TADZKIROH
DEWAN SYARI’AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR: 10/TK/DSP-PKS/1430H
TENTANG
FASILITAS KREDIT BANK KONVENSIONAL
Muqaddimah
!
" #" $% &
}
( )
{
Setiap manusia, termasuk orang-orang beriman, apalagi rujukan umat, pemimpin dan pejabat publik sangat membutuhkan tadzkiroh (pengingatan) dan taushiyah (nasehat). Mengingat manusia memiliki potensi lupa, salah dan khilaf. Oleh karena itu Allah memerintahkan hamba-Nya untuk terus-menerus saling melakukan tadzkiroh dan
taushiyah. Pilar inilah yang akan tetap menjaga orang-orang beriman terhindar dari kesalahan dan kekhilafan. Allah Ta’ala berfirman:
öÏj.sŒuρ
¨βÎ*sù
3“tø.Ïe%!$#
ßìxΖs?
šÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
∩∈∈∪
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Adz-Dzariaat 55).
Berusaha Mendapatkan yang Halal
Di antara bentuk tadzkiroh kepada orang-orang beriman, khususnya mereka yang mendapat amanah jabatan publik, yaitu komitmen dalam menjaga kehalalan dalam bermuamalah maaliyah (bertransaksi keuangan), baik untuk tujuan yang bersifat
produktif maupun konsumtif, terkait dengan pendapatan ataupun belanja, terkait dengan kebutuhan diri dan keluarganya maupun terkait dengan instansinya. Hal ini sangat penting, karena pada merekalah diberikan amanah pengelolaan harta. Allah berfirman:
$y㕃r'¯≈tƒ
šÏ%©!$#
(#θãΨtΒ#u
Ÿω
(#þθè=à2ù's?
Νä3s9≡uθøΒr&
Μà6oΨ÷t/
È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/
HωÎ)
βr&
šχθä3s?
¸οt≈pgÏB
tã
<Ú#ts?
öΝä3ΖÏiΒ
4
Ÿωuρ
(#þθè=çFø)s?
öΝä3|¡àΡr&
4
¨βÎ)
©!$#
tβ%x.
öΝä3Î/
$VϑŠÏmu‘
∩⊄∪
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisaa 29).
Para pejabat publik, baik eksekutif maupun legislatif harus mengetahui dan menjamin kehalalan dalam bermuamalah maliyah (transaksi finansial). Karena disinilah letak keberkahan yang didambakan. Dan mereka dilarang melangkah terlebih dahulu untuk bermuamalah sebelum mengetahui dan memastikan apa yang dilakukannya adalah halal. Allah melarang seseorang melakukan sesuatu tanpa mengetahui status hukumnya, ragu atau masih belum jelas baginya. Allah Ta’ala:
Ÿωuρ
ß#ø)s?
$tΒ
}§øŠs9
y7s9
ϵÎ/
íΟù=Ïæ
4
¨βÎ)
yìôϑ¡¡9$#
u|Çt7ø9$#uρ
yŠ#xσàø9$#uρ
‘≅ä.
y7Íׯ≈s9'ρé&
tβ%x.
çµ÷Ψtã
Zωθä↔ó¡tΒ
∩⊂∉∪
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS Al- Israa 36).
+,( -./,01 ,/
23,-/ 4546 78-9/(
//:/; <.+%/ =>/( 454/; <.+% ?5#?@/" /A<// -,4/ 2< </ -< 45#2/
/2B/1,/(/ =>/(
/ ,// --C,:- / -+1"-- 4)/:,/D, -E/B209 4@F& ,/4G +HF1 ,- =8-I4J F2B24,/" 4 =E/B+/D,92
/K46
+/:/; L-G /K46/ -E/B209 L-G
Dari An-Nu’man bin Basyir berkata, saya mendengar Rasulullah saw, bersabda, ”Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan di antara keduanya adalah sesuatu yang syubhat, sebagian manusia tidak mengetahuinya. Siapa yang menghindarkan diri dari syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Siapa yang jatuh pada yang syubhat, maka jatuh pada yang haram.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Jika belum mengetahui atau belum jelas status hukum apa yang akan dilakukan, maka setiap orang wajib bertanya kepada ahlinya, baik kepada individu lebih-lebih lembaga yang berkompeten. Allah Ta’ala berfirman:
!$tΒuρ
$uΖù=y™ö‘r&
∅ÏΒ
y7Î=ö6s%
ωÎ)
Zω%y`Í‘
ûÇrθœΡ
öΝÍκö5s9Î)
4
(#þθè=t↔ó¡sù
Ÿ≅÷δr&
Ìø.Ïe%!$#
βÎ)
óΟçGΨä.
Ÿω
tβθçΗs>÷ès?
∩⊆⊂∪
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS An-Nahl 43)
Terkait dengan muamalah maliyah, ada empat bentuk muamalah mendasar yang harus diketahui deskripsinya sehingga mengetahui status hukumnya, yaitu: bisnis atau jual-beli (buyu’) dan turunannya seperti bagi hasil (mudhorobah), riba dan turunannya, judi (maisir) dan turunannya serta korupsi (ghulul), dan turunannya seperti suap-menyuap (risywah). Jika para pejabat publik mengetahui hal ini, maka mereka akan selamat dalam muamalah maliyahnya.
Tadzkiroh tentang Bahaya Riba
Tadzkiroh ini dikeluarkan terkait dengan penawaran bank konvensional kepada anggota DPR/DPRD untuk mendapat fasilitas KTA (Kredit Tanpa Agunan) dan fasilitas loan (pinjaman lainnya), oleh karena itu, tadzkiroh ini lebih spesifik membahas tentang riba dan turunannya yang diharamkan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
¨≅ymr&uρ
ª!$#
yìø‹t7ø9$#
tΠ§ymuρ
(#4θt/Ìh9$#
4
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al Baqarah 275)
Riba’ secara bahasa berarti tambahan dan secara istilah berarti tambahan yang disyaratkan dalam transaksi tukar-menukar antara harta dengan harta.
Islam dan semua agama samawi pada hakekatnya telah mengharamkan riba karena sangat zhalim dan tidak memberi kemaslahatan dalam kehidupan bermasyarakat. Allah SWT. berfirman:
/+(/ ,A2B4 ,3<-M?) NE/>4O ,A+B,4/ /1,F:/M 2P/Q /"-R< /- 7A;?S+4G
T8-I4J -< +U+/ ,/ ,A-Q>
.
/(>: 2A-Q-R,W4)/
T- 4) T(4R/ ,A2B,1- /"+:-G4X;- /,/D, 4)/ +U-O/; +( +HF1 45/#,4) ,A+B-;J4)/ 2,1/ #2B2 ,46/
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS an-Nisaa’ 160-161)
+( /Y- 4Z >[/; /- ?.4\,F9 2?\F/]/D/" ^-R< 2#?@/" /4J < +% 4.#2#?@/" 4 /(>: 4.#??J;_/" /"-R<
/F+% #? 46 ,A2BF4_
,- `a4S- ,#/ 2bcd/e ,/4G /(>: /F:/M/ /K,/; 2< <U/M4)/ /(>: ?U;I- 2K,/;
4 +% 2b2:,4)/ /f4/ / 244G /B/D,4G ->(/
4.2- /W /B-G ,A2Q +F1 2/,4) /Y-g4 ?_4G /P/ ,// -<
.
4 2< / -E46/F L+(,:2"/ /(>: 2< 2h/,/"
7A-i4) 7<j4J <U?J 0k-2"
.
#21/cd /"-R< /B0"4)/"
/+1-,l2 ,A2D,1?J ;.+% /(>: /- /L-@/( / 24Z/ /< #?@F&
.
,A4 ;.+m4G
4 / 4.#2-;S/& 4 ,A?X- /#,4) 2Hnd2 ,A?X44G ,A2D,2& ;.+%/ -- #2// -< /- 7,:/+( #24Z;_4G #?/;j/&
4.#24;S2&
.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS al-Baqarah 275,276, 278,279)
Sesuai ayat di atas, Imam As-Sarkhasi berkata, “Allah menyebutkan bagi pemakan harta riba, 5 hukuman atau sanksi:
Pertama, at-takhobbut (kesetanan), ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.”(QS : 2/275) .
Kedua, al-mahq (kehancuran), ”Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS: 2/276).
Ketiga, al-harb (diperangi Allah), ”Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (QS : 2/279).
Keempat, kufur, ”Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS : 2/276). “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS : 2/278).
Kelima, kekal di neraka, ”Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS : 2/275).
Semua Yang Terlibat Dalam Transaksi Riba Terkutuk Dunia Akhirat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
,"/-Q/o/ 2/-&4J/ 24-J,l2/ /(>: 4U-J /A<// -,4/ < </ -< ?5#2/ //4 4546 7:+(/e ,/
-
Dari Jabir berkata: ” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba’, yeng memberi makan, pencatatnya dan kedua orang saksinya.” (HR Muslim)
Haramnya Bunga Bank
Ulama telah sepakat bahwa bunga bank adalah riba yang diharamkan. Ketetapan ini sebagaimana yang dinyatakan secara resmi melalui berbagai institusi ulama internasional dan nasional, yaitu: Lembaga Riset Islam Al-Azhar di Kairo tahun 1965, Lembaga Fiqh Islam OKI di Jeddah tahun 1985, Lembaga Fiqh Islam Rabithah ‘Alam Islami di Mekkah tahun 1406 H, Keputusan Muktamar Bank Islam Kedua di Kuwait tahun 1983, Fatwa Mufti Mesir tahun 1989. Secara spesifik dan lebih tegas syekh Yusuf Al-Qaradawi telah menulis buku dengan judul ‘Fawaidul Bunuk Hiyar Riba Al-Muharram (Bunga bank adalah Riba dan Haram)’. Bahkan secara nasional MUI mengeluarkan fatwa, pada 24 Januari 2004 bahwa bunga bank itu riba dan haram.
Tidak ada ruang untuk wacana bahwa bunga bank dapat ditoleransi jika untuk modal produktif. Sebab, wacana itu tidak logis dan ahistoris. Karena, masyarakat Quraisy Mekkah dimana mayoritas mereka adalah pedagang yang biasa melakukan perdagangan luar negeri antara Yaman dan Syam, dan mereka bermuamalah dengan riba’ untuk tujuan dagang atau bisnis.
56 :(e
:
5# 56
)
r
: (
k\ ( H ( KC) ( 5)
Dari Jabir berkata, Rasulullah saw, bersabda, “Riba yang pertama yang saya tolak adalah
Riba Abbas bin Abdil Muttaolib.”
Demikian juga tidak ada ruang bagi wacana bahwa riba yang diharamkan yang memiliki suku bunga tinggi, dengan dalih kata-kata adh’afan mudha’afah (QS Ali Imran 130). Sebab, pendapat ini tidak memiliki landasan ilmiyah. Tidak ada satu kitab tafsirpun yang mendukung pendapat ini. Pendapat ini juga tertolak karena ungkapan adh’afan
mudha’afah adalah dalam konteks merekam realita sosiologis masyarakat Arab jahiliyah waktu itu. Dimana mereka suka memperpanjang tenggat waktu pinjaman sehingga bunga yang asalnya kecil menjadi berlipat ganda (bunga berbunga), model inilah yang berlaku pada bank konvensional dengan istilah ‘compound interest’.
Penutup
Demikianlah menjadi jelas bahwa tidak ada alasan bagi seorang muslim apalagi da’i bermuamalah (bertransaksi) yang menggunakan instrumen bunga baik dengan perbankan konvensional maupun lembaga keuangan non-bank. Dan untuk menghindari perang (harb) dari Allah dan Rasul-Nya, maka tinggalkanlah apapun yang tersisa dari riba dan hanya mengambil pokok pinjaman. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah 278-279)
U d# $% ^Pt hG# # ( A )
Jakarta, 2 Dzulqo’dah 1430 H/ 21 Oktober 2009 DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
. KH. SURAHMAN HIDAYAT, MA DR