• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

Pada daerah penelitian merupakan pantai yang tersusun dari endapan pasir. Pantai pada daerah penelitian secara umum sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Suplai sedimen dari daratan dipengaruhi dari kondisi darat maupun debit aliran sungai, sedangkan transportasi sedimen dari laut dipengaruhi oleh arah arus disepanjang pantai.

Perubahan garis pantai pada daerah penelitian dipengaruhi dari kekuatan pengaruh dari laut dan dari darat yang terlihat pada pantai. Pada daerah penelitian pengaruh dari laut bekerja pada daerah tertentu yang mengakibatkan terjadinya abrasi dan pada tempat lain terjadi sedimentasi khususnya pada muara sungai.

5.1.1 Distribusi Sedimen Pantai Seruni

Distribusi sedimen pantai dapat memperlihatkan dinamika pantai yang terjadi pada daerah penelitian. Hasil yang didapatkan dari 9 titik pengambilan sampel menunjukan suatu dinamika yang terjadi di sepanjang Pantai Seruni.

Berdasarkan rata-rata mean sedimen pantai baik secara vertikal maupun horizontal menghasilkan distribusi sedimen yang terdiri dari pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus.

Pada stasiun 1 dan stasiun 1a nilai mean 1.6Ф – 2.9Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir halus dengan sortasi baik

(2)

32 sedang hingga sortasi sedang (0.68Ф – 0.81Ф), nilai skewness (0.086Ф – 0.53Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang kasar hingga halus.

Pada stasiun 2 dan stasiun 2a nilai mean 2.2Ф – 1.733Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir halus hingga pasir sedang dengan sortasi sedang hingga sortasi baik (0.755Ф – 0.4Ф), nilai skewness (-0.156Ф – -0.41Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang lebih halus.

Pada stasiun 3 dan stasiun 3a nilai mean 1.866Ф – 0.433Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir kasar dengan sortasi sedang hingga sortasi buruk (0.9Ф – 1.208Ф), nilai skewness (0.02Ф – -0.36Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang.

Pada stasiun 4 dan stasiun 4a nilai mean 1.866Ф – 0.433Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir kasar dengan sortasi sedang hingga sortasi buruk (0.9Ф – 1.208Ф), nilai skewness (0.02Ф – -0.36Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang.

Pada stasiun 5 dan stasiun 5a nilai mean 0.466Ф – 0.933Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir kasar dengan sortasi baik sedang hingga sortasi buruk (0.658Ф – 1.519Ф), nilai skewness (0.87Ф – -0.12Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang hingga sangat halus.

Pada stasiun 6 dan stasiun 6a nilai mean 2.166Ф – 2.033Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir halus dengan sortasi baik hingga sortasi baik sedang (0.467Ф – 0.668Ф), nilai skewness (-0.055Ф – -0.303Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir sedang hingga kasar.

(3)

33 Pada stasiun 7 nilai mean 2Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir halus dengan sortasi sedang (0.775Ф), nilai skewness (-0.03Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang.

Pada stasiun 8 dan stasiun 8a nilai mean 1.733Ф – 1.133Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir sedang dengan sortasi baik sedang hingga sortasi buruk (0.678Ф – 1.02Ф), nilai skewness (-0.666Ф – -0.2Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir sangat halus hingga kasar.

Pada stasiun 9 nilai mean -0.466Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir sangat kasar dengan sortasi baik sedang (-0.63Ф), nilai skewness (1) menunjukan penyebaran ukuran butir kasar hingga halus.

Berdasarkan hasil analisis dari nilai mean rata-rata antara 0.4Ф – 2.2Ф secara horizontal dan secara vertikal 0.4Ф – 2.9Ф terjadi selang seling antara pasir kasar hingga pasir halus di bagian barat Pantai Seruni sedangkan dibagian muara Sungai Lantebong terjadi perubahan ukuran butir dengan nilai mean rata-rata antara 2Ф – (-0.4Ф) secara horizontal dan secara vertikal 1.1Ф, ukuran butir yang lebih kasar cenderung mengarah ke muara sungai hal ini dimungkinkan jika dihubungkan dengan kondisi gelombang yang cukup besar sehingga mampu mengikis sedimen yang berada dibawah tanggul sungai serta adanya distribusi sedimen yang berasal dari sungai yang kemudian terendapkan pada garis pantai.

Terdapat perubahan ukuran butir pada bagian barat pantai seruni yang cenderung berukuran pasir kasar hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh arus serta aktifitas manusia yang terlihat sangat jelas di lapangan. Hasil distribusi sedimen

(4)

34 memperlihatkan adanya perubahan ukuran butir dimana terjadi proses abrasi dan sedimentasi di sisi pembangunan jetties. (Foto 5.1)

.

Berdasarkan hasil analisis sedimen terdapat sebaran sedimen pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus. Pasir sangat kasar dengan nilai mean -0.4Ф dan standard deviation -0.6Ф tergolong sortasi baik sedang (moderately well sorted) berada pada muara Sungai Lantebong. Pasir kasar dengan niali mean 0.4Ф-0.9Ф dan standard deviation 0.6Ф-1.5Ф tergolong sortasi buruk hingga baik (poorly sorted hingga baik sedang (moderately well sorted) berada pada bagian barat Pantai Seruni. Pasir sedang dengan nilai mean 1.7Ф – 2Ф dan standard deviation 0.6Ф - 0.7Ф tergolong sortasi baik sedang hingga sedang (moderately well sorted hingga moderately sorted) berada pada bagian selatan Pantai Seruni. pasir halus dengan nilai mean 1.6Ф – 1.7Ф dan standard deviation 2.2Ф – 2.9Ф tergolong sortasi baik hingga

Foto 5.1 Kerusakan yang diakibatkan abrasi (X) dan sedimentasi (Y) yang terjadi pada bagian barat Pantai Seruni

X

(5)

35 sedang (well sorted hingga moderately sorted) berada pada bagian barat Sungai Tangngatangnga.

Hasil analisis dari grafik semilog, histogram dan kurva kumulatif dapat dilihat ada perubahan ukuran butir di sepanjang garis pantai pada daerah penelitian. Perubahan ukuran butir berupa pasir sangat kasar berada pada stasiun 9 pada muara Sungai Lantebong hal ini disebabkan karena adanya material yang berasal dari muara sungai tersebut serta adanya pertemuan arus yang mampu membawa material yang lebih kasar yang kemudian terendapkan. Pola pengendapannya secara saltasi. Pada sisi barat dari Sungai Tangngatangnga terjadi perubahan ukuran butir baik di sepanjang garis pantai ataupun secara vertikal kearah laut yang disebabkan oleh adanya proses abrasi yang terjadi. Secara umum pola pengendapannya berupa saltasi. Secara keseluruhan bentuk kurva frekuensi pada stasiun 1 hingga stasiun 9 menunjukan distribusi ukuran butir yang lebih halus kearah barat walaupun pada bagian Sungai Tangngatangnga terdapat percampuran ukuran butir. Bentuk kurva frekuensi yang berbeda terdapat pada stasiun 8 dan stasiun 1a dimana bentuk kurvanya berupa bentuk bimodal hal ini menunjukan adanya pengaruh dua arus yang bekerja pada daerah tersebut sehingga material yang terdistribusi akan saling teranyam hal ini juga dipengaruhi adanya pembangunan breakwater disekitar daerah tersebut.

5.1.2 Aktivitas Manusia

Perubahan garis pantai yang terjadi pada daerah penelitian secara umum dipengaruhi oleh aktifitas manusia seperti penambahan daratan atau reklamasi pada pantai (foto 5.2). Budidaya rumput laut disekitar daerah penelitian (foto 5.3) menjadi

(6)

36 salah satu faktor pendukung pembangunan beberapa bangunan teknik yang merusak keindahan alami pantai, oleh karena itu disepanjang pantai Seruni terdapat beberapa pembangunan breakwater yang juga berfungsi untuk mengurangi energi gelombang dan sebagai tempat dermaga kapal oleh penduduk setempat (foto 5.4).

Foto 5.3 Kenampakan budidaya rumput laut di Pantai Seruni Foto 5.2 Kenampakan reklamasi pantai tahun 2011

(7)

37

5.2 Karakteristik Pantai

Pantai pada daerah penelitian yang memanjang dari timur ke barat merupakan pantai dengan endapan pasir (foto 5.5) dengan panjang garis pantai 2.2 km. dibeberapa bagian pantai terdapat pembangunan teknik berupa breakwater, jetties, seawall maupun tanggul, selain pengaruh oleh aktifitas manusia proses alami pantai juga terjadi dibeberapa bagian pantai sperti abrasi dan sedimentasi dimana abrasi dicirikan dengan rusak beberapa prasarana bermain disekitar pantai dan sedimentasi dicirikan dengan endapan di muara sungai. Perubahan morfologi pantai saat ini diakibatkan oleh faktor alam namun sebagian besar dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang terlihat langsung pada garis pantai.

Foto 5.4 Breakwater di Pantai Seruni dengan material berupa tumpukan batu

(8)

38

5.3 Perubahan Garis Pantai

Analisis perubahan garis pantai menggunkan citra google earth tahun 2006 dan citra google earth tahun 2009 yang bersih dan tidak mendapat gangguan awan selanjutnya citra tersebut dipotong sesuai dengan luas daerah penelitian dengan sekala 1: 5.000. Untuk mengetahui perubahan garis pantai maka dilakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung di lapangan yang meliputi daerah penelitian sekitar pantai seruni pada tanggal 15 februari 2011.

Pada gambar 5.1 memperlihatkan pola garis pantai yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi dimana terlihat adanya cuspate berbeda dengan gambar 5.2 dimana peranan bangunan teknik sangat berperan dalam proses perubahan garis pantai. Hasil digitasi citra google erath tahun 2006 tampak terdapat dua muara sungai dan satu kanal seperti pada gambar 5.1. Garis pantai tahun 2006 umumnya di dominasi oleh proses sedimentasi sehingga garis pantai cenderung maju. Pola

Foto 5.5 Kenampakan endapan pasir pada garis Pantai Seruni

(9)

39 sedimentasi disekitar muara sungai terlihat kacau hal ini dipengaruhi adanya pertemuan antara arus dari sungai dan gelombang yang kuat yang berasal dari laut sedangkan hasil digitasi citra google erath tahun 2009 terdapat dua muara sungai yang telah diarahkan dengan membuat tanggul dan jetties serta dua kanal seperti pada gambar 5.2. Garis pantai tahun 2009 mengalami kemunduran hal ini dapat dilihat pada bagian sungai Tangngatangnga terjadi pengurangan (abrasi) dan pola sedimentasi pada muara Sungai Lantebong yang terarah dengan pembangunan seawall. Secara umum kondisi garis pantai tahun 2009 dipengaruhi oleh adanya penambahan bangunan teknik disekitar Pantai Seruni.

Breakwater

Sungai Daratan

Laut Garis Pantai Tahun 2006

U

(10)

40

Berdasarkan hasil overlay peta garis pantai pada tahun 2006, 2009 dan 2011 dengan interval waktu antara tiga tahun dan dua tahun memeperlihatkan adanya perubahan posisi garis pantai. Perubahan pada bentuk cuspate pada bagian barat pantai Seruni terutama di bagian breakwater dan jetties dicirikan dengan adanya abrasi (foto 5.6). Perubahan bentuk tombolo dan sedimentasi pada garis pantai dipengaruhi dengan adanya pembangunan tanggul dan seawall (foto 5.7).

Perubahan garis pantai melalui proses hidrodinamika yang terjadi menyebabkan perubahan di sepanjang garis pantai, berdasarkan hasil pengukuran dari muara sungai Lantebong hingga muara Sungai Tangngatangnga tahun 2006 ±1.7 km dan tahun 2011 ± 2.2 km. berdasarkan hasil perhitungan tersebut pantai

Breakwater Sungai

Daratan

Laut Garis Pantai Tahun 2009

Seawall

Jetties

U

(11)

41 mengalami penambahan garis pantai yang diakibatkan oleh sedimentasi di muara sungai Lantebong dan penambahan daratan oleh PEMDA setempat untuk pembangunan rumah sakit (foto 5.8). Perubahan garis pantai yang terjadi pada daerah penelitian selain dipengaruhi oleh faktor alam namun sebagian besar dipengaruhi oleh aktifitas manusia.

Foto 5.6 kerusakan pantai yang diakibatkan oleh proses abrasi

(12)

42

Foto 5.8 Kenampakan rekalamasi pantai untuk pembangunan rumah sakit

Gambar

Foto 5.1 Kerusakan yang diakibatkan abrasi (X) dan  sedimentasi (Y) yang terjadi pada  bagian barat  Pantai Seruni
Foto 5.3 Kenampakan budidaya rumput laut di Pantai Seruni Foto 5.2 Kenampakan reklamasi pantai tahun 2011
Foto 5.4  Breakwater di Pantai Seruni dengan material  berupa tumpukan  batu
Foto 5.5 Kenampakan endapan pasir pada garis Pantai   Seruni
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Locus of Control, Emotional Spiritual Quotient, Komitmen Organisasi,

Gambar 1.2 Contoh DSM yang dihasilkan dari survey TLS (www.edmmatter.com) DSM dibuat dari data titik-titik hasil pengukuran yang kemudian dibuat permukaan dengan metode

Kode yang kedua dari level realitas adalah kode Appearance (Penampilan), bisa dilihat dalam penampilan dalam film ini terjadi perbedaan antara bangsa manusia dengan

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4

Hasil dari evaluasi input dapat digali sebuah informasi terkait pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam pembelajaran evaluasi pendidikan PAI melalui

Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai perbedaan adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti Objective Structured Clinical Skills (OSCE) berdasarkan motivasi

Empat jenis ternak yang umumnya dimiliki oleh keluarga petani pekarangan yaitu ternak ayam buras, kambing, sapi dan babi. Ternak yang dintegrasikan dalam usaha tani

Kelainan perkembangan (himen imperforata,a/hipo genensis vagina,septum vagina,kelainan uterus, kelainan adneksa) dan kelainan letak organ reproduksi wanita (prolapsus,