• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

15

LANDASAN TEORI

A. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN AKHLAK

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan akhlak. Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, mendidik.1

Sedangkan istilah akhlak dalam Ensiklopedi Islam dimaksudkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya dan sasarannya dan makhluk-makhluk lain dan dengan Tuhannya.2

Akhlak juga memiliki kesamaan dengan istilah “ethika”, karena keduanya membahas masalah baik dan buruk mengenai tingkah laku manusia.3

Akan tetapi Rachmat Djatnika berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lapangan ethika, yaitu perbuatan-perbuatan manusia yang dapat diberi hukum baik atau buruk, dengan kata lain perbuatan-perbuatan yang dimasukan dalam akhlak.4

Jadi menurut beliau bisa dikatakan bahwa ethika bukanlah atau tidaklah sama dengan akhlak, akan tetapi ethika merupakan bagian dari akhlak.

1 Tim penyusun kamus pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, hlm. 232.

2 Depag RI, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: 1993), hlm.132

3 Achmad Amin, Ethika (Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 63

4 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992), hlm. 45

(2)

1. Dilihat dari segi bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.5

Didalam Da’iratul ma’arif dikatakan :

اا

ﺔﻴﺑدﻻا نﺎﺴﻧﻻا تﺎﻔﺻ ﻰه قﻼﺧﻻ

6

Artinya: ”Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela dan hal itu sesuai dengan pembinaannya.

Imam Al-Ghazali menerangkan tentang definisi akhlak sebagai berikut:

ا

ﺔﻌﺱار ﺲﻔﻨﻟا ﻰﻓ ﺔﺌﻴه ﻦﻋ ةرﺎﺒﻋ ﻖﻠﺨﻟا

ﻦﻣ ﺮﺴیو ﺔﻟﻮﻬﺴﺑ لﺎﻌﻓﻻا رﺪﺼﺗ ﺎﻬﻨﻋ

ﺔیورو ﺮﻜﻓ ﻰﻟإ ﺔﺟﺎﺣ ﺮﻴﻏ

7

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang

daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Akhlak yang diterangkan Imam Ghozali adalah bahwa sebenarnya akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa setiap manusia yang dari sifat tersebut akan memunculkan tindakan–tindakan yang tidak perlu menggunakan pemikiran terlebih dahulu, atau bisa disebut dengan tindakan dan perbuatan yang spontanitas atau bergerak dengan sendirinya.

Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran baik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.8

5 Lu’is Ma’luf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah al- Katulikiyah, t.th), hlm. 194 6 Abd. Hamid Yunus, et. al., Da’irah al- Ma’arif II, (Kairo: Asy-sya’b, t.th), hlm. 436 7 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (Mesir: Masyahad Al-Husaini, t.t.) Jilid III, hlm. 52

8 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hlm. 9

(3)

Menurut Asmaran As., menyatakan bahwa pada hakekatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.9

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa pendidikan akhlak bisa diartikan sebagai suatu usaha mendewasakan manusia melalui penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam bidang akhlak (budi pekerti, tingkah laku, tabi’at) yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya sesuai tujuan semula yang telah ditargetkan.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak a. Dasar-dasar pendidikan akhlak

Dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam.

Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah Saw sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.

Allah berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:

ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮْﺱُأ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺱَر ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟ َنﺎَآ ْﺪَﻘَﻟ

)

باﺰﺣﻷا

:

٢١

(

10

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu tauladan yang baik bagimu”. (QS. Al-Ahzab: 21)

9 Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. III, hlm. 3

10 R.H.A. Soenarjo, et. al., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV.Toha Putera, 1998), hlm. 654

(4)

Berdasarkan dari tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah berada dihadapan kalian, seandainya kalian menghendakinya, yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah Saw didalam amal perbuatannya, dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan petunjuknya, seandainya kalian benar-benar meghendaki pahala dari Allah serta takut akan azab-Nya dihari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung serta penolong ditiadakan, kecuali hanya amal sholeh yang telah dilakukan seseorang (pada hari kiamat). Dan adalah orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dengan ingatan yang banyak, maka sesungguhnya ingat kepada Allah itu seharusnya membimbing kamu untuk taat kepadanya dan mencontoh perbuatan-perbuatan Rasul-Nya.11

Sebagai suri tauladan yang baik, Rasulullah telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Rasulullah memiliki kepribadian yang agung dan patut ditiru dalam segala bidangnya, terutama dalam hal akhlak beliau. Dalam firman Allah swt yang lain yaitu Surat Al-Qalam ayat: 4

ٍﻢﻴِﻈَﻋ ٍﻖُﻠُﺧ ﻰَﻠَﻌَﻟ َﻚﱠﻧِإَو

)

ﻢﻠﻘﻟا

:

٤

(

”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4). 12

Dari ayat diatas telah ditafsirkan oleh Al-Maraghi yaitu bahwa kemudian Dia (Allah swt) menjanjikan kepada Rasul-Nya pahala yang banyak, yang akan diperolehnya karena kesabarannya menghadapi gangguan orang-orang musyrik. Dan yang demikian itu dilanjutkan dengan menggambarkan Rasul-Nya, sebagai orang berakhlak mulia dan kasih sayang terhadap manusia, karena menjalankan perintah-Nya13

11 Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. K. Anshori Umar Sitanggal, et. al (Semarang: CV. Toha Putra, 1998), Juz VIII, hlm. 277

12 R.H.A. Soenarjo, et. al., op. cit., hlm. 13 Musthafa Al-Maraghi, op. cit., hlm. 47

(5)

Hal ini diperkuat dengan Hadis Nabi yang menyatakan pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia. Bahkan Rasulullah Saw diutus ke dunia hanya dalam menyempurnakan akhlak yang baik.

Sebagaimana sabda Beliau Saw:

لﺎﻗ ﻪﻨﻋ ﷲا ﻰﺿر ةﺮیﺮه ﻰﺑا ﻦﻋ

:

ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ

:

ﺎﻤﻧا

قﻼﺧﻻا ﺢﻟﺎﺻ ﻢﻤﺗﻻ ﺖﺜﻌﺑ

)

ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور

(

”Dari Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku diutus adalah hanya demi memperbaiki kebaikan akhlak”. (HR. Bukhari).14

Sebagai misi keerasulannya untuk memperbaiki akhlak, menunjukkan akan pentingnya akhlak juga dapat diambil sebuah hikmah bahwa penyempurnaan akhlak memerlukan sebuah bimbingan, pengarahan, dan teladan.

Hal ini ternyata dapat diperankan oleh Rasulullah saw dengan baik. Artinya diutusnya Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang baik dan menunjukkan bahwa akhlak tidak dapat berubah dengan sendirinya tanpa adanya suatu bimbingan, pengarahan dan pengajaran, bahkan teladan.

b. Tujuan pendidikan akhlak

Islam mengatur kehidupan manusia agar seimbang antara dunia dan akhirat, tanpa ada perlakuan yang sepihak.

Akhlak dalam Islam memberikan kebebasan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, tanpa mengorbankan kepentingan jasmani dan rohani mereka. Pentingnya pendidikan akhlak tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi penting untuk masyarakat,

14 Jalaludin Abdurrahman, Jami’ As-Shaghir, (Indonesia: Dar al-Ihya’, t.th), Juz I, hlm.103

(6)

umat dan kemanusiaan seluruhnya. Atau dengan kata lain akhlak itu penting bagi perseorangan dan masyarakat sekaligus. Sebagaimana perseorangan tidak sempurna kemanusiaannya tanpa akhlak, begitu juga masyarakat dalam segala tahapnya tidak baik keadaannya, tidak lurus keadaannya tanpa akhlak, dan hidup tidak akan bermakna tanpa akhlak yang mulia. Jadi bisa dikatakan bahwa akhlak mulia adalah dasar pokok untuk menjaga bangsa-bangsa, negara-negara, rakyat, dan masyarakat-masyarakat.15

Oleh karena akhlak itulah, timbulnya amal sholeh yang berguna untuk kebaikan umat dan masyarakat. Tidak akan ada suatu umat, negara, ataupun rakyat yang menyeleweng dari prinsip-prinsip akhlak yang mulia atau mengarah ke sifat foya-foya, pemubaziran, kerusakan dan kedlaliman, kecuali ia bakal dihancurkan oleh Allah oleh karena sifat-sifat tersebut.

Jadi bahaya keruntuhan akhlak bagi umat dan masyarakat jauh lebih besar daripada yang dapat dihitung, dirasakan dan diraba.16

Uraian-uraian dimuka tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk akhlak yang terpuji dan mulia sebagaimana yang menjadi contoh dan suri tauladan dari Rasulullah dan karenanya dapat tercapai keselamatan dunia dan akhirat.

B. MATERI PENDIDIKAN AKHLAK

Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia ke tempat mulia. Sedangkan akhlak yang jelek adalah merupakan racun yang berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan dari rahmat

15 Oemar Mohammad Al-Toumy al-Shaihany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 318

(7)

Allah swt sekaligus merupakan penyakit hati dan jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.

Rahmat Taufik Hidayat mengatakan bahwa dalam garis besarnya, akhlak terbagi dalam dua bagian, yaitu : akhlak terhadap khalik (yang menciptakan), dan akhlak kepada sesama makhluk (yang diciptakan).17Akan tetapi dalam pembahasannya dan pemahamannya dapat diuraikan menjadi lima kelompok, yaitu: akhlak kepada Allah swt, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada alam sekitar.18

a. Akhlak kepada Allah swt

Akhlak manusia dalam hubungannya terhadap Allah swt dapat direalisasikan sebagai berikut :

1. Cinta dan ikhlas kepada Allah

Semua amal baik yang berdasarkan akhlak kepada-Nya akan mendapat pahala. Apabila tidak disertai rasa ikhlas, maka tidak akan mendapatkan pahala, meskipun niatnya baik guna membantu sesama. ”Dari bekas cinta manusia kepada Tuhannya ialah ibadah dengan bentuknya yang bermacam-macam, dan ibadah itu sebaiknya dengan kecintaan, keikhlasan dan keta’atan hanya kepada Allah.19

2. Takwa kepada Allah

Takwa kepada Allah yang dicari oleh setiap muslim. Tuhan selalu mendorong manusia untuk mencapai tingkatan itu. Takwa akan menanamkan akhlak mulia pada manusia yang efeknya bukan saja terhadap dirinya sendiri, namun juga terhadap masyarakat sekitarnya. Manusia yang berhasil mencapai takwa kemudian mempertahankannya terus, dipandang sebagai manusia yang sukses ibadahnya.

17 Rahmat Taufik Hidayat, Khazanah Istilah Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999) hlm.18

18 A. Zainudin, et. Al., Al- Islam 2 (muamalah dan akhlak), (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 78

(8)

Manusia yang berhasil mencapai takwa kemudian mempertahankannya terus, dipandang sebagai manusia yang sukses ibadahnya. Karena sesungguhnya derajat manusia di sisi Allah hanya terdapat pada takwanya. Dalam firman Allah surat al-Hujurat ayat 13:

...

..

ْﻢُآﺎَﻘْﺗَأ ِﻪﱠﻠﻟا َﺪْﻨِﻋ ْﻢُﻜَﻣَﺮْآَأ ﱠنِإ

) ...

تاﺮﺠﺤﻟا

:

١٣

(

“…….Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang

yang paling bertakwa diantara kamu”. (Al-Hujurat: 13)20

Dan sesungguhnya umat manusia itu adalah sama dihadapan Allah, tiada suatu bangsa mempunyai kelebihan dengan yang lain, semuanya adalah sama-sama anak cucu Adam. Dan yang paling mulia disisi Tuhan adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.21

Menurut KH. Ahmad Rifa’I menyatakan dalam kitabnya yang berjudul Bayan:

Setuhune luwih mulyo niro kabeh Mungguh Allah luwih wedi niro kabeh Kamulyan dunnyo ugo tinemu oleh

Lan kamulyan suwargo langgeng luwih akeh22

Artinya:

Sesungguhnya lebih mulia kamu semua kepada Allah lebih takut kamu semua kemulyaan didunia juga didapatkan dan kemulyaan surga abadi selamanya.

Dari pernyataan di atas KH. Ahmad Rifa’i sangat menganjurkan kita untuk bertakwa kepada Allah sebagai wujud dari cinta kepada Allah. Dan beliau menyatakan bahwa Allah akan membalas dengan kenikmatan di dunia dan kenikmatan surga yang kekal selamanya.

20 R.H.A. Soenarjo, et. al., op. cit., hlm. 847

21 Ibnu Katsier, Tafsir Ibnu Katsier, Terj.H. Halim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986), Jilid III, hlm.321

(9)

”Ia laksana sebatang pohon yang baik yang ditanam serta dipelihara. Ia telah berbuah kemudian memberikan kenikmatan kepada manusia.23

3. Bersyukur atas nikmat Allah

Bersyukur artinya merasa senang karena memperolah kenikmatan Allah Swt Akan tetapi tanpa berhenti di situ saja, kita harus menambah semangat dalam beribadah kepada Allah sebagai aktualisasi dari rasa syukur kita kepada Allah Swt Orang yang salah dalam menggunakan kenikmatan, yaitu mereka yang mengikuti hawa nafsu mereka dan mengingkari nikmat yang diberikan oleh Allah dan merasa selalu kekurangan terhadap segala rizki yang telah diberikan Allah. Orang yang seperti ini akan mendapatkan siksa dari Allah.

4. Bertawakal kepada Allah

Maksud tawakal yang sebenarnya di sini adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah, akan tetapi setelah kita mau berusaha (ikhtiar) seoptimal mungkin dan semampu kita, baru setelah kita melaksanakan hal tersebut, kita bisa berserah diri kepada Allah.

5. Sabar

Dalam kehidupan sehari-hari, sabar dapat dibagi menjadi dua, yakni sabar ketika seseorang ditimpa musibah dan sabar dalam mengerjakan sesuatu.24

Kebahagiaan, keberuntungan, keselamatan, hanya dapat dicapai dengan usaha tekun terus-menerus dengan penuh kesabaran, keteguhan hati, sebab sabar adalah asas untuk melakukan segala sesuatu. “Sabar bukan berarti menyerah tanpa syarat, tetapi sabar adalah terus menerus berusaha dengan hati yang tetap, sampai cita-cita berhasil dan di kala

23 Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993), hlm. 101 24

(10)

menerima cobaan dari Allah Swt, haruslah ridla dan dengan hati yang ikhlas.25

6. Malu

Sikap malu lebih bagus dan sangat disarankan ditujukan kepada Allah swt Dengan sikap tersebut seorang mukmin enggan untuk mengerjakan kejahatan dan malu ketinggalan dalam kebaikan. Seorang mukmin yakin betul bahwa segala tingkah lakunya dilihat oleh Allah swt, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi. Rasa malu kepada Allah mencegah berbuat maksiat dan membuat kita selalu berbuat baik.

7. Khusnudhan

Khusnudhan, yaitu sikap manusia berbaik sangka kepada Allah swt “Manusia yang baik haruslah memiliki prasangka yang baik kepada Allah, yakni percaya bahwa Allah akan memberikan rahmat, mengampuni dosa dan membiarkan kesengsaraan dan penderitaan yang kekal pada makhluknya”.26

b. Akhlak manusia kepada Rasulullah Saw

Setiap umat Islam harus yakin bahwa Muhammad adalah Rasulullah, dan merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk beriman kepada Allah, kepada Muhammad saw, dan kepada rasul-rasul yang lain. Iman bukan hanya sekedar percaya terhadap segala sesuatu yang telah diyakini, tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis tentang, bagaimana bersikap kepada Rasulullah. Itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah.

Muhammad saw adalah makhluk yang lain daripada manusia lain, sebab beliau seorang nabi dan Rasul Allah, seorang yang termasuk manusia pilihan Allah, yang harus diimani oleh setiap muslim dan muslimah.

25 Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1991), hlm.52 26 Hamzah Ya’qub, op. cit. hlm.143

(11)

Kedudukan inilah yang menyebabkan Nabi Muhammad mempunyai posisi tersendiri dibandingkan dengan manusia lainnya. Islam mengajak semua umatnya untuk berlaku baik kepada sesama terutama kepada nabi, baik kepada nabi Muhammad, maupun kepada nabi yang lain.

Diantara perilaku atau akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah adalah sebagai berikut :

1) Menerima ajaran yang dibawanya

ْﻢُآﺎَﻬَﻧ ﺎَﻣَو ُﻩوُﺬُﺨَﻓ ُلﻮُﺱﱠﺮﻟا ُﻢُآﺎَﺗﺁ ﺎَﻣَو

اﻮُﻬَﺘْﻧﺎَﻓ ُﻪْﻨَﻋ

)

ﺮﺸﺤﻟا

:

٧

(

”Apa-apa yang diberikan rasul padamu, maka terimalah, dan apa-apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah” (QS.

Al-Hasyr: 7). 27 2) Mengikuti sunahnya

Sesungguhnya tidak berakhlak seseorang yang diantara umat Islam yang tidak mau mengucapkan shalawat dan Salam atas Rasulullah, sedangkan dirinya telah diberi rahmat oleh Allah yang tidak akan pernah ternilai harganya.

Kewajiban ini tertuang dalam perintah Allah swt:

اﻮُﻤﱢﻠَﺱَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ اﻮﱡﻠَﺻ اﻮُﻨَﻣﺁ َﻦیِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡیَأ ﺎَی ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟا ﻰَﻠَﻋ َنﻮﱡﻠَﺼُی ُﻪَﺘَﻜِﺉﻼَﻣَو َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ

ًﺎﻤﻴِﻠْﺴَﺗ

)

باﺰﺣﻷا

:

٥٦

(

”Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS.Al-Ahzab: 56). 28

Jadi, arti ayat diatas tersebut, sebagaimana dikatakan ibnu abbas adalah : Sesungguh-Nya Allah memberi rahmat kepada Nabi, sedang para malaikat mendoakan dan memohon ampun untuknya.

Dalam pada itu, Allah swt Memberitakan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya dikalangan masyarakat atas, bahwa

27 RHA. Soenarjo, et. al., op. cit., hlm. 916 28

(12)

Allah memujinya dihadapan para malaikat yang didekatkan, dan para malaikat bershalawat kepada Nabi dengan memohonkan ampun untuknya dari Allah.29 c. Akhlak manusia kepada diri sendiri

Konsepsi akhlak kepada diri sendiri dalam Al-Qur’an cukup luas jangkauannya, bersifat positif dan aktif yang dengan sendirinya dapat menumbuhkan suatu kepercayaan diri dalam berbagai aktivitas hidup individu manusia.

Manusia diciptakan mempunyai hawa nafsu yang apabila tanpa filter dan kontrol dari pendidikan akhlak, maka kita akan terjerumus dalam jurang kenistaan. Kita sangat memerlukan adanya akhlak terutama akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, karena pada prinsipnya akhlak pada diri sendiri merupakan kontrol diri yang aktif yang harus dilaksanakan demi keselamatan dirinya sendiri, baik itu berupa perintah, atau kewajiban yang erat hubungannya dengan tanggung jawab individu maupun larangan-larangan yang harus dihindari.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan:

ِﻪﱠﻠﻟا ﻰَﻟِإ ْﻢُﺘْیَﺪَﺘْها اَذِإ ﱠﻞَﺿ ْﻦ َﻣ ْﻢُآﱡﺮُﻀ َی ﻻ ْﻢُﻜَﺴ ُﻔْﻧَأ ْﻢُﻜْﻴ َﻠَﻋ اﻮُﻨ َﻣﺁ َﻦیِﺬ ﱠﻟا ﺎ َﻬﱡیَأ ﺎ َی

َنﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ ْﻢُﺘْﻨُآ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻨُﻴَﻓ ًﺎﻌﻴِﻤَﺟ ْﻢُﻜُﻌِﺟْﺮَﻣ

)

ةﺪﺉﺎﻤﻟا

:

١٠٥

(

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tidakkah orang

yang sesat itu akan memberi mudlarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan“. (QS. Al-Maidah: 105). 30

Dalam ayat ini Allah menyuruh hambanya yang beriman supaya mawas diri, memperbaiki diri, berbuat baik sekuat tenaganya, sebab jika manusia benar- benar menjaga amal perbuatannya jangan sampai berbuat curang, lancang, maka kejahatan orang lain tidak akan membahayakannya jika ia sudah cukup menjaga diri.

29 Musthafa Al-Maraghi, op. cit., hlm.54 30 Ibid., hlm.180

(13)

Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini berkata, jika seorang hamba telah menaati perintah-Ku yang halal dan menghentikan perintah-Ku yang haram, maka tidak berbahaya baginya kesesatan orang yang tersesat jika ia melaksanakan perintah-Ku.

Dan Allah akan membalas tiap orang menurut perbuatanya sendiri, jika baik mendapat pahala jika jahat mendapat balasannya.31

Ayat di atas menunjukkan bahwa setiap individu manusia mempunyai hak dan kewajiban guna memperhatikan kesejahteraan pribadinya, memelihara keselamatan jiwanya, mencari jalan perkembangan dan kemajuan dirinya, memiliki sesuatu yang luhur sebagai manifestasi dari perbuatan yang terpuji.

d. Akhlak manusia kepada sesama manusia

Ajaran sosial dan pembinaan akhlak dalam Al-Qur’an bertujuan untuk memperkuat kerjasama dalam lingkungan keluarga dengan mengatur anggota-anggota keluarga melalui pemberitahuan kepribadian individu yang baik sebagai salah satu bagian masyarakat, perbaikan hubungan dengan sanak famili dan tetangga serta mengajarkan prinsip-prinsip pergaulan. Secara lebih jelas akan penulis uraikan mengenai bagian-bagian akhlak manusia kepada sesama manusia adalah sebagai berikut:

a. Akhlak dilingkungan keluarga

Pembinaan akhlak dilingkungan keluarga secara umum adalah pembinaan kasih sayang diantara sesama anggota keluarga, karena dengan dasar dan fondasi kasih sayang inilah keluarga dapat terjalin keutuhannya, karena pada prinsipnya Allah telah melengkapi sikap tersebut diantara keluarga masing-masing, sehingga masing- individu hanya tinggal mengembangkannya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt dalam Surat Ar-Rum: 21

(14)

ًةﱠدَﻮَﻣ ْﻢُﻜَﻨْﻴَﺑ َﻞَﻌَﺟَو ﺎَﻬْﻴَﻟِإ اﻮُﻨُﻜْﺴَﺘِﻟ ًﺎﺟاَوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔْﻧَأ ْﻦِﻣ ْﻢ ُﻜَﻟ َﻖ َﻠَﺧ ْنَأ ِﻪ ِﺗﺎَیﺁ ْﻦ ِﻣَو

َنوُﺮﱠﻜَﻔَﺘَی ٍمْﻮَﻘِﻟ ٍتﺎیﺂَﻟ َﻚِﻟَذ ﻲِﻓ ﱠنِإ ًﺔَﻤْﺣَرَو

)

موﺮﻟا

:

٢١

(

32

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir ”. (QS. Ar-Rum: 21).

Pembinaan dan pendidikan akhlak dilingkungan keluarga sangatlah mendasar sekali didalam anggota keluarga, saling hormat menghormati, sopan santun dan tanggung jawab antar sesama anggota keluarga. Hal ini dapat dilakukan baik suami dengan istri atau sebaliknya, maupun orang tua dengan anaknya atau sebaliknya juga.

b. Akhlak dilingkungan tetangga

Manusia diciptakan Allah di dunia ini sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan adanya hubungan komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena manusia harus hidup dalam lingkungan bermasyarakat.

Hal ini berguna untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama Bani Adam dan berguna untuk mencegah timbulnya akses yang kurang baik dalam pergaulan.

Firman Allah swt dalam Al-Qur’an disebutkan:

ﻰَﻣﺎَﺘَﻴْﻟاَو ﻰَﺑْﺮُﻘْﻟا يِﺬِﺑَو ًﺎﻧﺎَﺴْﺣِإ ِﻦْیَﺪِﻟاَﻮْﻟﺎِﺑَو ًﺎﺌْﻴَﺵ ِﻪِﺑ اﻮُآِﺮْﺸُﺗ ﻻَو َﻪﱠﻠﻟا اوُﺪُﺒ ْﻋاَو

ِﻦ ْﺑاَو ِﺐْﻨ َﺠْﻟﺎِﺑ ِﺐِﺣﺎﱠﺼ ﻟاَو ِﺐُﻨ ُﺠْﻟا ِرﺎ َﺠْﻟاَو ﻰ َﺑْﺮُﻘْﻟا يِذ ِرﺎ َﺠْﻟاَو ِﻦﻴِآﺎَﺴ َﻤْﻟاَو

ﻟا ﱠنِإ ْﻢُﻜُﻧﺎَﻤْیَأ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎ َﻣَو ِﻞﻴِﺒﱠﺴ ﻟا

ًارﻮُﺨَﻓ ًﻻﺎَﺘْﺨُﻣ َنﺎَآ ْﻦَﻣ ﱡﺐِﺤُی ﻻ َﻪﱠﻠ

)

ءﺎﺴﻨﻟا

:

٣٦

(

33

"

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman

32 RHA. Soenarjo, et. al., op. cit., hlm. 644 33 Ibid., hlm.123-124

(15)

sederajat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. An-Nisa’: 36).

“Allah Swt Memerintahkan hamba-hamba-Nya, hendaklah hanya menyembah kepada Allah, Dia yang maha Esa, tiada bersekutu, pencipta, pemberi rizki, pemberi karunia kepada hamba-hamba-Nya pada segala waktu dan keadaan, maka Dialah yang patut disembah dan tidak dipersekutukan sesuatu kepada-Nya.

Kemudian Allah menyuruh orang berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, karena Allah menjadikan mereka jalan bagi keluarganya dari alam ghaib kealam dunia. Allah memerintahkan pula untuk berbuat baik kepada karib kerabat, kepada anak-anak yatim yang telah kehilangan orang yang memberi nafkah serta mengurus/ memenuhi kebutuhan mereka, maka kepada mereka hendaklah dituangkan simpati dan rasa kasih sayang yang khusus. Juga kepada orang-orang miskin yang membutuhkan dan tidak dapat memenuhi hajat hidup mereka, hendaklah diberi sokongan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan kesengsaraannya.

Allah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan kepada tetangga yang jauh. Pengertian tetangga dekat dan jauh ada yang menafsirkan, tempat hubungan kekeluargaan dan ada pula yang menafsirkan, tetangga dekat adalah tetangga muslim dan tetangga jauh adalah yang bukan muslim.”34

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa pemberitahuan Allah dalam Al-Qur’an sangatlah luas, tidak saja terhadap keluarga dan sanak saudara, melainkan juga kepada sesama tetangga, baik tetangga dekat maupun jauh, kaya maupun miskin, baik orang dewasa maupun anak-anak, demikian juga terhadap tetangga yang benci sekalipun kepada kita. Kita

(16)

dilarang untuk berbuat sombong kepada sesama manusia terutama dengan saudara dan tetangga.

c. Akhlak manusia kepada masyarakat

Terbentuknya suatu masyarakat manusia yang luas di mana satu sama lainnya saling melengkapi, saling menghargai, saling menghormati, saling mengingatkan dan sebagainya, sehingga terwujudnya hubungan komunikasi yang harmonis penuh kasih-sayang serta bersikap saling menjalin rasa persaudaraan, ketentraman, perdamaian dan terciptalah jaminan keamanan secara menyeluruh, sehingga terwujudlah suatu masyarakat manusia di dunia yang aman, sentosa dan sejahtera sebagaimana yang telah dicita-citakan.

Selain itu Allah juga melarang perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keharmonisan masyarakat seperti mengejek, berkata buruk, dan menganggap rendah orang lain. Sebaliknya Allah menyuruh kita berlapang dada, mudah memberikan maaf atas segala kesalahan orang lain dan senantiasa beramar ma’ruf nahi munkar.

d. Akhlak manusia dengan alam sekitar

Allah tidak hanya menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk di muka bumi ini, tetapi juga menciptakan makhluk-makhluk lain seperti flora dan fauna, yang ke semuanya itu tidak kecil jumlahnya dan tidak sedikit jenisnya. Semua makhluk membutuhkan perlindungan dan perhatian serta uluran tangan dari manusia.

Tugas manusia adalah berbuat baik dan bersikap baik pada makhluk-makhluk lain itu. Bahkan manusia didorong membudidayakan, mengembangkan dan melestarikan alam serta mencegah adanya pengrusakan terhadap seluruh makhluk di muka bumi ini.Allah berfirman tentang perintah melestarikan alam yaitu:

(17)

ْﻟا ﻲ ِﻓ اوُﺪِﺴ ْﻔُﺗ ﻻَو

ِﻪﱠﻠﻟا َﺖَﻤْﺣَر ﱠنِإ ًﺎﻌَﻤَﻃَو ًﺎﻓْﻮَﺧ ُﻩﻮُﻋْداَو ﺎَﻬِﺣﻼْﺻِإ َﺪْﻌَﺑ ِضْرَﺄ

َﻦﻴِﻨِﺴْﺤُﻤْﻟا َﻦِﻣ ٌﺐیِﺮَﻗ

)

فاﺮﻋﻷ

:

٥٦

(

35

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Sesudah (Allah swt) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Rasul Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”(QS. Al-A’raf: 56).

C. METODE PENDIDIKAN AKHLAK

Dalam mendidik akhlak Islam terdapat beberapa cara atau metode yang dirasakan cukup tepat, guna menyampaikan materi pendidikan akhlak.

Menurut Athiyah Al-Abrasyi ada tiga metode, yaitu:

1

.

ﻲهو ةﺮﺵﺎﺒﻤﻟا ﺔﻘیﺮﻄﻟا

:

ﺢﺼﻨﻟاو دﺎﺵرﻹا و ﻆﻋﻮﻟا ﺔﻘیﺮﻃ

,

ﺪﺉاﻮﻔﻟا ﺮآذو

ﺔﻌﻓﺎﻨ ﻟا رﻮ ﻣﻻا ﻦﻴ ﻤﻠﻌﺘﻤﻠﻟ ﻊ ﺿﻮﺗ نﺎ ﺑ رﺎﻀ ﻤﻟا و

,

ةرﺎﻀ ﻟاو

,

ﻢ ﻬﻈﻌﺗو

ﺮﻴﺨﻟا ﻰﻟا ﻢهﺪﺵﺮﺗو

.

2

.

ءﺎﺤیﻻا ﺔﻘیﺮﻃ ﻲهو ﺔﻴﻘﻠﺨﻟا ﺔﻴﺑﺮﺘﻟا ﻰﻓ ةﺮ ﺵﺎﺒﻤﻟا ﺮ ﻴﻏ ﺔﻘیﺮ ﻄﻟا

,

ﻦﻘﻠی نﺎآ

ﻢ ﻜﺤﻟا ﻰ ﻓ ﺮﻌﺸ ﻟا ﻦﺴ ﺣأ لﺎ ﻔﻃﻷا

,

ﺢﺉﺎﺼ ﻨﻟا ﻦﺴ ﺣا و

اﻮﻌﻨ ﻤی وﺮ ﺒﺧﻻاو

ﻪﻠهاو ﻖﺸﻌﻟا ﺮآذ ﻦﻣ ﻪﻴﻓ ﺎﻣو ﻒﻴﺨﻟا ﺮﻌﺸﻟا ﻰﻓ ﺮﻈﻨﻟا

.

3

.

ﺔﻴﺑﺮ ﺗ ﻢﻬﺘﻴﺑﺮ ﺗ ﻰ ﻓ ﺔیﺮ ﻄﻓ ﺰ ﺉاﺮﻏو لﻮﻴ ﻣ ﻦ ﻣ لﺎ ﻔﻃﻻا يﺪ ﻟ ﺎ ﻤﺑ عﺎﻔﺘ ﻧﻻا

ﺔﻴ ﻘﻠﺨﻟا

,

ﻢﻬﻟﺎﻌﻓا و ﻢﻬﻟاﻮﻘﻋ ﻰﻓ ﻢﻬﺑ نﻮﻠﺼﺘی ﻦﻣ ةﺎآ ﺎ ﺤﻤﻟ ﻞﻴ ﻣ ﻼﺜ ﻣ ﻩﺪﻨ ﻌﻓ

ﻢﻬﺘﻨﻴﻜﺱ و ﻢﻬﺘآﺮﺣو

.

36

1. Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara memberikan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahayanya secara langsung. 2. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan cara memberikan jalan

sugesti, seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-anak, memberikan nasehat-nasehat, memberikan cerita dan berita berharga.

3. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak.37

35 Ibid., hlm. 230

36 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falsafataha, (Mesir: Isa Al-Babi Al-Halabi, 1975), Jilid II, hlm 112-113.

(18)

Nashih Ulwan menyebutkan ada 5 metode pendidikan yang efektif, yaitu: 1. Pendidikan dengan keteladanan

2. Pendidikan dengan adat kebiasaan 3. Pendidikan dengan nasehat

4. Pendidikan dengan memberikan perhatian 5. Pendidikan dengan hukuman.38

a. Metode keteladan

Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, atau cara berfikir dan sebagainya. Dalam hal pendidikan banyak kalangan umumnya lebih mudah menangkap yang kongkrit daripada yang abstrak. Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak didik secara moral, spiritual dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun spiritual.

Al-Qur’an banyak menunjukkan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan. Al-Qur’an menggambarkan pribadi Rasul-Nya sebagai figur teladan antara lain melalui Nabi Muhammad Saw firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat: 21 :

ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮْﺱُأ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺱَر ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟ َنﺎَآ ْﺪَﻘَﻟ

)

باﺰﺣﻷا

:

٢١

(

39

Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu tauladan yang baik bagimu”. (QS. Al-Ahzab: 21)

37 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. H. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, L.I.S., (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 112.

38 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Saifullah Kamalil, dan Noer Ali, (Bandung: Asy-Syifa’, 1988), Jilid II, hlm. 2

(19)

Keteladanan dari Nabi Muhammad Saw dapat dilakukan oleh setiap manusia karena beliau telah memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia yang lain pula. Dari situ masyarakat sangat perlu meneladani sifat Nabi sebagai upaya dalam mendidik akhlak anak didiknya.

b. Metode kisah

Diantara sistem pendidikan yang masyhur dan terbaik adalah dengan bentuk kisah atau cerita. Sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa yang jika disadari oleh ketulusan hati yang mendalam. Dan kisah itu juga mempengaruhi seseorang yang membacanya atau mendengarnya, hingga dengan itu dia tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan.40

Menurut Edward L. Meyen, et. al., mengenai masalah pendidikan akhlak melalui metode kisah adalah sebagai berikut:

The power of special education, historically, has derived a willingnes to take children who do not fit the general education system and develop segregated, parallel educational system to serve them. This situation has led to a relationship between the general and special elements of the system, having some characteristics of garbage collection model.41

Kekuatan dari pendidikan khusus, cerita, yang memberikan sebuah kesanggupan untuk membawa anak-anak yang belum siap pada sistem pendidikan umum dan berkembang yang terpencil, sistem pendidikan sejajar guna membantu mereka. Situasi ini dapat menuntun pada sebuah hubungan antara dasar-dasar umum dan khusus dari sitem tersebut, yang memiliki

40 Muhammad Fadlil Al-Jamali, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: solo, 1993), hlm. 132-133

41 Edward. L. Meyen, et. al., Alternative For Teaching Exceptional Children, (Colorado: Love Plublising Company, 1975), hlm.27.

(20)

beberapa karakter-karakter dari sebuah kumpulan model pendidikan.

Jadi, peranan kisah dalam pembentukan akhlak itu sudah dikenal sejak dahulu, dan Al-Qur’an datang dengan kisah-kisah pendidikan yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia dalam sisi akhlak dan jiwa. Hal ini adalah karena penyampaian kisah yang indah bahasanya itu sangat dalam artinya sebagaimana Al-Qur’an menyebutkan tentang peranan kisah sebagai suatu pelajaran akhlak:

ِبﺎَﺒْﻟَﺄْﻟا ﻲِﻟوُﺄِﻟ ٌةَﺮْﺒِﻋ ْﻢِﻬِﺼَﺼَﻗ ﻲِﻓ َنﺎَآ ْﺪَﻘَﻟ

……

)

ﻒﺱﻮی

:

١١١

(

42

“Sesungguhnya dalam cerita mereka itu ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal”(QS. Yusuf: 111).

Qashsha al-khabara berarti menyampaikan berita dalam bentuk yang sebenarnya’. Kata ini diambil dari perkataan Qashsha al-atsara wa iqtashshahu yang berarti menuturkan cerita secara lengkap dan benar-benar mengetahuinya’. Dalam kisah Yusuf As. beserta kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya, terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal benar dan berpikiran tajam, karena merekalah orang-orang yang mengambil pelajaran dari akibat perkara yang ditunjukkan oleh pendahulunya. Sedang orang-orang yang terpedaya dan lengah, tidak mempergunakan akalnya untuk mencari dalil-dalil, sehingga nasehat-nasehat tidak berguna bagi mereka.

Letak pengambilan dari kisah ini ialah Allah telah kuasa untuk menyelamatkan Yusuf setelah dilemparkan kedalam sumur, mengangkat kedudukannya setelah dipenjarakan, menjadikannya berkuasa dimesir setelah dijual dengan harga yang sangat murah, mengokohkan kedudukannya dimuka bumi setelah lama ditawan, memenangkannya atas saudara-saudaranyayang berbuat jahat kepadanya, menyatukan kekuatannya dengan mengumpulkan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya setelah berpisah jauh. Sesungguhnya, Allah yang telah kuasa

(21)

untuk melakukan semua itu terhadap Yusuf, kuasa pula untuk menjayakan Muhammad saw43

c. Metode nasehat

Metode nasehat sejak dulu sudah sangat populer dan bahkan kadang tanpa disadari masyarakat menggunakan metode tersebut. Hal ini terjadi karena adanya faktor keinginan masyarakat untuk berubah kepada yang lebih baik. Metode ini akan sangat efektif apabila si penasehat atau subyek adalah orang yang dicintai oleh orang yang dinasehati. Maka dalam kondisi seperti ini nasehat akan sangat berpengaruh dan akan dapat diresapi dan didengarkan.

Di samping itu, nasehat tidak akan berbekas manakala yang menasehati atau yang memberi nasehat tidak sesuai atau tidak mengamalkan apa yang dinasehatkannya.

Oleh karena itu, dalam pendidikan nasehat tidaklah cukup bila tanpa disertai dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu untuk diikuti dan diteladani.

Al-Qur’an sebenarnya mengandung banyak muatan-muatan dan untaian-untaian kata yang penuh dengan uraian nasehat. Hal itu sangat sesuai dengan kedatangan Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa kedatangannya itu sebagai nasehat bagi manusia. Disebutkan dalam Al-Qur’an:

ًىﺪُهَو ِروُﺪﱡﺼﻟا ﻲِﻓ ﺎَﻤِﻟ ٌءﺎَﻔِﺵَو ْﻢُﻜﱢﺑَر ْﻦِﻣ ٌﺔَﻈِﻋْﻮ َﻣ ْﻢُﻜْﺗَءﺎ َﺟ ْﺪ َﻗ ُسﺎﱠﻨ ﻟا ﺎ َﻬﱡیَأ ﺎ َی

َرَو

َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ٌﺔَﻤْﺣ

)

ﺲﻧﻮی

:

۵٧

(

44

”Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”(QS. Yunus: 57)

43 Musthafa Al-Maraghi, op. cit., Juz VIII, hlm. 95

(22)

Allah swt berfirman mengingatkan manusia bahwa Dia telah memberi karunia-Nya dengan menurunkan “Al-Qur’anul Karim” kepada Rasul-Nya, Muhammad Saw yang mengandung pelajaran, pencegah perbuatan jahat, penyembuh dari penyakit ragu-ragu dan was-was yang berada di dada, petunjuk kepada jalan yang lurus dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka hendaklah mereka bergembira dengan datangnya petunjuk dan agama yang benar itu, karena itu adalah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan, yang berupa kenikmatan duniawi dan harta kekayaan yang fana.45

d. Metode hukuman

Bila penggunaan metode-metode sebelumnya tidak mampu, maka harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah berupa hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu memang harus digunakan hukuman adalah cara yang paling akhir. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan metode hukuman: 46

1) Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman adalah memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam. 2) Hukuman itu benar-benar digunakan apabila metode lain tidak

berhasil dalam memperbaiki peserta didik.

3) Sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya lebih dahulu diberikan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

4) Hukuman yang dijatuhkan sebaiknya di mengerti oleh peserta didik, sehingga dia bisa sadar akan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

45 Ibnu Katsier, op. cit., Jilid VII, hlm. 224

(23)

5) Hukuman psikis lebih baik dibandingkan hukuman fisik

6) Hukuman disesuaikan dengan latar belakang kondisi peserta didik. 7) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis,

yaitu hukuman sesuai dengan jenis kesalahan.

8) Pendidik sebaiknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak mungkin dilakukan peserta didik

e. Metode pembiasaan

Sikap dan perilaku manusia yang menjadi akhlak sangat erat hubungannya dengan kebiasaan. Banyak sebab-sebab yang menjadikan adat kebiasaan antara lain karena sebab kebiasaan yang sudah ada sejak nenek moyangnya, sehingga dia menerima sebagai sesuatu yang sudah ada kemudian melanjutkannya karena peninggalan orang tuanya; mungkin juga karena milieu tempat dia tinggal dan bergaul yang membawa dan memberi pengaruh yang kuat dalam kehidupannya sehari-hari.

Menurut Rachmat Djatnika ada dua faktor penting yang melahirkan adat kebiasaan: Pertama, karena ada kecenderungan hati kepada perbuatan itu, dia merasa senang untuk melakukannya, dengan lain perkataan dia tertarik oleh sikap dan perbuatan tersebut. Kedua, diperturutkannya kecenderungan hati dengan praktek yang berulang-ulang sehingga menjadi biasa. Diantara dua faktor tadi menurut beliau faktor kedualah yang sangat menentukan, sebab walaupun ada kecenderungan hati untuk melakukannya, tapi apabila tidak ada kesempatan untuk memperbuatnya, umpamanya ada pencegahan, ada halangan, maka kecenderungan tadi tidak akan terturutkan. Sebaliknya mungkin asalnya tidak ada kecenderungan hatinya untuk memperbuatnya, tetapi dia selalu dihadapkan agar melakukannya, atau mungkin dengan paksaan untuk

(24)

yang pertama kalinya, lama-kelamaan akan menjadi pengaruh perasaan dihatinya.47

Hal inilah yang harus diterapkan pada muslim sedari dini dan kecil dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang baik tanpa terlepas dari kontrol dari suri tauladan dari orang tua.

Metode-metode tersebut dapat diterapkan dan dipakai sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pelaku pendidikan. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Tidak ada salah satu metode yang paling baik diantara metode-metode tersebut. Semua metode penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, antara metode yang satu dengan metode yang lain saling melengkapi terhadap kekurangannya, sehingga dapat mencapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Referensi

Dokumen terkait

bagi Cina pada tahun 2010 dengan volume sebesar 55 juta ton untuk kebutuhan. pembangkit listrik maupun rumah tangga

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan judul “ Pengaruh Gaya Hidup

“Maka kami memperkenankan doanya dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu

PABU 1 dengan koordinat 3° 44' 22.358" LU dan 96° 37' 25.190" BT yang terletak di Gampong Gunung Samarinda Kecamatan Babahrot Kabupaten Aceh Barat Daya yang merupakan

Dengan ini saya persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua saya, Muhammad Syarifuddin dan Aminah yang sudah berjuang membesarkan saya dari kecil hingga

Hasil Uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa waktu aplikasi minyak atsiri serai wangi berpengaruh sangat nyata terhadap persentase tanaman sehat dan

Mengetahui aktivitas / upaya / langkah / cara-cara / usaha apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru baik kompetensi

Secara garis besar kita dapat menarik kesimpulan, Fisika dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang zat dengan segala sifat