1 Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor
Pertanian
1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan tahun 2014 sebagai International Years of Family Farming. Dalam rangka peringatan tersebut, Food and Agricultural Organization (FAO) telah mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan membangun komitmen bersama kearah peningkatan kinerja petani kecil yang umumnya berupa pertanian keluarga. Bagi Indonesia substansi peringatan tersebut sangat relevan mengingat sektor pertanian didominasi oleh petani kecil dan pertanian keluarga.
Tipologi petani kecil
2. Jumlah usaha pertanian di tingkat global sekitar 570 juta, 90% diantaranya berupa pertanian keluarga, 75% berada di Asia (60% di Tiongkok dan India). Sekitar 80% dari usaha pertanian tersebut adalah petani kecil yang mengusahakan lahan kurang dari 2 ha, walaupun bervariasi menurut kawasan. Rata-rata luas lahan pertanian keluarga di Asia dan Afrika sekitar 1-2 ha, sedangkan di Amerika Utara dan Selatan jauh lebih luas yang mencapai 74-118 ha.
3. Menurut Sensus Pertanian 2013, rumahtangga pertanian Indonesia berjumlah 26,1 juta (72,1%) sedangkan perusahaan pertanian berjumlah 4,2 juta unit (11,6%), serta usaha pertanian lainnya 5,9 juta unit (16,3%). Rumahtangga pertanian pengguna lahan berjumlah 25,8 juta, dan 14,2 juta (55%) diantaranya adalah petani kecil (gurem) yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha. Bila definisi petani kecil menggunakan standar internasional dengan luas lahan yang dikuasai kurang dari 2 ha, maka 85,3% rumahtangga usaha pertanian adalah petani kecil.
4. Petani kecil bukan kelompok yang homogen, tetapi bervariasi menurut tingkat komersialisasinya dan memerlukan instrumen kebijakan yang berbeda pula. Hazell dan Rahman (2014), membagi petani kecil menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Petani kecil komersial, yaitu petani kecil yang telah terhubung (connected) dengan rantai pasok, atau dapat terhubung bila memperoleh sedikit bantuan. Petani dalam kelompok tersebut bisa petani penuh atau petani sambilan (part-time farmers).
b. Petani kecil dalam transisi, yaitu petani yang telah memiliki atau akan segera memiliki pekerjaan diluar usahatani (off-farm) yang memadai. Mereka akan berada pada posisi yang lebih baik bila keluar dari pertanian secara penuh atau memperoleh sebagian besar pendapatan dari kegiatan luar usahatani.
2 c. Petani kecil berorientasi subsisten, yaitu petani yang termarjinalkan karena berbagai alasan yang sulit diubah, seperti diskriminasi etnis, terjangkit penyakit HIV/AIDS, atau berlokasi di daerah terisolir dengan potensi pertanian yang terbatas.
Kebijakan sesuai tipologi petani kecil
5. Kebijakan untuk mendorong petani kecil perlu disesuaikan dengan karakteristik dan tahapan transformasi ekonomi. Sesuai dengan kendala yang dihadapi, petani kecil perlu didorong untuk menjadi menjadi petani komersial yang berorientasi keuntungan (Tabel 1). Namun demikian, sebagian petani yang menghadapi kendala berat, terutama karena faktor alam, perlu didorong untuk keluar sektor pertanian dan bekerja lebih produktif pada sektor non-pertanian.
6. Pada ekonomi yang berbasis pertanian, petani kecil perlu didorong untuk menjadi petani komersial dengan meningkatkan produktivitas (Tabel 2). Pada ekonomi dalam proses transformasi maupun yang telah bertranformasi, petani kecil perlu didorong untuk mengembangkan produk bernilai tinggi (high-value commodities) yang terhubung ke pasar perkotaan dan pasar global. Untuk petani kecil yang tidak memiliki potensi pertanian yang menguntungkan, dalam jangka pendek memerlukan jaring pengaman sosial dan dalam jangka panjang memerlukan strategi keluar pertanian untuk bekerja di sektor perkotaan dan sektor non-pertanian.
7. Untuk petani kecil dalam proses transisi, kegiatan pertanian berfungsi sebagai batu loncatan sampai suatu saat mereka keluar pertanian secara penuh. Untuk tipologi petani tersebut kebijakan prioritas adalah pelatihan dan dukungan untuk kegiatan luar usahatani(off-farm), termasuk pengembangan kewirausahaan (Tabel3). Untuk petani kecil yang saat ini sudah komersial, perlu dorongan untuk perluasan usahanya (scalling-up).
8. Beberapa kebijakan yang diperlukan baik untuk mendorong petani move up ke sektor pertanian yang lebih komersial maupun move out dari sektor pertanian adalah sebagai berikut:
a. Menjamin hak atas lahan dan pasar lahan yang efisien;
b. Meningkatkan strategi pengelolaan, mitigasi dan adaptasi resiko; c. Mendorong rantai nilai produk pangan yang efisien dan inklusif; d. Mengurangi hambatan jender dan mengembangkan petani muda; e. Memperluas jaring pengaman antar sektor yang produktif
3 Tabel 1. Arah pengembangan petani kecil berdasarkan kendala yang dihadapi
Kendala-kendala Move Up Move Out
Kendala Ringan
Terbatasnya akses pasar dan
informasi
Terbatasnya modal finansial
Terbatasnya akses infrastruktur
Terbatasnya akses teknologi
Kendala Berat
Tingginya kepadatan penduduk
Rendahnya kualitas tanah
Rendahnya curah hujan dan
tingginya temperatur
Lokasi yang terisolir
Sumber: Fan, S.,J.Bizeska,T.Olofinbiyi.2015.”Helping small famili farmers to move up or move out”. Food Policy Resport 2014-2015. International Food Policy Research Insitute, Washington, D.C., USA
4 Tabel 2. Strategi pengembangan petani kecil menurut tahap perkembangan
ekonomi
Strategi Move Up Move Out
Ekonomi Berbasis Pertanian
Jaring pengaman antar sektor yang produktif Investasi infrastruktur, litbang & penyuluhan
serta teknologi
Akses pelayanan finansial yang inovatif
Jaring pengaman sosial
Produksi pangan bergizi untuk konsumsi sendiri Pendidikan dan pelatihan untuk pekerjaan
non-pertanian
Migrasi ke pusat kota dan daerah pertanian lain
yang lebih potensial
Ekonomi dalam proses transformasi
Transfer penguasaan lahan yang fleksibel Instrumen untuk mengurangi dan mengelola
resiko
Akses terhadap informasi pasar
Rantai nilai berpihak petani kecil dan aspek gizi
Jaring pengaman sosial
Perbaikan akses terhadap pelayanan perumahan, pendidikan, dan kesehatan untuk pendatang dari pedesaan
Koordinasi horizontal dan vertikal untuk memenuhi standar keamanan, kualitas dan kuantitas
Peningkatan peran organisasi petani, terutama
bagi wanita tani
Pendidikan dan pelatihan untuk pekerjaan
non-pertanian
Ekonomi yang telah bertransformasi
Memberikan insentif untuk produksi komoditas
bernilai tinggi
Mengurangi hambatan perdagangan dan subsidi
Transfer penguasaan lahan yang fleksibel Sistem produksi yang efisien dengan produk yang
berkualitas
Koordinasi pasar secara horizontal dan vertikal
Jaring pengaman sosial
Perbaikan akses terhadap pelayanan perumahan, pendidikan, dan kesehatan untuk pendatang dari pedesaan
Pendidikan dan pelatihan untuk pekerjaan
non-pertanian
Sumber: Fan, S.,J.Bizeska,T.Olofinbiyi.2015.”Helping small famili farmers to move up or move out”. Food Policy Resport 2014-2015. International Food Policy Research Insitute, Washington, D.C., USA
5 Tabel 3. Delineasi kebijakan pertanian menurut tipologi petani kecil
Tipologi petani kecil Prioritas kebijakan Petani komersial Pertanian sebagai bisnis:
Teknologi dan praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik
Mengorganisasi petani kecil untuk kegiatan pemasaran
Mendorong perusahaan agribisnis skala besar untuk bermitra dengan petani kecil
Akses terhadap bibit, pupuk, pembiayaan dan asuransi
Melindungi hak atas lahan dan mengembangkan pasar lahan yang efisien
Mendorong kewirausahaan
Memberdayakan wanita dan kelompok rentan lainnya
Membangun sistem usahatani yang memiliki daya tahan (resilient)
Jaring pengaman sosial
Petani dalam transisi Batu loncatan untuk keluar pertanian:
Pelatihan dan dukungan untuk kegiatan luar usahatani (off-farm), termasuk pengembangan usaha kecil
Mendorong kewirausahaan
Memberdayakan wanita dan kelompok rentan lainnya
Melindungi hak atas lahan dan mengembangkan pasar lahan yang efisien
Teknologi dan praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik
Jaring pengaman sosial Petani subsisten Pengaman sosial:
Jaring pengaman dan transfer
Teknologi dan praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik
Subsidi input untuk produksi pangan kebutuhan sendiri
Melindungi hak atas lahan
Membangun sistem usahatani yang memiliki daya tahan (resilient)
Memberdayakan wanita dan kelompok rentan lainnya
Dukungan untuk diversifikasi usaha non-pertanian Sumber: Hazell, P., A.Rahman (eds). 2014. “New direction for Smallholder
Agriculture”. International Fund for Agricultural Development (IFAD) and Oxford University Press, Oxford, United Kingdom.