UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN
DISUSUN
O L E H
NURUL SABRINA 112204060
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA
DI KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH
NURUL SABRINA 112204060
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata
Di Kabupaten Simalungun.
Oleh : NURUL SABRINA
NIM : 112204060
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr.Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,
ABSTRAK
Perkembangan pariwisata di Kabupaten Simalungun memiliki kawasan wisata yang sangat berpotensi. mulai dari alam, kebudayaan serta peninggalan pada zaman dahalu. Keunikan kawah putih Tinggi Raja sangat memiliki potensi yang luar biasa. Mulai dari sejarahnya, keunikan air kawahnya, serta lingkungan sekitarnya yang masih ditumbuhin pepohonan yang rindang. Kawasan kawah putih masih dibilang kawasan yang masih dilindungi karena merupakan kawasan cagar alam yang segala macam tanaman dan alamnya masih dalam pengawasan. Kini kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja menjadi wisata yang populer dikalangan masyarakat maupun mancanegara. Dengan bertambahnya kawasan wisata di Kabupaten Simalungun akan menjadikan Kabupaten Simalungun menjadi “Surganya Wisata”.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Kertas
karya ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah
“Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Simalungun”.
Penulis menyusun kertas karya ini untuk memberikan informasi yang penulis
paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar pembaca mendapatkan informasi
yang jelas dan semoga kertas karya ini bermanfaat memberikan sedikit pengetahuan bagi
pembaca.
Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas
Ilmu Budaya Sumatera Utara.
3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., MSP, selaku dosen Koordinator Praktek Bidang
Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas
4. Bapak Mukhtar, S.E., S.Sos., S. Par, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan
kertas karya ini.
5. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum., selaku dosen pembaca yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.
6. Seluruh staff / dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Teristimewah kepada orang tua tercinta, ayahanda Edyanto, dan Almarhumah Ibunda
Triyanti atas segala yang telah diberikan selama ini, kasih sayang yang tak pernah
henti, perhatian, dan pengorbanan yang diberikan buat anak mu ini. Tiada harga yang
berharga didunia ini selain ayah dan bunda.
8. Khusus buat Bude tercinta Arwina De Weijer selaku penganti mama, yang telah
terima kasih atas segala yang telah bude berikan kepada penulis, kasih sayang,
perhatian, pengorbanan serta motivasi yang sangat mendukung penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
9. Kakak penulis yang tercinta Siti Wulandari. S.Psi, yang telah banyak membantu
penulis, suka dan duka kita jalani bersama, telah menjadi teman serta mama. Serta
adik-adik penulis Awi, Andeen, Revan, Ami, Airin, Arno, semoga kalian bisa menjadi
seperti kakak ya adik-adik kakak, sayang kalian.
10. Buat Pakde Drs. Ridwan Azhar, M.Hum., dan Bude Suliyati beserta keluarga, yang
telah banyak membantu penulis, menjaga serta memberikan perhatian yang lebih
11. Buat kekasih hati Solehuddin, yang selama ini memberi dukungan, kasih sayang,
semangat, perhatihan , waktu, dan semua yang kamu berikan buat penulis sangat
berarti.
12. Buat semua sepupu kak Kiki, Debi, Putri, Tiara, Dila, Adit yang telah menemani
hari-hari ku, rajin-rajin kalian sekolah ya.. Bang Prindo terima kasih atas bantuan yang
telah abang berikan.
13. Buat seluruh keluarga besar, terima kasih buat semangat dan perhatiannya, serta
nasehat-nasehat yang telah kalian berikan.
14. Buat teman-teman UW’11, begitu banyak kenangan yang kita lewati, sedih, senang,
semua kita lewati. Terima kasih buat kenangan itu.
15. Buat teman-teman Perhotelan’11, terima kasih buat kenangan yang pernah dilewati.
16. Buat Nisa, Fida, Siska, Ririn, Maria, Cidha, Dame akhirnya kita bisa melewati semua
ini. Dan buat kita sukses selalu.
17. Buat teman sahabat penulis SMA, Murni, Dara, Marlia, Siti, Indah, Budi, Erwin,
Balak, Hari, Salindo, Fadli akhirnya teman mu ini wisuda juga hehe.. dikalahin sama
Indah.
18. Buat keluarga besar PT. Angkasa Gapura, kak Aulia, kak Sem, bang Fajar, Tuah,
Buk lena, dan yang lainnya terima kasih telah menerima kami dengan baik.
19. Buat keluarga besar PT. Anna Rajawali Tour & Travel , Ibu, Bapak, kak Tiara, kak
Kertas karya ini masih belum sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan kertas karya
ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Alhamdulillahirabil’alamin.
Medan, Oktober 2014
Penulis,
Nurul Sabrina
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2Batasan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Metode Penelitian ... 7
1.5Sistematika Penulisan ... 7
BAB IIURAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata ... 10
2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata ... 13
2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata ... 15
2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 15
2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata ... 16
2.5 Prasarana dan Saran Pariwisata... 25
2.6 Cagar Alam... 27
2.7 Sapta Pesona Wisata... 28
BAB III GAMBARAN UMUM TINGGI RAJA 3.1 Letak dan Luas Daerah... 31
3.2Peruntukkan dan Manfaat Lahan... 33
3.3 Kondisi Sosial Ekonomi... 34
3.4 Keadaan Sosial Budaya... 34
3.5 Sarana dan Prasarana... 35
3.6 Visi dan Misi... 30
3.6.1 Visi Desa Dolok Marawa... 36
3.6.2 Misi Desa Dolok Merawa... 36
3.7 Tujuan dan Sasaran... 37
3.7.1 Tujuan... 37
3.7.2 Sasaran... 38
BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN 4.1 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja ... 39
4.3 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja Menjadi Tujuan Wisata ... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan... ... 45
5.2 Saran... ... 46
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Masalah dan Potensi Desa Dolok Marawa... 32
Tabel 3.2 Pertuntukkan dan Manfaat Lahan... 33
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Desa...35
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 Simpang pos polisi menujuh Tinggi Raja... 50
Gambar 2 Tinggi Raja Desa Dolok Marawa... 50
Gambar 3 Objek wisata Kawah Putih... 51
Gambar 4 Sebagai kawasan yang dilindungi... 51
Gambar 5 Kawah Putih Tinggi Raja... 52
Gambar 6 Pemandangan Kawah Biru... 52
Gambar 7 Kawah Hijau paska kebakaran... 53
Gambar 8 Semburan air panas... 53
Gambar 9 Pemandangan stalaktit (endapan kapur yang menggantung... 54
Gambar 10 Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak... 54
Gambar 11 Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak... 55
Gambar 12 Lapangan parkir dan pondok yang tersedia... 55
Gambar 13 Kondisi jalan... 56
ABSTRAK
Perkembangan pariwisata di Kabupaten Simalungun memiliki kawasan wisata yang sangat berpotensi. mulai dari alam, kebudayaan serta peninggalan pada zaman dahalu. Keunikan kawah putih Tinggi Raja sangat memiliki potensi yang luar biasa. Mulai dari sejarahnya, keunikan air kawahnya, serta lingkungan sekitarnya yang masih ditumbuhin pepohonan yang rindang. Kawasan kawah putih masih dibilang kawasan yang masih dilindungi karena merupakan kawasan cagar alam yang segala macam tanaman dan alamnya masih dalam pengawasan. Kini kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja menjadi wisata yang populer dikalangan masyarakat maupun mancanegara. Dengan bertambahnya kawasan wisata di Kabupaten Simalungun akan menjadikan Kabupaten Simalungun menjadi “Surganya Wisata”.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya. Potensi kekayaan alamnya sangat
luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Sumber daya alam mulai dari
kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya sangat berpotensi untuk pengembangan
pariwisata dengan wisata alam dan budaya yang ada. Kekayaan alam dan budaya merupakan
komponen penting dalam pariwisata di Indonesia sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan negara.
Adapun definisi pariwisata menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi
wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan
definisi wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang
dikunjunginya dalam jangka waktu sementara (hukum.unsrat.ac.id).
Senada dengan ini, kegiatan pariwisata juga dapat dikatakan kegiatan lintas sektoral,
sehingga dalam pengembangannya akan melibatkan sektor lain seperti pertanian,
perhubungan, perdagangan dan jasa, industri dan lain-lain.
Pengembangan sektor pariwisata akan memberikan pengaruh pada perkembangan
sektor-sektor lain dan akan memberikan pengaruh pada pengembangan kondisi
perekonomian masyarakat. Menurut salah satu ahli, yaitu Alikodra (1994), kegiatan wisata
masyarakat sekitar kawasan wisata. Masyarakat biasanya memanfaatkan kegiatan wisata
tersebut untuk mencari nafkah seperti berdagang (repository.usu.ac.id oleh ZH. Nasution
2012).
Sejalan dengan itu, sektor pengembangan pariwisata juga dilakukan di provinsi
Sumatera Utara tepatnya yang beribukotakan Medan. Di provinsi Sumatera Utara mempunyai
beberapa wisata alam dengan daya tarik berupa fenomena alam. Wisata alam sendiri
merupakan objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan alam dan tata
lingkungannya seperti cagar alam Bukit Kapur atau Kawah Putih Tinggi Raja. Cagar alam ini
harus dikembangkan karena fenomena alam yang ada tidak terdapat di semua tempat,
sehingga cagar alam ini memberi suatu pesona alam yang luar biasa.
Cagar alam Tinggi Raja terletak di Desa Dolok Marawa Kecamatan Silou Kahean,
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Untuk mencapai ke lokasi itu ada dua alternatif darat
yaitu, ditempuh dengan jarak 110 km atau waktu tempuh 3 jam perjalanan dari Medan dan
jarak tempuh 121 km dari Pematang Siantar. Cagar alam ini secara keseluruhan memiliki luas
sekitar 202 hektar dan merupakan kawasan wisata alam yang terkenal dengan keasrian alam
dan keunikan pemandian air panasnya. Semburan air panas dari perut bumi membentuk
kawah kecil di hamparan batu kapur, terus mengalir menuju sungai Bah Balakbak. Lokasi
semburan air panas itu berpindah-pindah. Uniknya terdapat juga danau kecil yang terbentuk
dari kawah air panas berwarna putih, biru kehijau-hijauan akibat pantulan cahaya dari langit.
Ada beberapa pendapat mengatakan, jika kita mandi atau berendam di danau ini,
maka yang namanya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kurap dan lain-lain, akan segera
hilang dikarenakan air panasnya yang mengandung zat belerang. Bukit Kapur Tinggi Raja
adalah sebuah bukit kapur yang sangat putih seperti salju. Dan di bagian bawah bukit kapur
Stalaktit (endapan kapur yang menggantung). Potensi sumber air panas yang berasal dari
endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang
sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukit, dengan luas mencapai 35 hektar.
Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk
mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku. Fenomena alam yang cukup unik akibat
adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan
kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini
menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil.
Selain itu, cagar alam ini mempunyai cerita legenda asal mula terjadinya kawah putih
tinggi raja. Berikut kutipan wawancara.
“dahulu Tinggi Raja itu adalah sebuah kampung tepatnya kampung marga Sitopu. Ada empat
marga itu, Purba, Saragih, Sitopu dan Damanik. Tiba musim panen semua masyarakat yang
ada dikampung sama rajanya itu pergi ke ladang. Disana mereka membuat pesta motong
kambing. Tinggal lah mamaknya raja dan putri nya dirumah itu dijaga pengawal atau
pembantu-pembantunya tinggal tidak ikut pergi. Tiba pesta disuruhlah para pengawal raja
mengantar makanan kerumah untuk mamaknya dan putri nya. Tiba ditengah jalan dimakan
pengawalnya makanan itu yang tersisa tulang-tulangnya dan ampas kelapa. Ketika para
pelayan tiba mamak raja sangat senang menyambut para pelayan sambil membuka
bungkusan. Sayangnya saat dibuka isi bungkusan ternyata tinggal tulang-tulang (holi-holi).
Sang mamak merasa terpukul dengan perlakuan sang Raja. Mamak raja pun marah.
Diambilalah semua peralatan dapur, dandang, panci, kuali ditangkaplah kucing satu lalu
dibuatlah peralatan dapur itu sebagai gendang seperti acara pesta. Sambil menari-nari
mamaknya berkata manong-nong tinggi raja (tenggelam lah tinggi raja). Mamaknya raja
mengatakan itu karena merasa terhina atas perbuatan anaknya. Akhirnya keluarlah dari tanah
air mendidih yang lama kelamaan akan menenggelamkan kampung tersebut. Hingga pada
“selain itu ada bunga dengan empat warna berbeda. Sekarang bunga itu masih ada tetapi sulit
untuk ditemui. Cerita bunga itu, bunga itu adalah jelmaan. Dan ada ritualnya kalau mau
melihat bunga itu, yaitu dengan membawa ayam dan meminta dengan hati yang tulus maka
bunga itu akan muncul. Warna bunga tersebut merah, kuning, putih dan ungu. Arti dari
warna bunga itu adalah merah sebagai boru Purba, putih boru saragih, kuning boru Damanik,
dan ungu boru Sitopu “ (wawancara personal, 1 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara informal di atas, dapat diketahui bahwa ada cerita
legenda terjadinya kawah putih tersebut. Cerita tersebut tentang suku Simalungun
diperkampungan itu. Didasarkan adanya cerita tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
cagar alam kawah putih.
Cagar alam kawah putih ini adalah kawah putih yang asal usulnya dari budaya
Simalungun yang ada di Sumatera Utara. Maka dari itu cagar alam ini harus dikembangkan
menjadi objek wisata yang memiliki keindahan yang khas sehingga harus adanya perbaikan
jalan menuju objek wisata itu, dan melakukan pengawasan dan perawatan terhadap objek
wisata itu sendiri agar terlestarikan keindahannya dan menjadi daya tarik para wisatawan
mancanegara.
Berdasarkan hal itu dan data dari wawancara tersebut, maka penulis tertarik untuk
membuat kertas karya tentang “Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Simalungun”.
1.2 Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya pengembangan kawah putih menjadi objek wisata di Tinggi Raja?
2. Bagaimana objek wisata kawah putih menjadi tujuan wisata di Tinggi Raja?
3. Bagaimana upaya dalam pengembangan objek wisata Tinggi Raja menjadi salah satu
1.3 Tujuan Penelitian
Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan kawah putih menjadi objek
wisata di Tinggi Raja
2. Untuk mengetahui bagaimana objek wisata kawah putih menjadi tujuan wisata di
Tinggi Raja.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam pengembangan objek wisata Tinggi Raja
menjadi salah satu tujuan wisata?
4.
1.4 Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini, penulis
menggunakan dua metode penelitian yaitu:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data secara teoritis yang diperoleh dari pustaka berupa buku-buku
ilmiah, majalah dan internet yang ada hubungannya dengan pembahasan judul kertas
karya ini.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian langsung di
lapangan dengan mewawancarai orang yang terkait di lingkungan sekitar dan
1.5 Sistematika Penulisan
Kertas karya ini terdiri dari lima bab, yang setiap bab mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan
Berisikan uraian teoritis tentang kepariwisataan yang meliputi pengertian
pengembangan pariwisata, pengertian pengembangan objek wisata, tujuan
dan asas pengembangan objek wisata, pengertian objek dan daya tarik wisata,
sarana dan prasarana pariwisata, cagar alam dan sapta pesona wisata.
Bab III : Gambaran Umum Tinggi Raja
Bab ini menguraikan tentang kondisi geografis desa, letak dan luas daerah,
peruntukkan dan manfaat lahan, kondisi sosial budaya, sarana dan prasarana,
visi dan misi desa, tujuan dan sasaran.
Bab IV : Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Simalungun
Bab ini menguraikan, upaya Kawah Putih Tinggi Raja sebagai objek wisata,
upaya objek wisata Tinggi Raja, upaya Kawah Putih Tinggi Raja menjadi
Bab V : Penutup
Bab ini berisikan tentang simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa
(2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama, pengembangan adalah hal, cara atau hasil
mengembangkan. Kedua, pengembangan adalah proses atau cara, perbuatan mengembangkan
ke sasaran yang dikehendaki. Ditambahkan oleh Darminta (2002 : 474) pengembangan
adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan
berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan
pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah
baik menjadi lebih baik.
Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan sebagai usaha
untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan
pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:
1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.
2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan
wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.
3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial,
dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan
perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
adalah suatu proses atau cara yang terjadi secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu
objek tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat
secara keseluruhan.
Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka
diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak
negatif dari pengembangan pariwisata.
Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:
1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata merupakan
industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau
peralatan.
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara wajar
cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa
yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar
pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk
menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata
1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian
terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability),
khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.
2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek
pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang
impor, biaya promosi keluar negri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai
akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.
3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar mempunyai
kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar
perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata
Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan
untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia
sehingga menimbulkan perasaan senang, dengan demikian akan menarik wisatawan untuk
berkunjung.
Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik,
diantaranya adalah:
1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari.
2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya.
3. Tersedianya fasilitas wisata.
4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana
pendukung lainnya.
Pengembangan objek wisata pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:
1. Pembinaan produk wisata
Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk
pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel
serta pelayanan di objek wisata.
Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan
dan latihan, pengaturan dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar
tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan
pelayanan.
2. Pembinaan masyarakat wisata
Adapun tujuan pembinaan masyarakat wisata adalah sebagai berikut:
a. Menggalakkan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat yang langsung maupun
tidak langsung yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata.
b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata.
c. Pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,
3. Pemasaran terpadu
Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip-prinsip paduan pemasaran terpadu
yang meliputi:
a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan
restoran yang harus ditumbuhkembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk
b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang
melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator.
c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat
memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik.
d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik
sehingga produk wisata akan baik pula.
2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata
Tujuan pengembangan dari objek wisata ini adalah:
1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
2. Meningkatkan pengembangan objek wisata
3. Memberikan nilai rekreasi
4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
5. Meningkatkan keuntungan
Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu:
a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:
Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pengangguran
Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah
Meningkatkan popularitas daerah
b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata
Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut
Meningkatkan gaji pegawai pengelolah objek wisata
Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata
Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi
daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang dikelolah.
Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata.
Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam
pengembangan suatu objek wisata (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).
2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata
Pengembangan objek wisata didasarkan atas sebagai berikut:
1. Asas Pelestarian
Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak
dikembangkan dan diarahkan
bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta
kebugaran udara di daerah objek wisata tersebut.
2. Asas Manfaat
Penyelengaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat
dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun
2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan,
yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau
tempat tertentu.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial
dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan
tertentu.
Dalam Undang- undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa
objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan
alam, flora, dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.
Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah di bagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Objek Wisata Alam
Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya
tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.
Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu:
b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem
hutan bakau.
c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.
d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha
perikanan.
2. Objek Wisata Sosial Budaya
Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan
daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni
pertunjukkan, dan kerajinan.
3. Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di
Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi
khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.
Contohnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata,
dan lain-lain.
Suatu daerah untuk menjadi Daerah Tujuan Wisata yang baik harus dikembangkan
tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:
a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa
dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek
tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa
melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks
berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama
makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah
untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya
adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut sehingga bisa
d. dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985:164).
Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur penting untuk daerah tujuan wisata dan
pihak lain harus dipikirkan bagaimana produk yang telah disiap dipasarkan dapat dibeli oleh
wisatawan, karena itu perlu adanya persiapan:
1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, voucher,
traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.
2. Kenderaan yang akan membawanya ke daerah tujuan.
3. Akomodasi, seperti hotel, mess, dan lain-lain
4. Bar dan restoran
5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti
Kantor Pos, Kantor Telpon, Bank, Money Canger, dan lain-lain sarana yang berkaitan
Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan
bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,
sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.
6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara–upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan
tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari
peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa
berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung PSDS
tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).
1. Atraksi (attraction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat,
dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian
rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Yoeti (1997:172) tourism
disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu
a. Benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural
Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:
- Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.
- Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air
terjun, dan gunung api.
- Hutan belukar. ·Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah
perburuan.
- Pusat- pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan
mandi lumpur. Di mana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan
macam-macam penyakit.
b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam
empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical
(sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).
c. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)
d. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan.
e. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan
lain-lain.
f. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.
2. Aksesibilitas (accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena
melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah
transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya
dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang
berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal,
stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat
dengan tempat yang lain.
Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu
sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.
3. Fasilitas (amenities)
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena
pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan.
Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan
untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata
adalah sebagai berikut :
a. Akomodasi Hotel
b. Restoran
c. Air Bersih
d. Komunikasi
e. Hiburan
2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata
Sarana kepariwisataan menurut Yoeti (1994 : 184) adalah perusahaan-perusahaan
yang memberikan pelayanan kepariwisataan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.
Sarana kepariwisataan tersebut adalah:
a. Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow dan lai-lain
b. Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang
melayani khusus pariwisata saja.
c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek
wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek
wisata tersebut.
d. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek wisata tersebut yang mendapat
penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut
e. Dan lain-lain (Yoeti, 1985, p.185-186)
Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk
memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.
Prasarana tersebut antara lain:
a. Perhubungan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut termial
c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, warnet
dan lain-lain.
d. Pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam, penjaga objek wisata, maupun pos-pos
polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.
f. Pelayanan wistawan, baik itu berupa pust informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g. Pom bensin
h. Dan lain-lain
Dalam pengembangan sebuah objek wisata, sarana dan prasarana tersebut harus
dilaksanakan sebaik mungkin karena apabilasuatu objek wisata dapat membuat wisatawan
untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak
pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas
di sekitar objek wisata
2.6 Cagar Alam
Cagar alam adalah suatu suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagai bagian dari kawasan
konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat
komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi
lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan
Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990:
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas
kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lainnya tidak asli).
2. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahum dan denda paling banyak Rp. 200.000.000
3. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap ketentuan dipidana
dengan dipidana kurungan paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000.
2.7 Sapta Pesona Wisata
Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.
Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh
keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh
kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia
Berikut tujuh unsur Sapta Pesona Indonesia tersebut:
1. Keamanan
Bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat
menikmati kunjungannya.
2. Ketertiban
Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
3. Kebersihan
Menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran, sampah, limbah maupun
penyakit dan pencemaran.
4. Kesejukan
Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan,
sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.
5. Keindahan
Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang
mendalam bagi wisatawan,
sehingga mendorong promosi ke kalangan pasar yang lebih luas dan potensi
kunjungan ulang.
6. Keramah-tamahan
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah
sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi
yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.
7. Kenangan
Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman
perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak
Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu kebijakan serta peran dari
masyarakat untuk bersama-sama menciptakan hidup bersih, sehingga dapat memberi kesan
yang baik bagi wisatawan yang mengunjungi. Serta sapta pesona sangat penting untuk
mengembangan objek wisata.
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA TINGGI RAJA
3.1 Letak dan Luas Desa
Desa Dolok Marawa terbentuk dari 6 (enam) Dusun, memiliki luas 811, 5 Ha, dengan
perincian sebagai berikut:
1. Dusun Dolok Marawa I : 164 Ha
2. Dusun Dolok Marawa II : 154 Ha
3. Dusun Bahoan I : 97 Ha
4. Dusun Bahoan II : 111 Ha
5. Dusun Buttu Siattar : 200,5 Ha
6. Dusun Nagori Kasian : 81 Ha
Desa Dolok Marawa termasuk kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun.
Berjarak 8 Km Barat dari kantor Camat Silou Kahean, dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kehutanan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dolok Saribu Bangun
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nagori Dolok
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kehutanan.
Desa Dolok Marawa berada pada ketinggian antara 400 m - 600 m di atas permukaan
Cuaca yang terjadi setiap tahunnya yang muncul pada waktu- waktu tertentu terjadi
pada, musim pancaroba terjadi di bulan Maret, April, Mei. Musim kemarau terjadi pada bulan
Juni, Juli, Agustus, September. Musim hujan terjadi bulam Oktober, November, Desember,
Januari, dan Februari.
Masalah yang terjadi pada saat musim-musim di atas sebagai berikut:
Table 3.1
No MASALAH POTENSI
1. Pada musim kemarau:
a. Lahan Kekeringan
b. Pertumbuhan tanaman terganggu
c. Jalan Berdebu
- Ada saran air minum
(Gravitasi)
2. Pada musim pancaroba banyak warga terserang
penyakit
- Puskesmas Pembantu
- Bides (Bidan Desa)
3. Pada Musim Hujan
a. Jalan Berlumpur dan longsor
b. Air meluap dari parit pasangan
Sumber: Pangulu Dolok Marawa
3.2Peruntukkan dan Manfaat Lahan
Sebagaian besar lahan yang ada di Desa Dolok Marawa dimanfaatkan penduduk
untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan Desa Dolok
[image:40.595.67.479.247.547.2]Table 3.2
No Peruntukkan Lahan Luas Presentase
1. Persawahan (tersier) 35 Ha 4,31 %
2. Tegalan / Perladangan 507,5819 Ha 62,55 %
3. Hutan Lindung 167 Ha 20,57 %
4. Perumahan / Pemukiman 13 Ha 1, 67 %
5. Kolam / Perikanan 10, 5 Ha 1,29 %
6. Perkantoran / Sarana Sosial
A. Kantor Kepala Desa B. Puskesmas Pembantu C. 3 unit Gereja
D. 2 Unit Sekolah Dasar E. 1 Unit Musholla F. Jalan Umum G. Pertapakan GMI H. Pertapakan Paud
I. SAM ( Sarana air minum) J. 3 lokasi tanah wakaf
0,018 Ha 0,04 Ha 0,27 Ha 1,5 Ha 0,13 Ha 72 Ha 0,036 Ha 0,018 Ha 0,0061 Ha 4,5 Ha 0,002 % 0,004 % 0,033 %
0, 18 %
0,003 % 8,9 % 0,004 % 0,002 % 0,0007 % 0,5513 %
Total 811, 5 Ha 100 %
3.3 Kondisi Sosial Ekonomi
Desa Dolok Marawa merupakan Desa pertanian, maka hasil ekonomi warga dan mata
pencaharian Desa Dolo Marawa secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara Rumah
Tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang, dan kaya. Hal ini disebabkan, karena
mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor
dan sawit dan sebagian kecil di sektor formal seperti PNS, Honorer, guru, tenaga medis, dan
lain-lain.
3.4 Keadaan Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat Desa Dolok Marawa sangat kental dengan tradisi,
upacara-upacara adat yang berhubungan dnegan siklus hidup manusia (lahir–dewasa/berumah tangga
– mati). Kegotong-royongan masyarakat masih kuat, kebiasaan menjenguk orang sakit
(tetangga/sanak family) masih dilakukan masyarakat.
Sehingga tradisi- tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan
lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Dolok Marawa dan hal
tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan- benturan antar kelompok
masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah adanya
puskesmas pembantu. Keberadaan balita kurang gizi mulai berkurang selaras dengan baiknya
perekonomian rakyat.
3.5Saran dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Dolok Marawa secara garis besar adalah
[image:42.595.67.479.577.768.2]sebagai berikut:
Table 3.3 SARANA/
PRASARANA JUMLAH/ VOLUME KETERANGAN
Jalan Desa 12 Km Diaspal/ berlobang
Jalan Dusun 1, 8 Km Pengerasan
Jembatan 5 Unit Rusak Parah
Kantor Kepala Desa 1 Unit Layak Guna
Puskesmas Pembantu 1 Unit Butuh Rahab
TK/ PAUD 1 Unit Menompang Ruangan
Musholla 1 Unit Darurat
Gereja 3 Unit Layak
Sumber: Pangulu Dolok Marawa
Jaringan listrik dan PLN sudah tersedia do Desa Dolok Marawa, sehingga hampir
seluruh masyarakat menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan.
Bebearapa rumah tangga menggunakan PAM (perusahaan air minum) untuk kebutuhan
sehari-harinya. Sehingga masalah air bersih di Desa Dolok Marawa tidak ada masalah.
3.6 Visi dan Misi Desa 3.6.1 Visi Desa Dolok Marawa
Visi pembangunan desa Dolok Marawa, tersebut mengandung makna bahwa
pemerintah desa bersama masyarakat berkeinginan 5 (lima) tahun kedepan kehidupannya
lebih sejahtera dan baik secara lahir maupun batin.
Desa Dolok Marawa mempunyai visi “BAJAI”
BA adalah Bangun, JAI adalah Jalan, I adalah Kami. Visi Desa Dolok Marawa ialah “Bangun
Jalan Kami”.
3.6.2 Misi Desa Dolok Marawa
Bangun :
- Melihat, berbuat/ bergerak mencegah segala potensi yang ada.
- Meningkat kan pembangunan
Jalan :
- Tempat berjalan nya sarana informasi
- Menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat desa Dolok Marawa.
Kami:
- Melestarikan kebersamaan dan gotong royong
- Mengajak masyarakat desa untuk ikut serta dalam hal pembangunan desa.
3.7 Tujuan dan Sasaran 3.7.1 Tujuan
Dalam hal ini tujuan merupakan penjabaran merupakan pernyataan misi Pemerintahan
desa bersama masyarakat. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 5 tahun. Oleh karena itu, tujuan yang akam dirumuskan perlu memperhatikan
[image:44.595.68.479.493.740.2]misi pembangunan desa.
Table 3.4
No Misi Tujuan
1. Membangun tata Pemerintahan Desa yang baik dengan bersendikan pada prinsip keterbukaan, tanggung jawab, saling percaya, dan partisipasi masyarakat.
1. Mewujudkan
penyelengaraan Pemerintahan Desa dan Pelayanan kepada masyarakat secara berkualitas dan terpecaya.
2. Mewujudkan pola
kemitraan dan kebersamaan antara Pemerintahan Desa, Badan Perwakilan Desa, dan warga masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas hidup menuju kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan dan berkeadilan
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terutama di bidang pendidikan/ keterampilan, kesehatan, dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
3. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, terutama di sektor pertanian dan perkebunan
Meningkatkan dan memperluas sumber-sumber perekonomian rakyat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan.
Sumber: Pangulu Dolok Marawa
3.7.2 Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuai yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh Pemerintah Desa dalam rangka jangka waktu 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan,
atau hanya dalam waktu 1 (satu) tahun.
Sasaran meletakkan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau kinerja
pemerintah desa. Keberadaan sasaran menjamin keberhasilan pelaksanaan keseluruhan
BAB IV
UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN
4.1 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja
Dalam upaya pengembangan kawah putih Tinggi Raja masih didalam tahap proses.
Dimana kawah putih Tinggi Raja saat ini merupakan kawasan cagar alam. Yang artinya
masih dilindungi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara melalui Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (KSDA) dan merupakan suaka margasatwa. Sehingga pihak Kecamatan maupun pihak Kabupaten tidak bisa menyentuhnya untuk dikelolah, dikerjakan, dan diolah
menjadi kawasan wisata. Selain itu, melalui kepala desa Dolok Marawa sudah diusulkan
bahwasannya meminta adanya pembebasan seluas lebih kurang 67 hektar dari luas sebesar
202 hektar. Semua usulan itu sudah disetujui oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
dan sudah sampai di Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang berada di Jakarta.
Dengan tercapainya tujuan untuk pembebasan lahan kurang lebih 67 hektar, pihak Kecamatan
dan Kabupaten Simalungun akan memperbaiki semua sarana dan prasarana yang ada.
Mulai dari kondisi jalan yang rusak, jalan kepemandian yang curam akan disemen,
akan dibuat kamar mandi, kamar ganti dan sebagainya. Untuk saat ini yang berperan untuk
pengembangan kawah putih Tinggi Raja adalah masyarakat setempat. Masyarakat setempat
bersama-sama bergotong royong untuk membangun semua fasilitas yang ada di kawah putih
Tinggi Raja yang 2(dua) tahun belakangan ini ramai dikunjungi. Fasilitas seadanya yang
wisatawan asing. Puncak kepadatan yang mengunjungi kawah putih Tinggi Raja pada hari
Sabtu dan Minggu, serta hari besar lainnya, seperti Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul
Adha.
Fasilitas yang dibuat masyarakat setempat seperti tempat parkir, pemandu wisata,
kamar ganti, kamar mandi, tempat berjualan, jembatan serta pondok-pondok untuk foto dan
pondok untuk beristirahat. Apabila ada wisatawan yang datang dari negara lain, seperti
Jepang, Francis, China, dan Belgia biasanya disambut oleh pemandu yang ada di sekitar
objek wisata. Meskipun turis tersebut membawa Guide (pemandu wisata) sendiri, mereka
harus memakai jasa pemandu wisata lokal. Karena pemandu wisata lokal lebih mengenal
seluk beluknya kawah putih tersebut. untuk membayar jasa pemandu wisata lokal tergantung
kita masing-masing memberikannya.
Dalam upaya kawah putih Tinggi Raja menjadi objek wisata yang kini berkembang
pesat, tidak lepas dari campur tangan TNI yang rela memperbaiki jalan dan jembatan
sehingga kini kawah putih Tinggi Raja terkenal, dan masyarakat juga sangat berperan
penting dalam upaya ini.
4.2Upaya Objek Wisata Kawah Putih Tinggi Raja
Dalam dunia pariwisata faktor penunjang untuk menjadikan suatu objek menjadi
suatu kawasan wisata adalah sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek tersebut. Sarana
dan prasarana dalam suatu objek wisata sangat mendukung untuk menjadikan kawasan itu
menjadi objek yang diminati para wisatawan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu
fasilitas pendukung agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka
memberikan pelayanan kepada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka
ragam. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung akan menambah nilai
Sarana dan prasarana menujuh kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja masih
perlunya perbaikkan yang layak. Sarana dan prasarana di kawah putih Tinggi Raja baru 2
(dua) tahun belakangan ini berkembang karena karya bakti Tentara dan masyarakat yang
bergotong-royong membangun kawasan wisata alam ini.
Sarana yang ada di sekitar objek hanya lah pondok-pondok sederhana serta Prasarana,
seperti infrastruktur atau akses jalan menujuh kawah putih Tinggi Raja masih dikategorikan
masih terjal. Apabila terjadi hujan akan terjadinya longsor karena didaerah tersebut masih
alami dan masih banyak pepohonan serta kondisi tanah yang rawan akan longsor.
Bahkan bahaya untuk dilewati kendaraan roda empat. Sarana dan prasaran yang ada
disekitar kawah putih masih seadanya. Karena kawah putih Tinggi Raja belum menjadi
kawasan wisata dan belum bisa dikelolah. Karena kawah putih Tinggi Raja masih menjadi
kawasan yang dilindungi keberadaannya. Sarana dan prasarana yang ada di Kawah Putih
Tinggi Raja seperti: tempat parkir, kamar ganti, kamar mandi, pemandu wisata, tempat
berjualan, serta pondok-pondok disekitar kawah putih hanya inisiatif masyarakat setempat
untuk membuat sarana tersebut.
Biaya dari semua fasilitas cukup murah. Pengunjung akan dikenakan biaya kontribusi,
biaya nya Rp.1000 perorangan, tempat parkir Rp.5000, kamar ganti dan kamar mandi
Rp.2000, pondok keluarga Rp.10.000 sampai Rp.20.000, dan pondok untuk berfoto serta
akses jembatan hanya membayar Rp.1000 perorang. Karena masih didalam kawasan yang
Apabila sewaktu-waktu warung masyarakat diangkut, pihak masyarakat tidak bisa
berbuat apa-apa, dan sudah dilarang Dinas Pariwisata dan Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA).
4.3 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja Menjadi Tujuan Wisata
Upaya perkembangan yang terjadi 2 (dua) tahun belakangan ini, pihak bupati,
kecamatan Silou Kahean, kepala desa, maupun masyarakat setempat telah membuktikan
bahwasannya kawah putih Tinggi Raja mampu menjadi salah satu tujuan wisata yang
diminati para wisatawan local maupun macanegara. Kawah putih Tinggi Raja mempunyai
keunikan, sejarah, serta suasana yang masih asri yang membuat kawasan ini menjadi tujuan
wisata. Dan telah dibuktikan bahwa kawah putih Tinggi Raja layak menjadi kawasan
pariwisata. Karena mampu menarik perhatian para wisatawan untuk mengunjunginya. Bukan
hanya melihat kawah putih, kawah biru saja, melainkan dapat menikmati dinginnya air dari
sungai Bak Balakbak yang mengalir, sambil melihat pemandangan Stalaktit (endapan kapur
yang menggantung), dan sepanjang jalan sungai Bak Balakbak ada terdapat Gua Kalelawar.
Sejalan dengan ini, sudah banyak yang telah dilakukan terhadap upaya pengembangan
kawah putih Tinggi Raja ini, mulai dari permohonan pembebasan lahan, karya bakti para
Militer, serta antusias masyarakat setempat untuk membangun sarana dan perasarana. Banyak
kendala yang dihadapi dalam upaya menjadikan kawah putih ini menjadi tujuan wisata.
Kendala-kendala yang terjadi pertama, Infrastruktur atau akses jalan. Akses jalan dari Sergai
Bedagai sampai markas pusat masih sangat butuh adanya perbaikkan. Tetapi dibandingkan
kondisi jaman dahulu dengan sekarang sangat banyak perkembangan. Dikarenakan adanya
karja bakti yang dilakukan pihak Oknum TNI yang bekerja sama untuk memperbaiki jalan
yang rusak. Sehingga wisatawan mulai banyak mengunjungi kawah putih Tinggi Raja.
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Tetapi pihak kecamatan dan kabupaten sudah meminta
untuk pembebasan lahan sebanyak 67 hektar untuk dijadikan kawasan objek wisata.
Banyak harapan yang ingin dicapai pihak kabupaten, kecamatan, desa, maupun
masyarakat sendiri apabila kawasan kawah putih diberikan kebebasan untuk dijadikan
kawasan pariwisata. Akses jalan dan sarana lainnya akan dibangun dengan layak. Dengan
dijadikannya kawah putih Tinggi Raja menjadi kawasan pariwisata, kebersihan sekitar kawah
harus diperhatikan agar tidak menghilangkan keasrian dari kawah putih Tinggi Raja, serta
keamanan. Dengan sarana dan prasarana yang mendukung, dapat dipastikan nilai kunjungan
wisatawan meningkat. Serta dengan berkembangnya kawah putih Tinggi Raja ini akan
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
Potensi yang dimiliki Kawah Putih Tinggi Raja layak dijadikan kawasan pariwisata.
Dimana kawah putih Tinggi Raja memiliki daya tarik tersendiri, mulai dari legenda, bunga
Tinggi Raja yang langka, air kawah yang berubah-ubah, serta objek yang lainnya. Peran
pemerintah, serta masyarakat terus berupaya untuk menjadikan kawah putih Tinggi Raja
menjadi kawasan wisata. Salah satu upaya yang telah ditunjukan bahwa Kawah Putih Tinggi
Raja mampu menjadi kawasan wisata pertama, akses jalan sudah ada perubahan dibanding
pada zaman dahulu, sarana yang dibangun oleh masyarakat, dan permohonan pembebasan
lahan sudah dilayangkan. Peran pemerintah mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan
dalam menentukan kebijakan-kebijakan apa saja yang akan dilakukan kedepannya.
Masyarakat merupakan penunjang utama dan memiliki perasan penting dalam upaya
pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja menjadi salah satu tujuan wisata. Masyarakat juga
dapat bekerjasama dalam menjaga kelestarian kawasan wisata dan menciptakan suasana dan
kondisi yang harmonis dalam kegiatan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan
masyarakat akan arti pentingnya dunia pariwisata agar menambah nilah kunjungan
5.2Saran
1. Pengawasan yang dilakukan masyarakat dalam menjaga kawasan cagar alam sehingga
Kawah Putih dapat tertata dengan rapi.
2. Agar masyarakat dan wisatawan peduli terhadap lingkungan Kawah Putih Tinggi
Raja untuk menyediakan tempat sampah disekitar Kawah, sehingga Kawah Putih
Tinggi Raja terlihat bersih.
3. Pemerintah dan masyarakat diharapkan memberikan peringatan kepada wisatawan,
agar dapat menjaga kelestarian sekitar kawah dan supaya tidak terjadi kebakaran
akibat wisatawan sembarangan membuang putung rokok.
4. Diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama untuk mengembangkan
dan menciptakan kawasan wisata Kawah Putih Tinggi Raja agar lebih baik lagi sesuai
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukum.unsrat.ac.id
http://repository.usu.ac.id, oleh ZH. Nasution 2012
http://elib.unikom.ac.id
http://google.com
http://wikipedia,org/wiki/Cagar_Alam
http://wikipedia.org/wiki/Sapta_pesona
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simalungun
http://repository.usu.ac.id
Kecamatan Kabupaten Silau Kahean, Data-data kepariwisataan Kabupaten
Silau Kahean. Simalungun
Pangulu Tinggi Raja, Data-data geografis Desa Marawa. Simalungun
R.S Damardjati, 2002 Istilah-istilah Dunia Pariwisata : Jakarta
LAMPIRAN
1. Data Informan
1. Nama : Belman Saragih
Alamat : Negeri Dolok
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : PNS
Lama tinggal dilokasi : 30 tahun
2. Nama : Saida Purba
Alamat : Tinggi Raja, Desa Dolok Marawa
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
3. Nama : Prindo Purba
Alamat : Negeri Dolok
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Lama tinggal dilokasi : 20 tahun
4. Nama : Binsar Purba
Alamat : Tinggi Raja Desa Dolok Marawa
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
DOKUMENTASI
Gambar 1
Simpang Pos polisi menujuh Tinggi Raja
Gambar 2
[image:56.595.179.416.367.538.2]Gambar 3
Objek wisata Kawah Putih Tinggi Raja
Gambar 4
[image:57.595.166.430.330.507.2]Gambar 5
Kawah Putih, Tinggi Raja
Gambar 6
[image:58.595.170.429.343.541.2]Gambar 7
Kawah Hijau paska kebakaran.
Gambar 8
[image:59.595.171.425.342.519.2]Gambar 9
Pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung)
Gambar 10
[image:60.595.174.422.332.513.2]Gambar 11
Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak.
Gambar 12
[image:61.595.187.412.329.494.2]Gambar 13
Kondisi Jalan
Gambar 14
[image:62.595.179.418.323.506.2]