i
PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA TUTUP BOTOL
HIAS
DI KELOMPOK A BA AISYIYAH REPAKING KECAMATAN
WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan
Oleh:
ROSIDAH
NIM 116-14-012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vi
MOTTO
ِة ٰىَيَحْلا ُتَنيِز َنىُنَبْلاَو ُلاَمْلا
ُتٰيِقٰبْلاَو ۖ اَيْنُّدلا
ُت ٰحِل ّٰصلا
ًلَمَأ ٌرْيَخَواًباَىَث َكِّبَر َدنِعٌرْيَخ
:فهكلا﴿
٦٤
﴾
Artinya : “Harta dan anak-anakmu adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu
serta lebih baik menjadi harapan.”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Semua anggota keluargaku, suami dan anakku, orang tuaku, adik-adikku yang semuanya telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan. 2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo‟akanku dan mendukungku. 3. Semua dosen dan guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku. 4. Semua ustadz-dan ustadzahku yang telah mendidikku dengan sabar. 5. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, BA‟Aisyiyah Repaking.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama Islam.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) diInstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“Pengembangan Fisik
Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce dengan Media Tutup Botol Hias
di Kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd,selakuDekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Prodi PIAUD IAIN Salatiga. 4. Bapak Imam Mas Arum, S. Pd. M. Pd, selaku Dosen Pembimbing
Skripsiku yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga
ix
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 25 September 2018
x ABSTRAK
Rosidah. 2018. Pengembangan Fisik Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce dengan Media Tutup Botol Hias di BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018.Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, S. Pd. M. Pd.
Kata Kunci: Motorikhalus, Meronce, Media tutup botol hias
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dapat mengembangkanfisik motorik halus anak di kelompok A BA Aisyiyah RepakingKecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018?.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus masing-masing terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara menghitung pencapaian nilai hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui
kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dapat mengembangkan fisik motorik halus di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018. Hal ini dapat
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR LOGO IAIN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
xii
E. Hipotesis Penelitian ... 9
1. Hipotesis Tindakan ... 9
2. Indikator Keberhasilan ...9
F. Metode Penelitian...10
1. Rancangan Penelitian ...10
2. Subjek Penelitian ...15
3. Langkah-Langkah Penelitian ...16
4. Instrumen Penelitian ...17
5. Pengumpulan Data... 18
6. Analisis Data ...20
7. Sistematika Penulisan ...22
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Fisik Motorik Halus ...24
1. Pengertian Fisik Motorik Halus ...24
2. Unsur-unsur Keterampilan Motorik Halus...26
3. Karakteristik Pengembangan Fisik Motorik Halus ...28
4. Tujuan Pengembangan Fisik Motorik Halus...30
5. Fungsi Pengembangan Fisik Motorik Halus ...31
6. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak TK ...31
7. Kategori Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini ...33
8. Prinsip-prinsip Pengembangan Motorik Halus AUD ...34
B. Pengertian Meronce ...35
1. Meronce ...35
2. Jenis Bahan Meronce ...36
3. Aspek Meronce ...36
4. Meronce Bagi Anak Usia Dini ...37
5. Langkah-langkah Dalam Meronce ...38
C. Pengertian Media Tutup Botol Hias ...48
D. Botol ...40
1. Pengertian Botol ...40
xiii
E. Alat Permainan Edukatif untuk Mengembangkan Fisik
Motorik Halus Anak Usia Dini ...42
F. Kajian Pustaka ...45
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ...48
1. Sejarah Berdirinya BA Aisyiyah Repaking ...48
2. Profil Sekolah ...49
3. Visi, Misi, dan Tujuan BA Aisyiyah Repaking ...49
4. Tenaga Pendidik ...50
5. Jumlah Data Siswa ...50
6. Subjek dan Karakteristik Siswa ...50
7. Sarana dan Prasarana ...52
8. Pelaksanaan Penelitian ...52
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...53
1. Deskripsi Penelitian Pra Siklus ...53
2. Deskripsi Penelitian Siklus I ...53
3. Deskripsi Penelitian Siklus II ...62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...71
1. Data Hasil Belajar Persiklus...73
a. Pra-Siklus ...73
b.Siklus I ...75
c.Siklus II ...77
2. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Persentase Tolak Ukur Keberhasilan Persiklus ...80
a. Pra-Siklus ...80
b. Siklus I ...81
1) Data Hasil Perbandingan Siklus I ...81
xiv
c. Siklus II ...87
1) Data Hasil Perbandingan SiklusII ...87
2) Hasil Pengamatan Siklus II ...90
B. Pembahasan ...93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...98
B. Saran ...99
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lembar Observasi siswa ...19
Tabel 1.2 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan Meronce Anak ...21
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Pendidik BA Aisyiyah Repakin ...49
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa BA Aisyiyah Repaking ...49
Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa BA Aisyiyah Repaking ...50
Tabel 3.4 Daftar Ruang BA Aisyiyah Repaking ...51
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ...57
Tabel 3.6 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...59
Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus I ...67
Tabel 3.8 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...68
Tabel 4.9 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan Meronce Anak ...71
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ...71
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra-Siklus ...72
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I ...75
Tabel 4.5 Hasil PenilaianSiklus II ...77
Tabel 4.6 Nilai Pra-Siklus ...79
xvi
Ukur Keberhasilan ...80
Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru Siklus I ...82
Tabel 4.9 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...84
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Tolak Ukur Keberhasilan ...87
Tabel 4.11 Lembar Oservasi Guru Siklus II ...89
Tabel 4.12 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...91
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas ...11 Gambar 4.14 Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Tuntas KBM ...95 Gambar 4.15 Penurunan Hasil Belajar Siswa Yang Belum Tuntas
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I ...103
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II ...105
Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I ...107
Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...109
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus II ...110
Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...112
Lampiran 7 Hasil Penilaian Pra siklus ...113
Lampiran 8 Hasil Penilaian Siklus I ...114
Lampiran 9 Hasil Penilaian Siklus II ...115
Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Penelitian ...116
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ...117
Lampiran 12 Surat Pengajuan Pembimbing ...118
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi ...119
Lampiran 14 Dokumentasi ...120
Lampiran 15 SKK ...130
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi
awal bagi pertumuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia itu dan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Untuk itu
rangsangan/ stimulus melalui melalui pelayanan pendidikan anak usia dini sangat diperlukan. Oleh karena itu layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Imas Kurniasih (2009: 5) arti pentingnya pendidikan anak usia dini saat ini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan
Forum pendidikan dunia tahun 2000 di Dakkar, Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakkar Frame Work for Action Education for All) yang salah
satu butirnya menyatakan: “Memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terutama bagi
anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung”.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
2
lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkemangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini diharapkan menjadi
bekal dan kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
Froebel (Ernawulan Syaodih, 2005: 10) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan suatu fase yang sangat penting dan
berharga. Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak –anak
merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Jika orang dewasa
mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai dengan potensi
dan bawaan anak maka anak akan berkembang secara wajar dan terbentuk
dengan baik.
Sebagaimana dalam ayat Al-Qur‟an tentang pentingnya pendidikan anak, tertuang dalam Firman Allah SWT (Q. S. Al-Kahfi: 46)
ِة ٰىَيَحْلا ُتَنيِز َنىُنَبْلاَو ُلاَمْلا
:فهكلا﴿ ًلَمَأ ٌرْيَخَواًباَىَث َكِّبَر َدنِعٌرْيَخُت ٰحِل ّٰصلاُتٰيِقٰبْلاَو ۖ اَيْنُّدلا
٦٤
﴾
Artinya : “Harta dan anak-anakmu adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu
3
Berdasarkan firman Allah tersebut di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bagi anak itu lebih penting dari pada apapun. Dan anak
membutuhkan banyak stimulasi terlebih dari orang tua atau dari para pendidik di Taman Kanak-Kanak. Ada berbagai macam kemampuan dasar
yang harus dikembangkan, meliputi bahasa, sosial emosional, kognitif, fisik atau motorik dan seni. Kemampuan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Pada masa ini perkembangan keterampilan yang
berkaitan dengan motorik halus anak sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh Andang Ismail (2006: 84) yang menyatakan bahwa
melatih motorik halus anak adalah berfungsi untuk melatih keterampilan dan kecermatannya menggunakan jari-jemari dalam kehidupan sehari-hari. Anak usia dini memiliki energi yang tinggi. Energi ini dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas guna meningkatkan keterampilan fisik yang berkaitan dengan motorik halus, seperti membentuk atau
memanipulasi dari tanah liat/ lilin/ adonan, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce). Aktivitas aktivitas tersebut berfungsi untuk melatih
koordinasi antara mata dan tangan, yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain (Sumantri, 2005: 145). Kenyataannya saat ini banyak
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang kurang memahami kegiatan yang cocok agar peserta didik dapat berkembang secara optimal,
4
memaksimalkan perkembangan peserta didik karena majalah TK tidak dapat mengeksplorasi aspek perkembangan anak dan anak bosan dengan
kegiatan tersebut. Seharusnya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan lebih bervariasi agar anak dapat lebih mudah menyerap pembelajaran
yang diajarkan dan apabila media yang diajarkan sesuai dengan tema anak akan lebih bereksploras dengan berbagai macam kegiatan.
Berdasarkan pengamatan di BA Aisyiyaha Repaking Wonosegoro
di kelompok A menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan fisik motorik halus anak. Dari 30 anak, masih terdapat 13 anak atau 43,33%
yang belum mampu memegang crayon, cara memegang pensil masih ada yang belum benar, mewarnai gambar yang masih keluar garis, melipat yang belum simetris dan menggunting belum rapi. Kelincahan dan
kelenturan anak belum terlihat jelas dan menulis namanya sendiri. Dikatakan berhasil apabila kriteria ketuntasan minimal (KBM) yaitu 60
(B), banyaknya siswa memperoleh nilai 60 (B) ke atas atau minimal 85%. Faktor lain adalah karena pembelajaran meronce memakai media yang kurang bervariasi dan guru hanya terpaku pada majalah TK, sehingga
guru kurang memahami perkembangan anak didik.
Media yang digunakan untuk perkembangan motorik halus anak
masih monoton selain itu di BA Aisyiyah belum pernah menggunakan media pembelajaran dari tutup botol bekas/hias baik dalam membentuk
5
mampu meronce berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran. Kenyataannya sebagian besar anak pada kelompok A belum mampu meronce
berdasarkan bentuk, warna dan ukuran. Oleh karena itu perlu media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus yaitu meronce menggunakan tutup botol bekas/hias.
Saat pembelajaran yang mengembangkan motorik halus melalui
kegiatan meronce anak TK A menunjukkan bahwa masih banyak yang belum bisa memasukkan benang ke dalam lubang roncean dengan tepat
dan kemampuan anak untuk mengikat tali masih perlu bimbingan dari guru. Ini menggambarkan perkembangan koordinasi motorik halus belum berkembang secara optimal.
Ada berbagai macam bahan untuk meronce misalnya dengan bahan dari kertas, daun dan sedotan. Kertas merupakan suatu bahan yang
berbentuk lembaran. Kertas dibuat dari serat kayu. Kertas banyak digunakan untuk menggambar, menulis dan sebagainya. Kertas memiliki kelebihan yaitu lebih ringan. Kertas juga memiliki banyak kelemahan,
antara lain mudah robek, rusak, kotor, terbakar dan basah,apabila kertas digunakan untuk meronce maka anak akan frustasi karena bahan dari
kertas mudah robek.
Melihat uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin
6
Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu agar mengetahui tentang metode yang tepat untuk digunakan
dalam meningkatkan perkembangan fisik motorik halus anak usia dini dengan judul “Pengembangan fisik motorik halus melalui kegiatan
meronce dengan media tutup botol hias di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun
2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka didalam penelitian ini dapat
diajukan rumusan masalah “ Apakah melalui kegitan meronce dengan
media tutup botol hias dapat mengembangkan fisik motorik halus anak di kelompok A BA Aisyiyah Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun
2017/2018?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan fisik motorik halus melalui kegiatan meronce dengan media tutup botol hias di kelompok
A BA Aisyiyah Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun 2017/2018. 2. Tujuan Khusus
7
b. Mengetahui proses kegiatan meronce untuk meningkatkan motorik halus anakdidik dengan media tutup botol bekas yaitu tutup botol
hias.
c. Mengetahui sejauh mana perkembangan motorik halus anak didik
setelah mengikuti kegiatan meronce dengan bahan tutup botol bekas/hias.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis adalah:
a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan
profesional guru.
b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya
pengembangan fisik motorik halus melalui kegiatan meronce pada anak usia dini.
c. Bagi guru RA/ BA dapat menambah wawasan betapa pentingnya
memahami karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan perkembangan fisik
motorik halus melalui kegiatan meronce.
d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif
8
2. Manfaat praktis yang dapat dapat disampaikan oleh penulis adalah a. Bagi Anak Didik
1) Proses belajar mengajar lebih menyenangkan bagi anak. 2) Anak akan lebih terlatih dalam meronce.
3) Meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
4) Anak akan senang bergerak (anggota tangan), sehingga akan tumbuh menjadi anak yang ceria/ senang dalam mengikuti
kegiatan pembelajan. b. Bagi Guru
1) Mempermudah guru dalam memecahkan masalah tentang perkembangan motorik halus anak ddidik.
2) Memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan hasil
pembelajaran.
3) Guru lebih percaya diri, jika PTK mampu membuat guru
berkembang sebagai tenaga kerja profesional.
4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
c. bagi RA
1) Meningkatkan kualitas pendidikan
2) Memberi sumbangan pemikiran yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin atau peningkatan kemampuan profesional
9
3) Meningkatkan kualitas BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro.
4) Dapat menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Dwiloka, 2012: 29). Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian
ini adalah:
“Ada perkembangan fisik motorik halus anak melalui kegiatan
meronce dengan media tutup botol hias di kelompok A BA Aisyiyah
Repaking Wonosegoro Boyolali Tahun Ajaran 2017/2018”. 2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model kegiatan meronce dengan media tutup botol hias dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator dapat dikatakan berhasil:
a. apabila hasil belajar tiap siswa kelompok A BA Aisyiyah setelah menggunakan kegiatan meronce dengan media tutup botol hias
dapat mencapai ketuntasan belajar minimal (KBM) yaitu 60 (B). b. Dan dikatakan tuntas apabila banyaknya siswa kelompok A BA
Aisyiyah memperoleh nilai 60 (B) ke atas minimal 85%.
10
apabila 85% dari jumlah siswa sudah mencapai KBM maka penelitian ini akan dihentikan.
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research, suatu bentuk kajian merupakan suatu metode penelitian untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang berbasis evaluasi diri
secara singkat PTK dapat didefisinikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kond mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi-kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap :
11 SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas
Kurt Lewin (Arikunto, 2002: 84)
Berdasarkan model yang dibuat oleh Kurt Lewin di atas, penelitian ini sudah dirancang dalam tiga tahap, yaitu pra siklus,
siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi setiap akhir pelaksanaan
tindakan dengan diberi post test untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa.
PLAN
ACTION & OBSERVATIONN
ANALYSIS & REFLECTION
REVISED PLAN
PALAN
ACTION & OBSERVATION
ANALYSIS & REFLECTION
12 1. Pra siklus
Tahap pra siklus ini peneliti lakukan dengan cara melihat
secara langsung pembelajaran yang ada di Kelompok A BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
Di akhir pembelajaran peneliti memberikan tes untuk mengetahui kemampuan awal anak terhadap kegiatan meronce yang sudah dilaksanakan.
2. Siklus I
a. Plan (Perencanaan)
1) Perencanaan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran klasikal yang akan diterapkan dalam pembelajaran meronce. Penekanan perencanaan disini
adalah menyiapkan anak berada pada suasana penyadaran diri untuk termotivasi belajar dengan menekankan keaktifan
anak dalam proses pembelajaran dan berada pada konsentrasi terhadap materi pembelajaran meronce yang sedang dibahas.
2) Menentukan pokok bahasan yaitu Meronce.
3) Menyusun RPPH dengan pokok bahasan meronce yang
didalamnya kegiatan siswa, lembar observasi untuk guru pengampu, dan lembar catatan selama aktivitas
13
4) Menjelaskan kepada anak tentang kegiatan meronceyang menggunakan media tutup botol hias bertujuan agar anak
siap mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan indikator pencapaian dalam pembelajaran tersebut.
b. Action (Pelaksanaan)
Pada tahap tindakan ini pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup
botol hias dengan pokok bahasan meronce yang sesuai duai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dan
direncanakan dengan guru kelas (Pelaksana). c. Observation (Pengamatan)
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan
pengamatan pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui tingkah laku dan sikap anak dan seberapa jauh efek kemajuan
tindakan ketika mengikuti pembelajaran meronce dengan menerapkan model pembelajaran demonstrasi yang menggunakan media tutup botol hias. Pengamatan dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah dibuat. Hasil dari analisis data pada tahap
ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Juga diperhatikan kendala yang terjadi pada saat diterapkannya
14 d. Refectin (Refleksi)
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan analisa
hasil observasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama diterapkannya pembelajaran dengan model pembelajaran
demonstrasi yang menggunakan media tutup botol hias, apakah berhasil atau tidak tindakan yang diberikan. Apabila pelaksanaan siklus I belum tuntas berdasarkan indikator
keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.
3. Siklus II
a. Plan (Perencanaan)
1) Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif masalah
berdasarkan refleksi siklus pertama.
2) Pengembangan skenario pembelajaran dengan model
pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup botol hias.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan II sebagai upaya penyempurnaan model pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup
botol hias berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. c. Pengamatan
15
pembelajaran klasikal yang menggunakan media tutup botol hias. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. d. Refleksi
Hasil dari tahap observasi pada tindakan kedua meliputi aktivitas, sikap atau perilaku anak selama mengikuti pembelajaran yang berlangsung di kelas, cara mengajar, serta
kendala yang ditemui ketika pembelajaran. Hal apa yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu menjadi perhatian pada
tindakan berikutnya. Jika permasalahan dirasa cukup, dalam arti setelah dilakukan tes formatif pada akhir tindakan kedua ini dan hasilnya sesuai dengan indikator keberhasilan yakni rata-rata
nilai siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 60 sudah mencapai batas minimal yaitu 85% dari jumlah siswa, maka
tindakan ini sudah dihentikan. 2. Subjek Penelitian
a. Subjek
Sujek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah anak didik BA Aisyiyah kelompok A, Dusun Repaking Rt/Rw 02/04, Desa
Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 30 siswa , yang terdiri dari 15
16
A karena anak usia 4-5 tahun masih banyak memerlukan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus gerakan fisik motorik halusnya.
b. Lokasi
Lokasi dalam penelitian ini adalah BA Aisyiyah Dusun Repaking,
Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. c. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran
2017/2018.
Model pembelajaran yang digunakan di BA Aisyiyah Repaking
masih menggunakan model klasikal, karena adanya keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik.
3. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu:
a. Tahap rencana
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode kreasi gambar huruf abjad yaitu membuat (RKH)
Rencana Kegiatan Harian.
2) Menyiapkan berbagai bahan roncean yang akan diajarkan pada
anak didik.
3) Menyiapkan bahan roncean yang akan ditugaskan kepada anak
17 4) Membuat simulasi perbaikan b. Tahap tindakan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan kegiatan meronce sesuai dengan konsep pembelajaran
yang tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahap perencanaan.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis
untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara terlampir
d. Tahap analisis dan refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan
penelitian, tahap refleksi meliputi :
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran 2) Evaluasi hasil observasi
Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk dilakukan perbaikan pada siklus II.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
18
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber belajar, hasil penilaian. b. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi :
1) Profil sekolah, data guru dan siswa
2) Foto kegiatan pembelajaran 3) RKH
5. Pengumpulan Data
Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh
karena itu peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu :
a. Lembar Observasi
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian di bidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 2 panca inderanya yaitu penglihatan dan tangan (peraba). Menurut Sukardi (2009 :78) menyatakan bahwa observasi
akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja anak didik
19
belajar, praktik meronce dengan media tutup botol hias pada anak didik.
Tabel 1.1 Lembar Observasi Siswa
No Aspek yang diamati Skor Keterangan
1 2 3 4 1. Merespon apersepsi yang
diberikan guru
√ Mulai berkembang
2. Memperhatikan penjelasan guru
√ Mulai berkembang
3. Menjawab pertanyaan yang diberikan guru
√ Berkembang sesuai harapan
4. Berani bertanya kepada guru
√ Berkembang sesuai harapan
5. Berani mengemukakan pendapat
√ Berkembang sesuai harapan
6. Mampu melaksanakan kegiatan meronce dengan baik
√ Mulai berkembang
7. Mengungkapkan informasi yang telah diketahui
√ Berkembang sesuai harapan
8. Menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari
BSH = Berkembang Sesuai Harapan (3) BSB = Berkembang Sangat baik (4) b. Dokumentasi
Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan
20
Strategi ini menurut Sukardi (2009 : 81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana
dan keadaan siswa. 6.Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul
kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka – angka dan data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata-kata dan simbol.
Analisis data menurut Arikunto (2008 : 128) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke
21
Tabel 1.2 Ketentuan Pemberian Nilai Keterampilan Halus dan
Meronce Anak kurang tepat atau anak tidak mau mencoba.
2 Mulai
Berkembang (MB)
Jika anak bisa dengan bantuan meniru teman.
3 Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
Jika anak bisa dengan bantuan awalan
4 Berkembang
Sangat Baik (BSB)
Jika anak bisa tanpa bantuan
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil
tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksanaan kegiatan pembelajaran digunakan untuk
melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya. Analisi data terhadap anak
dilakukan beberapa tahap seperti Wihardi, (2009: 2.19) yaitu : 1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. 2. Menghitung persentase peningkatan kosaka anak. Persentase
22
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa,
digunakan rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = Persentase keberhasilan kelas
F = Frekuensi N = Jumlah siswa
7. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan
sistematika skripsi ini secara garis besar menjadi beberapa bagian: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang: latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian, sistematika penulisa skripsi.
Bab II Landasan teori. Bab ini berisi tentang pengertian perkembangan, fisik motorik halus, meronce, dan berbagai macam Persentase keberhasilan kelas = Total persentase pencapaian kelas x100%
Jumlah siswa
Jumlah skor maksimum = Skor maksimum butir amatan x jumlah butir amatan
23
roncean yang dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik halus pada anak.
Bab III Hasil penelitian, Gambaran umum lokasi, subjek penelitian, dan penyajian data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan.
24 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Fisik Motorik Halus
1. Pengertian Fisik Motorik Halus
Perkembangaan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan selanjutnya. Ketika fisik berkembang dengan baik
memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya dengan tanpa bantuan dari
orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar.
Fisik motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti
keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga
namungerakan ini menggunakan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Oleh karena itu, koordinasi mata dan tangan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan orang yang lebih
tua.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan
dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, salain anak
25
anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya suatu gambar.
Sumantri (2005: 143) menyatakan bahwa motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dari mata dankoordinasi
dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alatuntuk mengerjakan suatu objek.
Demikian pula menurut Sujiono (2008: 125) menyatan bahwa motorik halusa dalah gerakan yang hanya meletakkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil saja, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari dan gerakan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani.
Laura E. Berk (2013: 66) menyatakan bahwa gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf kecil lainnya. Kemampuan gerak yang baik juga
mengalami lonjakan pertumbuhan di masa anak-aanak prasekolah. Seiring membaiknya penguasaan tangan dan jari-jemari,anak kecil mampu
menggabungkan teka-teki, membuat bangunan balok kecil, memotong dan mencocokkan, dan membuat untaian manik-manik.
Hal yang sama dikemukakan oleh Putra dan Rudyanto (2005: 118)
26
Bambang Sujiono (2008: 13) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tuuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu,
gerakanini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak berkreasi, seperti menggunting
kertas, menggamba, mewarnai serta menganyam.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya meliatkan bagian-bagian tubuh tertentu
saja dan dilakukan oleh otot-ototkecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yangtepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
2. Unsur-unsur Keterampilan Motorik Halus
Marisson (2012) menyatakan bahwa motorik halus atau gerak ringan seperti menggambar, mewanai, melukis, memotong dan menempel.
Aktivitas tersebut sering dilakukan pada anak masa prasekolah di dalam kegiatannya. Dalam standar kurikulum TK tercantum bahwa tujuan
pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni
27
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang
pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motorik
halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.
Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari dan pergelangan tangan yang
tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun kegiatan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang
cermat.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus,
menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, mengayam kertas serta
menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan
28
a. Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll.
b. Sosialisai, contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.
c. Menggembangkan konsepdiri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
d. Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap
kemandirian yang dilakukannya.
e. Berguna bagi keterampilan dalam aktivtas sekolah misalnyamemegang
pensil atau pulpen.
3. Karakteristik Pengembangan Motorik Halus
Satrock (2007: 216) menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar melibatkan aktivitas otot yang besar, keterampilan motorik halus melibatkan gerakan-gerakan yang diselaraskan. Memegang mainan,
menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau meraih sesuatu yang memerlukan ketangkasan jari menunjukkan keterampilan motorik halus. Anak usia 3 tahun menunjukkan kemampuan yang lebih matang untuk
mencari dan menangani sesuatu dibandingkan ketika mereka masih bayi. Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak-anak telah meningkat
lebih cepat.
29
untuk menggenggam dan digunakan hanya untuk mencoret-coret. Cara ini dilakukan oleh anak usia 2-3 tahun. Setelah itu cara memegang pensil
sudah berkembang lebih baik lagi, tidak menggunakan seluruh jari melainkan hanya dengan jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah.
Pada saat ini anak tidak lagi lengan dan bahu untuk ikut melakukan
gerakan menulis atau menggambar, melainkan lebih banyak tertumpu pada gerakan jari. Marisson (2012) karakteristik keterampilan motorik anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerakan halus pada anak
belum terlalu berbeda dari kemampuan gerak halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan itu sendiri
masih sangat kaku.
b. Pada saat anak menginjak usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah mengalami kemajuan dan geraknya sudah lebih baik dan cepat
dibandingkan pada usia sebelumnya. Sehingga gerakantersebut terlihat cenderung ingin sempurna.
c. Di usia 5 tahun, anak mengalami peningkatan terhadap koordinasi motoriknya sehingga lebih sempurna. Tangan, lengan, dan tubuh
bergerak di bawah koordinasi mata.
30 untuk menggerakkan ujung pensil.
Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik
halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil Karena anak belum mampu
mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain.
4. Tujuan Pengembangan Motorik Halus pada Anak TK
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan
berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
Sedangkan kompetensi dasar motorik anak TK yang dapat dikembangkan guru saat anak memasuki lembaga prasekolah/TK adalah
anak mampu :
a.Melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih
keberanian;
b. Mengekspresikan diri dan berkreasi berbagai gagasan dan imajinasi
dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kompetensi anak Tk yang diharapkan dapat dikembangkan guru
31
dan kesiapan untuk menulis, keseimbangan, dan melatih keberanian .
5. Fungsi Pengembangan Motorik Halus pada Anak TK
Fungsi pengembangan motorik halus pada anak TK (Depdiknas, 2004:2), sebagai berikut:
a. Melatih kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan.
b. Memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik/motorik, rohani dan kesehatan anak.
c. Membentuk,membangun,danmemperkuattubuhanak. d. Melatih keterampilan/ketangkasan gerak dan berpikir anak. e. Meningkatkan perkembangan emosional anak.
f. Meningkatkan perkembangan social anak.
g. Menumbuhkan perasaan menyukai dan memahami manfaat kesehatan
pribadi.
6. Metode Pengembangan Motori Halus Anak TK
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, metode dipilih guru berdasarkan strategi kegiatan yang sudah
dipilih dan ditentukan. Metode juga merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode yang digunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak, seperti untuk
kegiatan motorik halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce, dan sebagainya.
32
pengembangan motorik anak guru perlu menentukan dan merencanakan: a. Tujuan kegiatan;
b. Tema/topik kegiatan; c. Metode;
d. Tempat kegiatan;
e. Peralatan dan bahan yang akan digunakan;
f. Urutan langkah kegiatan apa saja yang nantinya akan dilakukan guru
dan anak didiknya.
Metode merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.Untuk mengembangkan motorik anak, guru dapat menerapkan metode-metode yang akan menjamin anak tidak mengalami cidera dan menyesuaikannya dengan karakteristik anak TK. Hal-hal yang perlu
dilakukan guru dalam pemilihan metode untuk meningkatkan motorik anak TK adalah menciptakan lingkungan yang aman dan kegiatan yang
menantang, menyediakan tempat, bahan dan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, serta membimbing anak mengikuti kegiatan tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menggunakannya. Untuk
memilih metode pembelajaran yang sesuai tujuan pengembangan motorik anak. Selain itu, metode yang akan dipilih harus memungkinkan anak
33
7. Kategori Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini
Benyamin Bloom (1956) menyatakan bahwa rentang penguasan
psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Bloom mengklasifikasikan domain psikomotorik
ke dalam lima kategori, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Imitation(Peniruan)
Imatation adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya.
b. Manipulation(Penggunaan konsep)
Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai
kemampuan manipulasi.
c. Presition(Ketelitian)
Presitionadalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu.
d. Articulation(Perangkaian)
Articulation adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antarorgan tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
e. Naturalization(Kewajaran/Kealamiahan)
Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar
34
8. Sumantri (2005: 147), Pengembangan motorik halus anak usia dini
hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak. b. Belajar sambil bermain.
c. Kreatif dan inovatif. d. Lingkungan kondusif. e. Tema.
f. Mengembangkan keterampilan hidup. g. Menggunakan kegiatan terpadu.
h. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Selain itu juga, agar perkembangan motorik halus anak optimal, anak harus :
1) Memiliki kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus.
2) Di beri kesempatan untuk belajar.
3) Di beri bimbingan dan model yang baik untuk di tiru. 4) Didampingi saat bermain, sehingga dapat diberikan contoh
menggunakan motorik halusnya.
5) Diberi dukungan bila mengalami kesulitan.
6) Menciptakan suasan yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkembangan motorik halusnya.
35 B.Pengertian Meronce
1. Meronce
Jika merangkai adalah menyusun bendaatau komponen bentuk lainnya seperti menata meja, kursi dan lainnya, maka fungsi meronce
juga sama. Akan tetapi kegiatan meronce adalah menata dengan bantuan mengikat komponen tadi dengan utas atau tali. Dengan teknik ikatan ini,
seseorang akan memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama dibandingkan dengan benda yang ditata tanpa ikatan. Gambar berikut ini adalah contoh roncean yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penataan
bentuk-bentuk yang sama maupun tidak antara benda-benda tersebut secara tidak sengaja menjadikan lebih menarik. Hasil karya roncean
tersebut menjadi benda seperti kalung, atau hiasan dinding.
Meronce merupakan pekerjaan yang mencerminkan wujud
penghargaan terhadap keindahan benda-benda alam. Hajar Pamadhi dan Sukardi (2010: 9.4) meronce adalah teknik membuat benda pakai/hias
dari bahan manik-manik, biji-bijian atau bahan lain yang dapat dilubangi dengan alat tusuk sehingga dapat dipakai. Kegiatan meronce adalah salah satu materi yang bisa diberikan pada anak usia dini. Kegiatan
memasukkan manik-manik kedalam benang ini merupakan latihan agar anak dapat berkonsentrasi serta melatih koordinasi antara matadan
36 2. Jenis Bahan Meronce
a. BahanAlam
Ada bermacam-macam bahan dari alam yang bisa dibuat menjadi
hiasan dengan teknik meronce, contohnya kulit kerang dan biji-bijian, batang, buah, cabang serta bebatuan (biji sawo, biji srikaya, biji jarak, biji kapuk randu).
b. Bahan Buatan
Bahan buatan biasanya adalah bahan hasil olahanyang diproduksi dari
pabrik dan mudah didapat di toko yang menyediakan benda kerajinan seperti mote-mote atau manik-manik, sedotan yang terbuat dari plastiik,
kaca dan logam, bahan-bahan ini umumnya lebih awet dari pada bahan alami dari biji-bijian.
3. Aspek Meronce
HajarPamadhidan Evan Sukardi (2010: 9.5) beberapa aspek meronce yaitu:
a. Permainan
Meronce dapat berfungsi untuk alat bermain anak, dan benda-benda tersebut juga untuk latihan memperoleh kepuasan rasa dan memahami
keindahan.
b. Kreasi dan Komposisi
37 c. Keindahan
Aspek keindahan dari meronce terletak pada cara menyusun benda-benda sebagai komponen rangkaian dapat menarik perhatian.
d. Kerajinan dan Ketekunan
Menuntut ketelitian yaitu usaha memberikan pelatihan menyusun, menata dalam bentuk rangkaian yang sesuai dengan rancangan dan
tidak mudah rusak susunannya.
4. Meronce Bagi Anak Usia Dini
Hajar Pamadhidan Evan Sukardi (2010) kaitan meronce bagi anak usia dini yaitu :
a. Keterampilan menata dapat diterapkan untuk menata peralatan sekolah
agar mudah dikenali isi buku serta tugasnya, menata tempat tidur agar anak menyenangi kerapian dan ketertiban, menata barang mainannya
sendiri agar tetaprajin, disiplin sera mandiri.
b. Bagi kejiwaan anak yaitu akan tumbuh sikap percaya diri, kerajinan, ketelitian, ketepatan, kesesuaian dan keindahan.
c. Kerajinan menata dapat digunakan untuk membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas rumah tangga dan akhirnya mempunyai rasa
tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga.
5. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam meronce:
a. Meronce berdasarkan warna, ini adalah tahapan yang paling rendah
38
b. Meronce berdasarkan bentuk, ini satu langkah maju yaitu anak dapat mengenal bentuk manik-manik.
c. Meronce berdasarkan warna dan bentuk, anak mulai bisa menggabungkan mana yang memiliki bentuk sama atau warna yang
sama, berilah jarak 3 manik-manik atau warna untuk memudahkan anak.
d. Meronce berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, tahapan yang cukup
sulit bagi anak karena mulai menggabungkan 3 komponen sekaligus.
C.Pengertian Media Tutup Botol hias
Media tutup botol hias adalah media/alat yang dibuat dari tutup botol yang sudah tidak dipakai, namun dapat dimanfaatkan menjadi sumber
belajar. Tutup botol yang sudah tidak dipakai tersebut diberi hiasan dari kain flanel yang sudah dibentuk menjadi buah-buahan atau yang lainnya. Media tutup botol hias dapat dilihat oleh indera penglihatan dengan kata lain media
visual.
Menurut Arsyad (2002: 91) media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, visual dapat pula menumbuhkan minat
sisiwa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Pendapat lain juga mengatakan alat bantu (media) visual dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, mempertinggi
39
Sementara itu Wibawa (1991: 28) berpendapat bahwa media visual dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk (a) mengembangkan
visual, (b) mengembangkan imajinasi anak, (c) meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, dan (d) mengembangkan kreativitas
siswa.
Secara umum media visual mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan anak. Hambatan-hambatan yang
timbul disebabkan: (a) verbalisme; ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk memberikan penjelasan (b) kekacauan penafsiran, istilah
yang sama dapat ditafsirkan berbeda, dan (c) perhatian yang bercabang (Miarso, 1986: 256).
Levie & Lentz (Arsyad, 2002: 16-17) mengemukakan empat media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
a. Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilakan atau menyertai
teks materi pelajaran.
b. Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
c. Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan peniliti yang
40 dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris media visual berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Media visual memiliki kelebihan sebagai berikut (a) umumnya murah harganya, (b) mudah didapat, (c) mudah digunakan, (d) dapat
memperjelas suatu masalah, (e) lebih realitis, (f) dapat membantu mengatasi keterbatan pengamatan, dan (g) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (Wibawa, 1991: 29).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media visual
adalah media yang hanya dapat dilihat dan mampu memberikan pengalaman visual kepada siswa sehingga dapat mengatasi
hambatan-hambatan dalam belajar dan dapat menumbuhkan minat siswa dengan memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
D.Botol
1. Pengertian Botol
Botol adalah wadah atau tempat penyimpanan dengan bagian leher
yang lebih sempit dari pada badan dan “mulut”-nya.
Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, atau alumunium, dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dll. Botol dari plastik biasanya dibuat secara
ekstrusi.
41
botol (eksternal) atau sumbat (internal). Botol dapat juga ditutup dengan cara segel induksi.
2. Sejarah Botol
Botol gelas dan botol kaca pasti ada disetiap rumah di seluruh
dunia.Kaca pertama kali dibuat sekitar 7000 SM. Manik yang terbuat dari kaca alami seperti obsidian, batu kristal, batu akik, atau onyk. Botol gelas
pertama diproduksi sekitar 1500 SM.
Industri kaca jar dan botol kaca di Amerika, ditemukan pada tahun 1600-an, ketika pemukiman di Jamestown membangun tungku peleburan kaca yang pertama. Industri botol kaca yang mahal biasanya menggunakan
mesin peniupan kaca.
Penemuan mesin botol peniup kaca otomatis pada tahun 1903 merubah produk-produk kaca menjadi bentuk-bentuk yang beragam
seperti saat ini.
Di jaman sekarang, memproduksi botol kaca secara massal itu sudah sangat memungkinkan. Botol juga bisa di produksi dengan tinggi, berat, dan volume yang seragam maupun beragam sesuai kebutuhan.
Besar produksi-produksi di era modern ini sangat praktis untuk
menghasilkan lebih dari 1.000.000 botol sehari secara otomatis.
E.Alat Permainan Edukatif untuk Mengembangkan Fisik Motorik Halus
Anak Usia Dini.
Sama halnya dengan aspek perkembangan lainnya, aspek
42
berkembang dengan baik, karena aspek perkembangan ini juga berpengaruh terhadap perkembangan aspek lainnya, seperti aspek kognitif, aspek seni, dan
juga aspek lainnya.
Untuk menstimulasi perkembangan aspek fisik motorik anak juga diperlukan adanya alat permainan edukatif, sebagaimana pada aspek yang
lain juga diperlukan adanya alat permainan edukatif. Karena kita ketahui bersama bahwa alat permainan edukatif bukan semata-mata sebuah alat permainan yang dibuat agar anak merasa senang, tetapi merupakan sebuah
alat permainan yang sengaja dirancang untuk tujuan pendidikan. Hal ini selaras dengan pengertian alat peraga edukatif yang dikemukakan oleh Badru
Zaman (2007:63), bahwa APE untuk anak TK adalah alat yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK.
Berikut ini adalah salah satu contoh alat permainan edukatif yang dapat digunakan untuk menstimulasi perkembangan fisik motorik halus anak
usia dini yaitu “Tutup Botol Hias‟‟.
Tutup botol hias merupakan sebuah alat peraga edukatif yang penulis buat sendiri. Diberi nama tutup botol hias karena bentukya yang
beraneka ragam dan diberi hiasan/cantik. APE “tutup botol hias‟‟ini, terbuat
dari bahan dasar tutup botol bekas, yang berasal dari botol minuman yang
sudah tidak terpakai, yang dihias dengan kain flanel.
43 melakukan gerakan yang rumit.
1. Langkah-langkah untuk pembuatan APE “tutup botol hias‟‟, adalah sebagai berikut:
a. Cuci tutup botol bekas yang telah dikumpulkan
b. Lubangi botol bekas tersebut pada dua sisi yang berlawanan, misal:
kiri-kanan, atau atas-bawah, dengan posisi tutup botol dimiringkan.Untuk melubangi tutup botol bisa menggunakan paku yang
dipanaskan, dan agar tangan tidak panas waktu memegang paku, maka jepitlah paku menggunakan tang.
c. Gunting kain flanel sesuai dengan bentuk yang kita inginkan, misal bentuk buah-buahan, binatang, dan sebagainya. Untuk ukurannya
menyesuaikan dengan besarnya tutup botol.
d. Tempelkan kain flanel yang sudah dibentuk tadi pada bagian depan tutup botol, menggunakan lem tembak.
e. Gunting benang string sepanjang ukuran yang kita butuhkan, misal 50
cm.
f. Tempelkan potongan kardus pada salah satu ujung benang. Hal ini dilakukan supaya ketika tutup botol dimasukkan pada benang, tidak
langsung lepas.
g. potong sedotan menjadi 4 bagian.
44 2. Cara penggunaan
Cara menggunakan APE ini adalah denagan memasukkan tutup botol dan sedotan satu persatu secara bergantian, ke dalam benang string.
Kegiatan seperti ini dinamakan meronce. Benda yang biasa digunakan untuk meronce adalah manik-manik, untuk itu kami sengaja merancang
dan membuat tutup botol bekas ini, sebagai alternative pengganti manik-manik dalam kegiatan meronce, agar lebih variatif.
3. Manfaat dari APE “tutup botol hias‟‟ ini yaitu:
a. Untuk mengembangkan aspek fisik motorik halus anak, khususnya pada
indikator “anak mampu menngkoordinasikan mata dan tangan untuk
melakukan gerakan yang rumit”.
b. Bisa dibuat menjadi hiasan kelas (tirai jendela).
4. Kelebihan dan kekurangan
a.Kelebihan dari APE “tutup botol hias‟‟ yaitu:
1) Alat dan bahan pembuatan mudah di dapatkan.
2) Memanfaatkan barang bekas di lingkungan sekitar.
3) Cara pembuatannya mudah
4) Alat, bahan, bentuk, dan cara penggunaannya aman untuk anak usiadini.
b. Kekurangan dari APE “tutup botol hias” yaitu: mudah rusak jika
terkena air.
5. Cara penyimpanan dan perawatan
45
disimpan di toples atau keranjang, dan ditaruh di tempat yang kering, seperti loker atau lemari. Dan untuk perawatannya bisa dilakukan dengan
cara dibersihkan dari debu dan kotoran menggunakan lap atau kemonceng.
F.Hasil penelitian yang relevan
Untuk menghindari dari tindakan plagiasi, peneliti menyajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam hal ini peneliti menemukan penelitian dengan judul“ Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus dalam Kegiatan Meronce dengan Manik- Manik
Metode Demonstrasi pada Anak Kelompok A di TK Khadijah 2 Surabaya”, yang dilakukan oleh Tanti Darmastuti. Peneliti ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Subjek anak dengan jumlah 15 anak terdiri dari 5
anak laki-laki dan 10 anak perempuan.Indicator keberhasilan dalam penelitian ini sebesar 85%.Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana
setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali pertemuan. PadaSiklus I pertemuan 1 mencapai 45,5%, sedangkanSiklus I pertemuan 2 mencapai 51,7%, padasiklus II pertemuan 1sebesar 73,9%, sedangkanSiklus II pertemuan 2
sebesar 89,4%.
Penelitian yang kedua berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Meronce untuk Meningkatkan Perkembangan
Motorik Halus Anak Kelompok B‟‟.penelitian ini dilakukan oleh Ni KD Surya Watini, I Ketut Ardana dan M. G. Rini Kristiantari. Penelitian ini
46
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus, subjek penelian ini 20 anak. Hasil penelitian Siklus I
sebesar 53,95% yang berada dalam kriteria sangat rendah. Sementaran itu pada Siklus II menjadi 80,7% yang berada pada kategori tinggi. Pada siklus I
ke II Siklus II terjadi peningkatan sebesar 26,75%.
Persamaan dan perbedaan hasil penelitian yang relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan :
1.Persamaan
a. Hasil dari 2 penelitian terdahulu dengan yang sekarang, Sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Penelitiannya menggunakan 2 Siklus.
c. Sama-samamembahas tentang fisik motorik halus melalui kegiatan
meronce.
2.Perbedaan
a. Metode yang digunakan pada hasil penelitian yang relevan, pada penelitian yang pertama (Demonstrasi) berbeda dengan penelitian
yang ke dua (Pemberian tugas).
b. Media yang digunakan pada hasil penelitian yang relevan, pada penelitian yang pertama (Manik-manik) berbeda dengan penelitian
yang sekarang (tutup botol hias).
47 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya BA Aisyiyah Repaking Kecamatan Wonosegoro
Di desa Repaking tepatnya di dukuh Repaking RT 02 RW 04 Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali terdapat sekolah Non Formaldi bawah naungan Kementrian Agama Islam. Dinamakan BA
Aisyiyah Repaking didirikan oleh guru-guru Islamiyah Repaking pada tanggal 10 Oktober 1990 dengan harapan setelah mengenyang bangku di
BA Aisyiyah Repaking langsung masuk kejenjang Sekolah Dasar/MI Islamiyah Repaking. Tujuan lainnya adalah untuk kemajuan MI Islamiyah Repaking dan mempermudah mendapatkan Murid Tahun Ajaran Baru.
Dari segi pendidikan di BA Aisyiyah Repaking diperbanyak pendidikan agama islam. Sehingga anak yang sudah selesai pendidikannya di BA
Aisyiyah Repaking bila masuk ke MI Islamiyah Repaking nanti pendidikan/pembelajan Agamanya bisa berlanjut. Berawal dari 9 siswa BA Aisyiyah Repaking berlangsung dengan baik. Selang 8 bulan tepatnya
tanggal 1 Juli 1990BA Aisyiysh Repaking resmi mendapatkan SK Operaional dari Departemen Agama di waktu itu yang sekarang menjadi
48
di BA Aisyiyah Repaking juga diperbanyak dengan ilmu agama/pendidikan islam.
2. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :
Nama : BA Aisyiyah
Tanggal Bardiri : 01 Juli1990
Ijin Operasional : Wk/5-b/1837/RA/Pgm/1990
Alamat BA : Dusun Repaking Rw 04 Rt 02
Desa : Repaking
Kecamatan : Wonosegoro
Kabupaten : Boyolali
Propinsi : Jawa Tengah
Kode POS : 57382
Email : BAaisyiyah01@gmail.com
3. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi