• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN ASET TETAP/BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 19 TAHUN 2016PADA PEMERINTAHANKABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGELOLAAN ASET TETAP/BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 19 TAHUN 2016PADA PEMERINTAHANKABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGELOLAAN ASET TETAP/BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 19 TAHUN 2016PADA

PEMERINTAHANKABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Oleh:

ALWI ABDUL GANI NIM: 15301210009

JURUSAN EKONOMI SYARIAH/AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

ALWI ABDUL GANI, NIM: 15301210009, dengan judul “ Analisis Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah Berdasarkan Permendagri No. 19 Tahun 2016 Pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar”.Jurusan Ekonomi Syariah/Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitubagaimana pelaksanaan pengelolaaan aset tetap/barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dilihat dari Permendagri No. 19 Tahun 2016.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pengelolaan aset tetap/barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 yang dilihat dari pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah yang diterapkan.Jenis penelitian skripsi ini adalahDeskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam mengumpulkan data tersebut menggunakan wawancara ,dokumentasi dan observasi.

Berdasarkan Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dilakukan sudah sesuai dengan teknis dan prosedurnya.Akan tetapi, belum semua terlaksana dengan maksimal seperti perencanaan kebutuhan dan panganggaran barang milik daerah yang belum mengacu pada RKBU yaitu tidak adanya standar barang dan standar kebutuhan.Selain itu, dalam teknis pengamanan hukum Barang Milik Daerah yang mana masih ada beberapa tanah bangunan belum memiliki sertifikat. Sementara itu, dalam mekanisme pengadaan barang milik daerah yang mana pengguna barang wajib menyampaiakan laporan hasil pengadaan barang milik daerah kepada bupati melalui pengelola barang untuk ditetapkan status penggunaannnya, namun yang terjadi dilapangan pengguna barang belum menyampaikan laporan hasil pengadaan melalui pengelola barang, selain itu dalam teknis penilaian yang dilakukan oleh penilaian pemerintah dalam pelaksanaan keterkaitan waktu sulit untuk dilakukan karna harus bekerjasama dengan seluruh SKPD yang ada diPemerintahan Kabupaten Tanah Datar, dan yang terakhir dalam teknis pengapusan terkendala saat melakukan penyesuaian pencatatan barang milik daerah oleh masing-masing SKPD dengan daftar barang yang sudah direkap oleh pengelola barang sebelumnya.

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ...iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 5

F. Defenisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Landasan Teori... 8

1. Akuntansi Sektor Publik ... 8

2. Pengertian asset ... 9

3. Pengertian Asset tetap ... 10

4. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Daerah) ... 12

B. Penelitian Relevan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Instrumen Penelitian ... 36

C. Latar dan Waktu Penelitian ... 37

D. Sumber data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

(7)

iii

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

1. Sejarah Badan Keuangan Daerah ... 45

2. Visi dan Misi Badan Keuangan Daerah ... 45

3. Tujuan Dan Sasaran Jangka Menengah OPD ... 46

4. Tugas Pokok Dan Fungsi ... 48

5. Susunan Organisasi ... 48

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Aset Tetap dan Dokumen Sumber (Barang Milik Daerah) pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar Berdasarkan PERMENDAGRI Nomor 19 Tahun 2016 ... 50

1. Dokumen Sumber ... 50

2. Ketentuan Umum Pengelolaan Aset Tetap/ Barang Milik Daerah ... 54

3. Teknis Pengelolaan Aset Tetap/ Barang Milik Daerah ... 56

4. Rumah negara dilakukan dengan menghimpun, men-catat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib dan teratur atas dokumen, antara lain: ... 70

BAB V PENUTUP ... 98

A. KESIMPULAN ... 98

B. SARAN ... 99 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Daftar Aset Tetap Audited Pemerintah Kabupaten Tanah Datar Per 31 Desember 2018 ... 3 Tabel 3. 1 Metode Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah Berdasarkan

Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 ... 40 Tabel 4. 1 Daftar Dokumen Sumber Pada Teknis Pengelolaan Aset Tetap/ Barang

Milik Daerah Dokumen Sumber Berdasarkan PERMENDAGRI No. 19 Tahun 2016 ... 51 Tabel 4. 2 Kelengkapan Dokumen Sumber ... 51 Tabel 4. 3 Perbandingan Teknis Perencanaan Dan Penganggaran Barang Milik

Daerah oleh Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 59 Tabel 4. 4 Perbandingan Teknis Pengadaan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 61 Tabel 4. 5 Perbandingan Teknis Penggunaan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 63 Tabel 4. 6 Perbandingan Teknis Pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 66 Tabel 4. 7 Perbandingan Teknis Pengamanan Barang Milik Daeraholeh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 68 Tabel 4. 8 Perbandingan Teknis Pemeliharaan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 74 Tabel 4. 9 Perbandingan Teknis Penilaian Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 76

(9)

v

Tabel 4.10 Lembaran Kerja Penilaian Aset Tanah Milik Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2010 Yang Belum Tercatat Laporan Keuangan SKPD ... 77 Tabel 4. 11Perbandingan Teknis Pemindahtanganan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 79 Tabel 4. 12Perbandingan Teknis Pemusnahan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 82 Tabel 4. 13Perbandingan Teknis Penghapusan Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 84 Tabel 4.14 Barang yang dihapuskan di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar ... 86 Tabel 4. 15Perbandingan Teknis Penatausahaan Barang Milik Daerah oleh

Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 88 Tabel 4.16 Penatausahaan di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar berdasarkan

KartuInventaris Barang... 90 Tabel 4. 17Perbandingan Teknis Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan

Barang Milik Daerah oleh Kabupaten Tanah Datar dengan

Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 93 Tabel 4. 18Perbandingan Teknis Barang Milik Negara berupa Rumah Negara oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 93 Tabel 4. 19Perbandingan Teknis Ganti Rugi Barang Milik Daerah oleh

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datardengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 ... 95 Tabel 4.20 Perubahan Nilai Aset Tetap Pada Pemerintahan Kabupaten Tanah

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Pemerintahan di Indonesia saat ini memasuki paradigma baru dimana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan adalah terciptanya “Good Governance” dengan cara melakukan perubahan yang mendasar dalam mengatur dan mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Hal ini dapat dicermati dengan semakin disempurnakannya peraturan perundang-undangan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 32 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No. 33 Tahun 2004 yang merupakan landasan perubahan sistem Pemerintahan Daerah termasuk perimbangan keuangan negara. Perubahan ini mengarah pada pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab serta mengacu kepada terjaganya kepentingan daerah dalam segenap aspek kenegaraan dan pengaturan pemerintahan dengan mengutamakan kepentingan rakyat. Bahwa peran pemerintah pusat menjadi semakin kecil dan sebaliknya memberikan peran dan wewenang yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk menyelenggarakan dan membangun wilahnya secara mandiri.

Namun kita lihat dalam perkembangan untuk menghadapi otonomi daerah, peran pemerintah daerah tidak hanya dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan pajak dari sektor properti saja, tetapi juga harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemanfaatan serta pengelolaan aset yang dimiliki Pemerintah Daerah saat ini. Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah yang berkualitas (Yusuf, 2010).

Hampir semua pemerintahan yang ada di Indonesia baik pusat maupun daerah masih mengalami permasalahan pengelolaan aset atau barang

(11)

milik daerah yang menyimpang dari aturan yang berlaku atau tidak sesuai dengan lingkup Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Salah satunya bisa kita lihat di Pemerintahan Kabupaten Tanah Dataryang merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia yang menganut sistem desentralisasi, tugas pembantuan dan dekonsentrasi dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan menjalankan otonomi seluas-luasnya serta tugas pembantunya di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar.

Pemerintah Kabupaten Tanah Datarmemiliki potensi di berbagai sektor dan untuk menunjang optimalisasi potensi daerah yang ada dan peningkatan pelayanan publik, Pemerintah Daerah didukung oleh sarana dan prasara yang dimiliki. Sarana dan Prasarana yang merupakan aset tetap (fixed aset) yang dimiliki Pemerintah Daerah tersebut dapat diklasifikasikan berupa: tanah, peralatan dan mesin (alat-alat bantu, alat angkutan bermotor, alat bengkel bermesin, alat bengkel tidak bermesin, alat kantor, alat rumah tangga, komputer, alat studio, alat komunikasi, unit-unit laboratorium, persenjataan non senjata api, meja dan kursi kerja), gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, Aset tetap lainnya serta konstruksi dalam pekerjaan(Vivi, 2017:35)

Pengelolaan aset tetap atau barang milik daerah ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang mana didalam peraturan tersebut dijelaskan indikator-indikator yang menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam mengelola aset tetap atau barang milik daerahnya.Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang staff Badan Keuangan Daerah (BKD)Kabupaten Tanah Datar Bidang Aset pada hari Jumat, 26 Juli 2019 penulis mendapatkan informasi- informasitentang mekanisme dan kendala-kendala mengenai pengelolaan aset tetap atau barang milik daerah di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar itu sendiri.

(12)

Tabel 1. 1

Daftar Aset Tetap Audited Pemerintah Kabupaten Tanah Datar Per 31 Desember 2018

AKUN 2018

Tanah Rp 227. 630.611.813, 00

Peralatan dan Mesin Rp 325.485.371.113, 31

Gedung dan Bangunan Rp 587.765.642.307, 19

Jalan,JaringandanIrigasi Rp 1.078.742.402.215, 40

Aset Tetap Lainnya Rp 29.301.509.336, 78

Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 28.562. 905.096,00

Total Aset Tetap Rp 2.277.488.441.881, 68

Sumber :Rekapitulasi Buku Inventaris Pemerintah Kabupaten Tanah Datar

Dilihat dari Daftar Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, bahwa aset tetap yang dimiliki yaitu sebesar Rp 2.277.488.441.881, 68.Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan pada tahun 2018 ditemukan beberapa kasus dalam pengelolaan aset tetap di Pemerintah Kabupaten Tanah Dataryaitu terkait teknis pengadaan. Dalam teknis pengadaan yang diatur dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 seharusnya penganggaran aset tetap atau barang milik daerah tersebut berpedoman kepada Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU), sementara Pemerintah Kabupaten Tanah Datar belum dapat menerapkan hal tersebut dikarenakan dalam hal ini dibutuhkan keterlibatan SKPD lain, salah satunya seperti Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPERLITBANGDA). Dimana dalam proses penganggaran RKBU menurut Dinas tersebut dianggap belum terlalu dibutuhkan untuk saat ini di Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, sementara dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 diatur bahwa dalam teknis pengadaan barang sudah harus merujuk pada RKBU.

Permasalahan pengelolaan aset tetap/barang milik daerah lainnya yaitu pada teknis pengamanan dan penatausahaan, yang mana dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) A dan (KIB) C, bahwasanya masih ada pengelolaan aset tetap seperti tanah dan bangunan belum memiliki setifikat sertabelum jelas status tanah pada bangunannya. Hal ini menyebabkan Pemerintah Daerahmengalami kesulitan dalam pengoptimalisasian pemanfaatan aset tetap

(13)

untuk masa yang akan datang di karenakan masih ada aset yang belum memilki bukti kepemilikan yang berkekuatan hukum.

Masalah lainnya yaitu terkait teknis pemindahtanganan kepemilikan aset tetap atau barang milik daerah. Dalam hal ini ditemukan bahwa masih banyaknya aset tetap atau barang milik daerah, seperti rumah dinas dan kendaraan dinas yang pemindahtanganannya tidak jelas, sehingga status kepemilikan aset tetap atau barang milik daerah tersebut menjadi tidak jelas. Selain itu dalam pengelolaan aset tetap atau barang milik daerah di Pemerintahan Kabupaten Tanah datar, masih ditemukannya aset yang seharusnya sudah dihapuskan tapi masih belum dihapuskan, hal ini berkaitan dengan teknis penghapusan. Aset tetap atau barang milik daerah seperi kendaraan dinas yang sudah melebihi batas umur ekonomisnya, tidak dapat lagi digunakan dan harus segera dihapuskan, sedangkan pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar masih ditemukan aset tetap atau barang milik daerah yang seharusnya sudah dihapuskan tapi masih digunakan, seperti kendaraan dinas. Hal ini salah satunya disebabkan karena keterbatasan anggaran daerah untuk membeli atau mengganti kembali dengan aset tetap atau barang milik daerah yang baru. Sehingga aset tetap yang seharusnya sudah dihapuskan dan tidak layak pakai lagi masih tapi tetap digunakan.

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan menganalisnya dengan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus penelitian ini adalah Analisis Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar.

(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanismePengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dilihat dari Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian mekanisme Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dengan mekanisme Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang pedoman teknis pengelolaan Barang Milik Daerah.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut :

1. Manfaat penelitian a. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah ilmu pengetahuan secara teoritis dan praktis dalam bidang akuntansi mengenai pengelolaan aset tetap (Barang Milik Daerah) di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016. Disamping itu, untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

b. Manfaat penelitian bagi akademik

Manfaat penelitian ini bagi akademik adalah untuk memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan yang dapat digunakan oleh mahasiswa guna pengembangan ilmu ekonomi

(15)

khususnya dalam hal pengelolaan aset tetap (Barang Milik Daerah).

c. Manfaat penelitian bagi Pemerintah

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan atau masukan bagi Pemerintahan Kabupaten Tanah Dataragar menjadi semakin baik untuk kedepannya.

2. Luaran Penelitian

a. Sebagai wujud pembinaan dan pengembangan disiplin ilmu akuntansi dan membantu dalam memecahkan masalah yang ada pada objek yang diteliti.

b. Untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ekonomi Syariah konsentrasi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

F. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman judul, maka penulis akan mengurai-kan secara singkat maksud dan tujuan judul skripsi tersebut dalam bentuk defenisi operasional.

Pengelolaan adalah serangkaian kegiatan atau tindakan dalam bentuk pengaturan/pengurusan terhadap aset tetap/Barang Milik Daerah di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar

Aset tetap/Barang Milik Daerahadalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan oleh Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, sebagai penunjang dalam kegiatan operasional dan memiliki manfaat di masa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual guna untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Pemerintah Daerah. .

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 berisi tentang pedoman teknis pengelolaan Barang Milik Daerah yang meliputi : perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,

(16)

pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, Barang Milik Daerah berupa rumah Negara, serta ganti rugi dan sanksi.

(17)

8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Akuntansi Sektor Publik

Abdul Halim (2012:3) menjelaskan Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaan dan pelaporan transaksi keuangan suatu organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Meliala dkk (2011:1-2) mengemukakan akuntansi sektor publik terdiri atas :

a. Akuntansi Pemerintahan, yaitu Akuntansi Pusat dan Akuntansi Daerah;

b. Akuntansi Rumah Sakit; c. Akuntansi Pendidikan, dan;

d. Akuntansi Lembaga Sosial Masyarakat.

e. Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok yaitu : penyedia informasi, pengendalian manajemen dan akuntabilitas.

Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi bagi publik.Bagi pemerintah informasi akuntansi digunakan dalam proes pengendalian manajemen mulai dari perencanaan pembuatan program, penganggaran, evaluasi kerja dan pelaporan kinerja.sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan atau menggunakan aplikasi komputer(Deddi Nordiawandan Ayuningtyas Hertianti, 2010:125)

Akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah daerah. Akuntans

(18)

keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial, yaitu ( AbdulHalim, 2017:42):

a. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk pelayanan dan dari mana sumber-sumber tersebut diperoleh.

b. Tidak adanya kepentingan pemilik

Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan.Bila aset melibihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada masyarakat sebagaimana layaknya badan usaha komersil yang membagikan deviden pada akhir tahun buku. c. Adanya akuntansi anggaran

Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan, appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran (allotment) serta realisasi pendapatan dan belanja untuk pembulatan laporan yang menunjukkan atau membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.Hubungan akuntansi sektor publik dengan akuntansi keuangan daerah tidak dapat dipisahkan karena akuntansi keuangan daerah merupakan bagian dari akuntansi sektor publik. Berdasarkan definisi akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan daerah merupakan suatu entitas atau merupakan satuan yang dapat diartikan sebagai suatu organisasi nonprofit yang peruntukannya bukan untuk mencari laba.

2. Pengertian asset

Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki oleh suatu pemerintah, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang

(19)

dapat dinilai dengan satuan mata uang dan digunakan dalam operasional pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah Pernyataan No. 7 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dengan satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlakukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya(Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan Nomor 7 Tahun 2010).

Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam penyelenggaraan pemerintah Negara/daerah aset merupakan salah satu unsur penting yang harus dikelola dengan baik untuk menunjang kegiatan operasional pemerintah.

Aset terbagi kedalam dua bagian yaitu aset lancar dan aset non lancar atau aset tidak lancar:

a. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutangdan persediaan.

b. Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang yaitu meliputiinvestasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan lainnya.

3. Pengertian Asset tetap

Menurut PSAP 07 aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

(20)

Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca.

Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:

a. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya,universitas, dan kontraktor.

b. Hak atas tanah.

Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas terdiri dari tanah, gedung, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya.

a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat vital dalam operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

b. Gedung dan bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. c. Peralatan dan mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

(21)

d. Jalan, irigasi, dan jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

e. Aset tetap lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Golongan aset ini disebutkan dalam dalam Permendagri No. 19 tahun 2016 yang terdiri atas buku perpustakaan, buku terbitan berkalam, barang-barang perpusatakaan, barang-barang bercorak kesenian atau kebudayaan, serta hewan ternak dan tumbuh tumbuhan.

f. Konstruksidalam pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. Aset ini dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan sampai dengan akhir masa pengerjaan pada tahun yang bersangkutan.Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

4. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Daerah)

Pengelolaan barang milik daerah merupakan bagian dari pengelolaankeuangan daerah. Selain itu, barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan barang milik daerah yang baik akan mencerminkan pengelolaan keuangan daerah yang baik. Tentu saja pengelolaan barang milik daerah harus dilakukan dengan baik dan benar.

(22)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, Barang Milik Daerah berupa Rumah Negara, Ganti Rugi dan Sanksi

a. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan tanggung jawab maing-masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Barang apa yang dibutuhkan. 2) Dimana dibutuhkan.

3) Bilamana dibutuhkan. 4) Berapa biaya.

5) Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan. 6) Alasan-alasan kebutuhan, dan

7) Cara pengadaan.

Standarisasi dan spesifikasi barang-barang yang dibutuhkan, baik jenis, macam maupun jumlah dan besarnya barang yang dibutuhkan. Standarisasi merupakan penentuan jenis barang dengan titik berat pada keseragaman, kualitas, kapasitas dan bentuk yang memudahkan dalam hal pengadaan dan perawatan, yang berlaku untuk suatu jenis barang dan untuk suatu jangka waktu tertentu.

(23)

Mekanisme dalam perencanaan kebutuhan dan penganggaran yaitu Pengguna Barang menghimpun usulan RKBMD (Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah) yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah)yang dipimpinnya.Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMD kepada Pengelola Barang Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usulan RKBMDbersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.Pengelola Barang melakukan penelaahan dibantu PejabatPenatausahaan Barang dan Pengurus Barang Pengelola.Hasil penelaahan merupakan dasar penyusunan RKBMD.RKBMDyang telah ditetapkan oleh Pengelola Barang digunakan oleh Pengguna Barang sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah kecuali untuk penghapusan, berpedoman pada:

1) Standar barang.

Standar barang adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan pengadaan barang milik daerah dalam perencanaan kebutuhan.

2) Standar kebutuhan

Standar kebutuhan barang adalah satuan jumlah barang yang dibutuhkan sebagai acuan perhitungan pengadaan dan penggunaan Barang Milik Daerah dalam perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah pada SKPD.

3) Standar harga.

Standar harga adalah besaran harga yang ditetapkan sebagai acuan pengadaan Barang Milik Daerah dalam perencanaan kebutuhan.

(24)

b. Pengadaan

Pelaksanaan pengadaan berdasarkan keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan barang daerah dapat dipenuhi dengan cara pengadaan/pemborongan pekerjaan, membuat sendiri (swakelola), penerimaan (hiba atau bantuan/sumbangan atau kewajiban pihak ketiga, tukar menukar.Permendagri 19 tahun 2016 Pasal 41 Ayat (1) dan (2) Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pengadaan barang daerah dilaksanakan oleh panitia/pejabat pengadaan dengan tujuan:

1) Tertib administrasi pengadaan barang daerah. 2) Tertib administrasi pengelolaan barang daerah.

3) Pendayagunaan barang daerah secara maksimal sesuai dengan tujuan pengadaan barang daerah.

Panitiapengadaanmenyelenggarakan tender/lelang dan mengambilkeputusan dalam suatu rapat yang dituangkan dalam berita acara lelang mengenai calon pemenang atas dasar harga terendah dikaitkan dengan harga perkiraan sendiri (owner estimate) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk kualitas barang yang dibutuhkan. Sepanjang penggadaan tidak dilakukan melalui lelang, maka pelaksanaan pengadaan dilakukan dengan surat perintah kerja yang ditandatangani oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan/atau pejabat pengadaan. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan daftar hasil pengadaan barang milik daerah dalam lingkungan wewenangnya dan bertanggung jawab pula untuk

(25)

melaporkan/menyampaikan daftar hasil pengadaan barang milik daerah tersebut kepada kepala daerah melalui pengelola untuk ditetapkan status penggunaannya. Dalam Permendagri No.19 Tahun 2016 pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.Pelaksanaan pengadaan barang milik daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan hasil pengadaan barang milik daerah kepada Gubernur/ Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang milik daerah untuk ditetapkan status penggunaannya.Laporan hasil pengadaan barang milik daerah terdiri dari laporan hasil pengadaan bulanan, semesteran dan tahunan.

c. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.Mekanisme penggunaan barang miik daerah yaitu Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Pengelola Barang. Pengajuan permohonan dilakukan setelah diterimanya barang milik daerah berdasarkan dokumen penerimaan barang pada tahun anggaran yang berkenaan. Permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerahdiajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat pada akhir tahun berkenaan. Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerahdisertai dokumendan dilakukan penelitian.Berdasarkan hasil penelitian Pengelola Barang menetapkan status penggunaan barang milik daerah. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Pengguna Barang, Pengelola Barang menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna Barang disertai alasan.

(26)

Penggunaan Barang Milik Daerah meliputi:

1) Penetapan status penggunaan barang milik daerah. 2) Pengalihan status penggunaan Barang Milik Daerah. 3) Penggunaan sementara Barang Milik Daerah.

4) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah untuk di-operasikan oleh pihak lain.

d. Pemanfaatan

Barang milik daerah berupa tanah atau bangunan dan selain tanah danbangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapatdidayagunakan secara optimal sehingga tidak membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, khususnya biaya pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggungjawab. Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan membuka lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan masyarakat dan

menambah/meningkatkan pendapatan daerah.Permendagri No. 19 Tahun 2016 Pasal 1 Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD atau optimalisasi Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.Pengelola Barang dengan persetujuan kepala daerah, untuk Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barangdan Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan. Adapun pemanfaat Barang Milik Daerah tersebut dilakukan sepanjang tidak

(27)

mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintah daerah.

Mekanisme pemanfaatan aset dalam bentuk pinjam pakai yang diatur dalam PERMENDAGRI No. 19 Tahun 2016.Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan pinjam pakai kepada kepala daerah melalui Pengelola Barang. Kemudian dilakukan penelitian terhadap permohonan pinjam pakai, yang mana meliputi kepatian belum digunakan atau tidak adanya penggunaan Barang Milik Daerah, tujuan penggunaan objek dan jangka waktu pinjam. Berdasarkan permohonan dari calon peminjam Permohonan persetujuan pinjam pakai dari Pengguna Barang sekurang-kurangnya memuat:

1) Pertimbangan yang mendasari permohonan pinjam pakai. 2) Identitas peminjam pakai.

3) Tujuan penggunaan objek pinjam pakai.

4) Rincian data objek pinjam pakai yang dibutuhkan, termasuk luas dan lokasi tanah dan/atau bangunan. Dan

5) Jangka waktu pinjam pakai.

Pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah yang berada pada pengguna barang dituangkan dalam perjanjian pinjam pakai antara pengelola barang dengan peminjam pakai.Perjanjian pinjam pakai ditindaklanjuti dengan penyerahan objek pinjam pakai dari Pengguna Barang kepada peminjam pakai yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).Objek pemanfaatanBarang Milik Daerah meliputi:

1) Tanah dan/atau bangunan. dan 2) Selain tanah dan/atau bangunan.

(28)

e. Pengamanan dan Pemeliharaan 1) Pengamanan

Pengamanan merupakan kegiatan/tindakan pengendalian dan penertiban dalam upaya pengurusan Barang Milik Daerah secara fisik, administratif dan tindakan hukum.Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan Barang Milik Daerah dalam bentuk fisik, administrasi dan tindakan upaya hukum.

a) Pengamanan fisik

(1). Tanah dilakukan dengan cara memasang tanda letak tanah dengan membangun pagar batas, memasang tanda kepemilikan tanah dan melakukan penjagaan. (2). Gedung dan Bangunan dengan cara adanya pagar

pem-batas, tanda kepemilikan berupa papan nama dan CCTV.

(3). Kendaraan dengan cara membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) kendaraan bagi kendaraan dinas jabatan, sementara itu bagi kendaraan dinas operasional membuat surat pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas operasional dan ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dengan penanggung jawab ken-daraan dinas operasional.

(4). Gedung dan atau bangunan yang memiliki fungsi strategis atau yang berlokasi tertentu dengan tugas dan fungsi melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat dapat memasang Closed-Circuit Television (CCTV).

(5). Rumah negara dilakukan, antara lain: (a). pemasangan patok.

(29)

(6). Barang persediaan dilakukan, antara lain:

(a). menempatkan barang sesuai dengan frekuensi pengeluaran jenis barang.

(b). menyediakan tabung pemadam kebakaran di dalam gudang/tempat penyimpanan, jika diperlukan.

(c). menyediakan tempat penyimpanan barang. (d). melindungi gudang/tempat penyimpanan.

(e). menambah prasarana penanganan barang di gudang, jika diperlukan.

(f). menghitung fisik persediaan secara periodik. (g). melakukan pengamanan persediaan.

(7). Barang milik daerahberupa selain tanah, gedung dan/atau bangunan, rumah negara, dan barang persediaan yang mempunyai dokumen berita acara serah terima dilakukan dengan menyimpan barang di tempat yang sudah diten-tukan di lingkungan kantor. b) Pengamanan administrasi

(1). Tanah dilakukan dengan cara menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan dokumen bukti kepe-milikan tanah secara tertib dan aman.

(2). Kendaraan dinas dilakukan, dengan menghimpun, men-catat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib dan teratur atas dokumen sebagai berikut:

(a). bukti pemilik kendaraan bermotor (BPKB). (b). fotokopi surat tanda nomor kendaraan (STNK). (c). Berita Acara Serah Terima (BAST).

(d). kartu pemeliharaan. (e). data daftar barang.

(30)

(3). Gedung dan/atau bangunan dilakukan dengan menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib dan teratur atas dokumen sebagai berikut:

(a). dokumen kepemilikan berupa Surat Izin Mendiri-kan Bangunan (IMB).

(b). keputusan penetapan status penggunaan gedung dan/atau bangunan.

(c). daftar Barang Kuasa Pengguna berupa gedung dan/atau bangunan.

(d). daftar Barang Pengguna berupagedung dan/atau bangunan.

(e). daftar Barang Pengelola berupagedung dan/atau bangunan.

(f). Berita Acara Serah Terima (BAST). (g). dokumen terkait lainnya yang diperlukan. (4). Gedung dan/atau bangunan:

(a). melakukan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), bagi bangunan yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). (b). mengusulkan penetapan status penggunaan (5). Rumah negara dilakukan dengan menghimpun,

mencatat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib dan teratur atas dokumen, antara lain:

(a). sertifikat atau surat keterangan hak atas tanah. (b). Surat Izin Penghunian (SIP).

(c). keputusan Gubernur/Bupati/Walikota mengenai penetapan rumah negara golongan I, golongan II atau golongan III.

(d). gambar/legger bangunan. (e). data daftar barang. Dan

(31)

(f). keputusan pencabutan Surat Izin Penghunian (SIP).

(6). Barang persediaan dilakukan, antara lain: (a). buku persediaan.

(b). kartu barang.

(c). Berita Acara Serah Terima (BAST). (d). berita acara pemeriksaan fisik barang. (e). Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB). (f). laporan persediaan Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang semesteran/tahunan.

(g). dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan.

(7). Barang milik daerahberupa selain tanah, gedung dan/atau bangunan, rumah negara, dan barang persediaan yang mempunyai dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST) dilakukan, antara lain:

(a). faktur pembelian.

(b). dokumen Berita Acara Serah terima (BAST). (c). dokumen pendukung terkait lainnya yang

diperlukan c) Pengamanan hukum

a) Tanah dilakukan dengan cara adanya sertifikat tanah. b) Kendaraan dilakukan dengan cara melakukan

penguru-san semua dokumen kepemilikan kendaraan bermotor, seperti BPKB dan STNK, termasuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) serta melakukan pemprosesan Tuntutan Ganti Rugi yang dikenakan pada pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan kendaraan dinas bermotor

c) Gedung dan/atau bangunan:

(32)

Bangunan (IMB), bagi bangunan yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). (b). mengusulkan penetapan status penggunaan. d) Barang persediaan dilakukan, dengan melakukan

pem-prosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan barang persediaan akibat kelalaian, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

e) Barangmilik daerahberupa selain tanah, gedung dan/atau bangunan, rumah negara, dan barang persediaan yang mempunyai dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST) dilakukan dengan melakukan pemprosesan Tuntutan Ganti Rugi yang dikenakan pada pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan barang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semuabarang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secaraberdaya guna dan berhasil guna. Tujuan dilakukan pemeliharaan atas barang milik daerah sebagaimana dimakud pada ayat (2) pasal 321 Permendagri No. 19 Tahun 2016 adalah untuk menjaga kondisi dan memperbaiki semua barang milik daerahagar selalu dalam keadaan baik dan layak serta siap digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Setiap aset yang dibeli perlu dilakukan pemeliharaan agar asset yang ada tetap terawat dan umur ekonomisnya dapat bertambah, apabila dilakukan dengan baik maka asset daerah akan lebih efisien dalam pengelolaannya.Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara :

(33)

a) Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari-hari olehunit pemakai.

b) Pemeliharaan sedang adalah perawatan yang dilakukan secara berkala olehtenaga kerja terdidik/terlatih. Pemeliharaan berat adalah perawatan yang dilakukan secara sewaktuwaktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga-duga sebelumnya.

Biasanya kerusakan ini disebabkan oleh faktor biologis, cuaca, suhu, air dan kelembaban, fisik yang mengalami proses penuaan, sifat barang yang bersangkutan, benturan, getaran dan tekanan. Pasal 324 Permendagri No. 19 Tahun 2016 ayat (1) dan (2) Dalam rangka tertib pemeliharaan setiap jenis barang milik daerah dilakukan pencatatan kartu pemeliharaan/perawatan yang dilakukan oleh pengurus barang/pengurus barang pembantu. Kartu pemeliharaan/perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: nama barang, spesifikasinya, tanggal pemeliharaan, jenis pekerjaan atau pemeliharaan, barang atau bahan yang dipergunakan, biaya pemeliharaan, pihak yang melaksanakan pemeliharaan, danhal lain yang diperlukan.

f. Penilaian

Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah. Untuk penyusunan neraca pemerintah daerah, dilakukan penilaian barang milik daerah (hanya untuk neraca awal saja). Selain itu, penilaian juga diperlukan dalam kegiatan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah. Dalam menentukan saldo neraca awal pemerintah. Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca awal Pemerintah Daerah harus dilakukan dengan berpedoman

(34)

pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), sedangkan penilaian barang milik daerah untuk kegiatan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan melibatkan penilai independen yang bersertifikatdibidang penilaian aset. Untuk tanah atau bangunan, penilaiannya dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar dengan estimasi terendah menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Hasil penilaian barang milik daerah untuk kegiatan pemanfaatan dan pemindahtanganan harus ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Penilaian barang milik daerah selain tanah dan bangunan berdasarkan nilai perolehan dikurangi penyusutan serta memperhatikan kondisi aset tersebut.

g. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkankan atau disertakan sebagai modal pemerintah daerah. Pemindahtanganan barang milik daerah adalah pengalihan kepemilikan sebagai tindak lanjut dari penghapusan. suatu barang milik daerah yang dihapus dari Daftar Inventaris BMD tetapi masih memiliki nilai ekonomis dapat dipindahtangankan. Pemindahtanganan ini dapat dilakukan melalui pelelangan umum/pelelangan terbatas, dan disumbangkan atau dihibahkan kepada pihak lain. Apabila BMD berhasil dijual, hasi penjualan harus disetorkan ke Kas Daerah.

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah atau bangunan dan selain tanah dan bangunan yang bernilai lebih dari Rp.5.000.000.000,-(lima milyar rupiah) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD. Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah

(35)

atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD apabila :

1) Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota 2) Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan

pengganti sudahdisediakan dalam dokumen penganggaran 3) Diperuntukkan bagi pegawai negeri

4) Diperuntukkan bagi kepentingan umum

5) Dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap atau berdasarkan ketentuanperundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankantidak layak secara ekonomis.

Bentuk-bentuk pemindahtangan meliputi sebagai tindak lanjut ataspenghapusan barang milik daerah meliputi :

1) Penjualan 2) tukar menukar 3) Hibah

4) Penyertaan modal h. Pemusnahan

Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang milik daerah. Pemusnahan barang milik daerah dilakukan apabila tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota, untuk barang milik daerah pada Pengguna Barang,

Pengelola Barang, dan dilaporkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota.Pemusnahan dilakukan dengan cara: 1) dibakar;

(36)

3) ditimbun;

4) ditenggelamkan; atau

5) cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mekanisme pemusnahan bagi pengguna yaitu Pengajuan permohonan pemusnahan barang milik daerah dilakukan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/ Bupati/Walikota. Permohonan paling sedikit memuat: pertimbangan dan alasan pemusnahan dan data barang milik daerah yang diusulkan pemusnahan. Data barang milik daerah antara lain meliputi: kode barang, kode register, nama barang, tahun perolehan, spesifikasi barang, kondisi barang, jumlah barang, bukti kepemilikan untuk barang milik daerah yang harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan, nilai perolehan dan nilai buku untuk barang milik daerah yang dapat dilakukan penyusutan.

Pengajuan permohonan dilengkapi dokumen pendukung berupa: surat pernyataan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, fotokopi bukti kepemilikan, untuk barang milik daerah yang harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan, kartu identitas barang, untuk barang milik daerah yang harus dilengkapi dengan kartu identitas barang dan foto barang milik daerah yang diusulkan pemusnahan. Pengelola Barang melakukan penelitian terhadap permohonan usulan Pemusnahan. Pengelola Barang menyampaikan hasil penelitian kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebagai bahan pertimbangan persetujuan pemusnahan barang milik daerah. Apabila permohonan pemusnahan barang milik daerah tidak disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota mem-beritahukan kepada Pengguna Barang melalui Pengelola Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan alasan. Apabila permohonan pemusnahan barang milik daerah disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat persetujuan pemusnahan barang milik daerah. Berdasarkan

(37)

suratpersetujuan pemusnahan barang milik daerah Pengguna Barang melakukan pemusnahan barang milik daerah.

i. Penghapusan

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna atau kuasa pengguna atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berbeda dalam penguasaannya. Dilakukan untuk mengoptimalkankan aset/barang milik daerah agar tidak terus-menerus dicatat dalam buku inventaris walaupun aset yang dimaksud sudah tidak layak lagi untuk digunakan atau sudah berubah statusnya karena penjualan atau karena berubah status hukum kepemilikan. Kegiatan penghapusan bias melalui pemusnahan dan juga perubahan status hukum kepemilikan.Penghapusan barang milik daerah meliputi:

1) Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

2) Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola; dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang.

3) Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah. dilakukan dalam hal terjadi penghapusan sebagaimana dimaksud pada pasal 431 ayat (1) dan ayat (2) Permendagri 19 tahun2016 disebabkan karena pemindahtanganan atas barang milik daerah dan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya.

Mekanisme penghapusan barang milik daerah bagi pengguna barang Pengguna Barang melaporkan penghapusan barang

(38)

milikdae-rah kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Berdasarkan keputusan pengha-pusan Pengelola Barang melakukan penyesuaian pencatatan barang milik daerah pada daftar barang milik daerah.Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna sebagai akibat dari penyerahan barang milik daerah kepada Gubernur/ Bupati/Walikota harus dicantumkan dalam Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.Perubahan Daftar Barang Milik Daerah sebagai akibat dari penyerahan barang milik daerah dari Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota harus dicantumkan dalam laporan semesteran dan laporan tahunan.

j. Penatausahaan

Penatausahaan berdasarkan Permendagri No. 19 Tahun 2016 Pasal 1merupakan proses melakukan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sehingga apabila penatausahaan tidak sesuai dengan prosedur yang ada maka akan mengakibatkan laporan asset Negara/daerah tidak sinkron dengan laporan keuangan.

1) Pembukuan

Menurut penjelasan Permendagri No. 19 Tahun 2016 disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembukuan adalah proses pencatatan barang milik daerah kedalam daftar barang pengguna dan kedalam kartu inventaris barang serta dalam daftar barang milik daerah. Pengguna/kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP). sesuai dengan penggolongan dan kodefikasi inventaris barang milik daerah.

(39)

Inventarisasi merupakan kegiatan atau tindakan untuk melakukan penghitungan, pengurusan,penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data danpelaporan barang milik daerah dalam unit pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun buku inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi, jenis/merek tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang, keadaan barang dan sebagainya.

Tujuan invetarisasi Barang Milik/Kekayaan Daerah adalah untuk :

a) Meyakini keberadaan fisik barang yang ada pada dokumen invetaris dan ketepatan jumlahnya.

b) Mengetahui kondisi terkini barang (Baik, Rusak Ringan, dan Rusak Berat)

c) Mendata permasalahan yang ada atas inventaris, seperti sengketa tanah,kepemilikan yang tidak jelas, inventaris yang dikuasai pihak ketiga

d) Menyediakan informasi nilai aset daerah sebagai dasar penyusunan neraca awal daerah

3) Pelaporan

Dalam Permendagri No. 19 Tahun 2016 disebutkan bahwa Pelaporan dilakukan dalam rangka memberikan kepastian catatan atas setiap barang yang dibeli atau berubah keadaan karena terjadi mutasi maupun kerena adanya pemusnahan, dan sebagai dasar dalam memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan aset tetap/barang milik daerah secara transparan. Pelaporan barang milik daerah yang dilakukan pengguna barang disampaikan setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan

(40)

kepadapengelola. Yang dimaksud dengan pelaporan adalah proses penyusunan laporan barang semester dan setiap tahun setelah dilakukan inventarisasi dan pencatatan. Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan, dan 5 (lima) tahunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola.

Sementara Pembantu Pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat rekapitulasinya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan neraca daerah. Hasil sensus barang daerah dari masing-masing pengguna/kuasa pengguna, direkap kedalam buku inventaris dan disampaikan kepada pengelola, selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris tersebut menjadi buku induk inventaris. Buku induk inventaris merupakan saldo awal pada daftar mutasi barang tahun berikutnya.

Selanjutnya untukt ahun-tahun berikutnya pengguna/kuasa pengguna dan pengelola hanya membuat Daftar Mutasi Barang (bertambah dan/atau berkurang) dalam bentuk rekapitulasi barang milik daerah. Mutasi barang bertambah dan atau berkurang pada masing-masing SKPD setiap semester, dicatat secara tertib pada Laporan Mutasi Barang dan Daftar Mutasi Barang.

k. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan

Pembinaan merupakan usaha atau kegiatan melalui pedoman, bimbingan, pelatihan, dan supervise. Menteri melakukan pembinaan pengelolaan barang milik daerah dan menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah. Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin

(41)

dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan perundang undangan.

Pegawasan dan pengendalian pengelolaan barang milik daerah dilakukan oleh:

1) Pengguna Barang melalui pemantauan dan penertiban; dan/atau 2) Pengelola Barang melalui pemantauan dan investigasi.

Pengguna Barang dan Pengelola Barang melakukan pemantauan, penertiban dan investigasi terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan barang milik daerah yang berada di dalam penguasaannya untuk Unit Kerja SKPD dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola Barang dapat meminta aparat pengawasan intern pemerintah untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 482 dan 483 ayat (1) dan ayat (2) Permendagri No. 19 Tahun 2016. Pengguna Barang, Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola Barang menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Dan (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi menajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban.

(42)

l. Barang Milik Daerah berupa Rumah Negara

Rumah Negara merupakan Barang Milik Daerah yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan serta menunjang pelaksanaan tugas dan/atau pegawai negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan. Status penggunaan golongan rumah Negara ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Adapun sebagaimana yang dimaksudkan rumah Negara dalam ayat (1) Pasal 486 Permendagri No. 19 tahun 2016 yaitu: rumah golongan I, rumah golongan II, dan rumah golongan III. Adapun penetapan status penggunaan golongan rumah Negara didasarkan pada permohonan penetapan status penggunaan yang diajukan oleh pengguna barang.

Menurut pasal 488, rumah Negara hanya dapat digunakan apabila yang bersangkutan memiliki Surat Izin Penghunian (SIP). Sementara itu, Pengguna Barang melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap rumah Negara tersebut yang berada dalam pengawasannya (Pasal 509).

m. Ganti Rugi dan Sanksi

Menurut Pasal 510, setiap kerugian daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/pelaggaran hukum atas pengelolaan Barang Milik Daerah diselesaikan melalui tuntutan ganti sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Adapun bagi pihak yang menyebabkan kerugian tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketetuan perundang-undangan.

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh :

Weni Rahayu (2018) dengan judul skripsi “Analisis Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 dan PSAP Nomor 07 pada Sekretariat Daerah Kota Padang Panjang”

(43)

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Berdasarkan Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah sudah sesuai dengan teknis dan prosedurnya.Akan tetapi, belum semua terlaksana dengan maksimal seperti tidak adanya pemanfaatan Barang Milik Daerah, dalam teknis pengamanan hukum Barang Milik Daerah yang mana masih ada beberapa tanah bangunan belum memiliki sertifikat Sementara itu, pada teknis penilaian yang mana masih ada beberapa tanah bangunan belum ternilai asetnya. Selain hal tersebut, dalam teknis penatausahaan terkhususnya di bidang administrasi yang terkait dengan inventarisasi terdapat Barang Milik Daerah yang belum dikapitalisasi ke aset induk. Sedangkan perlakuan akuntansi aset tetap sudah sesuai dengan PSAP NO. 07 Tahun 2010.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai pengelolaanaset tetap/barang milik daerah. Sedangkan perbedaannya terletak pada pedoman dalam pengelolaan aset tetapnya, dimana Weni Rahayu juga berpedoman PSAP Nomor 07, sementara itu pada penelitian ini penulis hanya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah saja.

Yusuf Adhi Prabowo (2017) dengan judul skripsi “ Analisis penatausahaan aset tetap dan penerapannya menggunakan dan Penerapannya menggunakan sistem informasi manajamen daerah (SIMDA) barang milik daerah pada dinas pekerjaan umum dan penataan ruang Kabupaten Purworejo”

Hasil penelitian ini menujukkan bahwaBerdasarkan hasil analisis terhadap penatausahaan aset tetap di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purworejo terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Optimalisasi pemanfaatan Barang Milik Daerah sehingga akan menambah kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo, pembuatan bukti kepemilikan BMD sehingga apabila terjadi permasalahan hukum dapat diselesaikan dengan baik, serta ada beberapa regulasi yang kurang jelas dalam proses penatausahaan BMD.

(44)

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama berpedoman padaPeraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Sedangkan perbedaannya terletak pada hal yang diteliti , dimana Yusuf Adhi Prabowo hanya meneliti pada prosedur penatausahaan aset tetap saja sedangkan pada penelitian penulis menggunakan kesemua prosedur pengelolaan aset tetap berdasarkan pemendagri No 19 tahun 2016.

Veronika Mulalinda, Steven J. Tangkuman (2014) dengan judul skripsi “ Efektivitas penerapan sistem dan prosedur akuntansi aset tetap pada dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset Daerah Kabupaten Sitaro”

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa sistem dan prosedur akuntansi aset tetap pada Dinas PPKAD kabupaten SITARO pelaksanaannya belum efektif atau belum terlaksana dengan baik. Pemerintahan kabupaten SITARO sebaiknya melaksanakan sistem dan prosedur aset atau barang milik daerah secara efektif pada setiap subsistem khususnya pada pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, dan penghapusan, sesuai permendagri No. 17 tahun 2017 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai pengelolaanaset tetap/barang milik daerah. Sedangkan perbedaannya terletak pada pedoman dalam pengelolaan aset tetapnya, dimana Veronika Mulalinda, Steven J. Tangkuman berpedoman pada permendagri No. 17 tahun 2017 dan pada penelitian penulis berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

(45)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang terkumpul bebentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2018:15)

Pada penelitian ini penulis akan menganalisis Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerahberdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar sebagai sumber data atau informasi yang mendasari pemilihan penelitian.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau digunakan untuk mengumpulkan data. Ini berarti dengan menggunakan alat-alat tersebut data dikumpulkan (Afrizal, 2015:34).

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatifmelakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian

(46)

baik secara akademuk maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui melalui evaluasi diri seberapa jauah pemahaman terhadap metode kualitatif , penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan, dalam pelaksanaan instrument penelitian ini menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dan pengajuan pertanyaan kepada responden, instrumen tambahan lainnya yang berguna untuk menunjang kelengkapan data adalah buku catatan, pena, tape recorder, dan camera atau handphone.

C. Latar dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar JL.Sultan Alam Bagagarsyah Batusangkar. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Juni 2019 - Oktober Tahun 2019.

D. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Keuangan Daerah Kabupaten Tanah Datar ada dua yaitu, data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Dataprimer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan (Sugiyono, 2011: 226).Untuk mendapatkannya dilakukan wawancara langsung dengan bapak Jimmi Saputra, S.Sos selaku Kasubid Penatausahaan pada BKD Kabupaten Tanah Datar, Yessi Akmaliza, AP, S.Sos selaku Kasubid pemeliharaan, penghapusan dan pemindahtanganan pada BKD Kabupaten Tanah Datarpada Kantor BKD (Badan Keuangan daerah) Kabupaten Tanah Datar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Husein Umar, 2009:42).Data sekunder yaitu data-data tentang mekanisme pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Penulis telah menganalisis dan mengevaluasi mengenai pengaruh pengelolaan barang milik daerah terhadap pengamanan aset daerah dilihat dari segi penatausahaannya yang terdiri dari

e. Perubahan Daftar BMD sebagai akibat dari pemusnahan harus dicantumkan dalam laporan semesteran dan laporan tahunan. Penghapusan BMD karena sebab lain, selanjutnya

Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau banguna n yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapat didayagunakan

(2) Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik daerah sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan Bupati; (3)

Prosedur ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dikatakan bahwa proses penggunaan barang milik daerah yang dilakukan Badan Pengelola Keuangan

Implementasi tanggung jawab pengelola terhadap bangunan milik daerah Kabupaten Bengkalis berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

a. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penilaian Barang Milik Negara dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan

: Hasil Komparasi terhadap Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 Sumber : Data diolah, 2022 Hasil perbandingan pengelolaan barang milik daerah aset tetap pada UPTD Pengelolaan Prasarana