia paling tidak terdapat di dua lokasi, yaitu Bagan Siapi-Api dan Merauke, karena di kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6 meter.

3. Jasa-Jasa Lingkungan Kelautan

Dewasa ini pariwisata berbasis kelautan (wisata bahari) telah menjadi salah satu produk pariwisata yang menarik dunia internasional. Pembangunan kepariwisataan bahari pada hakekatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata bahari yang terdapat di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis.

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun 1997 mencapai 5.185.243., meningkat sebanyak 150.771 (2,99%) terhadap tahun 1996 yaitu sebanyak 5.034.472 wisman. Pada tahun 1998 sebanyak 4.606.416 atau mengalami penurunan sebesar 11,16% terhadap tahun 1997. Sedangkan perolehan devisa dari wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998 diperkirakan mencapai US$4.332,09 juta atau turun 18,6% dibanding tahun 1997 yang mencapai US$5.321,46 juta (Kamaluddin, 1999).

Untuk mewujudkan pemasukan devisa dari sektor pariwisata ini diperlukan strategi tepat dan langkah-langkah yang kreatif. Hal ini dilakukan melalui penganekaragaman produk wisata seperti ekowisata bahari dan sarana pariwisata. Produk wisata antara lain dimaksudkan menjadikan Indonesia sebagai daerah wisata bahari dunia, khususnya sebagai base/detinasi kapal pesiar (cruise ship) dan sea plane. Daya tarik wisata ini perlu dukungan sarana pariwisata seperti penginapan, sarana makan minum, dan tempat belanja.

Pengembangan ekowisata bahari dengan melibatkan masyarakat di sekitar lokasi wisata telah mulai dikembangkan di bidang akomodasi yaitu pondok-pondok wisata beserta kelompok masyarakat yang berada di sekitar hotel besar yang akan menyediakan berbagai produk untuk dimanfaatkan. Keterlibatan masyarakat juga perlu dikembangkan dalam bidang sarana transportsi rakyat terutama perahu-perahu tradiosinal. Agar keterlibatan masyarakat ini optimal, maka seyogyanya dilakukan pembinaan dan peningkatan kualitasnya, baik melalui penyuluhan maupun pelatihan.

(5)

Potensi jasa lingkungan kelautan lainnya yang masih memerlukan sentuhan pendayagunaan secara profesional agar potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal adalah jasa transportasi laut (perhubungan laut). Betapa tidak, sebagai negara bahari ternyata pangsa pasar angkutan laut baik antar pulau maupun antar negara masih dikuasai oleh armada niaga berbendera asing. Menurut catatan Dewan Kelautan Nasional, kemampuan daya angkut armada niaga nasional untuk muatan dalam negeri baru mencapai 54,5 persen, sedangkan untuk ekspor baru mencapai 4 persen, sisanya dikuasai oleh armada niaga asing.

Pemanfaatan Sumber Daya Laut

Laut juga termasuk yang banyak sekali memiliki berbagai sumber yang bisa digunakan atau dimanfaatkan bagi manusia yang diantaranya seperti:

1. Sebagai Sumber Mineral

 Garam untuk dapat digunakan untuk keperluan seperti bahan masakan.

 Karbonat diambil dari sebangsa lumut ( potash )

 Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang makanannya ikan bisa dimanfaatkan untuk pupuk.

 Sumber minyak dilepas pantai bisa ditemukan dilaut Jawa, Sumatera, Malaka. Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan.

2. Sebagai Sumber Daya Nabati

1. Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan dangkal bisa digunakan untuk bahan pembuatan agar-agar.

2. Tumbuhan laut untuk makanan ikan, yaitu plankton, nekton, phytoplankton dan benthos. Kehidupan didalam laut ternyata tidak banyak berbeda dengan keadaan didarat, dilaut juga terdapat makhluk hidup yang terdiri atas tumbuhan laut dan hewan laut.

Kehidupan Di Dalam Laut

Kehidupan laut dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Plankton

Plankton ialah gabungan dari jasad-jasad hewan dan tumbuhan bersel satu. Plankton tidak dapat bergerak sendiri, tetapi hidup dengan mengapung dipermukaan atau dekat permukaan air laut maka termasuk golongan pelagis pasif.

(6)

 Mikroplankton terdiri atas : radiolaria ( binatang ) dan diatome ( tumbuhan-tumbuhan ) yang memiliki rangka S102, Dan Foraminifera ( binatang ) yang memiliki rangka CaC03.

 Phytoplankton

Phytoplankton ialah plankton jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup pada kedalam tidak lebih dari 100 m, sehubungan dengan kebutuhan akan sinar matahari untuk proses fotosintesis.

2. Nekton

Nekton ialah gabungan dari binatang-binatang yang dapat berenang terutama binatang laut. Nekton termasuk golongan pelagis yang bergerak secara aktif. Contohnya : ikan, cumi-cumi, gurita dan lain-lain.

3. Benthos

Benthos ialah organisme laut yang hidupnya terikat didasar laut. Dari golongan ini ada yang hidup merangkak pada dasar laut. Contohnya : cacing laut, tiram, remis. Tetapi ada juga yang menempel pada dasar laut contohnya : rumpul laut, ganggang dan bunga karang.

Ancaman Terhadap Sumber Daya Laut

Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang akhir-akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian besar akibat ulah manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman, perikanan, dan pelabuhan, menyebabkan besarnya tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir semakin meningkat pula.

Terdapat 3 ancaman utama terhadap sumber daya laut, yaitu:

1. Sedimentasi dan pencemaran

Sedimentasi adalah proses penumpukan zat hara atau proses pelumpuran. Pencemaran adalah kondisi dimana suatu perairan atau tempat mendapatkan masukan zat yang berbahaya atau tidak dapat ditolerir oleh lingkungan tersebut dalam jumlah yang berlebih.

Sedimentasi dan pencemaran bisa terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk dan adanya kebutuhan akan lahan menyebabkan manusia mulai membuka lahan bahkan di daerah hulu

(7)

dan hilir sungai. Penebangan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai membuat lumpur dan kotoran tidak dapat tersaring baik. Pembukaan lahan untuk pertanian menyebabkan banyaknya zat hara atau limbah pertanian yang terbawa aliran sungai. Selain lumpur dan zat hara berlebih yang mengandung nitrogen dan fosfor (eutrofikasi), banyak juga sampah organik dan anorganik dari kegiatan rumah tangga yang dibuang ke laut dan jumlah sulit dikontrol.

Sumber pencemaran lainnya adalah kegiatan pertambangan. Pertambangan emas yang menggunakan air raksa dalam proses pengikatan bijih emas dapat menyebabkan pencemaran air raksa di perairan. Air raksa merupakan sumber pencemaran yang berbahaya, karena kandungannya terakumulasi dalam tubuh hewan yang mengkonsumsi atau memanfaatkan perairan yang tercemar air raksa. Limbah hasil tambang berupa lumpur, tanah, batuan yang mengandung sianida juga mengandung timah, nikel, kadmium, dan khrom. Jika limbah-limbah ini dibuang ke laut dalam jumlah besar, akanlah sangat berbahaya bagi ekosistem pesisir dan lautan

2. Degradasi Habitat

Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi degradasi habitat adalah proses penurunan kualitas habitat/tempat tinggal mahluk hidup tertentu. Erosi pantai merupakan kondisi dimana suatu habitat telah terdegradasi. Erosi pantai dapat dilihat dari penurunan garis pantai. Erosi pantai terjadi karena proses alami dan tidak alami. Proses alami terjadi karena adanya arus, angin, hujan, gelombang.

Proses tidak alami terjadi karena kegiatan manusia untuk membuka lahan hutan mangrove, dan penambangan terumbu karang untuk kepentingan kontruksi jalan dan bangunan. Kegiatan tersebut bisa menyebabkan degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove dan terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang dan badai telah rusak.

Degradasi terumbu karang terjadi karena kebutuhan manusia untuk mengeksploitasi sumber pangan yaitu ikan-ikan karang, sumber bahan bangunan, produk perdagangan yaitu ikan-ikan hias, anemon, dan soft coral, dan sebagai obyek wisata. Sumber protein hewani dapat diperoleh dari ikan. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, yaitu dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan (bom, potas, sianida). Masuknya zat kimia yang mengendap di permukaan terumbu karang bisa mengakibatkan pemutihan terumbu karang (Coral Bleaching).

(8)

Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan hutan mangrove, rusaknya terumbu karang, mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di daerah tersebut berkurang jenisnya dan lama kelamaan punah. Hilangnya jenis-jenis hewan atau tumbuhan dalam rantai makanan bisa menyebabkan adanya gangguan pada ekosistem.

Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan di wilayah pesisir diperkirakan dapat merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat menurunkan keanekaragaman hayati perairan.

Upaya untuk Melestarikan Sumber Daya Alam Laut

persoalan pencemaran lingkungan bukan hanya merupakan bagian pandangan hidup, tapi juga prilaku buruk kita yang destruktif yang telah menjadi bagian dari peradaban kita di masa sekarang ini.

Upaya melestarikan lingkungan laut Indonesia, Bagaimana mengatasinya? Masih adakah solusi terbaik? Untuk sejahtera, haruskah kita merusak alam? Kita berpendapat bahwa saat ini adalah kesempatan untuk mengangkat kesadaran tentang pentingnya lingkungan alam laut.

Daerah kita sementara mempersiapkan diri untuk WOC dan Manado menjadi daerah tujuan wisata. Untuk itu, saat ini adalah saat tepat untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan upaya pelestarian dan perlindungan lingungan alam laut sekaligus untuk mempersiapkan dua events tersebut:

Cagar alam laut

Barangkali perlu kita membuat peraturan bersama de-ngan masyarakat nelayan dan pesisir menyangkut cagar alam laut guna melindungi laut dan segala isinya, agar mereka berevolusi secara alamiah.

Suaka Alam laut

Barangkali pula perlu membuat peraturan bersama dengan masyarakat nelayan dan pesisir atau kepulauan untuk suaka alam laut agar semua yang dilindungi dalam wilayah cagar alam mendapatkan perlindungan dari wilayah suaka alam, yang menjaga ekosistem di wilayah pantai atau pulau tertentu.

(9)

Zona Ekonomi Eksklusif

Sumber daya alam di laut kini semakin menjadi rebutan antar bangsa dan negara, apa lagi di wilayah yang tidak jelas aturan hukumnya. Karena itu barangkali perlu dipertegas atau diproklamasikan secara mondial zona ekonomi eksklusif kita, agar daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga semakin jelas status yuridisnya dan dengan demikian terhindar dari masalah yang bisa muncul dari relasi dengan negara tertangga.

Pengembalian material dari pantai

Seperti aturan pengambilan pasir, kerikil, karang, kima, hu-tan bakau. Bukan hanya soal larangan tapi pemanfaatannya dan pelestariannya yang mem-butuhkan aturan dan kerjasa-ma serta kesadaran partisipatif masyarakat, agar tidak ter-jadi pengrusakan, abrasii dll. Suatu aturan hukum yang bisa memberdayakan masyarakat yang membutuhkan material-material tersebut untuk pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mereka sekaligus ada upaya pelestarian, pemeliharaan dan perlindungan. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi pengurasan sumber-sumber alam laut, yang terdapat di laut maupun di dasar laut serta di pantai laut.

Persoalan Di Laut ternyata bersumber juga di darat

Untuk melindungi lingkungan alam laut dibutuhkan upaya-upaya untuk mengatasi sedimentasi, sampah, tumpahan minyak, mengatasi erosi, serta eksplorasi dan eksploitasi daerah pesisir pantasi . Untuk itu perlu diimbau agar masyarakat semakin giatkan reboisasi atau reforestrasi di darat. Mencegah pengolahan lahan tidur secara serampang-an karena revitalisasi pertanian, yang makin menyebabkan erosi upaya menciptakan reboisasi, reforestrasi atau penghijauan, semuanya dimaksud untuk menciptakan ketahanan air, ketahanan pangan, sehingga tercipta daerah tahan longsor dan banjir.

Adanya Aquarium Samudra

Di mana memperlihatkan kekayaan ikan di perairan laut kita, termasuk ikan-ikan pur-ba yang langka serta Hutan Wisata, yang terdiri dari berbagai jenis pohon di daeerah tropis ini, termasuk semua tanaman atau tumbuhan yang menjadi makanan pokok daerah ini. Keduanya bisa menjadi tempat tujuan wisata pada saat WOC dan Manado Kota Pariwisata Dunia.

Akhirnya, bila kita kaji lebih jauh, maka benarlah bahwa persoalan lingkungan hidup, bukan hanya sekadar soal pencemaran, sampah dan upaya penanggulangannya secara teknis praktis. Tapi persoalan lingkungan adalah persoalan yang terkait erat dengan pandangan hidup, sikap dan prilaku manusia dalam hubungannya dengan alam. Kita berpendapat bahwa akar persoalan pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup alam laut, terdapat pada pandangan kita terhadap alam.

(10)

Bila pandangan kita benar dan baik, maka sikap, prilaku dan tindakan kita terhadap alam juga benar dan baik. Barangkali kita perlu meluruskan pandangan kita. Kita mestinya memandang lingkungan alam atau bumi ini adalah sahabat kita. Bahkan sebagai ibu yang menghidupi kita. Sebagaimana seorang anak harus sayang, hormat, akrab dengan ibunya, kita semestinya harus hormat, akrab, sayang kepada alam atau bumi yang disebut ibu pertiwi itu.

Demikian kita perlu kembali kepada solusi alam yang adalah ciptaan Tuhan, sahabat kita, bahkan ibu pertiwi kita. Tuhan menciptakannya untuk kita. Semuanya kita boleh ‘makan’, kecuali yang satu ini, yaitu kita tidak boleh ‘makan semuanya sampai habis’. Kita juga diciptakan bebas. Untuk itu kita harus memilih: ‘hidup kita di perut bumi, atau bumi di perut kita.

Contoh Sumber Daya Alam Laut

Berikut ini terdapat beberapa contoh sumber daya alam laut, terdiri atas:

1. Ikan

Yaitu: Ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang. Ikan mengandung banyak gizi antara lain omega 3. Laut Indonesia terdapat potensi pengembangan untuk (a) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu), budidaya moluska (kerang-kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, dan (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.

(11)

Yaitu: Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput laut sering dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik, pembuatan agar-agar, obat tradisional. Tumbuhan ini mempunyai banyak jenis yaitu: Eucheuma spinosum, Eucheuma muricatum, Eucheuma cottonii, Gracilaria spp., Gelidium spp., Sargassum spp.

3. Terumbu Karang

Yaitu: Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Jika ribuan koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang. Terumbu karang akan dapat tumbuh dengan baik pada suhu perairan laut antara 21O 0C – 29O 0C. Pada suhu lebih besar atau lebih kecil dari itu, pertumbuhan terumbu karang menjadi kurang baik. Karena Indonesia berada di daerah tropis dan suhu perairannya hangat, pantaslah jika terumbu karang banyak ditemukan di Indonesia. Manfaat terumbu karang adalah

(12)

 Manfaat ekonomi : sebagai sumber makanan, obat-obatan, dan objek wisata.

 Manfaat ekologis : mengurangi hempasan gelombang pantai yang dapat berakibat terjadinya abrasi.

 Manfaat sosial ekonomi : sebagai sumber perikanan yang dapat meningkatkan pendapatan para nelayan. Terumbu karang juga dapat menjadi daya tarik objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk sekitar dari kegiatan pariswisata.

4. Hutan Mangrove

Yaitu: Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada di daerah pasang surut air laut. Saat air pasang, hutan mangrove digenangi oleh air laut, sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut. Umumnya hutan mangrove berkembang baik pada pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna. Tumbuhan yang hidup di habitat hutan mangrove tahan terhadap garam yang terkandung di dalam air laut. Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis.

Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak. Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove adalah untuk melindungi pantai dari abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau bahan pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan pembuat kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang bernilai ekonomis, misalnya udang dan jenis ikan lainnya yang berkembang biak dengan baik di wilayah ini.

(13)

5. Minyak dan Gas Bumi

Yaitu: Minyak dan gas bumi diambil di bawah permukaan air laut. Pengeboran minyak dan gas bumi dapat membahayakan lingkungan laut karena minyak dan gas bumi jika tumpah ke laut dapat mencemari air laut dan dapat memaikan makhluk hidup yang hidup di laut.

(14)

Yaitu: Garam dapat larut dalam air, dan rasanya asin. Manfaat garam antara lain: untuk mandi, deodoran, pasta gigi, ubat kumur, pembersih hidung, dan perawatan luka.

7. Pasir Laut

Yaitu: Pasir laut adalah pasir yang terletak di sekitar pantai atau laut. Pasir laut mempunyai banyak manfaaat, antara lain: sebagai hiasan akuarium, sebagai bahan bangunan.

(15)

Yaitu: Indonesia memiliki potensi pariwisata yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang di seluruh Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di wilayah taman laut. Potensi kekayaan maritim yang dapat dikembangkan menjadi komoditi pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata bisnis, wisata pantai , wisata budaya , wisata pesiar, wisata alam, dan wisata olah raga.

Demikianlah pembahasan mengenai Contoh Sumber Daya Laut – Pengertian, Jenis, Pemanfaatan, Ancaman & Upaya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.

Referensi

Dokumen terkait

dari kepariwisataan, Kabupaten Klaten memiliki daya tarik wisata yang potensial yaitu. wisata alam, wisata budaya dan wisata

Judul Kertas Karya : PEMBANGUNAN PULAU MURSALA SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BAHARI DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.. Nama : YASER ARAFAT NIM

(2011), Model Revitalisasi Kawasan Kota Lama Ditinjau Dari Aspek Kepariwisataan Untuk Memacu Daya Tarik Wisata dan Menumbuhkembangkan Wisata Budaya – Sejarah:

Upaya yang bisa dilakukan dalam strategi pengembangan produk pariwisata di pantai Sipelot adalah mengembangkan objek-objek yang menjadi daya tarik wisata, meningkatkan

UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN

Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pekanbaru dalam upaya mengembangkan objek wisata adalah untuk meningkatkan daya tarik objek wisata danau Sri Bandar Khayangan,

UU no.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas, obyek dan daya tarik

Pembangunan kepariwisataan hakikatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek wisata yang terwujud yaitu dalam bentuk, keragaman flora dan fauna, kekayaan alam yang