• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : URAIAN TEORITAS TENTANG KEPARIWISATAAN 9

2.3 Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Pengertian objek wisata dan atraksi wisata merupakan adanya kenikmatan secara langssung yang dirasakan wisatawan pada objek wisata tersebut. Misalnya Festival Pesta Buah dan Bunga di Kabupaten Karo. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak

menggunakan istilah “tourist attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Yoeti (1985:160) yaitu:

Adapun pengertian objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.

Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu, sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Objek wisata juga harus memiliki kriteria agar dapat diminati para pengunjung. Seperti yang dikatakanYoeti, (1985 :164) menyebutkan: Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi

sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.4 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Jenis- jenis pariwisata adalah pengelompakan wisatawan berdasarkan motif dan kebutuhan wisatawan tersebut pergi ke daerah tujuan wisata. Berdasarkan beranekaragamnya motif-motif yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, maka pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis Pendit (1994 :41) yaitu :

1. Wisata Budaya ( Cultural Tourism )

Wisata ini dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan ini disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni ( seni tari, drama, music, dan seni suara ), atau kegiatan yang bermotif kesejajaran dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari - hari diamana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani, yaitu dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara yang menyehatkan, dan lain – lain.

3. Wisata Olah Raga

Wisata yang dilakukan untuk tujuan berolah raga, diantaranya bermaksud untuk ikut ambil bagian dalam turnamen atau pesta – pesta olah raga, baik yang sifatnya nasional maupun internasional seperti Asean Games, Olympiade Thomas Cup, Uber Cup, dan lain sebagainya.

4. Wisata Komersial

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.

5. Wisata Industri

Wisata yang umumnya dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang – orang awam ke suatu komplek atau daerah

perindustrian dimana terdapat pabrik –pabrik atau bengkel – bengkel besar dengan maksud untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik

Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa polotik, misalnya perayaan ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris di London, dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi beraneka warna diadakan secara meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

7. Wisata Konvensi

Wisata yang dilakukan untuk perjalanan atau kunjungan mengikuti pelaksanaan konvensi, seperti konverensi, musyawarah, symposium, atau sidang yang diadakan setiap tahun. Biasanya, peserta yang mengikuti acara ini tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

8. Wisata sosial

Wisata ini merupakan jenis wisata pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan, misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.Organisasi ini berusaha membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.

9. Wisata Pertanian

Wisata ini merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya, dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam disekitar perkebunan.

10. Wisata Cagar Alam

Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha – usaha dengan jalan mengatur wisata ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. Yang kelestariannya di lindungi oleh undang – undang.Wisata cagar ala mini banyak dilakukan oleh penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta tanaman beraneka ragam yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

11. Wisata Bulan Madu

Wisata perjalanan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas – fasilitas khusus demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka yang menimbulkan kesan seakan – akan berada di surga lokal. Perjalanan yang disebut wisata bulan madu biasanya dilakukan selama sebulan setelah pernikahan dilangsungkan di tempat – tempat romantic.

2.5 Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan pertanian. Menurut SK bersama Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfatkan lahan masyarakat setempat, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Yoeti (2000: 143) menyatakan:

Agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan,perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

2.6 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisa

Sarana Pariwisata adalah perusahan-perusahan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secra langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

Yoeti(1996:184) menyatakan :

1. Sarana Akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makanan dan minuman serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bongalow, mess dan sebagainnya.

2. Sarana Transportasi adalah pelayanan yang menyediakan jasa pengangkutan seperti pengangkutan udara, laut, maupun darat. Adapun pengangkutan yang tersedia seperti bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3. Sarana Restaurant adalah pelayanan yang menyediakan tempat makan seperti rumah makan, warung-warung yang berada disekitaran objek wisata dan mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

4. Sarana Souvenir adalah pelayanan yang menyediakan cendramata khas dari objek wisata tersebut dan mendapat pengahsilan dari penjualan cendramata khas objek wisata tersebut.

Prasarana kepariwisata adalah semua fasilitasyang memungkin agar sarana kepariwisataan dapt hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasana tersebut adalah:

1. Pelayanan Perhubungan seperti jalan raya, rel kreta api, bandar udara dan pelabuhan laut.

2. Pelayanan Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Pelayanan Telekomunikasi, baik itu telepon, radio, televisi, kantor pos.

4. Pelayanan Kesehatan seperti rumah sakit maupun puskesmas

5. Pelayanan Keamanan seperti post satpam, penjaga objek wisata, maupun pos polisi disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan berupa pusat informaasi maupun pemandu wisata.

Dalam pengembangan objek wisata, srana dan prasarana tersebut harus disediakan sebaik mungkin apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan nyaman dan betah berkunjung untuk melakukan wisata disana maka akan meningkatkan jumlah kunjungan maka akan berguna untuk ekonomi untuk masyarakat disekitar objek wisata.

2.7 Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun sarana dan prasarana sebagai pendukung utama dalam meningkatkan arus wisatawan ke daerah objek wisata yang dikembangkan.

Pengembangan kepariwisataan merupakan peningkatan kualitas maupun kuantitas pariwisata yang memberikan fasilitas-fasilitas pendukung untuk meningkatkan arus wisatawan ke suatu daerah objek wisata. Pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah objek wisata, stevange (1997:2) menyatakan: “...Pengembangan kepariwisataan adalah kegiatan dalam meningkatkan mutu kepariwisataan dengan tujuan meningkatkan arus wisatawan ke suatu objek wisata yang dikembangkan itu”.

Yoeti, (2000:25) “...Pengembangan kepariwisataan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kualitas daerah tujuan wisata sehingga sarana dan prasarana sangat dibutuhkan sebagai pendukung utama untuk peningkatan kualitas suatu objek wisata”. Upaya pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk menciptakan sebuah objek wisata yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, sehingga upaya-upaya pengembangan kepariwisataan sangat dibutuhkan dalam kualitas objek wisata yang dikunjungi (sinaga:1995) menyatakan:

1. Membangun objek-objek wistaa yang ada dengan pendekatan sosial budaya.

Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat disekitar objek wisata yang akan dikembangkan, sehingga masyrakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

2. Mengadakan pendekatan konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat sekitar objek wisata.

3. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana sera fasilitas di kawasan wisata.

4. Pemerintah melakukan kebijakan dalam pembangunan kepariwisataan yaitudengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan kebudayaan.

5. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan kreatifitas ide usaha kawasan wisata.

6. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan serta meningkatkan mutu dan pelayanan.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Sejarah Kabupaten Karo

Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten disalah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba.

Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Keberadaan Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.

Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan

keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H.M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar selain kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka.

3.2 Letak Geografi Kabupaten Karo

Gambaran Umum Kabupaten Karo Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050‟ s/d 03 019‟ LU dan 97 055‟ s/d 98 038‟ BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau 212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan:

1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara;

2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur;

3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan

4. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat.

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

3.2.1 Ditinjau Dari Topografinya

Ditinjau dari kondisi topografinya (hamparan wilayahnya), wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah + 140 m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang

dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal.

Sebagaian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/elevasi +140 m s/d 1400 m di atas permukaan air laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia.

Persentase terhadap Luas Kabupaten Menurut

3.2.2 Ditinjau Dari Iklimnya

Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei.

3.3 Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Dataran tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumtera Utara adalah:

1. Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

2. Jarak dari Ibukota Provinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

3. Sarana akomodasi yang memadai.

4. Memiliki alam yang indah dan sejuk.

Memiliki banyak objek dan daya tarik wisata yaitu:

1. Keindahan Alam / Panorama yaitu, Sipiso-piso dan Gundaling.

2. Danau yaitu, Danau Toba dan Lau Kawar.

3. Air Panas Alam yaitu, Semangat dan Gunung Debuk-Debuk.

4. Atraksi Budaya yaitu, Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren.

5. Peninggalan Sejarah yaitu, Putri Hijau dan Museum 6. Agrowista yaitu, Kebun Jeruk, Kol, Bunga.

Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata maka di Kabupaten Karo telah tersedia Sarana dan parasarana penunjang kepariwisataan. Fasilitas tersebut seperti, Hotel Berbintang, Telekomunikasi, Bank, Tempat Penukaran Uang, Biro Perjalanan, Rumah Sakit Umum.

(Akun Resmi Pemerintah Kabupaten Karo).

3.4 Sejarah Kawasan Relokasi Sioasar

Gunung api Sinabung merupakan gunung api yang terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Ketinggian gunung api ini sekitar 2460 meter. Erupsi gunung Sinabung terjadi secara terus menerus yang dimulai sejak tahun 1975-1976. Kegiatannya sempat berhenti dalam waktu yang panjang. Kemudian pada tanggal 29 Agustus 2010 terjadi erupsi besar dimana status gunung api Sinabung naik menjadi Awas (level IV) dan mengakibatkan

±12.000 jiwa mengungsi. Pada tanggal 23 September 2010 statusnya diturunkan menjadi Siaga (level III), dan kembali diturunkan menjadi Waspada (level II) pada tanggal 7 Oktober 2010.

Gunung api Sinabung kembali meletus dan statusnya meningkat menjadi Siaga (level III) pada tanggal 15 September 2013. Sejak tanggal 2 Juni 2015 hingga saat ini statusnya kembali naik menjadi Awas (level IV). Desa terdampak yang telah habis tertimbun oleh material vulkanik kini mencapai puluhan desa.

Erupsi yang berkelanjutan memang telah menyebabkan meluasnya daerah-daerah yang terkena dampak bencana erupsi. Gunung api Sinabung memang jenis gunung yang unik mengingat erupsi berkelanjutan yang cukup lama. Karena sifatnya yang demikian, lembaga-lembaga nasional hingga internasional, pemerintah pusat,

pemerintah daerah, BPBD dan BNBP menyibukkan diri untuk mencanangkan program-program bagi para korban erupsi.

Pada tahun 2014, kawasan relokasi Siosar mulai dibangun oleh pemerintah.

Dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada akhir bulan di tahun 2015, kawasan relokasi sudah dibuka untuk warga. Disini pemerintah bersama TNI, BNPB dan Satuan Tugas Pembangunan Rumah Tinggal sudah membangun 370 unit rumah dan bangunan-bangunan atau ruang publik lainnya. Untuk luasan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar 1120 Ha. Desa relokasi tahap I adalah desa yang berada pada zona merah yang mencakup tiga desa. Ketiga desa ini dikenal dengan sebutan “Bekassi”, yaitu Desa Bekerah, Desa Suka Meriah, dan Desa Simacem, desa yang kini menjadi tempat tinggal baru bagi para korban bencana untuk memulai kehidupan yang baru yang tidak terlepas dari budaya lama yang mereka bawa ke lingkungan baru tersebut.

3.5 Potensi Pariwisata di Kawasan Siosar

1. Potensi Alam Potensi alam Kawasan Siosar adalah gunung dan panorama yang indah. Salah satu pesona di kawasan Siosar adalah puncak pada ketinggian 2,000 meter dari permukaan laut. Puncak 2,000 memiliki panorama yang indah, hamparan perkebunan, panorama Gunung Siosar, dan dapat melihat sebagian dari Kabupaten Karo. Daerah wisata Siosar juga memiliki hutan pinus yang dapat dimanfaatkan menjadi tempat berwisata seperti camping dan kegiatan lainnya. Selain itu, terdapat Gunung Sibuaten yang potensial dikembangkan. Akses 26 jalan ke Gunung Sibuaten masih sulit, sehingga pengunjung yang datang tidak

2. Potensi Pertanian di Kawasan Siosar memiliki luas 185 Ha. Potensi pertanian di Siosar tanaman sayuran, kopi dan tanaman bunga. Saat ini tanaman yang banyak di Siosar adalah tanaman sayuran dan kopi. Jenis hewan ternak yang dibudidaya di Siosar adalah sapi, ayam kampung, kelinci dengan populasi terbanyak adalah ternak ayam kampung.

3. Potensi Budaya Masyarakat Desa Wisata Siosar mayoritas adalah suku Karo sehingga kebudayaan yang ada di desa tersebut adalah kebudayaan Karo. Sistem kehidupan masyarakat dilakukan dengan tradisi dan kebudayaan karo. Desa Karo terkenal tarian karo yang sering ditampilkan pada acara acara kebudayaam, acara perkawinan, acara pesta desa dan acara memperingati hari kemerdekaan.

3.6 Gambaran Umum Objek Wisata Madu Efi

Objek wisata Madu Efi berdiri sejak 2016 yang dikelola oleh bapak Dr.Felix Zulhendri yang terletak di desa Kacinambun, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang merupakan Provinsi Sumatera Utara. Madu Efi merupakan tempat objek wisata baru yang berada di perbukitan puncak 2000, dimana wilayah tersebut terletak di daerah relokasi pengungsi gunung Sinabung. Madu Efi

Berjarak 13 kilometer dari kota Kabanjahe yang berada diantara 16-27 derajat celcius. Awal mulanya wisata Madu Efi hanya dijadikan sebagai tempat peternakan lebah dimana madu yang dihasilkan akan dijual kebeberapa tempat ataupun kepada masyarakat setempat. Dengan berjalannya waktu penggelola melihat adanya potensi ataupun peluang untuk mengembangkan peternakan menjadi objek wisata Madu Efi.

Objek wisata Madu Efi mulai terkenal karena lokasinya yang berdekatan dengan relokasi pengungsi gunung Sinabung yaitu Siosar, selain itu kawasan madu efi sangat sejuk yang sangat mencuri perhatian wisatawan yang ingin berkunjung. Objek wisata Madu Efi memiliki tarif untuk memasuki kawasan tersebut dimana wisatawan dikenakan biaya Rp.10.000/orang sudah dapat menikmati suasana pedesaan di perbukitan dengan bentang alam yang indah. Jam operasional Madu Efi buka dari hari Selasa-Minggu dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore dengan luas wilayah 28 hektar. Untuk sampai ke lokasi Madu Efi wisatawan dapat menggunkan kendaraan roda dua maupun roda empat karena akses jalan ke Madu Efi sudah dapat dikatakan layak. Jarak tempuh perjalanan menuju lokasi dari Medan ke Madu Efi membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 jam perjalanan.

Nama Madu Efi yang dikelola oleh masyarakat setempat memiliki arti dan

Nama Madu Efi yang dikelola oleh masyarakat setempat memiliki arti dan

Dokumen terkait