DI SUSUN OLEH : DI SUSUN OLEH : A ANNDDRRIIS S SSUUMMEENNDDAAPP 0011000055 IIRRMMAA YYUUNNIITTAA 0101003300 M MUUTTIIAARRAAAAYYUU 0011003399 P PUUTTRRIIA A HHAANNGGGGRRAAIITTAA 0011005511
AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA
AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA
2012 / 2013
2012 / 2013
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dap
dapat at menmenyeleyelesaisaikan kan penpenyusyusunan unan makmakalaalah h yang yang berberjudujudul l “Asu“Asuhan han KepKeperaerawatwatan an padpadaa Klien dengan Invaginasi”.
Klien dengan Invaginasi”.
Pe
Penunulilisasan n mamakakalalah h adadalalah ah memerurupapakakan n sasalalah h sasatu tu tutugagas s dadan n pepersrsyayararatatan n ununtutuk k menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan anak.
menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan anak.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penul
pada teknis penulisan maupuisan maupun materi, mengingn materi, mengingat akan kemampuaat akan kemampuan yang dimiliki penuln yang dimiliki penulis.is. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembua
pembuatan makatan makalah ini.lah ini.
Dal
Dalam am penpenulisulisan an makamakalah lah ini ini penpenulis menyamulis menyampaipaikan kan ucaucapan pan terterima ima kaskasih ih yang yang tak tak terhingga kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terhingga kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
khususnya kepada :
1.
1. Letkol LLetkol Laut Siti Naut Siti Narsih, Sarsih, S. Kep, M. Kep, M. Kes se. Kes selaku Dilaku Direktur Arektur Akper Hkper Hang Tuah Jang Tuah Jakartaakarta ser
serta ta segsegenap enap jajjajaraarannya nnya yang yang teltelah ah memmemberberikan ikan kemkemudahudahan-kan-kemuemudahadahan n baik baik berupa
berupa moril moril maupumaupun n matermateriil iil selamselama a mengikumengikuti ti pendidpendidikan ikan di di AkadeAkademimi Keperawatan Hang Tuah Jakarta.
Keperawatan Hang Tuah Jakarta. 2.
2. ElElvi vi ObOberertyty. . S. Kp S. Kp seselaklaku u dosdosen pemben pembimimbibing ng yayang telang telah h memeluluangangkan waktkan waktu,u, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
rangka penyelesaian penyusunan makalah ini 3.
3. HandHandayanayani Siti Sitorusorus, S. Kp, se, S. Kp, selaklaku Wali Ku Wali Kelaelas Tings Tingkat II Akat II A 4.
4. Ns. Eny Ns. Eny SusyantSusyanti, S. Ki, S. Kep, seep, selaku koorlaku koordinator dinator mata amata ajar Kejar Keperawperawatan Anaatan Anak k 5.
5. ReRekankan-r-rekaekan sen semumua di tia di tingkngkat Iat II AI A 6.
6. SecaSecara khusus penra khusus penulis meulis menyamnyampaipaikan terikan terima kasih kepama kasih kepada keluada keluarga tercirga tercinta yangnta yang tel
telah ah memmemberberikan ikan dorodorongan ngan dan dan bantbantuan uan serserta ta pengpengertertian ian yang yang besbesar ar kepkepadaada penulis
penulis, , baik baik selamselama a mengikmengikuti uti perkulperkuliahan iahan maupun maupun dalam dalam menyelmenyelesaikanesaikan makalah ini
makalah ini 7.
7. SemSemua pihak yanua pihak yang tidak dapag tidak dapat disebt disebutkautkan satu persn satu persatuatu, yang telah mem, yang telah memberberikanikan bantuan da
bantuan dalam pelam penulisan mnulisan makalah inakalah ini.i.
Akhi
Akhirnyrnya a penupenulis lis berberharaharap p semsemoga oga AllAllah ah memmemberberikaikan n imbimbalaalan n yang yang setsetimpimpal al padpadaa mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Jakarta, 10 April 2012 Jakarta, 10 April 2012
ii ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...ii
Jakarta, 10 April 2012 ...ii
Penulis ...iii
DAFTAR ISI ...iii
Latar Belakang ...1 Tujuan Penulisan ...2 Tujuan umum ...2 Tujuan khusus ...2 Ruang Lingkup ...2 Metode Penulisan ...2 Sistematika Penulisan ...3 BAB II TINJAUAN TEORI ...4 Pengertian ...4 Etiologi ...4 Manifestasi klinis ...5 Patofisiologi ...5
Patoflow ( Menurut Kelompok ) ...6
Penatalaksanaan Medis ...8 Komplikasi ...9 Pemeriksaan Penunjang ...9 BAB III PENUTUP ...18 A. Kesimpulan ...18 B.Saran ...20 DAFTAR PUSTAKA ...21 iii
Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. (pickering, 2000)
Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan dalam pertumbuhan
optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum diketahui. (Husain, 1993)
Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rectum. Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit, diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada anak <1 tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang menunjukan gejala yang mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada bayi muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur <2 tahun (73%) dan >2tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja masih normal kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lender pada awal penyakit (currant jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12 jam, kemudian berangsung-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool) Karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.
Dari jenis pengamatan invaginasi, paling banyak terjadi colica (75%), ileo-ileocolica (15%) dan sisa nya (10%). Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2 tahun dan terdapat ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1 (pikering, 2000).
Hasil laporan world health organization yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak terjaid di kota medan
sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun dan paling banyak ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta, di Yogyakarta angka kejadian invaginasi yang terjaid masing-masing adalah sebanyak 103 (86%) kasus
2
dan 35 (61%) kasus anak dengan perbandingan laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 2:1 dan 1:1.
Pengamatan data bahwa penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus menunjukan kenaikan pada beberapa tahun terakhir yang penyebarannya kebanyakan pada anak dibandingkan orang dewasa.
Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit invaginasi pada anak dan cara menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
Tujuan khusus
Agar mahasiswa mahasiswi mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian dari invaginasi. b. Menjelaskan tentang etiologi dari invaginasi.
c. Menjelaskan tentang patofisiologi dari invaginasi. d. Menjelaskan tentang patoflow dari invaginasi.
e. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari invaginasi. f. Menjelaskan tentang komplikasi dari invaginasi. g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dari invaginasi.
h. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai topik yang akan dilakukan dengan cara mempelajari sumber yang berkaitan dengan materi makalah ini.
Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori terdiri ata pengertian, etiologi, patofisiologi, patoflow, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dan usus ( umumnya, incaginasi ileum masuk ke dalam kolom desendeng ), ( Nettina, 2002 ).
Suatu intususepsi atau invaginasi terjadi bila sebagaian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian dirirnya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal ( Nelson, 1999 ).
Etiologi
Usus terbentuk seperti tabung yang panjang. Inturususepsi adalah gangguan diman salah satu bagian dari usus ( biasanya usus kecil ) terselip ke bagian lain. Peristiwa ini kdang – kadang disebut sebagai “ tetescoping “ karena mirirp dengan cara lipatan teteskop ketika dilipat bersama – sama. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan intususepsi. Tetapi, dalam banyak kasus, dokter tidak dapat menentukan penyebabnya dengan pasti. Jika orang dewasa mengalami intususepsi, maka hal itu lebih mungkin disebabkan oleh pnyakit lain. Sedangkan besar, kasus intususepsi dikuatkan dengan versi vaksin rotavirus. Rotavirus adalah penyakit pada masa anak – anak yang menybabkan diare, muntah – muntah hebat, demam, dan dehidrasi,
vaksinnya telah dicabut dari pasar sejak tahun 1999. Tidak ada bukti bahwa vaksin rotavirus baru menyebabkan intususepti. Penyebab pasti intususepsi pada anak – anak masih belum diketahui. Kemungkinan pemicinya adalah :
1. Infeksi usus
2. Pertumbuhan non – kanker atau tumor kanker di usus
3. Di masa lalu, beberapa kasus intususepsi dikaitkan atau berhubungan dengan versi vaksin rotavirus.
Manifestasi klinis
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Banyi mengais kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan. Terdapat muntah berisi makanan / minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir ( red currant jelly ) per rectum. Pada palpasi abdomen, dapat teraba masa yang umumnya berbentuk seperti pisang. Distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan masa intra abndomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rectum, pada pemeriksaan colok di ubur mungkin teraba ujung invagiant seperti portio, uterus disebut pseudoporsia. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.
1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik hingga menit dengan interval waktu 5 -15 menit.
2. Pada bayi dan anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir. 3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras
4. Muka pucat dan lemah
5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung
6. Anak cepat marah, napas dangkal, mandengkur, dan konstipasi
7. Anak sering mengangat kaki ke atas perut di karenakan nyeri yang di derita
Patofisiologi
Menurut kepustakaan, 90 – 95% invaginasi terjadi pada anak di bawah 1 tahun akibat idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa hipertropi jaringan limfoid ( plaque payer ) akibat infeksi virus ( limfadenitis ) yang mengikuti suatu gastroenteritis / infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkakan bagian intususeptum ( usus bagian proksimal ) edema intestinal dan obstruksi aliran vena obstruksi intestinal sehingga terjadi perdarahan, proses ini sebagai titik permulaan invaginasi.
Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian intususeptum oleh karena kontraksi dari intususepien ( usus bagian distal yang menerima ). Adanya hiperplastik usus bagian proksimal mengakibatkan terjadinya segmen usus ynag masuk ke segmen usus lainnya ( ileokolik ileum bervaginasi ke kolon, ileoileokolik ( usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil )). Dimana akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir yang menyebabkan nekrosis dinding usus sebagai akibat stragulasi dan tidak jarang
6
terjadi ganggren, yang selanjutnya terjadi edema dan pembekakan, pembekakan dapat sedemikian besarnya, sehingga menghambat reduksi. Pembekakan dari intususeptrum umumnya menutup lumen usus. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali normal, sehingga tidak terjadi invaginasi.
Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari penjepitan pembuluh- pembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesentrial. Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan produksi muku yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi stragulasi dan laserasi luka sehingga timbul perdarahan campuran antar mucus dan darah tersebut akan keluar melalui anus sebagai suatu agar-agar jeli darah ( Red Currant Jelly Stool ). Iskemik dan distensi abdomen (system usus) menimbulkan rasa nyeri. Adanyaiskemik dan destruksi usus akan menyebabkan sekuenstrisasi cairan ke lumen usus yang distensi. Sehingga pasien mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi mengalami syok hipovolemik. Mukosa ususyang iskemik merupakan Port de Entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
Patoflow ( Menurut Kelompok )
Penyebab Idiopatik
Infeksi Virus
VIREMIA
Hipertrofi jaringan limfoid
( Plaque Payer )
Pembengkakan bag. Intuseseptum (Usus bagian proksimal)
Edema Intestinal Obs. aliran vena
Obstruksi intestinal
Perdarahan
Hiperperistaltik
Ileokolik, ileoileokolik, sekokolik
Dinding usus terjepit
Penekanan & tertariknya mesentrium
Aliran darah terganggu dan menurun
Nekrosis dinding usus Ulserasi pd. dinding usus Strangula si Gangre n Edema intususeptum Menutup lumen usus Reduksi terhambat Timbul bendungan
Perembesan (ozing) lendir dan darah ke dlm. lumen
Limfadenitis Gastroenterit is Infeksi sal. pernafasan Kontraksi intususepien (Usus bag. distal yg menerima)
Titik permulaan INVAGINASI
T&G : --Diare
Sekuentriasasi cairan ke lumen usus yg distensi
Shock Hipovolemik Iskemik & obstruksi
usus Dehidrasi Perlekatan yang abnormal INVAGINASI Penyempitan pemb. darah Invaginasi iskemik Produksi mukosa Strangulasi & laserasi mukus
Perdarahan
Campuran darah + mucus keluar anus
Red Currant Jelly Stool Iskemik & distensi usus
Mukosa iskemik Port de Entry mikroorganisme
8
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema 2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi cairan, dekompresi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan laboraturium dijumpai peninggian dan jumlah leukosit, maka saat ini antibiotik berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan (1 mg /kgBB) untuk menghilangkan rasa sakit.
1. Reduksi barium enema, dikatakan reduksi baarium enema, karena dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi, seperti :
a. Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto abdomen
b. Dijumpai tanda-tanda peritonitis c. Gejala invaginasi > 24 jam
d. Dijumpai tanda-tanda dehidrasi berat e. Usia penderita > 2 tahun
Dikatakan berhasil, apabila :
a. Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan udara
b. Hilangnya massa tumor di abdomen
c. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test, positif.
2. Reduksi dengan operasi
a.Memperbaiki keadaan umum
Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum klien diperbaiki
b. Tindakan untuk mereposisi usus
Komplikasi
Saat operasi :
1. Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah
2. Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi usus ketika pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan dari anestesia.
3. Gangguan keseimbangan elektrolit, masukan cairan berkurang (ileus) 4. Sepsis, cedera akibat tindakan medis
Post-operasi :
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan
2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. 3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus
4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuma, daya tahan tubuh menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada palpasi perut dapat teraba massa yang biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis. Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamai ‘pseudoporsio’ atau porsio semu. Jarang ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum. Keadaan tersebut harus dibedakan dari prolapsus mukosa rektum.
Pada invaginasi, didapatkan invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secarasirkuler dengan dinding anus. Pada inspeksi, sukar sekali membedakan
antara prolapsus rektum daninvaginasi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari di sekitar penonjolan untuk menentukan ada tidaknya celah terbuka. Pemeriksaan radiologis berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda-tanda obstruksi usus halus, kadang-kadang tampak sebagai bayangan menyerupaisosis dibagian tengah abdomen.
10
Pemeriksaan USG juga dapat membantu penegakan diagnosis.Pemeriksaan ini lebih sering digunakan karena bersifat non-invasif . Pada pemeriksaan USG menunjukkan doughnut sign atau pseudokidney sign. Dengan enema barium tampak defek pengisian barium yang konveks, barium akanterhenti sementara, bayangan per mobil (coiled spring appearance) apabila barium melingkari intususeptum.
I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik secara umum b. Riwayat Kesehatan
c. Observasi pada feses dan tingkah laku sebelumnya dan sesudah operasi d. Observasi tingkah laku anak atau bayi
e. Observasi manifestasi terjadi intususepti - nyeri abdomen proximal
- anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
- anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
- muntah - letargi
- feses seperti jeli mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif - feses tidak ada ( konstipasi )
- distensi abdomen dan nyeri tekan - massa terpal
- anus yang terlihat biasa, dapat tampak seperti propels rectal - dehidrasi dan demam, sampai kenaikan 40°
- keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat bnyak f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
- diare - anoreksia
- kehilangan berat badan - kadang- kadang muntah - nyeri yang priodik
- nyeri tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram
2.Diagnosa Keperawatan a. Pre operasi
1). Nyeri berhubungan dengan invaginasi dalam tubuh
2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan dalam tubuh
3). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pengobatan invaginasi ( barium enema)
b. Post operasi
1). Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2). Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi pembedahan
3). Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi demam
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah ( post operasi )
3.Rencana Keperawatan a.Pre Operasi
1). Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus Tujuan : Keluhan nyeri pada anak berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks, tidak ada merintih, dan perilaku melindungi gerakan, mampu berpartisipasi dalam program latihan.
Intervensi
- Kaji keluhan nyeri anak, catat lokasi nyeri, lama, dan beratnya.
Rasional : Pengkajian nyeri diperlukan, terutama pada anak yang berumur masih muda untuk mengekspresikan ketidak
nyamanannya
- Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagi stimulasi lingkungan lainya dalam ruang anak.
Rasional : stimulasi demikian dapat mengganggu anak - Kaji efek tidur dan bermain
12
Rasional : Untuk mengetahui pengaruh pusing kepala terhadap aktivitas pola tidur
- Berikan posisi senyaman mungkin dan suasana tenang
Rasional : Suasana yang tenang secara tidak langsung merangsang saraf sensorik untuk memberikan efek relaksasi terhadap saraf-saraf yang tegang pencetus rasa nyeri
- Berikan anak beberapa pilihan teknik distraksi
Rasional : Salah satu upaya medis, untuk pengalih perhatian anak terhadap rasa nyeri yang diderita
- Berikan analgesik (kolaborasi) Rasional : Analgesik memblok rasa nyeri
2). Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan dari dalam tubuh
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan menunjukkan keseimbangan cairan dalam tubuh
Kriteria hasil : Berat badan naik, TTV dalam batas normal, turgor kulit elastis, denyut nadi kuat / keras
Intervensi
- Pantau tanda vital anak sepanjang periode peri operasi catat setiap perubahan pada prekuensi nadi dan tekanan darah
Rasional : Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, dan kulit yang kering serta dingin menunjukan deficit cairan, suatu kondisi yang membutuhkan tindakan penggantian cairan
- Pantau jumlah darah yang hilang selama pembedahan
Rasional : Pemantauan semacam ini sangat penting untuk mendetiksi hipovolemia selama pembedahan
- Pantau nilai hemoglobin dan hematokrit anak serta waktu pengisian ulang kapiler sebelum pembedahan
Rasional : Nilai darah pra operasi dapat menentukan kebutuhan pengantian darah atau cairan
- Beri cairan dan elektrolit pre interavena sesuai program dan catat jumlah yang di berikan
Rasional : Dokumentasi cemat terhadap seluruh cairan intreavena dan elektrolit yang di berikan selama periode perioperasi, dapat menentukan keseluruhan status cairan anak.
3) Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Mendemonstrasikan bahwa ansietas berkurang
Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, anggukan posotif bila memahami peristiwa pra-operasi, penerimaan cemas berkurang
Intervensi :
- Jelaskan kepada anak peristiwa sekitar pembedahan dengan menggunakan istilah dan ilustrasi sesuai usia, boneka, dan alat sample dengan sederhana
Rasional : Penjelasan semacam ini memungkinkan anak mengatisipasi peristiwa dan pasca operasi sehingga mengurangi kecemasan - Sediakan dukungan emosional sesuai usia anak ketika anak masuk dalam ruang bedah
Rasional : Memberi dukungan emosional selama periode perioperasi membantu memastikan pengalaman bedah yang positif
- Membiarkan orang tua menemani anank ke pintu masuk ruang operasi dan libatkan mereka dalam proses pemulihan sesegera mungkin
Rasional : Orang tua adalah kekuatan yang menstabilkan dan dikenalkan anak
- Bantu orang tua beradaptasi terhadap kecemasan mereka masing-masing dengan memberi penyuluhan pra-operasi, konseling, dan lingkungan yang mendukung
Rasional : Rasa cemas orang tua secara langsung mempengaruhi anak
4) Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan (barium enema) berhubungan dengan perawatan dan pengobatan invaginasi
Tujuan : Mengungkapkan kurang pemahaman, untuk memenuhi tindakan keperawatan
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan pengobatan.
Intervensi
- Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan pemberian obat barium enema
Rasional : Penjelasan semacam ini membantu menghilangkan rasa takut dan cemas, dan membantu memastikan kerjasama anak selama prosedur tadi.
14
- Jelaskan peralatan pada anak dengan istilah yang dimengerti anak (sesuai usia anak)
Rasional : Memberi penjelasan tentang alat tersebut kepada anak akan mempersiapkan seperti apa alat tersebut sehingga membantu memastikan kerja sama selama uji tersebut.
b.Post operasi
1). Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan Tujuan : Menunjukkan hilang dari ketidaknyamanan (nyeri)
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, tidak ada merintih.
Intervensi
- Kaji rasa nyeri anak secara objektif
Rasional : Indikator yan objektif merupakan pengkajian nyeri anak yang paling dapat diandalkan, tergantung pada usia anak dan
respon yang lazim terhadap nyeri
- Beri obat narkotika bersama obat-obat nyeri lain, sesuai program. Pantau dan catat respons anak dengan cermat
Rasional : Selama fase pasca operasi, segera narkotik harus diberikan dengan hati-hati karena efek residu yang potensial dari obat anastetik, misalnya depresi pernafasan dan hipertensi
- Libatkan orang tua dalam penatalaksanaan nyeri anak sedini mungkin setelah pembedahan
Rasional : Orang tua dianggap paling mudah memahami respon nyeri anak yang normal dan mengetahui teknik memantau rasa nyeri yang berhasil digunakan pada waktu yang lalu
- Atur posisi anak sesuai kebutuhan, untuk memaksimalkan rasa nyaman
Rasional : Mengatur kembali posisi mengurangi tekanan pada kulit dan mengurangi kram otot
2). Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Mendomonstrasikan tidak ada manifestasi infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsiolesa)
Kriteria hasil : Suhu dalam batas normal (36,5°C-37°C), tidak ada perdarahan berlebihan.
Intervensi
- Gunakan teknik mencuci tangan yang baik sebelum mengobati anak
Rasional : Mencuci tangan dengan baik dapat mengurangi penyebaran infeksi nasokomial
- Kaji tempat infeksi setiap pergantian dinas, dan catat setiap tanda eksudat, edema, eritema, dan adanya rasa hangat
Rasional : Eksudat, edema, eritema, dan rasa hangat mengindikasikan infeksi yang sedang berlangsung dan dapat menandakan bahwa medikasi perlu dirubah
- Pantau tanda vital anak setiap 4 jam untuk melihat peningkatan suhu, frekuensi jantung, dan pernafasan
Rasional : Perubahn tanda-tanda vital seperti ini mengindikasikan infeksi yang sedang berlangsung, yang dapat menandakan bahwa medikasi perlu dirubah
- Gunakan teknik steril unutk semua penggantian balutan
Rasional : Teknik steril dapat mencegah masuknya bakteri ke dalam luka
3). Diagnosa keperawatan : Resiko perdarahan pada luka berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Resiko perdarahan pada anak tidak terjadi
Kriteria Hasil : Pada anak tidak terjadi perdarahan yang berlebihan pada balutan
Intervensi
- Periksa balutan anak setiap 1 hingga 2 jam untuk melihat tanda perdarahan yang berlebihan
Rasional : Sedikit perdarahan kadang-kadang terjadio setelah perdarahan
- Tinggikan kepala tempat tidur 30°
Rasional : Meninggikan kepala temapt tidur dapat mengurangi tekanan intrakaranial, sehingga mengurangi resiko perdarahan
- Pasang balutan tekanan selama 24 jam pertama setelah pembedahan
Rasional : Suatu balutan tekanan bertujuan mengurangi perdarahan dan pembengkakan pasca operasi
4). Diagnosa Keperawatan : Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam
Tujuan : Proses inflamasi (demam) pada anak hilang atau berkurang Kriteria Hasil : Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang
dari 37,8°C (nilai suhu tubuh spesifik bergantung pada metode yang digunakan untuk mengukurnya) Intervensi
- Pantau suhu tubuh anak setiap jam sehingga stabil
Rasional : Pemantauan yang sering, memastikan deteksi dini dan terapi hipotermia yang teapt, untuk mencegah resiko terjadinya kondisi yang mengancamkehidupan, misalnya sepsis dan gagal ginjal
16
Rasional : Lingkungan yang hangat dan suhu air yang konstan meminimalkan penurunan suhu tubuh inti dengan mengurangi kehilangan panas melalui radiasi
- Gunakan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala-dan lindungi anak dengan selimut; pastikan selimut dibentuk seperti tenda mengelilingi tubuh anak, jangan dibiarkan terpajan langsung pada kulit
Rasional : Penggunaan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala dan selimut lebih jauh mengurangi kehilangan panas pancaran dan meningkatkan suhu tubh; selimut yang menyentuh luka dapat menyebabkan nyeri, mengiritasi area luka, dan menigkatkan resiko infeksi.
- Observasi dan catat masukan dan haluaran cairan
Rasional : Memonitor masukan dan haluaran cairan, menunjukkan pola dan keseimbangan cairan dalam tubuh
- Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu anak dan keluarga untuk pelaksanaannya meliputi :
1. Lakukan kompres : bertujuan untuk membantu proses konduksi panas dari tubuh dan membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga tubuh diharapkan berangsur-angsur normal.
2. Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik : dengan tirah baring maka aktivtias sel-sel dan proses metabolisme menurun
sehingga diharapkan dapat mengurangi demam.
3. Banyak minum 1 – 2 liter / hari (8 – 9 gelas perhari) : diharapkan dengan pemberian minum yang cukup akan mempertahankan intake dari dalam tubuh dan meningkatkan output urin untuk mengurangi demam anak.
4. Anjurkan anak mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat : pakaian tipis akan mempermudah terjadinya penguapan keringat akibat hipertermia
- Laksanakan program medik (antibiotik, antipiretik, infus).
Rasional : Dengan pemberian anti piretik dapat menunjang upaya-upaya perawatan dalam usaha menurunkan panas tubuh, serta memungkinkan anak mendapatkan terapi lebih lanjut untuk penyakitnya (pemberian antibiotik untuk menghambat pertumbuhan basil).
5). Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah (post operasi)
Tujuan : Anak dan orang tua memahami tentang asuhan keperawatan di rumah
Kriteria Hasil : Anak dan orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang asuhan keperawatan di rumah
Intervensi
- Jelaskan kepada orang tua pentingnya menyiapkan lingkungan rumah yang aman untuk anak
Rasional : Upaya pengamanan ini dapat mengurangi resiko cedera dan perdarahan akibat terkantuk, jatuh, laserasi, dan fungsi
- Ajarkan orang tua menerapkan tindakan kewaspadaan
Rasional : Keluarga harus megikuti kewaspadaan tertentu untuk mencegah episode perdarahan
- Ajarkan orang tua bagaimana cara mengendalikan perdarahan anak Rasional : Mengendalikan perdarahan dapt mencegah hemoragik yang
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak, salah satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik maupun parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan obstruksi
usus yang sifatnya mekanik.
Invaginasi merupakan masuknya bagian usus kedalam perbatasan atau lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden). Penyebabnya masih belum diketahui, kemungkinan pemicunya adalah infeksi usus, pertumbuhan non-kanker atau tumor kanker di usus. Tanda dan gejalanya nyeri perut secara tiba-tiba, muntah, BAB bercampur darah, muka pucat dan lemah. Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau kematian jaringan, infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan suntikan salin, udara atau barium kedalam kolon.
Data yang perlu dikaji adalah pengkajian fisik secara umum, riwayat kesehatan, observasi tingkah laku bayi atau anak, observasi manifestasi : nyeri abdomen proksimal, anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada, muntah, letargi, feses mengandung darah dll, dehidrasi dan demam, kaji prosedur diagnostic dan tes seperti pemerikasaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram. Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko kekurangan cairan, kurangnya pengetahuan, dan masalah keperawatan yang muncul setelah pembedahan adalah nyeri, resiko infeksi, resiko perdarahan, inefekstif termoregulasi, dan kurang pengetahuan. Maka perlu dilakukan rencana keperawatan seperti pemberian cairan intravena, pantau ttv, pantau masukan dan haluan, mendiskusikan dengan pasien dan orangtua tentang tata cara pemberian barium enema, serta kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic. Evaluasinya adalah resti kekurangan volume cairan tidak terjadi, kurangnya pengetahuan dapat teratasi dan nyeri pada abdomen pasca pembedahan dapat berkurang atau hilang.
20
B. Saran
1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari invaginasi seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB bercampur darah. Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik
kemungkinan untuk memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan dari kemungkinan di potong.
2.Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan diagnose keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta mahsiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi, memberikan penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta tindakan apa yang
harus dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak. 3.Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu invaginasi, perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang mengarah pada rasa nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat pada pra operasi yaitu berupa reduksi dengan barium enema, barium enema
dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda obstruksi usus yang jelas. Serta memberikan perawatan post operasi yaitu berupa memperbaiki keadaan umum, serta tindakan untuk mereposisi usus,
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment . USA : Appleton and Lange A Simon and Schuster Company
Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Wong, L. Donna. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV
Mosby Company
Referensi dari Internet :
Husain. (1993). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf . (Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Pickering. (2000). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf . (Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Sapan. (1987). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf . (Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)