• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Guru Sekolah Dasar, fip Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Guru Sekolah Dasar, fip Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGETAHUAN IPA TEMA TEMPAT TINGGALKU PADA SISWA

KELAS IV DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN

GURU DI SDN GUGUS BUDI UTOMO

Km. Ayu Tri Astiti

1

, I Wyn. Rinda Suardika

2

, I Kt. Ardana

3

1,2,3

Jurusan Guru Sekolah Dasar, fip

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : triastitikomang@gmail.com

1

, suardikarinda@yahoo.co.id

2

,

ketut_ardana55@yahoo.com

3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional siswa kelas IV SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah “Non Equivalen

Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD

Gugus Budi Utomo kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar pengetahuan IPA kelas IV. Hasil belajar ini dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar bentuk pilihan ganda biasa yang kemudian dianalisis dengan anava satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional. Berdasarkan hasil anava satu jalur diperoleh Fhitung = 15.32 dan ttabel taraf signifikansi 5% = 3.09 . Dengan kriteria pengujian Fhitung15.32.>ttabel 3.09 ( 15.32 > 3.09 ) maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru berpengaruh terhadap hasil belajar pengetahuan IPA tema tempat tinggalku pada siswa kelas IV SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015.

Kata-kata kunci : pendekatan Saintifik, karakteristik pertanyaan guru, hasil belajar.

ABSTRACT

This study aims to determine the significant differences in learning outcomes among groups of science students that learned through scientific approach using productive question, a group of students that learned through scientific approach using questions unproductive and a group of students that learned through conventional scientific approach to the theme of “My Place” in the fourth grade students of Budi Utomo, Denpasar Timur District, in academic year 2014/2015. This study was a quasi-experimental research which used a "Non-Equivalent Control Group Design" as the study design.The subject of this study were all of the fourth grade students of Budi Utomo, Denpasar Timur District, in academic year 2014/2015. The samples were taken by random sampling technique. The collected data was the result of learning science of the fourth grade students with the theme of “My Place / Tempat Tinggalku”.The results of this study were collected by using test results in multiple choice form and then analyzed by one-way anava.

(2)

The results of the study showed that there were significant differences in learning outcomes between groups of science students that learned through scientific approach using productive question, a group of students that learned through scientific approach using unproductive questions and a group of students that learned through conventional scientific approach, Based on the results of one way anava obtained Fhitung =15.32 and ttabel the significant level of 5%=3.09. With the criteria of testing Fhitung =15.32 > ttabel 3.09 (15.32>3.09 ) than Ho is rejected and Ha is accepted.

It can be concluded that the application of the scientific approach in terms of the characteristics of the teacher questions affect on result of learning science students with the theme of “My Place/ Tempat Tinggalku” to the fourth grade students of Budi Utomo, Denpasar Timur District, in academic year 2014/2015.

The key words : Scientific approach, characteristics of the teacher questions, the result of study

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan kurikulum pembelajaran dari KTSP menjadi kurikulum 2013 dimana dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran adalah berpusat pada siswa, menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa. Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Menurut Slameto belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Jihad:2012:2).

Salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa dengan optimal adalah IPA. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempumyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan, IPA melatih anak berpikir krisitis dan objetif (Samatowa:2011:4). Melalui mata pelajaran IPA, siswa diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat yang semakin maju dan selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Ilmu Pengetahuan Alam juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPA berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan alam yang ada disekitarnya.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 6 Kesiman dan wawancara dengan guru kelas IV bahwa proses pembelajaran IPA masih banyak kelemahan dan kendala yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa kelemahan dan kendala tersebut yaitu, guru menerapkan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, kurangnya inovasi dalam merancang proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, pembelajaran hanya

(3)

berdasarkan buku pegangan. Selain itu, dalam proses pembelajaran kurangnya interaksi sosial antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajarnya, sehingga partisipasi aktif siswa sangat kurang.

Dalam pendidikan IPA dikembangkan tiga aspek atau tiga ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek ini merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan pemilihan materi, pendekatan pembelajaran dan karakteristik pertanyaan guru. Pemilihan pendekatan dan karakteristik pertanyaan guru dalam pembelajaran hendaknya juga disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa SD. Menurut Piaget (dalam Susanto, 2014:170), ”anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase oprasional konkret. Fase yang menunjukkan adanya sikap keingintahuannya cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam tujuannya pendidikan IPA, maka pada anak sekolah dasar siswa harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam.”.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu didesain menggunakan pendekatan pembelajaran dan karakteristik pertanyaan guru yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD pada tahap operasional konkret. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk dapat melihat, berbuat sesuatu, melibatkan diri dalam pembelajaran, serta mengalami langsung pada hal - hal yang dipelajari. Selain itu, diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar akademik siswa pada mata pelajaran IPA.

Sebagai langkah untuk memberikan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan

karakteristik siswa SD kelas IV, maka dalam penelitian ini peneliti akan mencobakan suatu pendekatan yaitu pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak indoktrinisasi, hafalan dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri (Kosasih:2014:72). Dalam proses pembelajaran ini siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan perasaan, pemikiran, sikap dan pengalamannya. Namun, mereka tetap memperhatikan sikap ilmiah dan tanggung jawab.

Selain penggunaan pendekatan pembelajaran, dalam penelitian ini juga menggunakan karakteristik pertanyaan guru dalam proses pembelajaran IPA. Salah satu karakteristik pertanyaan guru adalah pertanyaan produktif dan tidak produktif. Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang dapat dijawab setelah melakukan pengamatan dan penyelidikan sedangkan pertanyaan tidak produktif adalah pertanyaan yang dapat dijawab tanpa melakukan pengamatan dan penyelidikan (Sani:2014:86). Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa SD kelas IV yang berada pada tahap operasional konkret. Dalam hal ini proses pembelajaran akan lebih kreatif dan siswa akan dapat menggali dari berbagai sumber yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Pengetahuan IPA Tema Tempat Tinggalku Pada Kelas IV Ditinjau Dari Karakteristik Pertanyaan Guru Di SD N Gugus Budi Utomo.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui

(4)

pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015, Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015, Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015?, Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif, dan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik yang konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan Ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.

Daryanto (2014:51) menyatakan Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Selain itu, Sudarwan menyatakan bahwa pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran (Majid, 2014:194). Sedangkan menurut Majid sendiri (2014:193), proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah guru

Fadlillah (2014:175) juga mengemukakan, pendekatan scientific (saintifik) ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan diperoleh siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.

Karakteristik pembelajaran pendekatan saintifik 2013 yaitu pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat indroktinisasi, hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman belajar baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri.

Dalam Kosasih (2014:72) karakteristik pembelajaran saintifik adalah : materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan taraf kedewasaannya, interaksi pembelajaran secara terbuka dan objektif. Siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukaan pemikiran, perasaan, sikap dan pengalamannya, siswa selalu didorong berpikir analistis dan kritis, tetap dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi-materi pembelajaran.

(5)

Sedangkan menurut Daryanto (2014:53), pembelajaran saintifik memiliki karakteristik yaitu: berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi kkonsep, hukum, atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dapat mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-prinsip pembelajaran saintifik yaitu: berdasarkan hakikat dan karakteristik yang dimilikinya, pendekatan saintifik memiliki beberapa prinsip. Berikut ini beberapa prinsip pendekatan saintifik yang dipaparkan oleh Daryanto (2014:58-59) antara lain: pembelajaran berpusat pada siswa, pembelanjaran membentuk students self concept, pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Dari paparan mengenai prinsip pendekatan saintifik di atas, dapat disimpulkan bahawa menekankan pada keaktifan siswa untuk membentuk konsepnya sendiri sehingga dapat menuntun kemampuan berpikir siswa dan melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

Karakteristik pertanyaan guru. G.A Brown dan R Edmonson mendefinisikan pertanyaan sebagi segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan). Pertanyaan tidak selalu dalam kalimat tanya, tetapi juga dalam bentuk kalimat perintah atau pernyataan (Anitah:2008:76).

Menurut (Sardiman, 2011:214) Suatu pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : kalimatnya singkat dan jelas, tujuannya jelas tidak terlalu umum dan luas, setiap pertanyaan hanya untuk satu masalah, mendorong

anak untuk berpikir (kecuali kalau hanya sekadar melatih mengingat-ingat fakta)., jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak, bahasa dalam pertanyaan di kenal baik oleh siswa, tidak menimbulkan tafsiran ganda.

Bertanya merupakan aktivitas yang paling sering dan penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Adapun karakteristik pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah pertanyaan produktif, pertanyaan tidak produktif (Sani:2014:86). Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang dapat dijawab setelah melakukan penyelidikan, pengamatan. Contohnya: apakah yang terjadi pada pertumbuhan kecambah jika keping atau biji lembaganya dibuang setelah berumur satu hari?. Pertanyaan tidak produktif adalah pertanyaan yang dapat dijawab tanpa melakukan pengamatan dan penyelidikan. Contohnya : apa nama latin dari padi? (Sani:2014:86). Sedangkan menurut (Kosasih:2014:77). Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan dan penyelidikan.Contohnya : berapa halaman kertas diperlukan untuk menghabiskan sebuah spidol?. Pertanyaan tidak produktif adalah pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan dan penyelidikan. Contohnya : apa nama benda ini?.

Hasil belajar pengetahuan IPA SD. Jihad dan Haris (2012:14) menyimpulkan pernyataan dari beberapa ahli bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Susanto (2014:5) mengemukakan, hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana

(6)

diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2014:5), yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari pernyataan oleh para ahli tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperlihatkan oleh siswa setelah menjalankan proses pembelajaran.

Hakikat pembelajaran ipa di sekolah dasar. Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, singkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk dalam jenjang sekolah dasar (Susanto:2014:165). Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (dalam susanto:2014:167) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah.Jadi, dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seseorang ilmuan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud , yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.

Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Menurut (Susanto:2014:168) ada beberapa istilah yang dapat diambil dari pengertian IPA sebagai produk, yaitu: fakta dalam IPA, pertanyaan-pertanyaan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif, konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya, prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di antara konsep-konsep IPA, hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.

Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang dapat digeneralisasikan oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukanoleh para ilmuan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.

Ketiga, ilmu pengetahuan IPA sebgai sikap.Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains.Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini ada 9 aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapat suatu yang baru, sikap kerjasama, tidak putus asa, tidak memprasangka, mawas diri, bertangung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri (Susanto:2014:169).

(7)

Tujuan pembelajaran ipa di sekolah dasar. Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA disekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu , karena belum dipisahkan secara tersendiri.

Dalam ( Susanto: 2014:171) tujuan pembelajaaran sains di sekolah dasar dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP:2006), yang dimaksudkan untuk : memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya, mengembangkan pengatahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, meningkatkan kesadaran sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Tujuan pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Menurut Daryanto (2014:54) ada beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah : untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah, untuk mengembangkan karakter siswa.

METODE

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy exsperiment) menggunakan desain penelitian

Randomized Control-Group Pretes-Posttes

Design

. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2014/2015. Pemilihan di SD Gugus Budi Utomo sebagai tempat penelitian karena keterjangkauan dan kelayakan sebagai tempat penelitian. Keterjangkauan dalam arti bahwa tempat penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, serta kelayakan dalam arti bahwa SD di Gugus Budi Utomo belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7 SD yaitu: SD Negeri 2 Kesiman sebagai gugus inti, SD Negeri 1 Kesiman, SD Negeri 5 Kesiman, SD Negeri 6 Kesiman, SD Negeri 8 Kesiman, SD Negeri 11 Kesiman dan SD Negeri 14 Kesiman. Setelah dilakukan random, didapatkan tiga kelas yang dijadikan kelompok eksperimen yaitu kelompok 1 ( kelas IV SDN 14 Kesiman) sebagai kelompok eksperimen 1 . Kelompok 2 (kelas IVA SDN 6 Kesiman) sebagai kelompok eksperimen 2 dan kelompok 3 (kelas IVB SDN 6 Kesiman) sebagai kelompok kontrol.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik dengan pertanyaan produktif dan tidak produktif yang diterapkan pada dua kelompok eksperimen dan pendekatan saintifik yang konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV.

Definisi operasional variabel yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup pendekatan saintifik dengan pertanyaan produktif, pendekatan saintifik dengan pertanyaan tidak produktif, pendekatan saintifik yang konvensional, serta hasil belajar pengetahuan IPA.

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar

(8)

pengetahuan IPA. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus Budi UtomoTahun Ajaran 2014 / 2015yang menjadi anggota sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Test).

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda yang berjumlah 50 butir soal. Tes tersebut di uji validitas, reliabititas, uji daya beda, indeks kesukaran dengan cara diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri 19 pemecutan yang tidak termasuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian hasilnya dianalisis. Berdasarkan hasil validitas, reliabilitas, uji daya beda dan indeks kesukaran tes maka dari 50 butir soal digunakan soal-soal yang valid untuk diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai posttest. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data awal dan data akhir. Teknik analisis data awal akan dilakukan uji normalitas yaitu untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas yaitu untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas baru dilakukan uji hipotesis. Teknik analisis data akhir dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan anava satu jalur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari pendekatan saintifik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Deskripsi data hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data hasil post tes kelompok eksperimen dan deskripsi data hasil post tes kelomopk kontrol. Adapun

enjelasan masing-masing bagian akan dijelaskan sebagai berikut.

Deskripsi data penelitian ini memaparkan mean, median, modus, standar deviasi, varians, nilai minimum, nilai maksimum, dan rentangan dari data nilai akhir hasil belajar pengetahuan IPA untuk siswa kelas IV SDN 14 Kesiman yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif, hasil belajar pengetahuan IPA untuk siswa kelas IVA SDN 6 Kesiman yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif serta hasil belajar penetahuan IPA untuk siswa kelas IVB SDN 6 Kesiman yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional.

Skor hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 96 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 67 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0, rentangan sebesar 29, rata-rata sebesar 82.08, modus sebesar 74,78 dan 79, median sebesar 80.5, varian sebesar 58.62, standar deviasi sebesar 7.65 dengan panjang kelas 5 dan banyak kelas 6.

Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 27 siswa atau sebesar 79.41%, kategori baik sebanyak 7 siswa dengan persentase 20.58%.

Skor hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 96 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 64 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0, rentangan sebesar 32, rata-rata sebesar 74.06, modus sebesar 71, median sebesar 73, varian sebesar 61.81, standar

(9)

deviasi sebesar 7.81 dengan panjang kelas 5 dan banyak kelas 6.

Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 2 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 41.93%, kategori baik sebanyak 18 siswa dengan persentase 56.06%.

Skor hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 88 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 56 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0, rentangan sebesar 32, rata-rata sebesar 71,56, modus sebesar 65 dan 79, median sebesar 71, varian sebesar 83.86, standar deviasi sebesar

9.15 dengan panjang kelas 5 dan banyak kelas 6.

Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 37.83%, kategori baik sebanyak 22 siswa dengan persentase 59.45 dan kategori cukup sebanyak 1 dengan persentase 2,70%.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Dari uji normalitas dan homogenitas bahwa data hasil post tes berdistribusi normal dan homogen maka akan dilanjutkan dengan uji anava satu jalur. Adapun tabel anava satu jalur adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Rangkuman Anava Satu Jalur

Varian JK dk RJK F F0.05(2,97)

Antara 2100.46 2 1050.23 15.32 3.09 Dalam 6785.74 99 68.54

Total 102 - -

Jadi harga Fhitung = 15.32. harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang 3-1 = 2 dan dk penyebut 102-3 = 99. Bedasarkan dua dk tersebut, maka dapat diketahui bahwa harga Ftabel untuk 5% = 3.09. Ternyata harga Fhitung lebih besar daripada Ftabel = 15.32 > 3.09. Karena harga Fhitung lebih besar daripada Ftabel untuk kesalahan 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA tema Tempat Tinggalku antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif, dan siswa yang dibelajarkan

dengan pendekatan Saintifik yang konvensional pada kelas IV di SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.

Karena ada perbedaan yang signifikan maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Scefee diperlukan untuk menentukan rerata mana sebenarnya yang berbeda secara signifikan. Untuk melihat perbandingan antara kelompok ekperimen 1 dan eksperimen 2 (15.32>18.53), kelompok eksperimen 1 dan kelompok kontrol (15.32>40.39) , dan kelompok eksperimen 2 dan dan kelompok control (15.32<1.82).

Kelompok eksperimen 1 menjadi optimal yaitu 82.08 dengan persentase di

(10)

sekitar rata-rata sebesar 11.76%, di bawah rata rata sebesar 32-34% dan di atas rata-rata sebesar 55-87%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 27 siswa atau sebesar 79.41%, kategori baik sebanyak 27 siswa dengan persentase 20.58%.

Kelompok eksperimen 2 yang kurang optimal yaitu 74.04 sebesar dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 9.67%, di bawah rata rata sebesar 83.85% dan di atas rata-rata sebesar 6.44%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 2 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 41.93%, kategori baik sebanyak 18 siswa dengan persentase 58.06%.

Kelompok kontrol yang belum optimal yaitu 71.56 sebesar dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 35.13%, di bawah rata rata sebesar 48.63% dan di atas rata-rata sebesar 16.21%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok control yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 37.83%, kategori baik sebanyak 22 siswa dengan persentase 59.45% dan kategoro cukup sebanyak 1 siswa dengan persentase 2.70%.

Berdasarkan thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif , kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif tema Tempat Tinggalku pada siswa kelas IV SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015 pada taraf signifikansi 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyan produktif hasil belajar

pengetahuan IPA lebih baik dari pada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV semester II.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif pada siswa kelas IV SDN 14 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok eksperimen 1 yaitu 82.08 dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 11.76%, di bawah rata rata sebesar 32-34% dan di atas rata-rata sebesar 55-87%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 27 siswa atau sebesar 79.41%, kategori baik sebanyak 27 siswa dengan persentase 20.58%.

Rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif pada siswa kelas IVA SDN 6 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok eksperimen 2 yaitu sebesar 74.04 sebesar dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 9.67%, di bawah rata rata sebesar 83.85% dan di atas rata-rata sebesar 6.44%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 2 yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 41.93%, kategori baik sebanyak 18 siswa dengan persentase 58.06%.

Rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional pada siswa kelas IVB SDN

(11)

6 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok kontrol yaitu sebesar 71.56 sebesar dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 35.13%, di bawah rata rata sebesar 48.63% dan di atas rata-rata sebesar 16.21%. Hasil belajar pengetahuan IPA kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional termasuk kategori sangat baik yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 37.83%, kategori baik sebanyak 22 siswa dengan persentase 59.45% dan kategoro cukup sebanyak 1 siswa dengan persentase 2.70%.

Berdasarkan perhitungan uji anava satu jalur pada bab sebelumnya, diperoleh thitung = 15.32 dan ttabel = 3,09. Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung > ttabel (15.32 > 3.09). Dari perbandingan ini, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif , kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan saintifik yang konvensional. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendekatan Saintifik yang ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Budi Utomo Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015.

Rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif pada siswa kelas IV SDN 14 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok eksperimen 1 yaitu 82.08, hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif pada siswa kelas IVA SDN 6 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok eksperimen 2 yaitu sebesar 74.04 dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik yang konvensional

pada siswa kelas IVB SDN 6 Kesiman tahun ajaran 2014/2015 sebagai kelompok kontrol yaitu sebesar 71.56.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

Bagi guru, hasil penelitian ini dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan yang optimal. Pada muatan materi IPA disarankan agar guru mampu memvariasikan pertanyaan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam

bertanya. Guru dapat menerapkan pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif yang menuntun siswa agar aktif bertanya dan menemukan jawaban yang benar, mampu meningkatkan pemahaman terhadap materi, dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Bagi siswa dengan diterapkannya pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif pada muatan materi IPA, siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran serta mengembangkan pola pikir yang lebih luas sehingga mampu menjawab atau menyelesaikan masalah dengan mandiri.

Bagi sekolah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan produktif lebih tinggi dari pada hasil belajar pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan saintifik yang konvensional khususnya pada siswa kelas IV. Disarankan agar sekolah dapat memberikan pengarahan kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya melalui inovasi dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

BSNP. 2006. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas. Daryanto. 2014. Pendekatan

Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012.

Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar . Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Siregar, Syofian. 2010. Statistik Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]