• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA TUTUP BOTOL HIAS DI KELOMPOK A BA AISYIYAH REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA TUTUP BOTOL HIAS DI KELOMPOK A BA AISYIYAH REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI

KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA TUTUP BOTOL

HIAS

DI KELOMPOK A BA AISYIYAH REPAKING KECAMATAN

WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Oleh:

ROSIDAH

NIM 116-14-012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ِة ٰىَيَحْلا ُتَنيِز َنىُنَبْلاَو ُلاَمْلا

ُتٰيِقٰبْلاَو ۖ اَيْنُّدلا

ُت ٰحِل ّٰصلا

ًلَمَأ ٌرْيَخَواًباَىَث َكِّبَر َدنِعٌرْيَخ

:فهكلا﴿

٦٤

Artinya : “Harta dan anak-anakmu adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu

serta lebih baik menjadi harapan.”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Semua anggota keluargaku, suami dan anakku, orang tuaku, adik-adikku yang semuanya telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan. 2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo‟akanku dan mendukungku. 3. Semua dosen dan guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku. 4. Semua ustadz-dan ustadzahku yang telah mendidikku dengan sabar. 5. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, BA‟Aisyiyah Repaking.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,

sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama Islam.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) diInstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“Pengembangan Fisik

Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce dengan Media Tutup Botol Hias

di Kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd,selakuDekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Prodi PIAUD IAIN Salatiga. 4. Bapak Imam Mas Arum, S. Pd. M. Pd, selaku Dosen Pembimbing

Skripsiku yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga

(9)

ix

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 25 September 2018

(10)

x ABSTRAK

Rosidah. 2018. Pengembangan Fisik Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce dengan Media Tutup Botol Hias di BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018.Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, S. Pd. M. Pd.

Kata Kunci: Motorikhalus, Meronce, Media tutup botol hias

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dapat mengembangkanfisik motorik halus anak di kelompok A BA Aisyiyah RepakingKecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018?.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus masing-masing terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara menghitung pencapaian nilai hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui

kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dapat mengembangkan fisik motorik halus di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018. Hal ini dapat

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(12)

xii

E. Hipotesis Penelitian ... 9

1. Hipotesis Tindakan ... 9

2. Indikator Keberhasilan ...9

F. Metode Penelitian...10

1. Rancangan Penelitian ...10

2. Subjek Penelitian ...15

3. Langkah-Langkah Penelitian ...16

4. Instrumen Penelitian ...17

5. Pengumpulan Data... 18

6. Analisis Data ...20

7. Sistematika Penulisan ...22

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Fisik Motorik Halus ...24

1. Pengertian Fisik Motorik Halus ...24

2. Unsur-unsur Keterampilan Motorik Halus...26

3. Karakteristik Pengembangan Fisik Motorik Halus ...28

4. Tujuan Pengembangan Fisik Motorik Halus...30

5. Fungsi Pengembangan Fisik Motorik Halus ...31

6. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak TK ...31

7. Kategori Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini ...33

8. Prinsip-prinsip Pengembangan Motorik Halus AUD ...34

B. Pengertian Meronce ...35

1. Meronce ...35

2. Jenis Bahan Meronce ...36

3. Aspek Meronce ...36

4. Meronce Bagi Anak Usia Dini ...37

5. Langkah-langkah Dalam Meronce ...38

C. Pengertian Media Tutup Botol Hias ...48

D. Botol ...40

1. Pengertian Botol ...40

(13)

xiii

E. Alat Permainan Edukatif untuk Mengembangkan Fisik

Motorik Halus Anak Usia Dini ...42

F. Kajian Pustaka ...45

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ...48

1. Sejarah Berdirinya BA Aisyiyah Repaking ...48

2. Profil Sekolah ...49

3. Visi, Misi, dan Tujuan BA Aisyiyah Repaking ...49

4. Tenaga Pendidik ...50

5. Jumlah Data Siswa ...50

6. Subjek dan Karakteristik Siswa ...50

7. Sarana dan Prasarana ...52

8. Pelaksanaan Penelitian ...52

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...53

1. Deskripsi Penelitian Pra Siklus ...53

2. Deskripsi Penelitian Siklus I ...53

3. Deskripsi Penelitian Siklus II ...62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...71

1. Data Hasil Belajar Persiklus...73

a. Pra-Siklus ...73

b.Siklus I ...75

c.Siklus II ...77

2. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Persentase Tolak Ukur Keberhasilan Persiklus ...80

a. Pra-Siklus ...80

b. Siklus I ...81

1) Data Hasil Perbandingan Siklus I ...81

(14)

xiv

c. Siklus II ...87

1) Data Hasil Perbandingan SiklusII ...87

2) Hasil Pengamatan Siklus II ...90

B. Pembahasan ...93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...98

B. Saran ...99

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembar Observasi siswa ...19

Tabel 1.2 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan Meronce Anak ...21

Tabel 3.1 Daftar Tenaga Pendidik BA Aisyiyah Repakin ...49

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa BA Aisyiyah Repaking ...49

Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa BA Aisyiyah Repaking ...50

Tabel 3.4 Daftar Ruang BA Aisyiyah Repaking ...51

Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ...57

Tabel 3.6 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...59

Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus I ...67

Tabel 3.8 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...68

Tabel 4.9 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan Meronce Anak ...71

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ...71

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra-Siklus ...72

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I ...75

Tabel 4.5 Hasil PenilaianSiklus II ...77

Tabel 4.6 Nilai Pra-Siklus ...79

(16)

xvi

Ukur Keberhasilan ...80

Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru Siklus I ...82

Tabel 4.9 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...84

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Tolak Ukur Keberhasilan ...87

Tabel 4.11 Lembar Oservasi Guru Siklus II ...89

Tabel 4.12 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...91

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas ...11 Gambar 4.14 Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Tuntas KBM ...95 Gambar 4.15 Penurunan Hasil Belajar Siswa Yang Belum Tuntas

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I ...103

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II ...105

Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I ...107

Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...109

Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus II ...110

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...112

Lampiran 7 Hasil Penilaian Pra siklus ...113

Lampiran 8 Hasil Penilaian Siklus I ...114

Lampiran 9 Hasil Penilaian Siklus II ...115

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Penelitian ...116

Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ...117

Lampiran 12 Surat Pengajuan Pembimbing ...118

Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi ...119

Lampiran 14 Dokumentasi ...120

Lampiran 15 SKK ...130

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi

awal bagi pertumuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada

pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia itu dan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Untuk itu

rangsangan/ stimulus melalui melalui pelayanan pendidikan anak usia dini sangat diperlukan. Oleh karena itu layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Imas Kurniasih (2009: 5) arti pentingnya pendidikan anak usia dini saat ini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan

Forum pendidikan dunia tahun 2000 di Dakkar, Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakkar Frame Work for Action Education for All) yang salah

satu butirnya menyatakan: “Memperluas dan memperbaiki keseluruhan

perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terutama bagi

anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung”.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(20)

2

lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkemangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini diharapkan menjadi

bekal dan kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

Froebel (Ernawulan Syaodih, 2005: 10) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan suatu fase yang sangat penting dan

berharga. Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak –anak

merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Jika orang dewasa

mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi

dan bawaan anak maka anak akan berkembang secara wajar dan terbentuk

dengan baik.

Sebagaimana dalam ayat Al-Qur‟an tentang pentingnya pendidikan anak, tertuang dalam Firman Allah SWT (Q. S. Al-Kahfi: 46)

ِة ٰىَيَحْلا ُتَنيِز َنىُنَبْلاَو ُلاَمْلا

:فهكلا﴿ ًلَمَأ ٌرْيَخَواًباَىَث َكِّبَر َدنِعٌرْيَخُت ٰحِل ّٰصلاُتٰيِقٰبْلاَو ۖ اَيْنُّدلا

٦٤

Artinya : “Harta dan anak-anakmu adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu

(21)

3

Berdasarkan firman Allah tersebut di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bagi anak itu lebih penting dari pada apapun. Dan anak

membutuhkan banyak stimulasi terlebih dari orang tua atau dari para pendidik di Taman Kanak-Kanak. Ada berbagai macam kemampuan dasar

yang harus dikembangkan, meliputi bahasa, sosial emosional, kognitif, fisik atau motorik dan seni. Kemampuan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Pada masa ini perkembangan keterampilan yang

berkaitan dengan motorik halus anak sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh Andang Ismail (2006: 84) yang menyatakan bahwa

melatih motorik halus anak adalah berfungsi untuk melatih keterampilan dan kecermatannya menggunakan jari-jemari dalam kehidupan sehari-hari. Anak usia dini memiliki energi yang tinggi. Energi ini dibutuhkan

untuk melakukan berbagai aktivitas guna meningkatkan keterampilan fisik yang berkaitan dengan motorik halus, seperti membentuk atau

memanipulasi dari tanah liat/ lilin/ adonan, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce). Aktivitas aktivitas tersebut berfungsi untuk melatih

koordinasi antara mata dan tangan, yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain (Sumantri, 2005: 145). Kenyataannya saat ini banyak

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang kurang memahami kegiatan yang cocok agar peserta didik dapat berkembang secara optimal,

(22)

4

memaksimalkan perkembangan peserta didik karena majalah TK tidak dapat mengeksplorasi aspek perkembangan anak dan anak bosan dengan

kegiatan tersebut. Seharusnya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan lebih bervariasi agar anak dapat lebih mudah menyerap pembelajaran

yang diajarkan dan apabila media yang diajarkan sesuai dengan tema anak akan lebih bereksploras dengan berbagai macam kegiatan.

Berdasarkan pengamatan di BA Aisyiyaha Repaking Wonosegoro

di kelompok A menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan fisik motorik halus anak. Dari 30 anak, masih terdapat 13 anak atau 43,33%

yang belum mampu memegang crayon, cara memegang pensil masih ada yang belum benar, mewarnai gambar yang masih keluar garis, melipat yang belum simetris dan menggunting belum rapi. Kelincahan dan

kelenturan anak belum terlihat jelas dan menulis namanya sendiri. Dikatakan berhasil apabila kriteria ketuntasan minimal (KBM) yaitu 60

(B), banyaknya siswa memperoleh nilai 60 (B) ke atas atau minimal 85%. Faktor lain adalah karena pembelajaran meronce memakai media yang kurang bervariasi dan guru hanya terpaku pada majalah TK, sehingga

guru kurang memahami perkembangan anak didik.

Media yang digunakan untuk perkembangan motorik halus anak

masih monoton selain itu di BA Aisyiyah belum pernah menggunakan media pembelajaran dari tutup botol bekas/hias baik dalam membentuk

(23)

5

mampu meronce berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran. Kenyataannya sebagian besar anak pada kelompok A belum mampu meronce

berdasarkan bentuk, warna dan ukuran. Oleh karena itu perlu media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus yaitu meronce menggunakan tutup botol bekas/hias.

Saat pembelajaran yang mengembangkan motorik halus melalui

kegiatan meronce anak TK A menunjukkan bahwa masih banyak yang belum bisa memasukkan benang ke dalam lubang roncean dengan tepat

dan kemampuan anak untuk mengikat tali masih perlu bimbingan dari guru. Ini menggambarkan perkembangan koordinasi motorik halus belum berkembang secara optimal.

Ada berbagai macam bahan untuk meronce misalnya dengan bahan dari kertas, daun dan sedotan. Kertas merupakan suatu bahan yang

berbentuk lembaran. Kertas dibuat dari serat kayu. Kertas banyak digunakan untuk menggambar, menulis dan sebagainya. Kertas memiliki kelebihan yaitu lebih ringan. Kertas juga memiliki banyak kelemahan,

antara lain mudah robek, rusak, kotor, terbakar dan basah,apabila kertas digunakan untuk meronce maka anak akan frustasi karena bahan dari

kertas mudah robek.

Melihat uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin

(24)

6

Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu agar mengetahui tentang metode yang tepat untuk digunakan

dalam meningkatkan perkembangan fisik motorik halus anak usia dini dengan judul “Pengembangan fisik motorik halus melalui kegiatan

meronce dengan media tutup botol hias di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun

2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka didalam penelitian ini dapat

diajukan rumusan masalah “ Apakah melalui kegitan meronce dengan

media tutup botol hias dapat mengembangkan fisik motorik halus anak di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun

2017/2018?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengembangkan fisik motorik halus melalui kegiatan meronce dengan media tutup botol hias di kelompok

A BA Aisyiyah Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun 2017/2018. 2. Tujuan Khusus

(25)

7

b. Mengetahui proses kegiatan meronce untuk meningkatkan motorik halus anakdidik dengan media tutup botol bekas yaitu tutup botol

hias.

c. Mengetahui sejauh mana perkembangan motorik halus anak didik

setelah mengikuti kegiatan meronce dengan bahan tutup botol bekas/hias.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis adalah:

a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan

profesional guru.

b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya

pengembangan fisik motorik halus melalui kegiatan meronce pada anak usia dini.

c. Bagi guru RA/ BA dapat menambah wawasan betapa pentingnya

memahami karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan perkembangan fisik

motorik halus melalui kegiatan meronce.

d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif

(26)

8

2. Manfaat praktis yang dapat dapat disampaikan oleh penulis adalah a. Bagi Anak Didik

1) Proses belajar mengajar lebih menyenangkan bagi anak. 2) Anak akan lebih terlatih dalam meronce.

3) Meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

4) Anak akan senang bergerak (anggota tangan), sehingga akan tumbuh menjadi anak yang ceria/ senang dalam mengikuti

kegiatan pembelajan. b. Bagi Guru

1) Mempermudah guru dalam memecahkan masalah tentang perkembangan motorik halus anak ddidik.

2) Memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan hasil

pembelajaran.

3) Guru lebih percaya diri, jika PTK mampu membuat guru

berkembang sebagai tenaga kerja profesional.

4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

c. bagi RA

1) Meningkatkan kualitas pendidikan

2) Memberi sumbangan pemikiran yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin atau peningkatan kemampuan profesional

(27)

9

3) Meningkatkan kualitas BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro.

4) Dapat menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang

masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Dwiloka, 2012: 29). Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian

ini adalah:

“Ada perkembangan fisik motorik halus anak melalui kegiatan

meronce dengan media tutup botol hias di kelompok A BA Aisyiyah

Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun Ajaran 2017/2018”. 2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator dapat dikatakan berhasil:

a. apabila hasil belajar tiap siswa kelompok A BA Aisyiyah setelah menggunakan kegiatan meronce dengan media tutup botol hias

dapat mencapai ketuntasan belajar minimal (KBM) yaitu 60 (B). b. Dan dikatakan tuntas apabila banyaknya siswa kelompok A BA

Aisyiyah memperoleh nilai 60 (B) ke atas minimal 85%.

(28)

10

apabila 85% dari jumlah siswa sudah mencapai KBM maka penelitian ini akan dihentikan.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research, suatu bentuk kajian merupakan suatu metode penelitian untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang berbasis evaluasi diri

secara singkat PTK dapat didefisinikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kond mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi-kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap :

(29)

11 SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas

Kurt Lewin (Arikunto, 2002: 84)

Berdasarkan model yang dibuat oleh Kurt Lewin di atas, penelitian ini sudah dirancang dalam tiga tahap, yaitu pra siklus,

siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi setiap akhir pelaksanaan

tindakan dengan diberi post test untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa.

PLAN

ACTION & OBSERVATIONN

ANALYSIS & REFLECTION

REVISED PLAN

PALAN

ACTION & OBSERVATION

ANALYSIS & REFLECTION

(30)

12 1. Pra siklus

Tahap pra siklus ini peneliti lakukan dengan cara melihat

secara langsung pembelajaran yang ada di Kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

Di akhir pembelajaran peneliti memberikan tes untuk mengetahui kemampuan awal anak terhadap kegiatan meronce yang sudah dilaksanakan.

2. Siklus I

a. Plan (Perencanaan)

1) Perencanaan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran klasikal yang akan diterapkan dalam pembelajaran meronce. Penekanan perencanaan disini

adalah menyiapkan anak berada pada suasana penyadaran diri untuk termotivasi belajar dengan menekankan keaktifan

anak dalam proses pembelajaran dan berada pada konsentrasi terhadap materi pembelajaran meronce yang sedang dibahas.

2) Menentukan pokok bahasan yaitu Meronce.

3) Menyusun RPPH dengan pokok bahasan meronce yang

didalamnya kegiatan siswa, lembar observasi untuk guru pengampu, dan lembar catatan selama aktivitas

(31)

13

4) Menjelaskan kepada anak tentang kegiatan meronceyang menggunakan media tutup botol hias bertujuan agar anak

siap mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan indikator pencapaian dalam pembelajaran tersebut.

b. Action (Pelaksanaan)

Pada tahap tindakan ini pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup

botol hias dengan pokok bahasan meronce yang sesuai duai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dan

direncanakan dengan guru kelas (Pelaksana). c. Observation (Pengamatan)

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan

pengamatan pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui tingkah laku dan sikap anak dan seberapa jauh efek kemajuan

tindakan ketika mengikuti pembelajaran meronce dengan menerapkan model pembelajaran demonstrasi yang menggunakan media tutup botol hias. Pengamatan dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah dibuat. Hasil dari analisis data pada tahap

ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Juga diperhatikan kendala yang terjadi pada saat diterapkannya

(32)

14 d. Refectin (Refleksi)

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan analisa

hasil observasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama diterapkannya pembelajaran dengan model pembelajaran

demonstrasi yang menggunakan media tutup botol hias, apakah berhasil atau tidak tindakan yang diberikan. Apabila pelaksanaan siklus I belum tuntas berdasarkan indikator

keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.

3. Siklus II

a. Plan (Perencanaan)

1) Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif masalah

berdasarkan refleksi siklus pertama.

2) Pengembangan skenario pembelajaran dengan model

pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup botol hias.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan II sebagai upaya penyempurnaan model pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup

botol hias berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. c. Pengamatan

(33)

15

pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup botol hias. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. d. Refleksi

Hasil dari tahap observasi pada tindakan kedua meliputi aktivitas, sikap atau perilaku anak selama mengikuti pembelajaran yang berlangsung di kelas, cara mengajar, serta

kendala yang ditemui ketika pembelajaran. Hal apa yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu menjadi perhatian pada

tindakan berikutnya. Jika permasalahan dirasa cukup, dalam arti setelah dilakukan tes formatif pada akhir tindakan kedua ini dan hasilnya sesuai dengan indikator keberhasilan yakni rata-rata

nilai siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 60 sudah mencapai batas minimal yaitu 85% dari jumlah siswa, maka

tindakan ini sudah dihentikan. 2. Subjek Penelitian

a. Subjek

Sujek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah anak didik BA Aisyiyah kelompok A, Dusun Repaking Rt/Rw 02/04, Desa

Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 30 siswa , yang terdiri dari 15

(34)

16

A karena anak usia 4-5 tahun masih banyak memerlukan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus gerakan fisik motorik halusnya.

b. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah BA Aisyiyah Dusun Repaking,

Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. c. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran

2017/2018.

Model pembelajaran yang digunakan di BA Aisyiyah Repaking

masih menggunakan model klasikal, karena adanya keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik.

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu:

a. Tahap rencana

1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode kreasi gambar huruf abjad yaitu membuat (RKH)

Rencana Kegiatan Harian.

2) Menyiapkan berbagai bahan roncean yang akan diajarkan pada

anak didik.

3) Menyiapkan bahan roncean yang akan ditugaskan kepada anak

(35)

17 4) Membuat simulasi perbaikan b. Tahap tindakan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan kegiatan meronce sesuai dengan konsep pembelajaran

yang tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahap perencanaan.

c. Tahap pengamatan

Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis

untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara terlampir

d. Tahap analisis dan refleksi

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan

penelitian, tahap refleksi meliputi :

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran 2) Evaluasi hasil observasi

Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk dilakukan perbaikan pada siklus II.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian

(36)

18

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan

menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan

pembelajaran, alat dan sumber belajar, hasil penilaian. b. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi :

1) Profil sekolah, data guru dan siswa

2) Foto kegiatan pembelajaran 3) RKH

5. Pengumpulan Data

Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh

karena itu peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu :

a. Lembar Observasi

Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian di bidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 2 panca inderanya yaitu penglihatan dan tangan (peraba). Menurut Sukardi (2009 :78) menyatakan bahwa observasi

akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja anak didik

(37)

19

belajar, praktik meronce dengan media tutup botol hias pada anak didik.

Tabel 1.1 Lembar Observasi Siswa

No Aspek yang diamati Skor Keterangan

1 2 3 4 1. Merespon apersepsi yang

diberikan guru

Mulai berkembang

2. Memperhatikan penjelasan guru

Mulai berkembang

3. Menjawab pertanyaan yang diberikan guru

Berkembang sesuai harapan

4. Berani bertanya kepada guru

Berkembang sesuai harapan

5. Berani mengemukakan pendapat

Berkembang sesuai harapan

6. Mampu melaksanakan kegiatan meronce dengan baik

Mulai berkembang

7. Mengungkapkan informasi yang telah diketahui

Berkembang sesuai harapan

8. Menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari

BSH = Berkembang Sesuai Harapan (3) BSB = Berkembang Sangat baik (4) b. Dokumentasi

Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan

(38)

20

Strategi ini menurut Sukardi (2009 : 81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana

dan keadaan siswa. 6.Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul

kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka – angka dan data kualitatif yang

dinyatakan dalam kata-kata dan simbol.

Analisis data menurut Arikunto (2008 : 128) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

penelitian dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke

(39)

21

Tabel 1.2 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan

Meronce Anak kurang tepat atau anak tidak mau mencoba.

2 Mulai

Berkembang (MB)

Jika anak bisa dengan bantuan meniru teman.

3 Berkembang

Sesuai Harapan (BSH)

Jika anak bisa dengan bantuan awalan

4 Berkembang

Sangat Baik (BSB)

Jika anak bisa tanpa bantuan

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil

tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksanaan kegiatan pembelajaran digunakan untuk

melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya. Analisi data terhadap anak

dilakukan beberapa tahap seperti Wihardi, (2009: 2.19) yaitu : 1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. 2. Menghitung persentase peningkatan kosaka anak. Persentase

(40)

22

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa,

digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = Persentase keberhasilan kelas

F = Frekuensi N = Jumlah siswa

7. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan

sistematika skripsi ini secara garis besar menjadi beberapa bagian: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang: latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,hipotesis

tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian, sistematika penulisa skripsi.

Bab II Landasan teori. Bab ini berisi tentang pengertian perkembangan, fisik motorik halus, meronce, dan berbagai macam Persentase keberhasilan kelas = Total persentase pencapaian kelas x100%

Jumlah siswa

Jumlah skor maksimum = Skor maksimum butir amatan x jumlah butir amatan

(41)

23

roncean yang dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik halus pada anak.

Bab III Hasil penelitian, Gambaran umum lokasi, subjek penelitian, dan penyajian data.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan.

(42)

24 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengembangan Fisik Motorik Halus

1. Pengertian Fisik Motorik Halus

Perkembangaan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan selanjutnya. Ketika fisik berkembang dengan baik

memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya dengan tanpa bantuan dari

orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar.

Fisik motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti

keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga

namungerakan ini menggunakan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Oleh karena itu, koordinasi mata dan tangan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan orang yang lebih

tua.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan

dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, salain anak

(43)

25

anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya suatu gambar.

Sumantri (2005: 143) menyatakan bahwa motorik halus adalah

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dari mata dankoordinasi

dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alatuntuk mengerjakan suatu objek.

Demikian pula menurut Sujiono (2008: 125) menyatan bahwa motorik halusa dalah gerakan yang hanya meletakkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil saja, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari dan gerakan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani.

Laura E. Berk (2013: 66) menyatakan bahwa gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf kecil lainnya. Kemampuan gerak yang baik juga

mengalami lonjakan pertumbuhan di masa anak-aanak prasekolah. Seiring membaiknya penguasaan tangan dan jari-jemari,anak kecil mampu

menggabungkan teka-teki, membuat bangunan balok kecil, memotong dan mencocokkan, dan membuat untaian manik-manik.

Hal yang sama dikemukakan oleh Putra dan Rudyanto (2005: 118)

(44)

26

Bambang Sujiono (2008: 13) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tuuh tertentu saja dan

dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu,

gerakanini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak berkreasi, seperti menggunting

kertas, menggamba, mewarnai serta menganyam.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya meliatkan bagian-bagian tubuh tertentu

saja dan dilakukan oleh otot-ototkecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yangtepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

2. Unsur-unsur Keterampilan Motorik Halus

Marisson (2012) menyatakan bahwa motorik halus atau gerak ringan seperti menggambar, mewanai, melukis, memotong dan menempel.

Aktivitas tersebut sering dilakukan pada anak masa prasekolah di dalam kegiatannya. Dalam standar kurikulum TK tercantum bahwa tujuan

pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni

(45)

27

mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang

pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motorik

halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.

Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari dan pergelangan tangan yang

tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun kegiatan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang

cermat.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus,

menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, mengayam kertas serta

menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan

(46)

28

a. Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll.

b. Sosialisai, contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.

c. Menggembangkan konsepdiri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.

d. Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap

kemandirian yang dilakukannya.

e. Berguna bagi keterampilan dalam aktivtas sekolah misalnyamemegang

pensil atau pulpen.

3. Karakteristik Pengembangan Motorik Halus

Satrock (2007: 216) menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar melibatkan aktivitas otot yang besar, keterampilan motorik halus melibatkan gerakan-gerakan yang diselaraskan. Memegang mainan,

menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau meraih sesuatu yang memerlukan ketangkasan jari menunjukkan keterampilan motorik halus. Anak usia 3 tahun menunjukkan kemampuan yang lebih matang untuk

mencari dan menangani sesuatu dibandingkan ketika mereka masih bayi. Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak-anak telah meningkat

lebih cepat.

(47)

29

untuk menggenggam dan digunakan hanya untuk mencoret-coret. Cara ini dilakukan oleh anak usia 2-3 tahun. Setelah itu cara memegang pensil

sudah berkembang lebih baik lagi, tidak menggunakan seluruh jari melainkan hanya dengan jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah.

Pada saat ini anak tidak lagi lengan dan bahu untuk ikut melakukan

gerakan menulis atau menggambar, melainkan lebih banyak tertumpu pada gerakan jari. Marisson (2012) karakteristik keterampilan motorik anak dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerakan halus pada anak

belum terlalu berbeda dari kemampuan gerak halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan itu sendiri

masih sangat kaku.

b. Pada saat anak menginjak usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah mengalami kemajuan dan geraknya sudah lebih baik dan cepat

dibandingkan pada usia sebelumnya. Sehingga gerakantersebut terlihat cenderung ingin sempurna.

c. Di usia 5 tahun, anak mengalami peningkatan terhadap koordinasi motoriknya sehingga lebih sempurna. Tangan, lengan, dan tubuh

bergerak di bawah koordinasi mata.

(48)

30 untuk menggerakkan ujung pensil.

Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik

halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil Karena anak belum mampu

mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain.

4. Tujuan Pengembangan Motorik Halus pada Anak TK

Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan

berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.

Sedangkan kompetensi dasar motorik anak TK yang dapat dikembangkan guru saat anak memasuki lembaga prasekolah/TK adalah

anak mampu :

a.Melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih

keberanian;

b. Mengekspresikan diri dan berkreasi berbagai gagasan dan imajinasi

dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kompetensi anak Tk yang diharapkan dapat dikembangkan guru

(49)

31

dan kesiapan untuk menulis, keseimbangan, dan melatih keberanian .

5. Fungsi Pengembangan Motorik Halus pada Anak TK

Fungsi pengembangan motorik halus pada anak TK (Depdiknas, 2004:2), sebagai berikut:

a. Melatih kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan.

b. Memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik/motorik, rohani dan kesehatan anak.

c. Membentuk,membangun,danmemperkuattubuhanak. d. Melatih keterampilan/ketangkasan gerak dan berpikir anak. e. Meningkatkan perkembangan emosional anak.

f. Meningkatkan perkembangan social anak.

g. Menumbuhkan perasaan menyukai dan memahami manfaat kesehatan

pribadi.

6. Metode Pengembangan Motori Halus Anak TK

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, metode dipilih guru berdasarkan strategi kegiatan yang sudah

dipilih dan ditentukan. Metode juga merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode yang digunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak, seperti untuk

kegiatan motorik halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce, dan sebagainya.

(50)

32

pengembangan motorik anak guru perlu menentukan dan merencanakan: a. Tujuan kegiatan;

b. Tema/topik kegiatan; c. Metode;

d. Tempat kegiatan;

e. Peralatan dan bahan yang akan digunakan;

f. Urutan langkah kegiatan apa saja yang nantinya akan dilakukan guru

dan anak didiknya.

Metode merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu.Untuk mengembangkan motorik anak, guru dapat menerapkan metode-metode yang akan menjamin anak tidak mengalami cidera dan menyesuaikannya dengan karakteristik anak TK. Hal-hal yang perlu

dilakukan guru dalam pemilihan metode untuk meningkatkan motorik anak TK adalah menciptakan lingkungan yang aman dan kegiatan yang

menantang, menyediakan tempat, bahan dan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, serta membimbing anak mengikuti kegiatan tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menggunakannya. Untuk

memilih metode pembelajaran yang sesuai tujuan pengembangan motorik anak. Selain itu, metode yang akan dipilih harus memungkinkan anak

(51)

33

7. Kategori Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini

Benyamin Bloom (1956) menyatakan bahwa rentang penguasan

psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Bloom mengklasifikasikan domain psikomotorik

ke dalam lima kategori, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut adalah sebagai berikut:

a. Imitation(Peniruan)

Imatation adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya.

b. Manipulation(Penggunaan konsep)

Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai

kemampuan manipulasi.

c. Presition(Ketelitian)

Presitionadalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu.

d. Articulation(Perangkaian)

Articulation adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antarorgan tubuh, saraf, dan mata secara cermat.

e. Naturalization(Kewajaran/Kealamiahan)

Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar

(52)

34

8. Sumantri (2005: 147), Pengembangan motorik halus anak usia dini

hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak. b. Belajar sambil bermain.

c. Kreatif dan inovatif. d. Lingkungan kondusif. e. Tema.

f. Mengembangkan keterampilan hidup. g. Menggunakan kegiatan terpadu.

h. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Selain itu juga, agar perkembangan motorik halus anak optimal, anak harus :

1) Memiliki kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus.

2) Di beri kesempatan untuk belajar.

3) Di beri bimbingan dan model yang baik untuk di tiru. 4) Didampingi saat bermain, sehingga dapat diberikan contoh

menggunakan motorik halusnya.

5) Diberi dukungan bila mengalami kesulitan.

6) Menciptakan suasan yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkembangan motorik halusnya.

(53)

35 B.Pengertian Meronce

1. Meronce

Jika merangkai adalah menyusun bendaatau komponen bentuk lainnya seperti menata meja, kursi dan lainnya, maka fungsi meronce

juga sama. Akan tetapi kegiatan meronce adalah menata dengan bantuan mengikat komponen tadi dengan utas atau tali. Dengan teknik ikatan ini,

seseorang akan memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama dibandingkan dengan benda yang ditata tanpa ikatan. Gambar berikut ini adalah contoh roncean yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penataan

bentuk-bentuk yang sama maupun tidak antara benda-benda tersebut secara tidak sengaja menjadikan lebih menarik. Hasil karya roncean

tersebut menjadi benda seperti kalung, atau hiasan dinding.

Meronce merupakan pekerjaan yang mencerminkan wujud

penghargaan terhadap keindahan benda-benda alam. Hajar Pamadhi dan Sukardi (2010: 9.4) meronce adalah teknik membuat benda pakai/hias

dari bahan manik-manik, biji-bijian atau bahan lain yang dapat dilubangi dengan alat tusuk sehingga dapat dipakai. Kegiatan meronce adalah salah satu materi yang bisa diberikan pada anak usia dini. Kegiatan

memasukkan manik-manik kedalam benang ini merupakan latihan agar anak dapat berkonsentrasi serta melatih koordinasi antara matadan

(54)

36 2. Jenis Bahan Meronce

a. BahanAlam

Ada bermacam-macam bahan dari alam yang bisa dibuat menjadi

hiasan dengan teknik meronce, contohnya kulit kerang dan biji-bijian, batang, buah, cabang serta bebatuan (biji sawo, biji srikaya, biji jarak, biji kapuk randu).

b. Bahan Buatan

Bahan buatan biasanya adalah bahan hasil olahanyang diproduksi dari

pabrik dan mudah didapat di toko yang menyediakan benda kerajinan seperti mote-mote atau manik-manik, sedotan yang terbuat dari plastiik,

kaca dan logam, bahan-bahan ini umumnya lebih awet dari pada bahan alami dari biji-bijian.

3. Aspek Meronce

HajarPamadhidan Evan Sukardi (2010: 9.5) beberapa aspek meronce yaitu:

a. Permainan

Meronce dapat berfungsi untuk alat bermain anak, dan benda-benda tersebut juga untuk latihan memperoleh kepuasan rasa dan memahami

keindahan.

b. Kreasi dan Komposisi

(55)

37 c. Keindahan

Aspek keindahan dari meronce terletak pada cara menyusun benda-benda sebagai komponen rangkaian dapat menarik perhatian.

d. Kerajinan dan Ketekunan

Menuntut ketelitian yaitu usaha memberikan pelatihan menyusun, menata dalam bentuk rangkaian yang sesuai dengan rancangan dan

tidak mudah rusak susunannya.

4. Meronce Bagi Anak Usia Dini

Hajar Pamadhidan Evan Sukardi (2010) kaitan meronce bagi anak usia dini yaitu :

a. Keterampilan menata dapat diterapkan untuk menata peralatan sekolah

agar mudah dikenali isi buku serta tugasnya, menata tempat tidur agar anak menyenangi kerapian dan ketertiban, menata barang mainannya

sendiri agar tetaprajin, disiplin sera mandiri.

b. Bagi kejiwaan anak yaitu akan tumbuh sikap percaya diri, kerajinan, ketelitian, ketepatan, kesesuaian dan keindahan.

c. Kerajinan menata dapat digunakan untuk membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas rumah tangga dan akhirnya mempunyai rasa

tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga.

5. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam meronce:

a. Meronce berdasarkan warna, ini adalah tahapan yang paling rendah

(56)

38

b. Meronce berdasarkan bentuk, ini satu langkah maju yaitu anak dapat mengenal bentuk manik-manik.

c. Meronce berdasarkan warna dan bentuk, anak mulai bisa menggabungkan mana yang memiliki bentuk sama atau warna yang

sama, berilah jarak 3 manik-manik atau warna untuk memudahkan anak.

d. Meronce berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, tahapan yang cukup

sulit bagi anak karena mulai menggabungkan 3 komponen sekaligus.

C.Pengertian Media Tutup Botol hias

Media tutup botol hias adalah media/alat yang dibuat dari tutup botol yang sudah tidak dipakai, namun dapat dimanfaatkan menjadi sumber

belajar. Tutup botol yang sudah tidak dipakai tersebut diberi hiasan dari kain flanel yang sudah dibentuk menjadi buah-buahan atau yang lainnya. Media tutup botol hias dapat dilihat oleh indera penglihatan dengan kata lain media

visual.

Menurut Arsyad (2002: 91) media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, visual dapat pula menumbuhkan minat

sisiwa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Pendapat lain juga mengatakan alat bantu (media) visual dalam

kegiatan belajar mengajar yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, mempertinggi

(57)

39

Sementara itu Wibawa (1991: 28) berpendapat bahwa media visual dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk (a) mengembangkan

visual, (b) mengembangkan imajinasi anak, (c) meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, dan (d) mengembangkan kreativitas

siswa.

Secara umum media visual mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan anak. Hambatan-hambatan yang

timbul disebabkan: (a) verbalisme; ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk memberikan penjelasan (b) kekacauan penafsiran, istilah

yang sama dapat ditafsirkan berbeda, dan (c) perhatian yang bercabang (Miarso, 1986: 256).

Levie & Lentz (Arsyad, 2002: 16-17) mengemukakan empat media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

a. Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilakan atau menyertai

teks materi pelajaran.

b. Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.

c. Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan peniliti yang

(58)

40 dalam gambar.

d. Fungsi Kompensatoris media visual berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang

disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Media visual memiliki kelebihan sebagai berikut (a) umumnya murah harganya, (b) mudah didapat, (c) mudah digunakan, (d) dapat

memperjelas suatu masalah, (e) lebih realitis, (f) dapat membantu mengatasi keterbatan pengamatan, dan (g) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (Wibawa, 1991: 29).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media visual

adalah media yang hanya dapat dilihat dan mampu memberikan pengalaman visual kepada siswa sehingga dapat mengatasi

hambatan-hambatan dalam belajar dan dapat menumbuhkan minat siswa dengan memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

D.Botol

1. Pengertian Botol

Botol adalah wadah atau tempat penyimpanan dengan bagian leher

yang lebih sempit dari pada badan dan “mulut”-nya.

Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, atau alumunium, dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dll. Botol dari plastik biasanya dibuat secara

ekstrusi.

(59)

41

botol (eksternal) atau sumbat (internal). Botol dapat juga ditutup dengan cara segel induksi.

2. Sejarah Botol

Botol gelas dan botol kaca pasti ada disetiap rumah di seluruh

dunia.Kaca pertama kali dibuat sekitar 7000 SM. Manik yang terbuat dari kaca alami seperti obsidian, batu kristal, batu akik, atau onyk. Botol gelas

pertama diproduksi sekitar 1500 SM.

Industri kaca jar dan botol kaca di Amerika, ditemukan pada tahun 1600-an, ketika pemukiman di Jamestown membangun tungku peleburan kaca yang pertama. Industri botol kaca yang mahal biasanya menggunakan

mesin peniupan kaca.

Penemuan mesin botol peniup kaca otomatis pada tahun 1903 merubah produk-produk kaca menjadi bentuk-bentuk yang beragam

seperti saat ini.

Di jaman sekarang, memproduksi botol kaca secara massal itu sudah sangat memungkinkan. Botol juga bisa di produksi dengan tinggi, berat, dan volume yang seragam maupun beragam sesuai kebutuhan.

Besar produksi-produksi di era modern ini sangat praktis untuk

menghasilkan lebih dari 1.000.000 botol sehari secara otomatis.

E.Alat Permainan Edukatif untuk Mengembangkan Fisik Motorik Halus

Anak Usia Dini.

Sama halnya dengan aspek perkembangan lainnya, aspek

(60)

42

berkembang dengan baik, karena aspek perkembangan ini juga berpengaruh terhadap perkembangan aspek lainnya, seperti aspek kognitif, aspek seni, dan

juga aspek lainnya.

Untuk menstimulasi perkembangan aspek fisik motorik anak juga diperlukan adanya alat permainan edukatif, sebagaimana pada aspek yang

lain juga diperlukan adanya alat permainan edukatif. Karena kita ketahui bersama bahwa alat permainan edukatif bukan semata-mata sebuah alat permainan yang dibuat agar anak merasa senang, tetapi merupakan sebuah

alat permainan yang sengaja dirancang untuk tujuan pendidikan. Hal ini selaras dengan pengertian alat peraga edukatif yang dikemukakan oleh Badru

Zaman (2007:63), bahwa APE untuk anak TK adalah alat yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK.

Berikut ini adalah salah satu contoh alat permainan edukatif yang dapat digunakan untuk menstimulasi perkembangan fisik motorik halus anak

usia dini yaitu “Tutup Botol Hias‟‟.

Tutup botol hias merupakan sebuah alat peraga edukatif yang penulis buat sendiri. Diberi nama tutup botol hias karena bentukya yang

beraneka ragam dan diberi hiasan/cantik. APE “tutup botol hias‟‟ini, terbuat

dari bahan dasar tutup botol bekas, yang berasal dari botol minuman yang

sudah tidak terpakai, yang dihias dengan kain flanel.

(61)

43 melakukan gerakan yang rumit.

1. Langkah-langkah untuk pembuatan APE “tutup botol hias‟‟, adalah sebagai berikut:

a. Cuci tutup botol bekas yang telah dikumpulkan

b. Lubangi botol bekas tersebut pada dua sisi yang berlawanan, misal:

kiri-kanan, atau atas-bawah, dengan posisi tutup botol dimiringkan.Untuk melubangi tutup botol bisa menggunakan paku yang

dipanaskan, dan agar tangan tidak panas waktu memegang paku, maka jepitlah paku menggunakan tang.

c. Gunting kain flanel sesuai dengan bentuk yang kita inginkan, misal bentuk buah-buahan, binatang, dan sebagainya. Untuk ukurannya

menyesuaikan dengan besarnya tutup botol.

d. Tempelkan kain flanel yang sudah dibentuk tadi pada bagian depan tutup botol, menggunakan lem tembak.

e. Gunting benang string sepanjang ukuran yang kita butuhkan, misal 50

cm.

f. Tempelkan potongan kardus pada salah satu ujung benang. Hal ini dilakukan supaya ketika tutup botol dimasukkan pada benang, tidak

langsung lepas.

g. potong sedotan menjadi 4 bagian.

(62)

44 2. Cara penggunaan

Cara menggunakan APE ini adalah denagan memasukkan tutup botol dan sedotan satu persatu secara bergantian, ke dalam benang string.

Kegiatan seperti ini dinamakan meronce. Benda yang biasa digunakan untuk meronce adalah manik-manik, untuk itu kami sengaja merancang

dan membuat tutup botol bekas ini, sebagai alternative pengganti manik-manik dalam kegiatan meronce, agar lebih variatif.

3. Manfaat dari APE “tutup botol hias‟‟ ini yaitu:

a. Untuk mengembangkan aspek fisik motorik halus anak, khususnya pada

indikator “anak mampu menngkoordinasikan mata dan tangan untuk

melakukan gerakan yang rumit”.

b. Bisa dibuat menjadi hiasan kelas (tirai jendela).

4. Kelebihan dan kekurangan

a.Kelebihan dari APE “tutup botol hias‟‟ yaitu:

1) Alat dan bahan pembuatan mudah di dapatkan.

2) Memanfaatkan barang bekas di lingkungan sekitar.

3) Cara pembuatannya mudah

4) Alat, bahan, bentuk, dan cara penggunaannya aman untuk anak usiadini.

b. Kekurangan dari APE “tutup botol hias” yaitu: mudah rusak jika

terkena air.

5. Cara penyimpanan dan perawatan

(63)

45

disimpan di toples atau keranjang, dan ditaruh di tempat yang kering, seperti loker atau lemari. Dan untuk perawatannya bisa dilakukan dengan

cara dibersihkan dari debu dan kotoran menggunakan lap atau kemonceng.

F.Hasil penelitian yang relevan

Untuk menghindari dari tindakan plagiasi, peneliti menyajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Dalam hal ini peneliti menemukan penelitian dengan judul“ Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus dalam Kegiatan Meronce dengan Manik- Manik

Metode Demonstrasi pada Anak Kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya”, yang dilakukan oleh Tanti Darmastuti. Peneliti ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Subjek anak dengan jumlah 15 anak terdiri dari 5

anak laki-laki dan 10 anak perempuan.Indicator keberhasilan dalam penelitian ini sebesar 85%.Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana

setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali pertemuan. PadaSiklus I pertemuan 1 mencapai 45,5%, sedangkanSiklus I pertemuan 2 mencapai 51,7%, padasiklus II pertemuan 1sebesar 73,9%, sedangkanSiklus II pertemuan 2

sebesar 89,4%.

Penelitian yang kedua berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Meronce untuk Meningkatkan Perkembangan

Motorik Halus Anak Kelompok B‟‟.penelitian ini dilakukan oleh Ni KD Surya Watini, I Ketut Ardana dan M. G. Rini Kristiantari. Penelitian ini

(64)

46

Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus, subjek penelian ini 20 anak. Hasil penelitian Siklus I

sebesar 53,95% yang berada dalam kriteria sangat rendah. Sementaran itu pada Siklus II menjadi 80,7% yang berada pada kategori tinggi. Pada siklus I

ke II Siklus II terjadi peningkatan sebesar 26,75%.

Persamaan dan perbedaan hasil penelitian yang relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan :

1.Persamaan

a. Hasil dari 2 penelitian terdahulu dengan yang sekarang, Sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Penelitiannya menggunakan 2 Siklus.

c. Sama-samamembahas tentang fisik motorik halus melalui kegiatan

meronce.

2.Perbedaan

a. Metode yang digunakan pada hasil penelitian yang relevan, pada penelitian yang pertama (Demonstrasi) berbeda dengan penelitian

yang ke dua (Pemberian tugas).

b. Media yang digunakan pada hasil penelitian yang relevan, pada penelitian yang pertama (Manik-manik) berbeda dengan penelitian

yang sekarang (tutup botol hias).

(65)

47 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A.Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro

Di desa Repaking tepatnya di dukuh Repaking RT 02 RW 04 Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali terdapat sekolah Non Formaldi bawah naungan Kementrian Agama Islam. Dinamakan BA

Aisyiyah Repaking didirikan oleh guru-guru Islamiyah Repaking pada tanggal 10 Oktober 1990 dengan harapan setelah mengenyang bangku di

BA Aisyiyah Repaking langsung masuk kejenjang Sekolah Dasar/MI Islamiyah Repaking. Tujuan lainnya adalah untuk kemajuan MI Islamiyah Repaking dan mempermudah mendapatkan Murid Tahun Ajaran Baru.

Dari segi pendidikan di BA Aisyiyah Repaking diperbanyak pendidikan agama islam. Sehingga anak yang sudah selesai pendidikannya di BA

Aisyiyah Repaking bila masuk ke MI Islamiyah Repaking nanti pendidikan/pembelajan Agamanya bisa berlanjut. Berawal dari 9 siswa BA Aisyiyah Repaking berlangsung dengan baik. Selang 8 bulan tepatnya

tanggal 1 Juli 1990BA Aisyiysh Repaking resmi mendapatkan SK Operaional dari Departemen Agama di waktu itu yang sekarang menjadi

(66)

48

di BA Aisyiyah Repaking juga diperbanyak dengan ilmu agama/pendidikan islam.

2. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :

Nama : BA Aisyiyah

Tanggal Bardiri : 01 Juli1990

Ijin Operasional : Wk/5-b/1837/RA/Pgm/1990

Alamat BA : Dusun Repaking Rw 04 Rt 02

Desa : Repaking

Kecamatan : Wonosegoro

Kabupaten : Boyolali

Propinsi : Jawa Tengah

Kode POS : 57382

Email : BAaisyiyah01@gmail.com

3. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi

Gambar

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1 Lembar Observasi Siswa
Tabel 1.2  Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa BA Aisyiyah Repaking
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengembangan kemampuan motorik halus anak di kelas A Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun 2012/2013 melalui

Melalui kegiatan origami dapat melatih keterampilan anak dalam menggunakan otot-otot halus sehingga kemampuan kreativitas dan motorik halus anak dapat berkembang dengan

Permasalahannya adalah, apakah permainan meronce dalam model pembelajaran kreatif produktif dengan pendekatan tematik dapat mengembangkan kemampuan motorik halus pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce pada anak kelompok A di TK Pertiwi Sidomulyo, Delanggu kabupaten

Dari analisis data dan fakta yang ada di TK Pertiwi Jagoan Sambi, dinilai masih rendah dalam peningkatan kemampuan motorikk halus anak melalui kegiatan meronce manik -manik,

Tujuan yang ingin dicapai penulisan dalam Penelitan Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk mengetahui apakah meningkatan keterampilan motorik halus dapat diupayakan

ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce anak melalui penerapan model

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce pada Taman Kanak-Kanak Al-Fitriah Lappa Bosse Kecamatan Kajuara Kabupaten