• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA MADU EFI DI KABUPATEN KARO KERTAS KARYA OLEH ANGGY MOZA DIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA MADU EFI DI KABUPATEN KARO KERTAS KARYA OLEH ANGGY MOZA DIANA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA MADU EFI DI KABUPATEN KARO

KERTAS KARYA

OLEH

ANGGY MOZA DIANA 162204009

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA PROGRAM D-III PERJALANAN WISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

PENGEMBANGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA MADU EFI DI KABUPATEN KARO

KERTAS KARYA

Disusun oleh:

ANGGY MOZA DIANA 162204009

Dosen Pembimbing

Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si.

NIP. 19600711 198903 2001

(3)

Disetujui oleh Program Studi D-III Perjalanan Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Sebagai Kertas Karya

untuk Diploma

Ketua, Sekretaris,

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., Ph. D Mukhtar, S.Sos, S.Par, M.A NIP 196604201992031003 NIP 195806151987031

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma Fakultas Ilmu Budaya dalam

Perjalanan Wisata pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan Hari/Tanggal : Senin, 28 Januari 2020

Pukul : 11.00 WIB

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Budi Agustono, M.S NIP. 196008051987031001

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Jhonson Pardosi. M.Si. , P.Hd.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si

3. Dra. Nur Cahaya Bangun, M. Si

(5)

Kertas karya ini berjudul “ Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Madu Efi di Kabupaten Karo”. Latar belakang penulisan ini adalah pengembangan fasilitas dan atraksi wisata yang memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan fasilitas dan atraksi wisata yang dimiliki oleh Madu Efi. Metode yang didapat dari penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian perlu adanya beberapa pengembangan fasilitas seperti fasilitas area parkir, cottage, dan pusat informasi serta pengembangan atraksi wisata berupa pengembangan agrowisata yang ada di objek wisata madu Efi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Keywords : Objek wisata, Daya tarik, Pengembangan

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAh SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan judul “ Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Madu Efi di Kabupaten Karo”. Kertas karya yang merupakan tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Ahli Madya Perjalanan Wisata Program Diploma III, Bidang Usaha Wisata, fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan kertas karya ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dar berbagai pihak kertas karya ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis mengucapkan terumaksih kepada :

1. Dr. Budi Agustono, Ms. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Jhonson Pardosi M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi D-III Perjalanan Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Simatera Utara.

3. Mukhtar, S.Sos, S.Par, M.A, selau Sekertaris Program Studi D-III Perjalanan Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Simatera Utara.

4. Dra. Nur Cahaya Bangun M.Si, Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama penyusunn tugas akhir.

5. Semua Dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Simatera Utara khususnya di Program Studi D-III Perjalanan Wisata yang telah membimbing saya selama dibangku perkuliahan.

(7)

6. Orangtua Penulis, ayah tersayang Haidir Siregar SH yang telah memberikan segala sesuatu kebutuhan dan kebahagian penulis dan ibunda penulis Alm Salmi yang selalu menguatkan dan menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan Kertas Karya ini.

7. Saudara saya Arini Hijriah, Arridho, Arizky, kakak ipar saya Maznil Khairi dan Rini tak lupa juga Keponakan saya yang Razwa Shabira, Adam, Khanza, Zafran dan Renzo yang senantiasa menghibur dan menyadarkan penulis selama proses tugas akhir ini.

8. Teman dan Manusia ter favorit seperjuangan tersayang dan terkasih Sindy Hutabarat, Cristine Sihotang, Yanda Nasution, Rizaldy Siregar, Veryan Panjaitan dan Jodhi Tampubolon, telah menemani saya baik senang maupun susah selama masa perkuliahan.

9. Kepada teman-teman stambuk 2016 jurusan D III Perjalanan Wisata yang telah menemani saya selama masa perkuliahan.

10. Senior saya Abangnda Sahat Sumardi dan Kakanda Debora Sidabutar yang senantiasa membimbing dan menjadi pendengar yang baik dalam proses pembuatan Kertas Karya ini.

11. Kepada Junior saya stambuk 18 yang mewarnai hari-hari penulis Lisa, Jesaya, Anggara, Noval, Geraldo.

12. Kepada penghuni Kost Sedap Malam Eklesia, Kak Martha, Kak Litha, Sanjel, Mely.

13. Kepada semua yang telah berpartisipasi yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

(8)

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan, kemampuan, pengetahuan,dan sumber bacaan yang diperoleh, untuk itu penulis bersedia dengan hati yang terbuka menerima kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca untuk menyempurnakan kertas karya ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih serta harapan penulis kertas karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan berguna bagi mahasiswa Perjalanan Wisata.

Medan, 22 Januari 2020 Penulis,

Anggy Moza Diana NIM: 162204009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... .... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Metode Penelitian ... 6

1.7 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II : URAIAN TEORITAS TENTANG KEPARIWISATAAN 9 2.1 Pengertian Pariwisata ... 10

2.2 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 11

2.3 Objek Wisata dan Atraksi Wisata ... 11

2.4 Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ... 13

2.5 Pengertian Agrowisata ... 15

2.6 Pengertian Sarana dan Prasarana ... 15

2.7 Pengembangan Kepariwisataan ... 16

BAB III : GAMBARAN UMUM ... 19

3.1 Sejarah Kabupaten Karo ... 19

3.2 Letak Geografi ... 20

3.2.1 Ditinjau dari Topografi ... 20

3.2.2 Ditinjau dari Iklim ... 22

3.3 Potensi Pariwisata ... 22

3.4 Sejarah Relokasi Siosar ... 23

3.5 Potensi Pariwisata di Kawasan Siosar ... 24

3.6 Gambaran Umum Objek Wisata Madu Efi ... 25

(10)

BAB IV : PENGEMBANGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA

MADU EFI DI KABUPATEN KARO ... 28

4.1 Pengembangan Fasilitas Madu Efi ... 28

4.2 Pengembangan Atraksi Wisata Madu Efi ... 36

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1.1 Penginapan Objek Wisata Madu Efi ... 29

Gambar 4.1.2 Cafe Madu Efi ... 30

Gambar 4.1.3 Toilet Madu Efi ... 31

Gambar 4.1.4 Area Parkir Madu Efi ... 32

Gambar 4.1.5 Transportasi Menuju Madu Efi ... 33

Gambar 4.1.6 Jalan Masuk Madu Efi... .... 34

Gambar 4.2.1 Cluster Peternakan Lebah... 37

Gambar 4.2.2 Peternakan Kuda Madu Efi ... 38

Gambar 4.2.3 Perkebunan Bunga Madu Efi ... 39

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe yang memiliki luas wilayah 2.127.25 km dan berlokasi didataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak didataran tinggi dengan ketinggian 600 sampai 1.500 meter diatas permukaan laut. Tanah Karo Simalem adalah nama lain dari Kabupaten ini. Iklim yang sejuk dengan suhu berkisar 16 sampai 17 derajat celcius ( 16°- 17°C). Pemandangan pegunungan merupakan ciri khas dari Kabupaten Karo. (Akun Resmi Kabupaten Karo).

Sektor pariwisata di Tanah Karo menjadi salah satu potensi unggulan yang diharapkan mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah, disamping sektor pertanian dan industri. Objek wisata dan daya tarik wisata yang ada hampir tersebar disemua Kecamatan Kabupaten Karo dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan objek wisata dan dapat dijadikan pilihan para wisatawan yang terkait dengan pariwisata alam., seperti Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung merupakan keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Karo.

Kabupaten Karo memiliki banyak objek wisata yang sudah terkenal luas oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara sejak dahulu. Wisata alam merupakan wisata unggulan dari Kabupaten Karo. Objek-objek wisata yang

(13)

terkenal seperti, Air Terjun Sipiso-Piso, Danau Toba, Danau Lau Kawar, Gundaling, Sidebuk-debu yang merupakan beberapa wisata alam yang ada. Bukan hanya itu Kabupaten Karo sejak dulu hingga sekarang terkenal dengan salah satu sentral pertanian. Agrowisata merupakan segmen Pariwisata yang berupa pemanfaatan pertanian, sehingga hal tersebut saat ini menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Karo seperti perkebunan jeruk, wortel, strawberry, bunga dan masih banyak jenis perkebunan lainnya.

Tanah Karo perlahan-lahan pulih sejak awal meletus nya Gunung Sinabung tahun 2010. Akibat letusan ini,banyak terjadi perubahan, baik perubahan negatif ataupun positif di Kabupaten Karo. Salah satunya perubahan positif dalam sektor Pariwisata yang mengakibatkan munculnya objek-objek wisata baru seperti Puncak 2000 merupakan objek wisata yang sedang hits saat ini di Kabupaten Karo yang berlokasi di Siosar. Siosar merupakan kawasan relokasi pengungsi akibat letusan gunung Sinabung, di daerah Desa Kacinambun.

Lokasi ini berada di perbukitan dan jauh dari kota. Sejak relokasi ini diresmikan oleh Pemerintah, banyak wisatawan yang penasaran dan ingin berkunjung ke lokasi ini.

Daerah yang diselimuti udara sejuk dan dikelilingi hutan yang masih cukup asri serta alam yang tenang membuat banyak pengunjung menikmati alam yang sejuk sekaligus melihat relokasi pengungsi Sinabung. Hal ini memungkin Siosar menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Karo. Bisa dilihat dari kunjungan yang tidak hanya masyarakat dari Kabupaten Karo itu saja. Melihat potensi Siosar, banyak masyarakat membangun objek wisata di daerah tersebut.

(14)

Salah satunya adalah objek wisata Madu Efi yang berada disekitaran puncak 2000.

Objek wisata Madu Efi berdiri sejak Tahun 2016 dengan luas tanah 28 hektar. Objek wisata Madu Efi terletak di Jalan Kabanjahe-Siosar Desa Kacinambun Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Dr. Felix Zulhendri adalah pendiri objek wisata Madu Efi yang awalnya hanya lahan peternakan lebah yang kemudian berkembang menjadi objek wisata. Madu Efi berada disekitaran puncak 2000 yang dikelilingi pegunungan. Madu Efi tidak dikelola oleh pemerintah.

Objek wisata Madu Efi memiliki potensi wisata alam, seperti keindahan Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak dari pelataran kebun. Daya tarik Madu Efi yaitu dengan merangakai spot-spot yang indah dan menyenangkan sehingga dapat leluasa dirasakan wisatawan saat berlibur di kawasan Madu Efi. Wisatawan yang datang dihari minggu dapat menikmati pertunjukan musik akustik sekaligus bernostalgia mendengarkan lagu karo sambil berlibur di Kawasan Madu Efi.

Kawasan berkemah yang banyak diminati oleh wisatawan, khusunya wistawan anak muda. Wisatawan dapat menikmati dinginnya udara pegunungan dengan warna-warni lampu kota Kabanjahe dari atas perbukitan Madu Efi. Madu Efi juga memiliki keindahan Taman Bunga yang ditumbuhi berbagai jenis bunga yang sangat memikat. Warna bunga yang sangat kontras sangat menarik diabadaikan lewat foto.

Atraksi wisata yang ditawarkan objek wisata Madu Efi adalah agrowisata yang berupa proses produksi madu dari peternakan lebah. Selanjutnya Madu Efi juga mempunyai perkebunan jeruk, wisatawan dapat secara langsung merasakan

(15)

sensasi memetik jeruk dari pohonya. Madu Efi juga mempunyai peternakan kuda dan sapi yang melengakapi suasana pedesaan yang dapat dirasakan wisatawan yang datang sambil mengabadikan momen tersebut.

Akses jalan menuju Madu Efi masih terbatas, karena masih kurangnya angkutan umum yang membawa penumpang dan harus menggunakan transportasi pribadi. Kondisi jalan menuju kawasan tersebut bagus tetapi tidak dilengkapi dengan pembatas jalan dan lampu jalan apabila berkendara pada malam hari harus sangat berhati-hati. Area parkir yang kurang memadai untuk bus pariwisata, apabila jumlah kunjungan meningkat kondisi jalan masuk yang belum beraspal.

Ketika musim hujan jalan masuk ke Madu Efi berlumpur sangat berbahaya untuk bus-bus pariwisata. Spot photo merupakan salah satu daya tarik wisata, kurangnya fasilitas seperti ayunan bergantung, sepeda bergantung dan rumah pohon dapat mempengaruhi sensasi menikmati objek wisata Madu Efi.

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Madu efi berkisar 30.000 pengunjung pertahun atau sekitar 2.500 pengunjung perbulan baik wisatawan nasional maupun mancanegara. Jumlah wisatawan masih dapat ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan atraksi wisata dan fasilitasnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Contohnya seperti penambahan produksi madu dari peternakan lebah dapat dijadikan wisata unggulan. Begitu juga dengan peternakan sapi dapat dijadikan sebagai produksi susu sapi murni. Peternakan kuda dapat dijadikan sebagai alat transportasi untuk wisatawan berkeliling di kawasan Madu Efi sambil menikmati suasana desa di pegunungan. Begitu juga dengan lahan taman bunga dapat menambah berbagai jenis bunga. Perkebunan yang tersedia dapat ditambahi dengan berbagai jenis tanaman seperti perkebunan

(16)

strawberry dan perkebunan sayuran. Sehingga hasil dari atraksi wisata tersebut

dapat menjadi oleh-oleh wisatawan dari kawasan objek wisata Madu Efi.

Berdasarkan uraian singkat yang sudah dijelaskan bahwa perlu dilakukan Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Di Madu Efi Di Kabupaten Karo, sehingga kawasan Madu Efi dapat dioptimalkan sebagai objek wisata serta dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang berkunjung.

1.2 Batasan Masalah

Penulisan kertas karya ini, penulis menyadari betul bahwa ruang lingkup objek wisata sangatlah luas. Penulis membuat batasan masalah dan ruang lingkup pembahasan sehingga tidak terlalu luas. Penulis membatasi masalah dalam penulisan karya tulis ini hanya membahas masalah Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

1.3 Rumusan Masalah

Penyusunan kertas karya ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas sebagai arah terhadap penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penulisan kertas karya ini yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana Pengembangan Fasilitas Objek Wisata Madu Efi Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo ?

2. Bagaimana Pengembangan Atraksi Objek Wisata Madu Efi Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas, penelitian ini memliki beberapa tujuan, yaitu:

(17)

1. Untuk mengetahui Pengembangan Fasilitas Objek wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui Pengembangan Atraksi Wisata Madu Efi Sebagai Daya Tarik Objek Wisata di Kabupaten Karo.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan kertas karya ini adalah:

1. Bagi Penulis Kertas Karya ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir perkuliahan, menambah wawasan dan pengetahuan tentang pariwisata yang telah didapat selama masa perkuliahan.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan bagi para pelaku pariwisata serta bagi masyarakat sekitar yang sebagai pemilik daerah Objek Wisata dalam pembangunan kepariwisataan di daerahnya.

1.6 Metode Penelitian

Metode penulisan dari kertas karya ini adalah : 1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari lapangan, melalui observasi (penelitian daerah objek wisata) dan penelitian langsung yang dilakukan di lapangan, sehingga penulis mengetahui strategi dalam mengembangkan objek wisata Madu Efi dan melalui interview (wawancara) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pengelola objek wisata Madu Efi.

(18)

2. Data Sekunder

Data yang dimuat dari penelitian kepustakaan yaitu penelitian dimana informasi di peroleh dari buku-buku dan sumber pustaka lainnya yang dipertanggung jawabkan.

1.7 Sistematika Penyajian

Penulisan kertas karya ini, agar tersusun secara sistematis, penulis membaginya dalam lima bab yang bertujuan untuk memperoleh suatu susunan yang lebih mudah diikuti dan dipahami. Masing-masing bab menjelaskan topik yang berbeda sesuai dengan judul yang tercantum pada setiap bab yang akan diuraikan. Sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis

Menjelaskan tentang uraian kepariwisataan yang meliputi pengertian pariwisata, bentuk dan jenis pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian objek dan daya tarik wisata, jenis-jenis pariwisata, agrowisata, pengertian sarana dan prasarana kepariwisataan dan upaya pengembangan kepariwisataan.

BAB III : Gambaran Umum

Dalam bab ini membahas tentang letak geografis, bentuk pemerintahan, potensi pariwisata, sejarah Siosar, objek wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

(19)

BAB IV : Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang bersifat sementara dan tujuannya bukanlah untuk mencari nafkah tetapi untuk memenuhi kebutuhan refresing dan kesenangan, serta dilakukan dengan jangka waktu pendek, dan pelaku wisata atau wisatawan akan kembali ke tempat asalnya. Aktivitas ini tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung oleh beberapa komponen wisata seperti: akomodasi, restoran, sarana transportasi, dan lain sebagainya.

Menurut etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Pari dan Wisata. Pari yang berarti banyak, keliling, berputar-putar, berkali-kali, berulang-ulang sedangkan Wisata merupakan perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pariwisata dapat dikatakan perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam bahasa Inggris, pariwisata disebut dengan istilah tour sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kata kepariwisataan disebut dengan istilah tourism atau tourisme. Menurut definisi yang luas seperti yang dikatakan oleh Spillane (1985:5) mengungkapkan: “…

Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.

Pariwisata menurut Macintosh dalam Yoeti (1985: 48) menjelaskan:

(21)

Pariwisata adalah sejumlah gejala dan hubungan yang timbul, mulai dari interaksi antara wisatawan dari satu pihak, perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan wisatawan dan pemerintah, serta masyrakat yang bertindak sebagai tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan dimaksud.

Definisi pariwisata juga mengandung beberapa pokok unsur seperti yang di katakan Richardson and Fluker (2004:5) menyampaikan:

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa pokok, yaitu:

1. Adanya unsur travel (perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur tempat „tinggal sementara‟ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya.

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.

2.2 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang unik terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut. Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun jalan-jalan menuju objek wisata.

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan aktifitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas, sebagai daya tarik wisatawan.

Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam

(22)

daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik buatan manusia. Objek dan daya tarik wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.

Menurut undang-undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan menyebutkan:

1. Objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:

2. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

3. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Selanjutnya Yoeti (1996:174-176) mengatakan ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah: Iklim, Bentuk tanah dan pemandangan, Hutan belukar, Flora dan fauna, Pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. Tata hidup masyarakat (way of life) Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.

2.3 Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Pengertian objek wisata dan atraksi wisata merupakan adanya kenikmatan secara langssung yang dirasakan wisatawan pada objek wisata tersebut. Misalnya Festival Pesta Buah dan Bunga di Kabupaten Karo. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak

(23)

menggunakan istilah “tourist attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Yoeti (1985:160) yaitu:

Adapun pengertian objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.

Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu, sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Objek wisata juga harus memiliki kriteria agar dapat diminati para pengunjung. Seperti yang dikatakanYoeti, (1985 :164) menyebutkan: Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi

(24)

sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.4 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Jenis- jenis pariwisata adalah pengelompakan wisatawan berdasarkan motif dan kebutuhan wisatawan tersebut pergi ke daerah tujuan wisata. Berdasarkan beranekaragamnya motif-motif yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, maka pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis Pendit (1994 :41) yaitu :

1. Wisata Budaya ( Cultural Tourism )

Wisata ini dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan ini disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan- kegiatan budaya, seperti eksposisi seni ( seni tari, drama, music, dan seni suara ), atau kegiatan yang bermotif kesejajaran dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari - hari diamana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani, yaitu dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara yang menyehatkan, dan lain – lain.

3. Wisata Olah Raga

Wisata yang dilakukan untuk tujuan berolah raga, diantaranya bermaksud untuk ikut ambil bagian dalam turnamen atau pesta – pesta olah raga, baik yang sifatnya nasional maupun internasional seperti Asean Games, Olympiade Thomas Cup, Uber Cup, dan lain sebagainya.

4. Wisata Komersial

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.

5. Wisata Industri

Wisata yang umumnya dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang – orang awam ke suatu komplek atau daerah

(25)

perindustrian dimana terdapat pabrik –pabrik atau bengkel – bengkel besar dengan maksud untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa polotik, misalnya perayaan ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris di London, dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi beraneka warna diadakan secara meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

7. Wisata Konvensi

Wisata yang dilakukan untuk perjalanan atau kunjungan mengikuti pelaksanaan konvensi, seperti konverensi, musyawarah, symposium, atau sidang yang diadakan setiap tahun. Biasanya, peserta yang mengikuti acara ini tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

8. Wisata sosial

Wisata ini merupakan jenis wisata pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan, misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.Organisasi ini berusaha membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.

9. Wisata Pertanian

Wisata ini merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya, dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam disekitar perkebunan.

10. Wisata Cagar Alam

Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha – usaha dengan jalan mengatur wisata ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. Yang kelestariannya di lindungi oleh undang – undang.Wisata cagar ala mini banyak dilakukan oleh penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta tanaman beraneka ragam yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

11. Wisata Bulan Madu

Wisata perjalanan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas – fasilitas khusus demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka yang menimbulkan kesan seakan – akan berada di surga lokal. Perjalanan yang disebut wisata bulan madu biasanya dilakukan selama sebulan setelah pernikahan dilangsungkan di tempat – tempat romantic.

(26)

2.5 Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan pertanian. Menurut SK bersama Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfatkan lahan masyarakat setempat, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Yoeti (2000: 143) menyatakan:

Agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan,perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

2.6 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisa

Sarana Pariwisata adalah perusahan-perusahan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secra langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

(27)

Yoeti(1996:184) menyatakan :

1. Sarana Akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makanan dan minuman serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bongalow, mess dan sebagainnya.

2. Sarana Transportasi adalah pelayanan yang menyediakan jasa pengangkutan seperti pengangkutan udara, laut, maupun darat. Adapun pengangkutan yang tersedia seperti bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3. Sarana Restaurant adalah pelayanan yang menyediakan tempat makan seperti rumah makan, warung-warung yang berada disekitaran objek wisata dan mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

4. Sarana Souvenir adalah pelayanan yang menyediakan cendramata khas dari objek wisata tersebut dan mendapat pengahsilan dari penjualan cendramata khas objek wisata tersebut.

Prasarana kepariwisata adalah semua fasilitasyang memungkin agar sarana kepariwisataan dapt hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasana tersebut adalah:

1. Pelayanan Perhubungan seperti jalan raya, rel kreta api, bandar udara dan pelabuhan laut.

2. Pelayanan Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Pelayanan Telekomunikasi, baik itu telepon, radio, televisi, kantor pos.

4. Pelayanan Kesehatan seperti rumah sakit maupun puskesmas

5. Pelayanan Keamanan seperti post satpam, penjaga objek wisata, maupun pos polisi disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan berupa pusat informaasi maupun pemandu wisata.

Dalam pengembangan objek wisata, srana dan prasarana tersebut harus disediakan sebaik mungkin apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan nyaman dan betah berkunjung untuk melakukan wisata disana maka akan meningkatkan jumlah kunjungan maka akan berguna untuk ekonomi untuk masyarakat disekitar objek wisata.

(28)

2.7 Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun sarana dan prasarana sebagai pendukung utama dalam meningkatkan arus wisatawan ke daerah objek wisata yang dikembangkan.

Pengembangan kepariwisataan merupakan peningkatan kualitas maupun kuantitas pariwisata yang memberikan fasilitas-fasilitas pendukung untuk meningkatkan arus wisatawan ke suatu daerah objek wisata. Pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah objek wisata, stevange (1997:2) menyatakan: “...Pengembangan kepariwisataan adalah kegiatan dalam meningkatkan mutu kepariwisataan dengan tujuan meningkatkan arus wisatawan ke suatu objek wisata yang dikembangkan itu”.

Yoeti, (2000:25) “...Pengembangan kepariwisataan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kualitas daerah tujuan wisata sehingga sarana dan prasarana sangat dibutuhkan sebagai pendukung utama untuk peningkatan kualitas suatu objek wisata”. Upaya pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk menciptakan sebuah objek wisata yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, sehingga upaya-upaya pengembangan kepariwisataan sangat dibutuhkan dalam kualitas objek wisata yang dikunjungi (sinaga:1995) menyatakan:

1. Membangun objek-objek wistaa yang ada dengan pendekatan sosial budaya.

Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat disekitar objek wisata yang akan dikembangkan, sehingga masyrakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

(29)

2. Mengadakan pendekatan konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat sekitar objek wisata.

3. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana sera fasilitas di kawasan wisata.

4. Pemerintah melakukan kebijakan dalam pembangunan kepariwisataan yaitudengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan kebudayaan.

5. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan kreatifitas ide usaha kawasan wisata.

6. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan serta meningkatkan mutu dan pelayanan.

(30)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Sejarah Kabupaten Karo

Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten disalah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba.

Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Keberadaan Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.

Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan

(31)

keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H.M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar selain kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka.

3.2 Letak Geografi Kabupaten Karo

Gambaran Umum Kabupaten Karo Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050‟ s/d 03 019‟ LU dan 97 055‟ s/d 98 038‟ BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau 212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan:

1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara;

2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur;

3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan

4. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat.

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

3.2.1 Ditinjau Dari Topografinya

Ditinjau dari kondisi topografinya (hamparan wilayahnya), wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah + 140 m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang

(32)

dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal.

Sebagaian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/elevasi +140 m s/d 1400 m di atas permukaan air laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia.

Persentase terhadap Luas Kabupaten Menurut Kecamatan Tahun 2018

Kecamatan Persentase terhadap Luas Kabupaten

Mardingding 12,56

Laubaleng 11,87

Tigabinanga 7,54

Juhar 10,27

Munte 5,91

Kutabuluh 9,20

Payung 2,22

Tiganderket 4,08

Simpang Empat 4,39

Naman Teran 4,13

Merdeka 2,08

Kabanjahe 2,10

Berastagi 1,43

Tigapanah 8,78

Dolat Rayat 1,52

Merek 5,90

Barusjahe 6,02

Karo 100

Sumber : BPS Kabupaten Karo

(33)

3.2.2 Ditinjau Dari Iklimnya

Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei.

3.3 Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Dataran tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumtera Utara adalah:

1. Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

2. Jarak dari Ibukota Provinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

3. Sarana akomodasi yang memadai.

4. Memiliki alam yang indah dan sejuk.

Memiliki banyak objek dan daya tarik wisata yaitu:

1. Keindahan Alam / Panorama yaitu, Sipiso-piso dan Gundaling.

2. Danau yaitu, Danau Toba dan Lau Kawar.

3. Air Panas Alam yaitu, Semangat dan Gunung Debuk-Debuk.

4. Atraksi Budaya yaitu, Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren.

5. Peninggalan Sejarah yaitu, Putri Hijau dan Museum 6. Agrowista yaitu, Kebun Jeruk, Kol, Bunga.

(34)

Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata maka di Kabupaten Karo telah tersedia Sarana dan parasarana penunjang kepariwisataan. Fasilitas tersebut seperti, Hotel Berbintang, Telekomunikasi, Bank, Tempat Penukaran Uang, Biro Perjalanan, Rumah Sakit Umum.

(Akun Resmi Pemerintah Kabupaten Karo).

3.4 Sejarah Kawasan Relokasi Sioasar

Gunung api Sinabung merupakan gunung api yang terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Ketinggian gunung api ini sekitar 2460 meter. Erupsi gunung Sinabung terjadi secara terus menerus yang dimulai sejak tahun 1975-1976. Kegiatannya sempat berhenti dalam waktu yang panjang. Kemudian pada tanggal 29 Agustus 2010 terjadi erupsi besar dimana status gunung api Sinabung naik menjadi Awas (level IV) dan mengakibatkan

±12.000 jiwa mengungsi. Pada tanggal 23 September 2010 statusnya diturunkan menjadi Siaga (level III), dan kembali diturunkan menjadi Waspada (level II) pada tanggal 7 Oktober 2010.

Gunung api Sinabung kembali meletus dan statusnya meningkat menjadi Siaga (level III) pada tanggal 15 September 2013. Sejak tanggal 2 Juni 2015 hingga saat ini statusnya kembali naik menjadi Awas (level IV). Desa terdampak yang telah habis tertimbun oleh material vulkanik kini mencapai puluhan desa.

Erupsi yang berkelanjutan memang telah menyebabkan meluasnya daerah-daerah yang terkena dampak bencana erupsi. Gunung api Sinabung memang jenis gunung yang unik mengingat erupsi berkelanjutan yang cukup lama. Karena sifatnya yang demikian, lembaga-lembaga nasional hingga internasional, pemerintah pusat,

(35)

pemerintah daerah, BPBD dan BNBP menyibukkan diri untuk mencanangkan program-program bagi para korban erupsi.

Pada tahun 2014, kawasan relokasi Siosar mulai dibangun oleh pemerintah.

Dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada akhir bulan di tahun 2015, kawasan relokasi sudah dibuka untuk warga. Disini pemerintah bersama TNI, BNPB dan Satuan Tugas Pembangunan Rumah Tinggal sudah membangun 370 unit rumah dan bangunan-bangunan atau ruang publik lainnya. Untuk luasan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar 1120 Ha. Desa relokasi tahap I adalah desa yang berada pada zona merah yang mencakup tiga desa. Ketiga desa ini dikenal dengan sebutan “Bekassi”, yaitu Desa Bekerah, Desa Suka Meriah, dan Desa Simacem, desa yang kini menjadi tempat tinggal baru bagi para korban bencana untuk memulai kehidupan yang baru yang tidak terlepas dari budaya lama yang mereka bawa ke lingkungan baru tersebut.

3.5 Potensi Pariwisata di Kawasan Siosar

1. Potensi Alam Potensi alam Kawasan Siosar adalah gunung dan panorama yang indah. Salah satu pesona di kawasan Siosar adalah puncak pada ketinggian 2,000 meter dari permukaan laut. Puncak 2,000 memiliki panorama yang indah, hamparan perkebunan, panorama Gunung Siosar, dan dapat melihat sebagian dari Kabupaten Karo. Daerah wisata Siosar juga memiliki hutan pinus yang dapat dimanfaatkan menjadi tempat berwisata seperti camping dan kegiatan lainnya. Selain itu, terdapat Gunung Sibuaten yang potensial dikembangkan. Akses 26 jalan ke Gunung Sibuaten masih sulit, sehingga pengunjung yang datang tidak

(36)

2. Potensi Pertanian di Kawasan Siosar memiliki luas 185 Ha. Potensi pertanian di Siosar tanaman sayuran, kopi dan tanaman bunga. Saat ini tanaman yang banyak di Siosar adalah tanaman sayuran dan kopi. Jenis hewan ternak yang dibudidaya di Siosar adalah sapi, ayam kampung, kelinci dengan populasi terbanyak adalah ternak ayam kampung.

3. Potensi Budaya Masyarakat Desa Wisata Siosar mayoritas adalah suku Karo sehingga kebudayaan yang ada di desa tersebut adalah kebudayaan Karo. Sistem kehidupan masyarakat dilakukan dengan tradisi dan kebudayaan karo. Desa Karo terkenal tarian karo yang sering ditampilkan pada acara acara kebudayaam, acara perkawinan, acara pesta desa dan acara memperingati hari kemerdekaan.

3.6 Gambaran Umum Objek Wisata Madu Efi

Objek wisata Madu Efi berdiri sejak 2016 yang dikelola oleh bapak Dr.Felix Zulhendri yang terletak di desa Kacinambun, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang merupakan Provinsi Sumatera Utara. Madu Efi merupakan tempat objek wisata baru yang berada di perbukitan puncak 2000, dimana wilayah tersebut terletak di daerah relokasi pengungsi gunung Sinabung. Madu Efi

Berjarak 13 kilometer dari kota Kabanjahe yang berada diantara 16-27 derajat celcius. Awal mulanya wisata Madu Efi hanya dijadikan sebagai tempat peternakan lebah dimana madu yang dihasilkan akan dijual kebeberapa tempat ataupun kepada masyarakat setempat. Dengan berjalannya waktu penggelola melihat adanya potensi ataupun peluang untuk mengembangkan peternakan menjadi objek wisata Madu Efi.

(37)

Objek wisata Madu Efi mulai terkenal karena lokasinya yang berdekatan dengan relokasi pengungsi gunung Sinabung yaitu Siosar, selain itu kawasan madu efi sangat sejuk yang sangat mencuri perhatian wisatawan yang ingin berkunjung. Objek wisata Madu Efi memiliki tarif untuk memasuki kawasan tersebut dimana wisatawan dikenakan biaya Rp.10.000/orang sudah dapat menikmati suasana pedesaan di perbukitan dengan bentang alam yang indah. Jam operasional Madu Efi buka dari hari Selasa-Minggu dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore dengan luas wilayah 28 hektar. Untuk sampai ke lokasi Madu Efi wisatawan dapat menggunkan kendaraan roda dua maupun roda empat karena akses jalan ke Madu Efi sudah dapat dikatakan layak. Jarak tempuh perjalanan menuju lokasi dari Medan ke Madu Efi membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 jam perjalanan.

Nama Madu Efi yang dikelola oleh masyarakat setempat memiliki arti dan makna yang khas yang berarti bahwa Madu berasal dari peternakan lebah yang menjadi asal mula objek wisata Madu Efi. Madu Efi mulai dikenal sejak pertengahan tahun 2018 karena adanya wisatawan yang membagikan moment saat berada di kawasan Madu Efi ke media sosial. Hal ini menjadi pusat daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung secara langsung ke lokasi tersebut.

Wisatawan yang datang ke Madu Efi biasanya wisatawan kelompok, jumlah wisatawan yang datang rata-rata pertahun sekitar 30.000 atau sekitar 2.500/ bulan.

Angka tersebut tergolong banyak dimana Madu Efi saat ini objek wisata baru di Kabupaten Karo. Wisatawan yang datang umumnya wisatawan yang hanya menikmati suasana objek wisata Madu Efi dan jarang wisatawan yang bermalam.

(38)

Wisatawan yang datang ke Madu Efi tidak hanya wisatawan nusantara tetapi termasuk wisatawan mancanegara.

Berbagai upaya harus tetap dilakukan guna untuk menjaga eksistensi kawasan itu sendiri, namun dari sekian banyak potensi wisata yang ada di Madu Efi masih sangat sedikit potensi yang telah dikembangkan, padahal melihat luas wilayah yang ada masih banyak objek wisata lainnya yang berpotensi membutuhkan sentuhan dan perhatian di bidang Pariwisata khususnya pengembangan wisata Madu Efi. Dengan demikian sangat perlu mengangkat potensi objek wisata yang ada di Madu Efi agar lebih dikenal dan menjadi kebanggaan masyrakat indonesia khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Karo.

(39)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengembangan Fasilitas Objek Wisata Madu Efi

Fasilitas dalam suatu objek wisata dapat menentukan kualitas objek wisata tersebut. Pengembangan fasilitas perlu dilakukan secara terus-menerus agar memberikan pelayanan terbaik. Bagus dan nyamannya fasilitas yang tersedia merupakan salah satu penunjang jumlah wisatawan yang datang ke daerah objek wisata. Fasilitas primer yang yang dibutuhkan suatu objek wisata seperti toilet umum, tempat beristrahat, akses jalan, restaurant, dan tempat parkir

Madu efi menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati secara langsung oleh wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini, adapun objek wisata yang tersedia seperti:

1. Penginapan

Penginapan yang tersedia di Madu Efi berbentuk perkemahan. Tenda- tenda tersebut didesain unik yang yang beratapkanjerami yang menambah keindahan bukan hanya dilihat namun dapat diabadikan oleh wisatawan.

Madu Efi menyediakan 15 tenda dimana masing-masing menggunakan kayu beratapkan jerami, tenda-tenda tersebut dibuat saling berhadapan.

Wisatawan yang menginap dapat merasakan bermalam di alam terbuka, keindahan pegunungan dan lampu-lampu kota menghiasi pemandangan dimalam hari. Harga yang ditawarkan untuk menginap di Madu Efi antara lain:

a. Tenda maximal 2 orang = Rp.200.00/Tenda

(40)

c. Tenda maximal 5 orang = Rp. 600.000/Tenda

Harga penginapan belum termasuk biaya makan. Wisatawan dapat membawa makanan sendiri.

Gambar 4.1.1

Penginapan Objek Wisata Madu Efi

Sumber: Dok. Anggy, 2019

2. Cafe

Cafe merupakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan wisatawan.

Madu Efi memiliki cafe yang menyajikan menu-menu seperti mie goreng, nasi goreng, teh dan kopi dengan harga yang terjangkau. Desain bangunan dibangian atap cafe ini mnyertakan sisi budaya lokal yang menyerupai rumah adat Karo. Lokasi café yang berada dibawah perbukitan dan di depan taman bunga memberikan keindahan pemandangan bagi wisatawan sambil menikmati jam beristirahat. cafe ini semakin menambah keindahan ketika wisatawan bermalam duduk sambil melihat bintang di alam terbuka ditemani lampu-lampu perkotaan.

(41)

Gambar 4.1.2 Cafe Madu Efi

Sumber: Dok. Anggy, 2019

3. Toilet

Toilet yang tersedia di Madu Efi bersih dan nyaman dengan banyaknya jumlah toilet yang ada yaitu 4 ruang. Madu Efi juga menyediakan fasilitas 2 toilet tersendiri bagi wisatawan yang bermalam. Wisatawan yang bermalam tidak akan merasa khawatir dengan keadaan pegunungan dan air yang dingin karena Madu Efi menyediakan fasilitas shower.

(42)

Gambar 4.1.3 Toilet Madu Efi

Sumber: Dok. Anggy, 2019

4. Parkir

Area parkir di Madu Efi dibagi atas area parkir sepeda motor dan area parkir mobil. Wisatawan yang datang tidak akan dikenakan biaya parkir karena harga tiket masuk Madu Efi sudah termasuk harga parkir. Area parkir untuk mobil bisa dilihat pada gamabar 4.4 keadaan nya masih belum diaspal ataupun masih tanah. Area parkir sudah mengalami perkembangan dimana yanga awal pembangunan objek wisata area parkir speda motor masih tanah namun pada gambar 4.4 terlihat kondisi saat ini sudah dibeton atau berbatu.

(43)

Gambar 4.1.4 Area parkir Madu Efi

Sumber: Dok. Anggy, 2019

5. Smoking Area

Madu Efi memiliki larangan merokok bagi wisatawan ketika berada di objek wisata Madu Efi, wisatawan yang merokok tidak dapat sembarangan merokok karena Madu Efi menyediakan fasilitas smoking area bagi wisatawan yang merokok.

6. Transportasi

Transportasi menuju objek wisata Madu Efi dapat ditempuh dengan angkutan umum. Terminal angkutan umum dari kota terdekat hanya menyediakan 1 kali penjemputan pulang-pergi setiap harinya. Wisatawan yang datang umumnya mengunakan kendaraan pribadi karena susah nya akses menuju objek wisata Madu Efi.

(44)

Gambar 4.1.5

Transportasi menuju Madu Efi

Sumber : Damri kabanjahe, 2019

7. Alat Barbeque

Madu efi menyediakan fasilitas alat barbeque bagi wisatawan yang bermalam dimana alat tersebut dikenakan biaya Rp. 100.000 baik perlengakapan pendukung lainnya.

8. Akses Jalan

Akses jalan dari Kabanjahe menuju Madu Efi sangat bagus, namun memasuki objek wisata Madu Efi jalan belum diaspal dan masih berbatu.

Jalan masuk Madu Efi dari jalan besar menuju objek wisata berkisar 500 meter. Pada malam hari jalan Siosar menuju Kabanjahe sering kabut, tidak adanya pembatas jalan dan kurangnya lampu jalan mengakibatkan pengendara yang melaju di malam hari harus berhati-hati.

(45)

Gambar 4.1.6

Jalan Masuk Menuju Madu Efi

Sumber : Dok. Anggy, 2019

9. Area bermain anak

Area bermain anak telah disediakan oleh pengelola objek wisata Madu Efi namun dalam proses penyelesaian.

Fasilitas yang tersedia di Madu Efi sudah memadai sebagai daerah tujuan wisata. Fasilitas yang tersedia seperti toilet, cafe, area parkir, penginapan sudah dapat dikatagorikan layak sebagai objek wisata. Namun fasilitas yang ada hanya tidak lengkap dan seadanya. Tidak sebanding dengan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Madu Efi, terlebih saat puncaknya liburan.

Area parkir yang sempit sangat sulit untuk bus pariwisata. Area parkir yang masih tanah mengakibatkan lumpur dan jalan yang licin jika datang hujan.

Hal ini sering terjadi di objek wisata yang mengakibatkan wisatawan urung untuk berkunjung. Area parkir dapat dikembangkan dengan memperluas wilayah parkir, dimana saat musim liburan tidak menyulitkan wisatawan yang datang. Semakin luas nya lahan parkir mampu mendorong jumlah wisatawan yang datang. Toilet

(46)

yang sedikit mengakibatkan wisatawan yang datang mengantri saat ingin menggunakan fasilitas tersebut. Sepanjang perjalanan dari Kabanjahe menuju Madu Efi akan sulit ditemui toilet umum. Penambahan toilet sangatlah penting, melihat lokasi Madu Efi yang berada diperbukitan dan jauh dari kota.

Cafe yang sempit tidak mampu menampung banyak wisatawan yang datang khusus nya diwaktu libur, hal tersebut membuat wisatawan tidak bisa beristrahat sambil menikmati indahnya pemandangan Madu Efi. Madu Efi memiliki wilayah yang luas sangat cocok adanya pembangunan seperti pondok- pondok yang layak untuk wisatawan beristrahat. Hal tersebut dapat menambah rasa nyaman untuk wisatawan setelah menempuh perjalanan yang jauh. Tidak adanya pos keamanan tidak menjamin barang-barang wisatawan aman saat berada di Madu Efi, begitu juga dengan tidak adanya mushola menyulitkan wisatawan yang datang untuk beribadah. Pembangunan fasilitas mushola dan pos keamanan merupakan hal penting dalam suatu objek wisata.

Madu Efi menyediakan fasilitas penginapan yaitu area berkemah. Melihat wisatawan yang datang biasanya adalah wisatawan keluarga, hal ini mengurangi minat wisatawan untuk menikmati keindahan bermalam di Madu Efi.

Penambahan area penginapan seperti cottage sangat cocok di kawasan ini kareana berada di perbukitan yang menambah nilai jual untuk objek wisata Madu Efi.

Pada saat ini sebagian besar wisatawan hanya menggunkan area berkemah sebagai latar untuk mengabadikan moment saat berada di Madu Efi.

Spot photo merupakan salah satu fasilitas yang sangat diminati oleh wisatawan yang datang. Madu Efi memiliki spot poto yaitu area berkemah yang didesain unik. Pemanfaatan objek wisata yang ada di Madu Efi dapat dijadikan

(47)

sebagai penambahan fasilitas spot poto seperti penamabahan ayunan bergantung, rumah pohon, sepada bergantung yang berlatarkan gunung Sinabung. Hal tersebut dapat dilihat secara langsung dan diabadikan oleh wisatawan.

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Madu Efi memiliki kendala transportasi. Daerah yang jauh dari perkotaan hanya ada 1 angkutan umum yang ada setiap harinya. Wisatawan yang datang ke Madu Efi biasanya membawa kenderaan pribadi atau dari travel agent. Hal ini dapat menjadikan sulitnya akses menuju objek wisata Madu Efi. Penambahan angkutan umum merupakan cara agar mempermudah akses wisatawan untuk berkunjung.

Pusat informasi merupakan hal yang penting pada suatu objek wisata.

Wisatawan yang datang ke Madu Efi sendiri tidak mengetahui hal- hal apa saja yang bisa dilakukan di objek wisata tersebut. Hal ini mengakibatkan kan tidak berjalannya atraksi wisata yang ada.

4.2 Atraksi Wisata Madu Efi

Atraksi wisata dan objek wisata adalah dua hal yang menjadi daya tarik utama dari sebuah tempat tujuan wisata. Tempat tujuan wisata yang baik adalah tempat yang harus mampu memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi wisatawan. Kesan dan pengalaman inilah yang akan membuat wisatawan mempertimbangkan untuk melakukan kunjungannya kembali. Madu Efi memiliki beberapa atraksi wisata yang berkonsepan agrwowisata yang ada dimana wisatawan dapat merasakan nya ketika berada dilokasi ini. Atraksi yang ada berupa atraksi peternaka dan perkebunan. Berikut ini adalah atraksi yang ada di Madu Efi yaitu:

(48)

1. Peternakan Lebah

Madu efi mempunyai 7 cluster dengan 15-20 koloni lebah yang memproduksi madu disetiap cluster. Peternakan lebah ini merupakan awal pembentukannya objek wisata Madu Efi yang kemudian berkembang.

Peternakan lebah sangat cocok dengan kawasan Madu Efi dikarenakan lanskapnya ditumbuhi bunga liar tropis sepanjang tahun. Wisatawan yang ingin melihat langsung peternakan lebah dibimbing langsung oleh pengelola.

Gambar 4.2.1 Cluster Peternakan Lebah

Sumber : Dok. Anggy, 2019

2. Perkebunan Jeruk

Kawasan objek wisata madu Efi ini dulunya adalah kawasan perkebunan jeruk, berdasarkan alasan yang sering di katakan oleh pengelola yakni penjualan Jeruk di Indonesia harganya tidak pernah stabil dan data tersebut sudah dihimpun bertahun – tahun. Maka sebagian besar kebun jeruk tersebut ditebang dan hanya disisahkan sedikit saja dan yang ada saat ini adalah bagian dari pelengkap pariwisata Kebun Efi saja.

(49)

3. Peternakan Kuda dan Sapi

Peternakan kuda di kawasan Madu Efi merupakan pelengkap dari keindahan Madu Efi. Nuansa pedesaan merupakan konsepan dari adanya peternakan kuda dan sapi. Peternakan ini masih tergolong sedikit.

Gambar 2.2.3 Peternakan Kuda Madu Efi

Sumber : Dok. Anggy, 2019

4. Perkebunan Bunga

Perkebunan bunga merupakan tempat yang sangat diminati oleh wisatawan. Bunga yang tumbuh sepanjang tahun sejenis kenkir hias, sulfur cosmos dan amaranthus cruenthus. Warna-warni yang indah menjadikan Madu Efi semakin indah. Perkebunan bunga merupakan tempat dimana wisatawan banyak berphoto

(50)

Gambar4.2.2

Perkebunan Bunga Madu Efi

Sumber : Dok. Anggy, 2019

Perkebunan jeruk, peternakan lebah, peternakan kuda dan perkebunan bunga adalah atraksi wisata berkonsepan agrowisata yang ada di Madu Efi.

Atraksi wisata ini mempengaruhi rasa kenyamanan yang mampu mendorong rasa kesenangan diri bagi wisatawan. Pengembangan atraksi wisata sangat berpengaruh dalam kunjungan wisata. Madu Efi mempunyai agrowisata yang dapat dikembangkan lebih menarik agar wisatawan dapat merasakan ingin berkunjung kembali. Perkebunan jeruk yang sedikit dapat ditamabahi dengan berbagai jenis perkebunan yang lainnya seperti perkebunan strawberry, dimana hasil perkebunan tersebut dapat menjadi oleh-oleh bagi wisatawan dari objek wisata Madu Efi.

Kebun bunga merupakan hal yang sangat menarik perhatian wisatawan.

Jenis-jenis bunga yang ada masih tergolong sedikit, penataan bunga yang tidak teratur menjadikan kebun bunga tampak semak. Hal ini dapat dikembangkan dengan menamam bunga dengan penataan yang unik seperti bunga berbentuk hati, ataupun huruf yang menjadi ciri khas dari Madu Efi tersebut. Sehingga wisatawan dapat mengabidakan moment tersebut.

(51)

Peternakan lebah merupakan agrowisata utama yang dibuat oleh pengelola keterbatasan proses pengelolaan lebah madu sendiri mengakibatkan banyak wisatawan yang tidak dapat merasakan madu asli dari peternakan lebah. Begitu juga kurangnya kelengkapan keamanan saat wisatawan ingin secara langsung belajar pengolahan sarang lebah menjadi madu, hal tersebut tidak menjamin keselamatan wisatawan. Madu efi mempunyai 7 cluster perternakan lebah.

Wisatawan yang datang tidak semua beruntung menikmati madu apabila ingin berkunjung, karena keterbatasan hasil produksi lebah. Hal ini bisa dikembangkan dengan penambahan peternakan lebah agar wisatawan dapat menikmati madu tanpa harus menunggu lama.

Peternakan Kuda sangatlah menarik untuk dikembangkan dimana selama ini kuda yang ada di Madu Efi hanya sebagai pajangan saja. Hal ini dapat dikembangkan dimana wisatawan dapat berkeliling menikmati nuansa pedesaan dengan menunggangi kuda. Peternakan sapi yang ada dapat dikembangkan menjadi produksi susu sapi dimana wisatawan dapat berinteraksi langsung dalam proses produksi susu sapi. Kurang nya informasi yang ada wisatawan yang datang ke Madu Efi merasakan kebingungan apa saja yang akan dilakukan di objek wisata tersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan perlu adanya pengembangan dalam objek wisata maka akan menimbulkan rasa nyaman dan rasa ingin kembali ke objek wisata tersebut. Madu Efi sendiri memiliki potensi objek wisata yang indah dan adanya atraksi wisata. Potensi objek wisata Madu Efi sangatlah kompleks yang diinginkan wisatawan pada satu objek wisata tanpa harus mencari objek wisata lainnya.

(52)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu perlu adanya pengembangan fasilitas di objek wisata Madu Efi seperti pengembangan area parkir, penambahan toilet, pembangunan tempat beristirahat, penambahan transportasi umum yang sangat berpengaruh dalam akses menuju Madu Efi, penambahan fasilitas penginapan berupa cottage, penambahan fasilitas keamanan dan pusat informasi dimana wisatawan yang datang ke Madu Efi tidak merasa bingung karena adanya atraksi wisata yang ditawarkan di Madu Efi sendiri.

Pengembangan atraksi wisata tersebut dapat dikembangkan dengan potensi yang ada berupa agrowisata seperti pengembangan peternakan lebah, penataan taman bunga, pemanfaatan peternakan kuda sebagai alat transoprtasi untuk menikmati keindahan Madu Efi dan pemanfaatan peternakan sapi menjadi produksi susu sapi.

Pengembangan pariwisata yang maju akan mengahsilkan berbagai efek yang menguntungkan salah satu nya kemajuan pariwisata yang ada di Kabupaten Karo.

Objek wisata Madu Efi merupakan salah satu objek wisata baru yang memiliki potensi. Apabila adanya pengembangan maka Madu Efi dapat menjadi daerah tujuan wisatawan. Dalam hal ini perlu adanya penyusunan hal yang perlu dikembangkan berdasarkan kebutuhan wisatawan.

(53)

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan dalam pengembangan daya tarik objek wisata Madu Efi adalah:

1. Kepada Pengelola

Pengembangan fasilitas-fasilitas sangatlah penting bagi suatu objek wisata semakin nyaman dan banyaknya fasilitas mempengaruhi jumlah kunjungan. Pengembangan atraksi wisata merupakan salah satu bentuk promosi yang baik untuk objek wisata tersebut, dilihat dari wisatawan saat ini mengabadikan objek wisata melalui media sosial. Banyak wisatawan mencari hal-hal unik pada suatu objek wisata.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah dapat bekerjasam dengan pengelola objek wisata agar hal tersebut berdampak baik dalam industri pariwisata dalam meningkatkan taraf prekonomian masyarakat sekitar objek wisata ataupun masyarakat Kabupaten Karo.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Richardson, Jhon and Martin Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism.

Australia: Person Education.

Spillane, james. 1985. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta.

Kanisius.

Pendit, I Nyoman, s. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradyana Paramita

Yoeti, A Oka. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:

Pradya Paramitha.

Yoeti, A. Oka. 1996. Pengantar Pariwisata. Bandung: Angkasa Offiset.

Yoeti, A. Oka. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa

Yoeti, A. Oka. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan lingkungan Hidup.

Jakarta: Pertja

Undang-undang Nomor 09 Tahun 1990 tentang Pariwisata Kabupaten Karo info. Info Pelayanan Kabupaten Karo.

Tersedia: http/www.karokab.go.id

SK Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No.

204/KPTS/HK/050/4/1989.

Tersedia :https://www.SK+Menparpostel+dan+Menteri+Ppertanian.com

Gambar

Gambar 4.1.2  Cafe Madu Efi
Gambar 4.1.3   Toilet Madu Efi
Gambar 4.1.4  Area parkir Madu Efi
Gambar 4.2.1  Cluster Peternakan Lebah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Strategi $& - Berbantuan Interaktif Kelas X”. Pemilihan materi suhu dan kalor, dikarenakan hasil pantauan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik

Pegadaian Unit Pelayanan Syariah melakukan segmentasi dengan memberikan gambaran bagi pihak pemasaran untuk kepada siapa produk Mulia ini akan dipasarkan dan

Pada penilaian aspek ke-3 yaitu 96% dan aspek ke-4 yaitu 93% dari keseluruhan siswa menyatakan merasa lebih aktif ketika belajar dan merasakan suasana yang

Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) adalah suatu kegiatan pengenbangan implementasi kurikulum di kelas yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dapat mengembangkanfisik motorik halus anak di

Penelitian tindakan kelas ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaralan IPS, serta berdasarkan hasil belajar pra tindakan yaitu daya serap

Pada Tahun 2012 Pemerintah Daerah Provinsi Lampung memiliki program penegasan Batas Daerah melaui kegiatan Pelacakan Batas Daerah antara Kabupaten Mesuji dengan

Berdasarkan rumusan permasalahan, dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) sebagai alat analisis, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1). Pengembangan karir