• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4 MALANG. Titik Sundari )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4 MALANG. Titik Sundari )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4

MALANG Titik Sundari∗∗∗∗)

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: Persepsi guru sejarah SMP Negeri 4 Malang terhadap BSE IPS yang digunakan di SMP Negeri 4 Malang unsur yang dikaji khususnya tentang materi, grafika atau layout dan bahsa yang digunakan; Penggunaan BSE IPS cetak karangan Nanang Herjunanto dan Muh Nurdin dalam Pembelajaran Sejarah di SMP Negeri 4 Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Subjek penelitiannya adalah Guru Sejarah SMPN 4 Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan berikut: pengumpulan data; reduksi data dan penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; persepsi guru terhadap BSE IPS yang digunakan di SMP Negeri 4 Malang khususnya tentang tiga aspek materi, layout dan bahasa yang digunakan dalam BSE IPS adalah kurang bagus, materi yang ada kurang detail penjelasannya namun susunannya tetap sesuai dengan SK dan KD, layoutnya kurang menarik, bahasa yang digunakan agak sulit dipahami; BSE IPS yang digunakan di SMP Negeri 4 Malang adalah BSE cetak karangan Nanang Herjunanto untuk kelas VIII dan IX serta karangan Muh Nurdin untuk kelas VII, BSE IPS juga digunakan oleh guru sebagai bahan acuan untuk memberikan tugas siswa, metode yang digunakan oleh guru saat mengajar menggunakan BSE IPS yang dominan adalah metode ceramah.

Kata kunci: BSE, Bahan Ajar, Pembelajaran Sejarah

UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu membutuhkan sarana penunjang yang bermutu pula seperti kurikulum, bahan ajar, media, pendidik, dan fasilitas pengajaran yang ada di tiap-tiap sekolah. Salah satu kebutuhan utama dalam dunia pendidikan adalah ketersediaan pustaka. Ada berbagai macam model

Mahasiswa Jurusan Sejarah angkatan 2008, Universitas Negeri Malang, Program Studi

(2)

dan bentuk pustaka yang dikembangkan para ahli seperti buku, jurnal, majalah, koran, tabloid, kaset dan lainnya. Pustaka-pustaka itu sudah dikenal dan diterima masyarakat sebagai media pendidikan disamping fungsi lainnya seperti

komunikasi dan promosi. Kondisi yang dihadapi siswa adalah banyaknya buku yang harus menjadi beban punggung mereka, selain itu semakin meningkatnya teknologi dan semakin terbatasnya ketersediaan bahan pembuatan kertas. Sehingga berangkat dari fenomena tersebut kini telah hadir suatu wacana baru sebuah buku tanpa kertas yang populer disebut e-book (Buku Elektronik).

E-book ini merupakan suatu terobosan teknologi di mana melalui alat-alat

elektronik dengan ukuran buku saku, pemakaiannya dapat mengakses buku-buku pelajaran, fiksi, kamus, ensiklopedia, membuat catatan pribadi dan menyimpan file. Melalui internet juga dimungkinkan untuk melakukan browsing berbagai macam judul buku penunjang pendidikan lainnya. Dengan disusunnya standar pemberian nomor ISBN untuk edisi elektronik, hal itu memudahkan e-book sebagai referensi paper atau tulisan ilmiahnya. Namun seiring berjalannya waktu

e-book atau Buku Sekolah Elektronik ini juga diterbitkan dalam bentuk print out

atau buku teks (Sutedjo, 2002).

Penggunan Buku Sekolah Elektronik secara umum di Indonesia mulai tahun 2010, seiring dengan adanya program BOS Buku dari pemerintah. Pemerintah membeli hak cipta buku kemudian semuanya diberi nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku Sekolah Elektronik tersebut kemudian direkomendasikan ke sekolah-sekolah. SMP Negeri 4 Malang termasuk yang mendapatkan rekomendasi BSE dari Depdiknas Kota Malang. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1) Persepsi guru sejarah SMP Negeri 4 Malang terhadap BSE IPS yang digunakan di SMP Negeri 4 Malang unsur yang dikaji khususnya tentang materi, grafika atau layout dan bahsa yang digunakan;(2) Penggunaan BSE IPS cetak karangan Nanang Herjunanto dan Muh Nurdin dalam Pembelajaran Sejarah di SMP Negeri 4 Malang.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Subjek penelitiannya adalah Guru Sejarah SMPN 4 Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan

(3)

dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan berikut: (a) pengumpulan data; (b) reduksi data dan penyajian data, (c) penarikan kesimpulan. Alasan pemilihan BSE IPS sebagai judul adalah karena BSE dierbitkan dalam berbagai versi yaitu dalam bentuk file, CD, serta dicetak menjadi buku teks. Sedangkan alasan dipilihnya SMP Negeri 4 Malang sebagai tempat penelitian karena SMP Negeri 4 Malang merupakan salah satu sekolah yang mendapatkan rekomendasi BSE dari Depdiknas Kota Malang. Alasan lain adalah adanya perbedaan diantara masing-masing guru sejarah di SMP Negeri 4 Malang dalam menggunakan BSE IPS dalam pembelajaran.

Hasil dan Pembahasan a. Hasil

Persepsi guru sejarah di SMPN 4 Malang terhadap BSE IPS yang digunakan dalam pembelajaran sejarah secara umum adalah kurang bagus. Persepsi atau pandangan terhadap BSE yang kurang bagus tadi dilihat dari tiga unsur yaitu materi yang ada dalam BSE IPS, layout atau struktur penyusunan BSE IPS berdasarkan materi yang ada dalam BSE IPS khususnya BSE IPS cetak karangan Nanang Herjunanto untuk BSE IPS kelas VIII dan IX. BSE IPS cetak karangan Muh Nurdin yaitu BSE IPS yang digunakan untuk kelas VII. Persepsi guru terhadap BSE IPS tersebut dalam hal materi adalah kurang bagus dan kurang lengkap. Sebagai contohnya penjelasan pada materi Perang Diponegoro dalam BSE cetak Nanang Herjunanto kelas VIII. Pada materi tersebut penjelasan tentang Perang Diponegoro kurang lengkap dan kurang detail. Paragrafnya panjang namun kurang berbobot sehingga kurang mampu mewakili narasi tentang kondisi Perang Diponegoro. Hal yang sama juga terjadi di BSE cetak kelas VII dan IX bahwa penjelasan materi kurang detail.

Unsur yang kedua adalah persepsi guru terhadap BSE IPS dari segi layout atau penyusunan BSE IPS. Guru sejarah di SMPN 4 Malang berpandangan bahwa

layout dari BSE IPS kurang rapi dan kurang menarik. Sebagai contohnya tampilan

gambar atau halaman dalam BSE IPS karangan Nanang Herjunanto kurang menarik atau kurang berwarna jika dibandingkan dengan buku-buku terbitan lain misal Erlangga dan Yudistira. Dalam hal penyusunan BSE IPS guru sejarah mengatakan bahwa terdapat halaman yang dobel dalam buku serta terdapat

(4)

halaman yang hilang. Penyusunan BSE IPS dimaksudkan untuk pembelajaran IPS terpadu, sehingga dalam BSE tersebut terdapat materi sejarah, ekonomi, sosiologi dan geografi. Namun fakta di lapangan berbeda, dalam tiap-tiap mata pelajaran yang ada dalam BSE tersebut ada gurunya masing-masing. Guru sejarah kurang setuju juga dengan kondisi penyusunan IPS terpadu dalam penyusunan BSE cetak tersebut. Unsur ketiga yaitu persepsi guru sejarah terhadap bahasa yang

digunakan dalan BSE IPS cetak karangan Nanang Herjunanto dan Muh Nurdin. Guru sejarah di SMPN 4 Malang berpandangan bahwa bahasa yang digunakan dalam BSE cetak kurang bisa dipahami. Kalimatnya terlalu panjang dan kurang tepat pada materi yang dimaksud. Hal ini yang pada akhirnya bisa menjadi faktor penghambat guru ataupun siswa dalam menggunakan BSE IPS cetak tersebut.

BSE secara umum mulai digunakan di SMPN 4 Malang sejak tahun 2010. Latar belakang penggunaan BSE di SMPN 4 Malang adalah karena mendapatkan rekomendasi dari pemerintah untuk menggunakan BSE yang dikirim oleh

pemerintah kepada sekolah. BSE IPS cetak yang digunakan oleh guru sejarah dalam pembelajaran di kelas termasuk dalam BSE yang direkomendasikan oleh pemerintah. BSE IPS yang digunakan ialah karangan Nanang Harjunanto utnuk kelas VIII dan IX, karangan Muh Nurdin untuk kelas VII. Guru tidak bisa

memilih karangan lain ataupun terbitan lain dalam menggunakan BSE IPS karena buku yang direkomendasikan oleh pemerintah adalah buku dengan pengarang tersebut dan harus digunakan. BSE yang dikirim ke SMPN 4 Malang oleh pemerintah didistribusikan kepada siswa untuk dipinjam sebagai buku pegangan. Kemudian nanti setelah akhir semester harus dikembalikan ke perpustakaan sekolah. Oleh karena BSE ini merupakan buku pegangan siswa sehingga setiap masuk kelas dalam pembelajaran buku tersebut selalu dibawa. Hal ini yang menjadi penyebab guru sejarah mau tidak mau harus menggunakan BSE IPS dalam pembelajaran di kelas. Penggunaan BSE IPS oleh guru sejarah bisa dilihat dalam penyusunan RPP. Guru sejarah memanfaatkan BSE IPS sebagai sumber belajar dalam penyusunan RPP mereka. Namun karena mereka sudah mempunyai persepsi yang kurang bagus tentang BSE IPS utamanya tentang materi yang ada dalam buku tersebut sehingga menyebabkan mereka menggunakan buku lain sebagai rujukan tambahan. Buku lain yang menjadi tambahan rujukan adalah

(5)

buku yang diterbitkan Erlangga, Yudistira ataupun Intan Pariwara. Adapula guru yang menggunakan BSE IPS bentuk softfile karangan Sanusi Fatah. BSE tersebut digunakan sebagai bahan pengayaan materi siswa. Penggunaan BSE IPS dalam pembelajaran di kelas, guru seringnya menggunakan metode ceramah, sedangkan metode yang lain digunakan sesuai dengan materi yang disampaikan.dalam penggunaan metode ceramah guru memiliki ciri khas masing-masing. Guru sejarah kelas VII menggunakan metode ceramah bervariasi dengan sosiodrama. BSE IPS selain untuk belajar juga digunakan sebagai bahan acuan pemberian tugas untuk siswa. BSE IPS oleh siswa digunakan sebagai buku pegangan yang mereka dapatkan dari sekolah. Namun demikian mereka tetap menambah pengetahuan mereka dengan membaca buku di perpustakaan, mencarai materi di internet. Mereka juga mendapatkan tugas-tugas dari guru mereka antara laian membuat makalah, membuat kliping, mengerjakan soal-soal yang ada di BSE IPS. Hal ini bertujuan untuk meningkatakan pemahaman siswa terhadap materi sejarah.

b. Pembahasan

• Persepsi Guru Sejarah SMP Negeri 4 Malang terhadap BSE IPS yang

digunakan di SMP Negeri 4 Malang

Persepsi guru sejarah terhadap BSE IPS tersebut seperti halnya teori berikut bahwa persepsi sebagai daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan yang terdapat pada objek melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat stimulus. Persepsi terhadap BSE IPS tersebut muncul setelah guru mengamati, pengalaman menggunakan buku-buku lain selain BSE IPS dan membandingkannya dengan BSE IPS yang telah direkomendasikan tersebut. Stimulus berasal dari adanya perbedaan kualitas antara buku-buku lain yang pernah digunakan atau masih digunakan sebagai pendukung kurang lengkapnya materi yang ada di BSE IPS.

Persepsi tentang materi, tampilan dan bahasa yang ada dalam BSE IPS memunculkan pengorganisasian pendapat oleh masing-masing guru sejarah dan menjadi penyebab maksimal atau tidaknya dalam aktivitas penggunaan BSE IPS oleh guru sejarah. Keadaan tersebut seperti dijelaskan oleh Walgito (2003), bahwa persepsi “merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu

(6)

yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integreted dalam individu. “Artinya bahwa interpretasi atas rangsangan yang diterima oleh individu menjadikan sesuatu menjadi berarti dan hal tersebut terintegrasi di dalam aktivitasnya (Walgito, 2003).

Guru sejarah SMPN 4 Malang memberikan persepsi yang kurang bagus tentang BSE IPS sudah pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyertai persepsi tersebut. Faktor yang menimbulkan persepsi berasal dari faktor lingkungan sekitar serta faktor yang berasal dari dalamdiri individu. Faktor lingkungan dalam persepsi guru sejarah terhadap BSE IPS merupakan faktor yang mendukung pemahaman guru terhadap pengadaan BSE IPS oleh pemerintah. Adanya rekomendasi BSE IPS oleh pemerintah serta kondisi likungan sekolah mempengaruhi persepsi guru terhadap buku yang digunakan di sekolah. Sikap pemerintah yang merekomendasikan BSE dengan pengarang yang telah ditentukan menyebabkan guru tidak bisa memilih buku lain juga menjadi faktor persepsi guru terhadap BSE IPS tersebut. Faktor pengalaman masa lampau adalah faktor yang mendukung pendapat guru tentag buku-buku yang telah digunakan, sehingga bisa membandingkan mana yang bagus mana yang kurang. Jika pada masa sebelum direkomendasikan BSE IPS untuk digunakan sebagai bahan ajar guru sudah memiliki buku yang mereka anggap sesuai untuk

digunakan saat mengajar dan sehingga BSE IPS muncul, namun kualitasnya tidak sebagus buku yang sebelumnya mereka gunakan memunculkan persepsi yang kurang bagus pula terhadap BSE IPS oleh guru sejarah. Faktor yang berasal dari dalam diri individu ini lebih tepatnya adalah faktor yang berasal dari pemahaman gu terhadap standar kualitas buku ajar yang digunakan di sekolah.

Hal-hal yang berhubungan dengan kualitas buku pelajaran menurut tim penilai buku ajar dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yakni (1) isi atau materi pelajaran, (2) penyajian materi, (3) bahasa dan keterbacaan, dan (4) format buku atau grafika. Keempat aspek ini saling berkait satu sama lain

(Depdiknas,2004).

• Penggunaan BSE IPS oleh Guru Sejarah SMP Negeri 4 Malang dalam

(7)

BSE digunakan di SMPN 4 Malang sejak tahun 2010. Tidak ada sosialisasi penggunaan BSE dari pemerintah kepada guru. Pemerintah hanya mengirim surat kepada kepala sekolah kemudian buku dikirimkan ke sekolah yang dituju. Pihak sekolah meminjamkan BSE yang dikirim oleh pemerintah kepada siswa.

Selanjutnya yang bertanggung jawab atas peminjaman BSE untuk siswa adalah perpustkaan sekolah. Penggunaan BSE IPS oleh guru sejarah pada pembelajaran di kelas diintegrasikan dengan memanfaatkan BSE IPS dalam proses belajar mengajar di kelas. Pemerintah juga mengatur penggunaan bahan ajar dalam PPRI No.19 tahun 2005 pasal 43 ayat 3,4,5,6 yang berbunyi sebagai berikut:

“(3)Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan.(4)Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.(5) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (6)Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan”.

Penggunaan BSE IPS dalam pembelajaran sejarah di dalamnya terdapat metode yang digunakan saat mengajar menggunakan BSE. Aktivitas dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan BSE IPS, jenis BSE IPS yang digunakan, pengarang serta pemanfaatan BSE IPS dalam pengajaran termasuk dalam hal yang dimaksud dengan penggunaan BSE IPS dalam pengajaran di kelas. Guru memanfaatkan BSE IPS jenis cetak atau printout. BSE IPS cetak yang digunakan di SMPN 4 Malang adalah BSE cetak karangan Nanang Herjunanto dkk untuk buku yang digunakan kelas VIII dan IX, sedangkan kelas VII

menggunakan BSE cetak karangan Muh Nurdin dkk. Pada penyusunan RPP dan Silabus BSE IPS dimanfaatkan guru sebagai sumber rujukan guru dan siswa. Namun faktanya dalam mengambil buku sebagai referensi atau rujukan yang digunakan guru dalam mengajar tidak hanya BSE IPS, bahkan BSE IPS bukan pula menjadi rujukan utama dalam mengajar. Ketika guru mengajar masih menggunakan buku terbitan yang lain untuk dijadikan rujukan pendamping. Hal

(8)

ini dikarenakan kekurangan dari BSE IPS cetak tersebut. Siswa menjadikan buku BSE sebagai pegangan karena yang didapat dari sekolah adalah buku tersebut sehingga setiap pelajaran berlangsung mereka selalu membawa buku tersebut. Namun demikian, siswa juga masih mencari referensi dari internet jika mereka mendapatkan tugas dari guru.

Pihak sekolah meminjamkan BSE kepada seluruh siswa untuk dijadikan pegangan siswa, namun pada kenyataannya pembagian BSE IPS di kelas VII jumlahnya tidak sesuai dnegan jumlah siswa sehingga ada siswa yang tidak mendapatkan pinjaman sehingga dalam penggunaan di kelas buku digunakan berdua atau bahkan bertiga. Untuk pembagian buku di kelas VII dan IX bisa terbagi rata karena jumlah siswa kelas VII lebih banyak dibanding kelas VIII dan IX.

Selain dimanfaatkan sebagai sumber belajar, BSE IPS digunakan pula sebagai bahan pemberian tugas VIII oleh guru. Sebagai contohnya guru sejarah kelas VIII memberikan tugas siswa mearangkum materi di BSE atau

mengerjakan soal di BSE daat beliau ijin keluar tidak bisa mengajar. Selanjutnya hasil pekerjaan siswa nantinya akan dibahas bersama saat guru tersebut masuk kelas lagi untuk mengajar.

Metode yang digunakan oleh guru sejarah SMPN 4 Malang dalam

menggunakan BSE IPS dalam pengajaran di kelas mayoritas sering menggunakan metode ceramah. Menurut pernyataan salah satu guru sejarah di SMPN 4 Malang metode ceramah lebih dominan pada pengajaran sejarah karena pada saat awal penyampaian materi atau menyampaikan tujuan materi guru akan selalu

menggunakan metode ceramah. Meskipun metode ceramah menjadi metode yang paling dominan digunakan, namun metode yang lainpun tetap digunakan

menyesuaikan dengan materi yang disampaikan. Guru sejarah kelas IX selain menggunakan BSE cetak juga menggunakan BSE file karangan Santusi Fatah yang digunakan sebgai bahan pengayaan untuk siswa. Beliau meberikan softfile kepada siswa. Guru sejarah kelas VIII juga selalu menggunakan metode

ceramah saat mengajar. Pada pelaksanaan penggunaan BSE IPS di kelas guru sejarah VIII menyuruh siswa memahami peta konsep kemudian beliau

menjelaskan setelah siswa memahami peta konsep terlebih dahulu. Pada kesempatan lain guru sejarah kelas VIII juga menggunakan BSE IPS sebagai

(9)

bahan tugas untuk siswa. Sebagai contohnya siswa mendapat tugas mengerjakan soal-soal yang ada di BSE IPS Nanang Herjunanto atau merangkum materi saat beliau berhalangan hadir di kelas.

Siswa menggunakan BSE IPS sebagai buku pegangan atau buku yang wajib dibawa saat mata pelajaran berlangsung. Siswa mengakui agak kesulitan memahami materi yang ada dalam BSE IPS sehingga mereka sering bertanya kepada guru mereka tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Mereka juga membaca buku-buku lain di perpustakaan, mencari materi di internet untuk menambah pengetahuan mereka. Selain itu siswa juga mendapatkan tugas-tugas dari guru untuk membuat makalah, membuata kliping, mengerjakan soal-soal yang ada di BSE IPS. Pada intinya hal tersebut bertujuan untuk menunjang pengetahuan siswa.

Kesimpulan

a. Persepsi guru sejarah SMPN 4 Malang terhadap BSE yang digunakan di SMPN 4 Malang

Persepsi guru sejarah SMPN 4 Malang terhadap BSE IPS yang digunakan di SMPN 4 Malang secara umum adalah kurang bagus. Hal ini dilihat dari materi, layout serta bahasa yang digunakan dalam BSE. Guru sejarah semua mempunyai persepsi yang sama tentang materi bahwa materi dalam BSE kurang lengkap dan kurang detail. Bahasa yang digunkaan berbelit-belit agak susah dipahami, tampilan BSE IPS juga kurang menarik dan kurang berwarna untuk menarik perhatian siswa. Tampilan halaman yang dobel serta ada halaman yang hilang, editing yang kurang maksimal. Materi yang ada dalam BSE IPS sudah sesuai dengan SK dan KD yang ada dalam KTSP.

b. Penggunaan BSE IPS oleh guru sejarah pada pengajaran sejarah di kelas

BSE IPS yang digunakan di SMPN 4 Malang adalah BSE cetak karangan Nanang Herjunanto untuk kelas VIII dan IX, serta karangan Muh. Nurdin untuk kelas VII. BSE tersebut merupakan rekomendasi dari Depdiknas Kota Malang dan pihak sekolah tidak bisa memilih buku mana yang bagus karena sekolah mendapatkan buku sesuai jatah dengan pengarang yang sudah ditentukan. Pada penggunaan BSE di kelas guru sejarah SMPN 4 Malang guru memanfaatkan BSE

(10)

IPS dalam penyusunan RPP sebagai buku rujukan namun bukan menjadi rujukan utama dan tetap menggunakan buku pendamping untuk menunjang kekuranagn materi yang ada dalam BSE IPS cetak. Guru juga menggunakan BSE IPS sebagai bahan acuan pemberian tugas untuk siswa yaitu dengan menyuruh siswa

mengerjakan soal-soal di BSE IPS cetak tersebut. Oleh karena adanya

kekuranagn-kekuranagn dalam BSE IPS sehingga guru sejarah di SMP Negeri 4 Malang berupaya memberikan yang terbaik untuk siswa dengan menambah materi dari buku-buku terbitan lain, bahkan ada guru yang membuat rangkuman materi dari buku-buku yang relevan untuk dijadikan penunjang materi dari BSE IPS cetak. Siswa juga aktif mencari materi dengan membaca buku-buku lain di perpustakaan atau mencarai materi di internet. Selain itu siswa juga mendapatkan tugas-tugas untuk membuat makalah, kliping dan mengerjakan soal-soal.

Daftar Rujukan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005.

Rakhmat, J.2005. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sutedjo, B. 2002.e- Education Konsep Teknologi dan Aplikasi Internet

Pendidikan. Yogyakarta: ANDI

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta:Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

http://rufmania.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem, diakses 25-3-2012 jam 13.58

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan menjadi batasan pembahasan dari penelitian ini antara lain : Faktor-Faktor

Persamaan variasi morfologi dapat dibentuk karena tipe habitat yang sama sehingga menghasilkan karakter morfologi yang memiliki tingkat kemiripan tinggi.. mampu

Hasil penelitian menunjuk- kan terdapat enam faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke

4 buku tentang Street art Yogyakarta antara tradisi dan modernisasi mempunyai perbedaan dari buku-buku yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya, yaitu buku ini tidak

Program bimbingan persepsi positive body image dapat berperan dalam meningkatkan wawasan remaja puteri untuk membedakan persepsi positive dan persepsi negative body

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, penulis mengidentifikasi masalah tentang hasil belajar IPA, untuk hasil ulangan harian pada materi memahami gaya dapat

dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu kompetensi guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik (X1), kompetensi kepribadian (X2), kompetensi sosial.. (X3),

Struktur mikro awal pada baja tahan karat ASSAB type corrax didapatkan matriks yang sepenuhnya fasa martensit berbentuk matriks martensit konvensional, setelah