• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

1.7 Sistematika Penyajian

Penulisan kertas karya ini, agar tersusun secara sistematis, penulis membaginya dalam lima bab yang bertujuan untuk memperoleh suatu susunan yang lebih mudah diikuti dan dipahami. Masing-masing bab menjelaskan topik yang berbeda sesuai dengan judul yang tercantum pada setiap bab yang akan diuraikan. Sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis

Menjelaskan tentang uraian kepariwisataan yang meliputi pengertian pariwisata, bentuk dan jenis pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian objek dan daya tarik wisata, jenis-jenis pariwisata, agrowisata, pengertian sarana dan prasarana kepariwisataan dan upaya pengembangan kepariwisataan.

BAB III : Gambaran Umum

Dalam bab ini membahas tentang letak geografis, bentuk pemerintahan, potensi pariwisata, sejarah Siosar, objek wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

BAB IV : Pengembangan Daya Tarik Objek Wisata Madu Efi di Kabupaten Karo.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang bersifat sementara dan tujuannya bukanlah untuk mencari nafkah tetapi untuk memenuhi kebutuhan refresing dan kesenangan, serta dilakukan dengan jangka waktu pendek, dan pelaku wisata atau wisatawan akan kembali ke tempat asalnya. Aktivitas ini tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung oleh beberapa komponen wisata seperti: akomodasi, restoran, sarana transportasi, dan lain sebagainya.

Menurut etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Pari dan Wisata. Pari yang berarti banyak, keliling, berputar-putar, berkali-kali, berulang-ulang sedangkan Wisata merupakan perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pariwisata dapat dikatakan perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam bahasa Inggris, pariwisata disebut dengan istilah tour sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kata kepariwisataan disebut dengan istilah tourism atau tourisme. Menurut definisi yang luas seperti yang dikatakan oleh Spillane (1985:5) mengungkapkan: “…

Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.

Pariwisata menurut Macintosh dalam Yoeti (1985: 48) menjelaskan:

Pariwisata adalah sejumlah gejala dan hubungan yang timbul, mulai dari interaksi antara wisatawan dari satu pihak, perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan wisatawan dan pemerintah, serta masyrakat yang bertindak sebagai tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan dimaksud.

Definisi pariwisata juga mengandung beberapa pokok unsur seperti yang di katakan Richardson and Fluker (2004:5) menyampaikan:

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa pokok, yaitu:

1. Adanya unsur travel (perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur tempat „tinggal sementara‟ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya.

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.

2.2 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang unik terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut. Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun jalan-jalan menuju objek wisata.

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan aktifitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas, sebagai daya tarik wisatawan.

Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam

daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik buatan manusia. Objek dan daya tarik wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.

Menurut undang-undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan menyebutkan:

1. Objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:

2. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

3. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Selanjutnya Yoeti (1996:174-176) mengatakan ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah: Iklim, Bentuk tanah dan pemandangan, Hutan belukar, Flora dan fauna, Pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. Tata hidup masyarakat (way of life) Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.

2.3 Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Pengertian objek wisata dan atraksi wisata merupakan adanya kenikmatan secara langssung yang dirasakan wisatawan pada objek wisata tersebut. Misalnya Festival Pesta Buah dan Bunga di Kabupaten Karo. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak

menggunakan istilah “tourist attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Yoeti (1985:160) yaitu:

Adapun pengertian objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.

Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu, sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Objek wisata juga harus memiliki kriteria agar dapat diminati para pengunjung. Seperti yang dikatakanYoeti, (1985 :164) menyebutkan: Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi

sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.4 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Jenis- jenis pariwisata adalah pengelompakan wisatawan berdasarkan motif dan kebutuhan wisatawan tersebut pergi ke daerah tujuan wisata. Berdasarkan beranekaragamnya motif-motif yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, maka pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis Pendit (1994 :41) yaitu :

1. Wisata Budaya ( Cultural Tourism )

Wisata ini dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan ini disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni ( seni tari, drama, music, dan seni suara ), atau kegiatan yang bermotif kesejajaran dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari - hari diamana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani, yaitu dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara yang menyehatkan, dan lain – lain.

3. Wisata Olah Raga

Wisata yang dilakukan untuk tujuan berolah raga, diantaranya bermaksud untuk ikut ambil bagian dalam turnamen atau pesta – pesta olah raga, baik yang sifatnya nasional maupun internasional seperti Asean Games, Olympiade Thomas Cup, Uber Cup, dan lain sebagainya.

4. Wisata Komersial

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.

5. Wisata Industri

Wisata yang umumnya dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang – orang awam ke suatu komplek atau daerah

perindustrian dimana terdapat pabrik –pabrik atau bengkel – bengkel besar dengan maksud untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa polotik, misalnya perayaan ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris di London, dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi beraneka warna diadakan secara meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

7. Wisata Konvensi

Wisata yang dilakukan untuk perjalanan atau kunjungan mengikuti pelaksanaan konvensi, seperti konverensi, musyawarah, symposium, atau sidang yang diadakan setiap tahun. Biasanya, peserta yang mengikuti acara ini tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

8. Wisata sosial

Wisata ini merupakan jenis wisata pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan, misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.Organisasi ini berusaha membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.

9. Wisata Pertanian

Wisata ini merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya, dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam disekitar perkebunan.

10. Wisata Cagar Alam

Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha – usaha dengan jalan mengatur wisata ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. Yang kelestariannya di lindungi oleh undang – undang.Wisata cagar ala mini banyak dilakukan oleh penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta tanaman beraneka ragam yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

11. Wisata Bulan Madu

Wisata perjalanan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas – fasilitas khusus demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka yang menimbulkan kesan seakan – akan berada di surga lokal. Perjalanan yang disebut wisata bulan madu biasanya dilakukan selama sebulan setelah pernikahan dilangsungkan di tempat – tempat romantic.

2.5 Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan pertanian. Menurut SK bersama Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfatkan lahan masyarakat setempat, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Yoeti (2000: 143) menyatakan:

Agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan,perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

2.6 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisa

Sarana Pariwisata adalah perusahan-perusahan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secra langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

Yoeti(1996:184) menyatakan :

1. Sarana Akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makanan dan minuman serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bongalow, mess dan sebagainnya.

2. Sarana Transportasi adalah pelayanan yang menyediakan jasa pengangkutan seperti pengangkutan udara, laut, maupun darat. Adapun pengangkutan yang tersedia seperti bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3. Sarana Restaurant adalah pelayanan yang menyediakan tempat makan seperti rumah makan, warung-warung yang berada disekitaran objek wisata dan mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

4. Sarana Souvenir adalah pelayanan yang menyediakan cendramata khas dari objek wisata tersebut dan mendapat pengahsilan dari penjualan cendramata khas objek wisata tersebut.

Prasarana kepariwisata adalah semua fasilitasyang memungkin agar sarana kepariwisataan dapt hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasana tersebut adalah:

1. Pelayanan Perhubungan seperti jalan raya, rel kreta api, bandar udara dan pelabuhan laut.

2. Pelayanan Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Pelayanan Telekomunikasi, baik itu telepon, radio, televisi, kantor pos.

4. Pelayanan Kesehatan seperti rumah sakit maupun puskesmas

5. Pelayanan Keamanan seperti post satpam, penjaga objek wisata, maupun pos polisi disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan berupa pusat informaasi maupun pemandu wisata.

Dalam pengembangan objek wisata, srana dan prasarana tersebut harus disediakan sebaik mungkin apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan nyaman dan betah berkunjung untuk melakukan wisata disana maka akan meningkatkan jumlah kunjungan maka akan berguna untuk ekonomi untuk masyarakat disekitar objek wisata.

2.7 Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun sarana dan prasarana sebagai pendukung utama dalam meningkatkan arus wisatawan ke daerah objek wisata yang dikembangkan.

Pengembangan kepariwisataan merupakan peningkatan kualitas maupun kuantitas pariwisata yang memberikan fasilitas-fasilitas pendukung untuk meningkatkan arus wisatawan ke suatu daerah objek wisata. Pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah objek wisata, stevange (1997:2) menyatakan: “...Pengembangan kepariwisataan adalah kegiatan dalam meningkatkan mutu kepariwisataan dengan tujuan meningkatkan arus wisatawan ke suatu objek wisata yang dikembangkan itu”.

Yoeti, (2000:25) “...Pengembangan kepariwisataan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kualitas daerah tujuan wisata sehingga sarana dan prasarana sangat dibutuhkan sebagai pendukung utama untuk peningkatan kualitas suatu objek wisata”. Upaya pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk menciptakan sebuah objek wisata yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, sehingga upaya-upaya pengembangan kepariwisataan sangat dibutuhkan dalam kualitas objek wisata yang dikunjungi (sinaga:1995) menyatakan:

1. Membangun objek-objek wistaa yang ada dengan pendekatan sosial budaya.

Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat disekitar objek wisata yang akan dikembangkan, sehingga masyrakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

2. Mengadakan pendekatan konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat sekitar objek wisata.

3. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana sera fasilitas di kawasan wisata.

4. Pemerintah melakukan kebijakan dalam pembangunan kepariwisataan yaitudengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan kebudayaan.

5. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan kreatifitas ide usaha kawasan wisata.

6. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan serta meningkatkan mutu dan pelayanan.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Sejarah Kabupaten Karo

Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten disalah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba.

Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Keberadaan Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.

Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan

keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H.M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar selain kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka.

3.2 Letak Geografi Kabupaten Karo

Gambaran Umum Kabupaten Karo Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050‟ s/d 03 019‟ LU dan 97 055‟ s/d 98 038‟ BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau 212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan:

1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara;

2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur;

3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan

4. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat.

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

3.2.1 Ditinjau Dari Topografinya

Ditinjau dari kondisi topografinya (hamparan wilayahnya), wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah + 140 m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang

dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal.

Sebagaian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/elevasi +140 m s/d 1400 m di atas permukaan air laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia.

Persentase terhadap Luas Kabupaten Menurut

3.2.2 Ditinjau Dari Iklimnya

Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei.

3.3 Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Dataran tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumtera Utara adalah:

1. Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

2. Jarak dari Ibukota Provinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

2. Jarak dari Ibukota Provinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

Dokumen terkait