APLIKASI SEGITIGA BOLA
DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT
Disampaikan pada :
Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Hisab Rukyat Hisab dan Rukyat di Lingkungan PA/MA
Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI
Tanggal 25 – 27 Mei 2010
di Hotel Sahid Manado, Jl. Baba Palar No. 1 Manado, Sulawesi Utara
Dipersiapkan oleh : Cecep Nurwendaya Penceramah Planetarium & Observatorium Jakarta Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
& Anggota BHR Kementerian Agama RI
SEGITIGA BOLA
DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT
Dipersiapkan oleh: Cecep Nurwendaya Penceramah Planetarium & Observatorium Jakarta
Anggota BHR Kementerian Agama RI
PENDAHULUAN
Untuk memahami permasalahan yang berkaitan dengan hisab rukyat diperlukan pengertian dasar mengenai konsep segitiga bola (sperical triagle). Konsep segitiga bola merupakan piranti untuk menentukan posisi benda langit di bola langit pada suatu saat dari muka bumi. Demikian pula permasalahan arah dan jarak suatu tempat di muka bumipun dapat ditentukan oleh aplikasi segitiga bola, karena bumi dapat dianggap berbentuk bola.
Ruang lingkup hisab rukyat utamanya berkisar pada posisi dan waktu benda langit: Bumi, Bulan dan Matahari. Persoalan falakiyah tentang hisab rukyat meliputi: penentuan posisi hilal untuk kepentingan menentukan awal bulan Hijriyah, menentukan arah Kiblat, waktu Sholat, waktu Imsyak di bulan Ramadhan, gerhana bulan dan gerhana matahari. Seluruh permasalahan di atas dapat ditentukan oleh perhitungan aplikasi segitiga bola.
Berbeda dengan segitiga linier atau segitiga biasa yang kita kenal, memiliki 3 sudut dalam satuan derajat busur dan 3 sisi berbentuk garis yang berdimensi panjang seperti meter atau sentimeter, segitiga bola seluruh elemennya hanya dalam satuan derajat busur semata, karena hanya memiliki 3 sudut dan 3 sisi berbentuk busur atau lengkungan bagian dari sebuah lingkaran pada bola langit atau bola bumi.
.SEGITIGA BOLA
SIFAT SEGITIGA BOLA
1. Jumlah ketiga sudutnya tidak harus 180o
2. Jarak sudut (panjang busur) antara sebuah lingkaran besar dan kutubnya adalah 90o
3. Panjang busur salah satu busur segitiga bola yang menghadap sudut yang berada di kutubnya adalah sama dengan besar sudut tersebut.
SEGITIGA ( TRIGONOMETRI ) BOLA SEGITIGA ( TRIGONOMETRI ) BOLA
.
P A B K C T N a b cPada segitiga bola berlaku rumus Rumus cos:
Cos a = Cos b Cos c + Sin b Sin c Cos A Cos b = Cos a Cos c + Sin a Sin c Cos B Cos c = Cos a Cos b + Sin a Sin b Cos C Rumus sin:
Sin A/ Sin a = Sin B/ Sin b = SinC/ sin c ABC merupakan segitiga bola
A,B,C = sudut-sudut segitiga bola
a,b,c = panjang busur segitiga bola P = pusat bola langit atau bumi adalah segitiga di permukaan bola yang sisi-sisinya merupakan bagian dari lingkaran besar.
LINGKARAN LINTANG
TATA KOORDINAT: GEOGRAFIS & BENDA LANGIT
TATA KOORDINAT: GEOGRAFIS & BENDA LANGIT
LINGKARAN BUJUR
.
PLINGKARAN BESAR LINGKARAN KECIL
TATA KOORDINAT GEOGRAFIS (
,
)
Garis Bujur ( = 0o (Meridian Standar melewati Greenwich), di timur Greenwich BT, di barat BB.
KOORDINAT GEOGRAFIS TEMPAT DI BOLA BUMI: BUJUR, LINTANG (
)Ekuator Bumi (Khatulistiwa) Lingkaran Dasar
Bujur (meridian) Lingkaran Kutub
Lintang: Khatulistiwa (00)
Bujur (meridian) : Greenwich (00)
Titik Acuan
Bujur atau Meridian ()
Ke arah timur Greenwich atau BT Ke arah barat Greenwich atau BB Koordinat Pertama
Lintang tempat ()
Ke arah selatan = – atau LS atau S Ke arah utara = + atau LU atau U
Kutub Utara = 900 atau 900U atau 900LU
Kutub Selatan = - 900atau 900S atau 900 LS
Koordinat Ke dua
Contoh: Jakarta (106049’ BT, 6010’ S), berarti Jakarta terletak pada garis bujur 106049’
di timur Greenwich dan di garis lintang 6010’ di selatan Khatulistiwa.
SISTEM KOORDINAT BENDA LANGIT DALAM HISAB RUKYAT 1. Sistem Koordinat Horizon
Posisi benda langit : Bulan atau hilal maupun matahari dinyatakan dalam besaran sudut mendatar untuk Azimuth dan sudut tegak untuk tinggi. Koordinat ini selalu berubah tergantung lintang tempat dan waktu (akibat gerak harian).
TATA KOORDINAT HORISON
Lingkaran dasar : Lingkaran Horizon.Koordinat : Azimuth (A) dan Tinggi (h)
Azimuth : Panjang busur yang dihitung dari titik acuan Utara ke arah Timur (searah jarum jam), sepanjang lingkaran horison sampai
ke titik kaki (K).
Rentang A : 0 0 s/d 360 0
Tinggi : Panjang busur yang dihitung dari titik kaki (K) di horison
sepanjang busur ketinggian, ke arah Zenith jika a positip, dan ke arah Nadir jika berharga negatif.
Rentang h : 00 s/d 900 atau 00s/d –900.
Kelemahan Sistem Horison:
1. Tergantung tempat di muka bumi. Tempat berbeda, horisonnyapun berbeda. 2. Tergantung waktu, terpengaruh oleh gerak harian.
Keuntungannya:
Praktis, sederhana, langsung mudah dibayangkan letak bendanya pada bola langit. Catatan : Letak titik Kardinal (UTSB) pada bola langit bebas, asal arah SBUT atau
UTSB searah jarum jam. Azimuth dapat juga dinyatakan dari arah Utara ke arah barat asal ditambahkan keterangan arah penelusurannya ke timur atau barat.
Dalam Program Ephemeris Hisab Rukyat: Azimuth dihitung dari titik Barat ke arah utara berharga positif (+), dan ke arah selatan jika negatif (-).
HORISON MERIDIAN LANGIT (MERIDIAN PENGAMAT)
U
T
S
B
Zenith
Nadir
K (titik Kaki) AzimuthLINGKARAN VERTIKAL UTAMA
Bulan 1
h(tinggi +)
KOORDINAT
( A , h )
SISTEM KOORDINAT HORISON
SISTEM KOORDINAT HORISON
h(tinggi -) Bulan 2
O
UTSBK =Azimuth Bulan K-Bulan1 = tinggi positif K-Bulan2 = tinggi negatif
AZIMUTH: U = 0000 T = 0900 S = 1800 B = 2700 TINGGI: UTSB (UFUK) = 00 Zenith = 900 Nadir = - 900 t2 t1 o o
True North (Utara benar) PENENTUAN ARAH UTARA – SELATAN DENGAN BAYANGAN TONGKAT
Mthr1 Mthr2
Contoh Penggunaan:
Jika suatu tempat memiliki variasi magnetik 10T (timur), maka arah utara sejati berada pada jarak 1o ke arah barat dari titik Utara kompas. Jika variasi magnetik 1oB (Barat), maka arah utara sejati berada pada jarak 1oke arah timur dari titik Utara Kompas. Pada tempat lainnya menggunakan interpolasi di antara dua garis terdekat.
0O
1OT 2OT 3OT 4OT
2. Sistem Koordinat Ekuator Langit Disebut juga sistem koordinat ekuator.
Posisi benda langit : Bulan atau hilal maupun matahari dinyatakan dalam besaran sudut Asensio Rekta () dalam satuan jam dan deklinasi () dalam derajat busur. Koordinat ini dapat dianggap tetap karena titik acuannya mengikuti gerak harian dan lintang pengamat atau ketinggian kutub langit diperhitungkan. Dalam aplikasi hisab rukyat dipakai koordinatnya sudut jam atau sudut waktu (t) dan deklinasi. Sudut jam masih dipengaruhi gerak harian.
LINGKARAN HORISON U T S B Z N
KLS KLU Jam Bintan g K
Sudut jam Bintang
Sudut jam Bintang
LETAK BINTANG DI BELAHAN LANGIT SELATAN DARI PENGAMAT DI BELAHAN BUMI SELATAN
LETAK BINTANG DI BELAHAN LANGIT SELATAN DARI PENGAMAT DI BELAHAN BUMI SELATAN
SISTEM KOORDINAT EKUATOR
SISTEM KOORDINAT EKUATOR
Ekuator langit
Ekuator langit * Benda langit
3. Sistem Koordinat Ekliptika
Posisi benda langit : Bulan atau hilal maupun matahari dinyatakan dalam besaran sudut Bujur Ekliptika () dan Lintang Ekliptika () dalam satuan derajat busur. Koordinat ini dalam hisab rukyat khususnya untuk menentukan ujtima’ dan gerhana Matahari. Ijtima terjadi jika Bujur ekliptika Bulan memiliki harga yang sama dengan bujur ekliptika Matahari. Jika pada saat ijtima’ lintang ekliptika Bulan dan Matahari sama atau ada bagian bulan dan Matahari sama berlangsung gerhana matahari.
TATA KOORDINAT EKLIPTIKA
TATA KOORDINAT EKLIPTIKA
U=KLU S=KLS T B KEU KES EKLIPTIKA = K * Bintang EKUATOR
LETAK BENDA LANGIT DI BELAHAN LANGIT DI EKLIPTIKA UTARA DARI EKUATOR BUMI
Dalam Program Ephemeris Hisab Rukyat. ELM adalah Bujur Ekliptika Matahari,
dan ALB adalah Bujur Ekliptika Bulan.
APLIKASI DALAM HISAB RUKYAT
Penentuan posisi hilal menjelang awal bulan hijriyah
Penentuan rumus tinggi (h) dan Azimuth (A) benda langit secara umum diberikan di bawah ini.
Cos (90o - h ) = Cos (90o -). Cos (90o -) + Sin (90o-) Sin (90o -) . Cos t
Sin h = Sin Sin + CosCos Cos t h = arc (Sin Sin + CosCos Cos t)
Cot (3600– A) = Sin (90o –) Cot (90o -) Cosec t - Cos (90o –) Cot t
Cot A = Cos. tan Cosec t - Sin .Cot t A = arc ( Cos. tan . Cosec t - Sin .Cot t )
Jika kita akan menghitung h dan A Bulan pada saat Matahari terbenam, maka kita harus mengetahui dahulu deklinasi () dan sudut jam (t) Bulan pada saat itu.
h : Ketinggian benda langit A : Azimuth benda langit
: Lintang geografis tempat ( + di utara, - di selatan)
: deklinasi benda langit ( + di utara, - di selatan) t : sudut jam benda langit.
P : Pengamat
90o- h = z : jarak zenith.
APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM PENENTUAN TINGGI DAN AZIMUTH BENDA LANGIT
* P U h S Z 90o- 90 o -h 90o - t 360 o - A KLU 360o - A M eridi an E kuator langi t B
PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT
KEDUDUKAN MATAHARI PADA AWAL WAKTU SHALAT
Waktu Sholat = Ketinggian Matahari ( hMth- Koreksi waktu daerah + ikhtiyat) KWD atau Interpolasi untuk Daerah WIB = (105o–) : 15.
Ikhtiyat (“pengaman”) = ditambahkan antara 1 s.d. 2 menit. Khusus untuk Imsak dan Terbit dikurangkan antara 1 sd. 2 menit. 1. Waktu Dzuhur: h Matahari di Meridian (Meridian Pass atau MP)
MP = 12 –e. e adalah equation of time atau perata waktu. Waktu sholat lainnya menggunakan rumus :
cos tMthr= -tan tan Mthr+ sin hMthr:cos: cosMthr t = sudut jam atau sudut waktu Matahari
2. Waktu Ashar
cotan h = tan [ –] + 1 3. Waktu Maghrib
h = -(SD +Refraksi + Dip). Untuk sholat cukup h = -1o
4. Waktu Isya’, h = - 18o
5. Waktu subuh, h = -20o
6. Waktu Imsak,h = - 22o
7. Waktu Terbit, h = -1o
8. Waktu Dluha , ketika Matahari setinggi tumbak, h = 3o30’
APLIKASI SEGITIGA BOLA DI MUKA BUMI
PENGGUNAAN SEGITIGA BOLA PADA BOLA BUMI
B
A
a
b
c
ABC merupakan segitiga bola A,B,C = sudut-sudut segitiga bola a,b,c = panjang busur segitiga bola
Rumus cos:
Cos a = Cos b Cos c + Sin b Sin c Cos A Rumus sin:
Sin A/ Sin a = Sin B/ Sin b = SinC/ sin c Penentu arah Kiblat di suatu Tempat a = 90o–
Tempat
Ka’bah di Mekah ( 39o50’ BT, 21o25’U )
b = 90o– 21o25’ = 68o35’
C = Tempat–Ka’bah = Tempat– 39050’
C
B = Arc Ctg ((Cos x Tan 21o25’/ Sin C) – (Sin / Tan C))
MENGHITUNG ARAH KIBLAT PADA SUATU TEMPAT DI PERMUKAAN BUMI
Koordinat geografis Mekkah: ( 39o 50’ BT, 21o25’ LU )
Ctg Q = (Cosx Tan 21o 25’/ Sin (– 39o5’) – (Sin / Tan (– 39o50’)
Q = Arc Ctg ((Cosx Tan 21o25’/ Sin (– 39o5’) – (Sin/ Tan (– 39o50’))
Dimana Q = arah Kiblat dari titik Utara ke arah Barat.
Jika diukur dari Arah Barat ke arah Utara = 90o– Q
Jika dinyatakan dalam sudut arah, dari Utara ke arah Timur – Selatan – Barat = 360o- Q
= lintang tempat
= bujur tempat
Contoh arah Kiblat dari Jakarta ( 106o49’ BT, - 6o10’)
Q = 64,86o dari titik Utara ke arah Barat
Atau 25,14odari Barat ke arah Utara
Atau Sudut arah Kiblat dari Jakarta = 295,14o
Arah Utara yang dipergunakan adalah arah utara benar (true north) yang sejajar dengan arah Utara poros rotasi Bumi. Ditentukan berdasar pengamatan tongkat Istiwa atau arah kompas Yang sudah dikoreksi oleh variasi deklinasi medan magnet di permukaan bumi.
PENGECEKAN & PENGUKURAN ARAH KIBLAT AKURAT DGN MUDAH
Jakarta
Mek
ah
Pada tanggal 27 atau 28 Mei dan 15 atau 16 Juli saat Dzuhur di Mekah dapat dipakai acuan pengamatan bayang-bayang arah kiblat.
WIB = Waktu Saudi + 4 jam
Zen
ith
(
Dz
u
h
u
r)
(390 49, 6’ BT, 2 10 25,4’ L U) (1060 49,60’ BT, 6010,5’ LS)(390 49’ BT, 21 0 26’LU) S in ar M a ta ha ri
Ke arah Matahari yang berada tepat di atas Ka’bah
Arah atas (Zeni
th) Ja karta
Pada saat Matahari berada tepat di atas Ka’bah, arah bayang-bayang benda tegak tepat membelakangi Ka’bah.
Di Jakarta pada saat itu terjadi pada tanggal: a. 27 Mei pukul 16.17.51 WIB.
b. 28 Mei pukul 16.17.59 WIB. c. 15 Juli pukul 16.26.42 WIB. d. 16 Juli pukul 16.26.48 WIB.
Arah Kibla
t
PENGUKURAN ARAH KIBLAT AKURAT DENGAN PENGAMATAN BAYANGAN SINAR MATAHARI DI WILAYAH JAKARTA
Pusat Bumi
Meka h
Jakarta Barat
25,10 dari arah Barat Sejati,
24,60dari arah Barat Kompas JARA K 7 .912 Km . JAKARTA (106049,625’ BT; 6010,525’ LS) MEKAH (390 49,569’ BT, 21025,360’ LU) ILLUSTRASI
Copy right: Cecep Nurwendaya, Planetarium & Obs.Jakarta tahun 2010
KA’BAH
MATAHARI
Pada saat Matahari tepat berada di atas Ka’bah, arah bayang-bayang benda tegak tepat membelakangi Ka’bah di Mekah. Terjadi pada tanggal: 27, 28 Mei dan 15, 16 Juli setiap tahun.
BANDUL
Copy right: Cecep Nurwendaya, Planetarium & Obs.Jakarta tahun 2008
Di daerah zone WIB terjadi pada tgl: 1. 27 Mei pukul 16.17.54 WIB.
Cukup akurat pkl. 16.18 WIB. 2. 28 Mei pukul 16.18.01 WIB.
Cukup akurat pkl. 16.18 WIB. 3. 15 Juli pukul 16.26.44 WIB.
Cukup akurat pkl. 16.27 WIB. 4. 16 Juli pukul 16.26.49 WIB.
Cukup akurat pkl. 16.27 WIB.
Di daerah WITA ditambah 1 jam Di daerah WIT ditambah 2 jam
16 JULI 15 JULI 28 MEI 27 MEI TGL 18.26. 49 17.26. 49 16.26. 49 12.26. 49 18.26. 44 17.26. 44 16.26. 44 12.26. 44 18.18. 03 17.18. 03 16.18. 03 12.18. 03 18.17. 55 17.17 .55 16.17. 55 12.17. 55 2020 18.26. 46 17.26. 46 16.26. 46 12.26. 46 18.26. 40 17.26. 40 16.26. 40 12.26. 40 18.17. 57 17.17. 57 16.17. 57 12.17. 57 18.17. 49 17.17 .49 16.17. 49 12.17. 49 2019 18.26. 47 17.26. 47 16.26. 47 12.26. 47 18.26. 41 17.26. 41 16.26. 41 12.26. 41 18.17. 58 17.17. 58 16.17. 58 12.17. 58 18.17. 50 17.17 .50 16.17. 50 12.17. 50 2018 18.26. 47 17.26. 47 16.26. 47 12.26. 47 18.26. 41 17.26. 41 16.26. 41 12.26. 41 18.18. 00 17.18. 00 16.18. 00 12.18. 00 18.17. 52 17.17 .52 16.17. 52 12.17. 52 2017 18.26. 49 17.26. 49 16.26. 49 12.26. 49 18.26. 43 17.26. 43 16.26. 43 12.26. 43 18.18. 01 17.18. 01 16.18. 01 12.18. 01 18.17. 54 17.17 .54 16.17. 54 12.17. 54 2016 18.25. 45 17.25. 45 16.25. 45 12.25. 45 18.26. 39 17.26. 39 16.26. 39 12.26. 39 18.17. 57 17.17. 57 16.17. 57 12.17. 57 18.17. 50 17.17 .50 16.17. 50 12.17. 50 2015 18.26. 47 17.26. 47 16.26. 47 12.26. 47 18.26. 41 17.26. 41 16.26. 41 12.26. 41 18.17. 58 17.17. 58 16.17. 58 12.17. 58 18.17. 51 17.17 .51 16.17. 51 12.17. 51 2014 18.26. 48 17.26. 48 16.26. 48 12.26. 48 18.26. 43 17.26. 43 16.26. 43 12.26. 43 18.17. 59 17.17. 59 16.17. 59 12.17. 59 18.17. 52 17.17 .52 16.17. 52 12.17. 52 2013 18.26. 50 17.26. 50 16.26. 50 12.26. 50 18.26. 44 17.26. 44 16.26. 44 12.26. 44 18.18. 03 17.18. 03 16.18. 03 12.18. 03 18.17. 55 17.17 .55 16.17. 55 12.17. 55 2012 18.26. 47 17.26. 47 16.26. 47 12.26. 47 18.26. 41 17.26. 41 16.26. 41 12.26. 41 18.17. 58 17.17. 58 16.17. 58 12.17. 58 18.17. 50 17.17 .50 16.17. 50 12.17. 50 2011 18.26. 48 17.26. 48 16.26. 48 12.26. 48 18.26. 42 17.26. 42 16.26. 42 12.26. 42 18.17. 59 17.17. 59 16.17. 59 12.17. 59 18.17. 51 17.17 .51 16.17. 51 12.17. 51 2010 18.26. 48 17.26. 48 16.26. 48 12.26. 48 18.26. 43 17.26. 43 16.26. 43 12.26. 43 18.18. 00 17.18. 00 16.18. 00 12.18. 00 18.17. 53 17.17 .53 16.17. 53 12.17. 53 2009 18.26. 49 17.26. 49 16.26. 49 12.26. 49 18.26. 44 17.26. 44 16.26. 44 12.26. 44 18.18. 01 17.18. 01 16.18. 01 12.18. 01 18.17. 54 17.17 .54 16.17. 54 12.17. 54 2008 WIT WITA WIB WS WIT WITA WIB WS WIT WITA WIB WS WIT WITA WIB WS THN
WS = Waktu Saudi (GMT + 3 Jam). Koordinat Mekah (Sumber: Earth Google):(21025,3600’U; 39049,5685’ BT)
ARAH BAYANG-BAYANG DI JAKARTA YANG TEPAT MEMBELAKANGI ARAH KIBLAT DALAM SETAHUN
Prinsip : Deklinasi Matahari = Lintang tempat Mekah ( 21025,36’ LU)
Terjadi pada setiap tanggal: 1. Tanggal 27 Mei
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur)) Pkl: 12.17.51 Waktu Saudi, di Jakarta saat itu pukul: 16.17.51 WIB.
2. Tanggal 28 Mei
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pkl: 12.17.59 Waktu Saudi, di Jakarta saat itu Pukul: 16.17.59 WIB.
3. Tanggal 15 Juli
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pukul: 12.26.42 Waktu Saudi, di Jakarta pada saat itu Pukul: 16.26.42 WIB.
4. Tanggal 16 Juli
Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Pukul: 12.26.48 Waktu Saudi, di Jakarta pada saat itu Pukul: 16.26.48 WIB.
Panjang bayang-bayang benda tegak di Jakarta = 3,06 kali panjang benda.
Benda 1m Bayangan 3,06m Arah Kiblat
Panjang bayang-bayang benda tegak di Jakarta = 3,07 kali panjang benda.
Benda 1m Bayangan 3,07m Arah Kiblat
Panjang bayang-bayang benda tegak di Jakarta = 3,07 kali panjang benda.
Benda 1m Bayangan 3,07m Arah Kiblat
Panjang bayang-bayang benda tegak di Jakarta = 3,07 kali panjang benda.
Benda 1m Bayangan 3,07m Arah Kiblat
Copy right: Cecep Nurwendaya, Planetarium & Obs.Jakarta tahun 2008
Contoh : Arah kiblat Masjid yang arah kiblatnya kurang
tepat dicek dengan bayangan sinar matahari.
Solusinya: merubah saf sajadah tanpa merubah
arah Masjid.
DAFTAR REFERENSI
Abell, G.O., 1975, Exploration of the Universe, Holt, Rinehart and Winston, New
York.
Smart, W.M., 1961, Sperical Astronomy, Cambridge Univ. Press, London. ---., 2003, Microsoft Office Excel 2003.
---., 2008, Google Earth, Image NASA, 2008 Europa Technologies, 2008 Tele Atlas, Map Data 2008 D Mapes/ El Mercurio.
---., 2008, Ephemeris Hisab Rukyat, Direktorat Urusan Agama Islam dan pembinaan Syariah, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI.