• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk dan strategi dukungan sosial terhadap Psychological Well Being pada penderita kanker payudara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk dan strategi dukungan sosial terhadap Psychological Well Being pada penderita kanker payudara."

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

i

THE SOCIAL SUPPORT STRATEGIES AND FORMS FOR PSYCHOLOGICAL WELL BEING OF BREAST CANCER

PATIENTS

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRACT

The purpose of this research is to seek the form of social support and to see the strategies of social support which may influence psychological well being dimension of breast cancer patient. This research is so important to do because social support is as one factorsaffect psychological well being and should be noted that not all supports could be accepted by the patient as social support. This research, descriptive qualitative approach is used. Here, there are 5 advanced breast cancer patients are selected as the subjects as well as used for the criterion sampling method. One of the criteria is that they should have good psychological well being. The data was collected by conducting in-depth interview for each subject. The results of this research indicate that the sort ofaccepted social supports are emotional, instrumental, informative, achievement social support, and social community support. Whereas, the forms of social support could be in the form of courage, care, advice, information, encouragement to seek treatment, acceptance, effort of time and energy, greeting, and material assistance. Those supports could be given by mentoring way, briefing, sharing experiences, giving discretion, acceptance, accompany, motivate, and giving assistance.

(2)

ii

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bentuk dan strategi dukungan sosial yang dipersepsi mendukung dimensi psychological well being pada penderita kanker payudara. Penelitian ini penting dilakukan karena dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being dan tidak semua dukungan yang diberikan dapat diterima sebagai dukungan sosial oleh penerima dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang pasien kanker payudara stadium lanjut. Pemilihan subjek menggunakan teknik criterion sampling, dengan salah satu kriteria memiliki psychological well being yang baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dukungan sosial yang diterima adalah dukungan sosial emosional, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial informatif, dukungan sosial penghargaan, dan dukungan sosial jaringan sosial. Adapun bentuk dukungan sosial yang diterima adalah semangat, perhatian, nasihat, informasi, dorongan untuk berobat, menerima apa adanya, dukungan beraktivitas, ajakan beraktivitas, bantuan tenaga dan waktu, menanyakan kabar, serta adanya bantuan materi. Dukungan tersebut diberikan dengan cara pendampingan, pengarahan, berbagi pengalaman, pemberian kebebasan, penerimaan, menemani, memotivasi, dan pemberian bantuan.

(3)
(4)

i

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Intan Ayu Anggun Purwitasari NIM : 089114086

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTU

-

NYA”

“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”

1 Petrus 5:7

“dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.”

Roma 5 : 4-5a

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Oktober 2013 Penulis,

(9)

vi

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bentuk dan strategi dukungan sosial yang dipersepsi mendukung dimensi psychological well being pada penderita kanker payudara. Penelitian ini penting dilakukan karena dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being dan tidak semua dukungan yang diberikan dapat diterima sebagai dukungan sosial oleh penerima dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang pasien kanker payudara stadium lanjut. Pemilihan subjek menggunakan teknik criterion sampling, dengan salah satu kriteria memiliki psychological well being yang baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dukungan sosial yang diterima adalah dukungan sosial emosional, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial informatif, dukungan sosial penghargaan, dan dukungan sosial jaringan sosial. Adapun bentuk dukungan sosial yang diterima adalah semangat, perhatian, nasihat, informasi, dorongan untuk berobat, menerima apa adanya, dukungan beraktivitas, ajakan beraktivitas, bantuan tenaga dan waktu, menanyakan kabar, serta adanya bantuan materi. Dukungan tersebut diberikan dengan cara pendampingan, pengarahan, berbagi pengalaman, pemberian kebebasan, penerimaan, menemani, memotivasi, dan pemberian bantuan.

(10)

vii

THE SOSCIAL SUPPORT STRATEGIES AND FORMS FOR PSYCHOLOGICAL WELL BEING OF BREAST CANCER

PATIENTS

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRACT

The purpose of this research is to seek the form of social support and to see the strategies of social support which may influence psychological well being dimension of breast cancer patient. This research is so important to do because social support is as one factors affect psychological well being and should be noted that not all supports could be accepted by the patient as social support. This research, descriptive qualitative approach is used. Here, there are 5 advanced breast cancer patients are selected as the subjects as well as used for the criterion sampling method. One of the criteria is that they should have good psychological well being. The data was collected by conducting in-depth interview for each subject. The results of this research indicate that the sort of accepted social supports are emotional, instrumental, informative, achievement sosial support, and social community support. Whereas, the forms of social support could be in the form of courage, care, advice, information, encouragement to seek treatment, acceptance, effort of time and energy, greeting, and material assistance. Those supports could be given by mentoring way, briefing, sharing experiences, giving discretion, acceptance, accompany, motivate, and giving assistance.

(11)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Intan Ayu Anggun Purwitasari

Nomor Mahasiswa : 089114086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 Oktober 2013

Yang menyatakan,

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih, berkat, rahmat, dan anugrah yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Bentuk

dan Strategi Dukungan Sosial Terhadap Psychological Well Being pada Penderita Kanker Payudara” dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Selain itu, penulisan skripsi ini juga berguna bagi penulis untuk berlatih melakukan sebuah penelitian dan menghasilkan sebuah karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan hambatan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. Namun, berkat dukungan, bimbingan, saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih, nafas kehidupan, anugerah kebijaksanaan, ketekunan, dan kesabaran yang tiada habisnya, terus mengalir dalam kehidupan penulis.

(13)

x

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi dan Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi. selaku Wakaprodi.

4. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana, Psi. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, kesabaran, petunjuk, masukan, kritik yang diberikan selama proses penulisan skripsi.

6. Mas Gandung, Pak Gik, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini.

7. Direktur RS Bethesda atas perizinan yang diberikan untuk melakukan penelitian. Staff RS Bethesda atas bantuan dan partisipasinya dalam penelitian ini.

8. Ibu S, Ibu K, Ibu D, Ibu I, dan Ibu R, atas kesediaannya menjadi subjek dan atas pengalaman hidup yang sudah dibagikan.

9. Keluarga, Papi, Mami, terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terima kasih untuk dukungan doa, materi, finansial, fasilitas, kasih sayang, pengertian dan segala macam kebutuhan selama proses kuliah sampai proses penulisan skripsi. Terima kasih telah menjadi pendukung terhebat dan yang paling setia.

10. Mamas Agung, Lalak, Pampam atas keceriaan yang membahagiakan. 11. Bude Madi (Alm.) atas pengalaman tentang penyakit kanker. Bude itu

(14)

xi

12. Teman seperjuanganku Oshin, Tiwai, Ciput, Caecil, Vina, Dessi, Koh Be, atas dukungan, bantuan, dan canda tawa yang kalian hadirkan dalam hidupku.

13. Temen-teman Psikologi 2008 terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

14. Teman satu bimbingan Evrisya, Cintya, Iness, Nopai, Puji, menggalau bersama kalian itu mengesankan sekali. Suka duka skripsi kita lalui bersama. Terima kasih teman untuk semuanya.

15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang sudah turut membantu dan mendukung.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan laporan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak selama proses penelitian dan penulisan laporan ini. Sekali lagi, penulis mohon maaf dan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 29 Oktober 2013 Penulis,

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……..………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v

ABSTRAK ………. vi

ABSTRACT ………... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah …….………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Manfaat Penelitian ……… 9

1. Manfaat Teoretis ………... 9

(16)

xiii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11

A. Dukungan Sosial ……….. 11

1. Pengertian Dukungan Sosial ………..…… 11

2. Jenis Dukungan Sosial ………... 12

3. Faktor Penentu Dukungan Sosial ………... 15

4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial ……… 17

B. Psychological Well Being ………. 18

1. Pengertian Psychological Well Being ……… 18

2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being ……….. 21

3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being ………. 24

4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well Being …….. 26

C. Penelitian-penelitian Tentang Dukungan Sosial dan Psychological Well Being ……… 27

BAB III. METODE PENELITIAN ..………... 29

A. Jenis Penelitian ………. 29

B. Fokus Penelitian ………... 30

C. Etika Penelitian ……… 31

D. Definisi Operasional ………. 31

E. Subjek Penelitian ……….. 33

F. Metode Pengumpulan Data ……….. 34

1. Skala Item Tunggal ……… 34

(17)

xiv

G. Prosedur Analisis Data ………. 45

1. Organisasi Data …..……… 45

2. Koding …..………..… 46

3. Analisis Tema …..………... 46

4. Interpretasi …..……… 47

H. Kredibilitas Penelitian ……….. 47

1. Member Checking ………..……… 48

2. Validitas Argumentatif ………..……… 48

3. Validitas Ekoligis ………..……… 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 49

A. Proses Penelitian ……….. 49

1. Persiapan Penelitian ………... 49

2. Pelaksanaan Penelitian ………... 52

3. Proses Analisis Data ……….. 54

4. Jadwal Pengambilan Data ……….. 55

B. Profil Subjek ………. 57

1. Subjek Pertama ……….. 57

2. Subjek Kedua ………. 57

3. Subjek Ketiga ………. 58

4. Subjek Keempat ………. 58

(18)

xv

C. Temuan Hasil Penelitian ……….. 59

1. Subjek Pertama ……….. 59

2. Subjek Kedua ………. 72

3. Subjek Ketiga ………. 87

4. Subjek Keempat ………. 100

5. Subjek Kelima ……… 113

D. Pembahasan ……….. 128

BAB V. PENUTUP ……… 145

A. Kesimpulan ………... 145

B. Keterbatasan Penelitian ……… 147

C. Saran ………. 147

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ………... 147

2. Bagi Pasien Kanker Payudara ……… 148

3. Bagi Keluarga Pasien Kanker Payudara ……… 148

4. Bagi Pihak Rumah Sakit atau Lembaga yang Bergerak di Bidang Kanker ……… 149

DAFTAR PUSTAKA ……… 150

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Survey Istilah Psychological Well Being ………... 37

Tabel 2. Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara ……… 39

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 1 ……….. 55

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 2 ……….. 55

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 3 ……….. 56

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 4 ……….. 56

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Tryout Skala The Ryff’s Scale of Psychological Well

Being ……… 154

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Statistik Tryout Skala The Ryff’s Scale of

Psychological Well Being ……… 159

Lampiran 3. Panduan Wawancara ……… 163 Lampiran 4. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1

(Ibu S) ……….. 166

Lampiran 5. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2

(Ibu K) ……….. 183

Lampiran 6. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3

(Ibu D) ……….. 195

Lampiran 7. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4

(Ibu I) ………... 212

Lampiran 8. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 5

(Ibu R) ……….. 231

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti. Hal ini dikarenakan, kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Data World Health Organization (WHO) dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta

orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal dunia. Ironisnya, kasus ini mengalami perkembangan yang cepat pada negara miskin dan berkembang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Sebanyak dua pertiga dari penderita kanker di dunia tersebut berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Lubis, 2009). Menurut Prof. Tjandra Yoga, prevalensi penyakit tumor atau kanker di Indonesia sebesar 4,3% per 1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi dan menempatkan penyakit tersebut secara keseluruhan sebagai pembunuh nomor 6 dibandingkan dengan penyakit lainnya (Lubis, 2009).

(22)

2008, kanker payudara menempati peringkat pertama penyakit kanker pada pasien rawat inap di rumah sakit pada tahun 2004 – 2007. Pada tahun 2004 angka kejadian kanker payudara sebanyak 5.207 kasus, tahun 2005 sebanyak 7.850 kasus, tahun 2006 sebanyak 8.328 kasus, dan tahun 2007 sebanyak 8.277 kasus.

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 16,85%. Selain itu, kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan di Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Kanker dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua golongan umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia 40 tahun. Sebesar 60-70% kasus kanker payudara yang terjadi di Indonesia terdeteksi pada stadium lanjut (stadium 3 dan stadium 4). Sedangkan kasus yang ditemukan pada stadium 1 sebesar kurang dari 10% (Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Hal ini dikarenakan gejala permulaan kanker payudara tidak dirasakan ataupun tidak disadari oleh penderitanya.

(23)

memproduksi ASI, sebagai simbol peran seorang ibu, serta memiliki makna seksual yang penting.

Seseorang yang menderita kanker payudara harus mengikuti beberapa tahap pengobatan, yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi. Berbagai macam pengobatan tersebut memberikan dampak fisik pada penderitanya. Dampak tersebut adalah tubuh tidak lagi indah karena kehilangan salah satu anggota tubuhnya, rambut menjadi rontok, kulit menghitam, mual, susah menelan, dan terasa nyeri pada bekas luka operasi.

Manusia merupakan pribadi yang mempunyai sifat holistik, yaitu makhluk fisik yang sekaligus psikologis. Kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya (Lubis, 2009). Hal ini dapat dilihat pada penderita penyakit kronis, seperti kanker payudara. Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien divonis kanker payudara pada umumnya merasa shock, takut, tidak bisa menerima kenyataan, sampai pada depresi (Hawari dalam Uila, 2009).

(24)

menghadapi penyakitnya. Walaupun begitu, ada enam reaksi psikologis yang utama, yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status mental, gangguan seksual, serta penolakan terhadap kenyataan (Prokop dalam Lubis, 2009). Sedangkan menurut Taylor (dalam Lubis, 2009) ada 3 bentuk respon emosional yang biasanya muncul pada pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi.

Pasien yang mengalami kanker akan menunjukkan stress dan depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dari orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya (Lubis, 2009). Selain depresi, kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Seorang yang menderita kanker payudara akan terus mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami akan mengalami peningkatan ketika penderita membayangkan terjadinya perubahan dalam dirinya di masa depan akibat dari penyakit yang di derita, maupun akibat dari proses penanganan penyakit.

(25)

menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Colegrave (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis.

Karyono, Dewi, dan Lela (2008) berpendapat bahwa penyakit kanker payudara juga berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup tersebut terdiri atas empat dimensi, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis, fungsional, dan sosial. Halim (dalam Karyono, 2008) mengungkapkan bahwa salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang dialami pasien kanker payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis, seperti kecemasan dan depresi mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara. Dalam keadaan yang seperti itu, penderita kanker payudara sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Oleh sebab itu, seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya perlu mendapatkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis. Selain membutuhkan perawatan yang cepat dan diagnosis secara akurat, pasien kanker juga sangat membutuhkan dukungan sosial dalam menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya psychological well being adalah faktor dukungan sosial. Seseorang yang

(26)

dukungan sosial dari lingkungannya, maka beban psikologis yang harus ditanggung menjadi lebih ringan. Secara teoretis, dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress (Baziad dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Dukungan sosial yang diterima menjadikan individu merasa nyaman dan tenang. Selain itu, dukungan sosial juga dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit.

Dukungan sosial memiliki peran yang besar bagi seseorang yang memiliki beban berat, seperti menderita penyakit kanker. Namun, dukungan sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan dikarenakan setiap individu memiliki pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut (Salsabila, 2009). Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Primadi dan Hadjam (2010), mereka meneliti mengenai kualitas hidup dan dukungan sosial pada Orang Dengan Epilepsi (ODE). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut. Hal ini dikarenakan subjek tidak merasakan dukungan sosial dari keluarga. Dalam penelitian ini, keluarga salah satu ODE memberikan dukungan berupa perlindungan, namum ODE tersebut menilai bahwa keluarganya bersifat terlalu melindungi. Kekhawatiran keluarga akan aktivitas membuat ODE menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitas.

(27)

yang diberikan kepada penderita kanker payudara. Ozkan dan Ogee (2008) mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki peran penting dalam mencegah masalah-masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi yang umumnya terjadi pada penderita kanker. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sari (2011) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker payudara bisa mengatasi tekanan psikologisnya, seperti sedih, putus asa, cemas, dan depresi. Dampak lain dari dukungan sosial pada pasien kanker payudara adalah bahwa dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi tidak mudah putus asa terhadap penyakitnya, bersemangat untuk pulih dari penyakit, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Tuhan (Sari & Prasetyadi, 2005).

Selain itu, penelitian yang ditemukan mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara hanya membahas bentuk dukungan sosial secara umum, dan belum ditemukan penelitian yang meneliti mengenai bentuk dan strategi dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati (2010) menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berupa pemenuhan kebutuhan dasar, spiritual, afektif, manajemen konflik keluarga, finansial dan berespon positif terhadap kondisi pasien.

(28)

dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Selain itu, dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well being, salah satunya adalah penderita kanker payudara memiliki harapan hidup yang tinggi (Denewer, Farouk, Mostafa, & Elshamy, 2011; Sari & Prasetyadi, 2005). Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak selamanya mampu dimaknai sebagai dukungan bagi penderita kanker payudara (Salsabila, 2009; Primadi & Hadjam, 2010). Selain itu, penelitian mengenai bentuk konkret dukungan sosial yang diberikan kepada penderita kanker payudara belum ditemukan. Hal ini memberi peluang bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengungkap lebih detail mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dan strategi yang dipersepsi mendukung psychological well being berdasarkan pemaknaan penderita kanker payudara.

Beberapa hal tersebut itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial menurut penderita kanker payudara yang dipersepsi mendukung psychological well being. Dengan melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial,

maka diharapkan akan memberikan jawaban mengenai bagaimana strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara.

(29)

peneliti mampu memfasilitasi peneliti untuk melakukan penggalian data secara langsung dari penderita kanker payudara, sehingga peneliti bisa mendapatkan data mengenai strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being penderita kanker payudara, serta melihat jenis dukungan sosial yang paling mempengaruhi dalam meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara.

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah peneliti ingin melihat gambaran strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis

(30)

2. Manfaat Praktis

a. Membantu tenaga medis maupun psikolog kesehatan dalam memilih pendekatan dan bantuan yang akan digunakan dalam menangani pasien kanker payudara, terkait dengan bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan dalam meningkatkan psychological well being.

(31)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DUKUNGAN SOSIAL

1. Pengertian Dukungan Sosial

Manusia sangat memerlukan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan, setiap manusia tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan fisik maupun psikologisnya. Kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain merupakan hal yang bermanfaat dan merupakan sesuatu yang sangat efektif ketika seseorang mengalami stress (Frazier, dalam Baron & Byrne, 2005). Maka dari itu, manusia membutuhkan dukungan sosial yang berasal dari orang-orang di sekitarnya.

Menurut Kamus Psikologi (2008), dukungan atau support adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, memberikan dorongan atau pengobatan, semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan.

(32)

diberikan oleh orang lain atau kelompok lain, yang membuat penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai. Sedangkan Gottlieb dalam Smet (1994), mengungkapkan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau yang didapat karena mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Dukungan sosial merupakan jaringan yang terdiri dari orang-orang yang menyediakan landasan bagi individu, menunjukkan perhatian dan kepedulian, mengkomunikasikan penerimaan, memberikan bantuan secara langsung, dan memberikan solusi mengenai suatu masalah (Wilson, Nathan, O’ learny, & Clark, 1996).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai bantuan dan informasi verbal ataupun non-verbal yang berasal dari orang lain maupun kelompok lain yang memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Dengan mendapatkan dukungan sosial, seseorang merasa bahwa dirinya dicintai, dihormati, diperhatikan, dihargai, dan merasa nyaman sehingga mampu mengurangi tekanan psikologis yang dialaminya.

2. Jenis Dukungan Sosial

(33)

House, 1984; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Willa, 1984 dalam Sarafino, 1994), mengungkapkan ada 5 jenis dukungan sosial, yaitu : a. Dukungan emosional

Berupa perasaan empati, peduli, perhatian, memberikan hal positif, dan dorongan terhadap yang bersangkutan, memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan dicintai pada saat mengalami tekanan.

b. Dukungan penghargaan

Berupa penerimaan secara positif, menyetujui ide orang lain, membandingkan dengan orang lain secara positif. Bantuan ini bermanfaat untuk membangun perasaan individu, kemampuan, dan menjadi bernilai. Dukungan penghargaan secara khusus digunakan selama mengalami tekanan.

c. Dukungan instrumental

Mencakup bantuan langsung, seperti memberi pinjaman uang kepada orang lain atau membantu pekerjaan pada waktu yang bersangkutan sedang mengalami stress.

d. Dukungan informatif

(34)

e. Dukungan jaringan sosial

Ketersediaan seseorang untuk menghabiskan waktu dengan orang lain, sehingga memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok orang-orang dalam berbagai minat dan aktivitas sosial.

Stroebe, (dalam Chamberlain, 2006), mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam 5 jenis, yaitu :

a. Dukungan emosional

Bantuan yang diberikan berupa sikap empati, kepedulian, dan keprihatinan. Melalui dukungan emosional, pemberi dukungan memberikan rasa nyaman, kepemilikan dan memberikan rasa cinta kepada penerima.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan yang diberikan berupa reaksi atau menerima secara posotif, seperti memberikan semangat, memahami perasaan dan lain sebagainya. Dengan memberikan dukungan penghargaan, seseorang akan merasa bahwa dirinya dihargai.

c. Bantuan langsung

Dukungan yang diberikan berupa bantuan secara langsung, seperti memberikan pinjaman uang, ataupun membantu pekerjaan. d. Dukungan informasi

(35)

e. Dukungan penilaian

Memberikan bantuan dengan membantu melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Beberapa klasifikasi mengenai bentuk dukungan sosial tersebut memberikan gambaran mengenai bentuk dukungan sosial yang pada umumnya digunakan. Secara umum, bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut dapat digolongkan menjadi lima bentuk dukungan sosial yang biasa digunakan, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan sosial.

Kelima bentuk dukungan tersebut bermanfaat bagi masyarakat, terutama pemberi dukungan untuk menentukan dukungan seperti apa yang akan diberikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan penerima dukungan. Pemberian dukungan ini ditentukan oleh kebutuhan dari penerima, kondisi yang dialami oleh penerima, sehingga dukungan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi penerima dukungan.

3. Faktor Penentu Dukungan Sosial

(36)

pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut (Salsabila, 2009).

Selain itu, perbedaan budaya yang ada juga mempengaruhi dukungan sosial yang diterima. Masyarakat yang tinggal dalam budaya yang berbeda, juga memiliki cara meminta dukungan yang berbeda-beda. Orang-orang yang hidup di daerah yang memiliki individualitas yang tinggi cenderung meminta dukungan secara tidak langsung (Kim, Sherman, & Taylor, 2008).

Kesuksesan mendapatkan dukungan juga dipengaruhi oleh kepribadian orang yang mencari dukungan sosial (Cohen, Sherrod, & Clark, 1986, dalam Taylor 1999). Selain itu, keefektifan dukungan sosial juga dipengaruhi oleh jenis dukungan yang diberikan dan juga ditentukan oleh siapa dukungan sosial tersebut diberikan (Taylor, 1999).

(37)

oleh pemberi dukungan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membantunya.

Selain itu, tipe dukungan sosial yang diterima dan dibutuhkan juga tergantung dari kondisi tekanan psikologis yang dialami individu. Contohnya adalah dukungan emosional dan informasi lebih dibutuhkan oleh individu yang mengalami sakit yang parah (Wortman & Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994).

4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial

(38)

Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara hanya meneliti mengenai bentuk dukungan secara umum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati (2010) ditemukan 3 bentuk dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita kanker payudara, yaitu dukungan instrumental, psikologis, dan finansial. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) juga tidak menunjukkan bentuk dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian tersebut berupa bentuk dukungan sosial secara umum yang diberikan, yaitu dukungan penghargaan, instrumental, dan informasi.

Hasil dari penelitian tersebut tidak menunjukkan bentuk dukungan sosial secara konkret, melainkan hanya secara umum. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga tidak dijelaskan mengenai strategi yang digunakan dalam memberikan dukungan. Sedangkan tidak semua dukungan sosial yang diberikan mampu dimaknai sebagai dukungan. Jadi, perlu diadakan penelitian mengenai bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan berdasarkan pemaknaan penderita kanker payudara.

B. PSYCHOLOGICAL WELL BEING

1. Pengertian Psychological Well Being

Psychological well being merupakan penggambaran

(39)

memenuhi kriteria fungsi psikologi positif (Ryff, 1989). Selain itu, Ryan dan Deci (2001) mengungkapkan konsep well being mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Terdapat dua prinsip yang digunakan untuk mendefinisikan kesejahteraan, yaitu hedonic dan eudaimonic.

Prinsip hedonic merupakan prinsip yang memiliki tujuan utama adalah mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan secara optimal. Berdasarkan prinsip ini, kebahagiaan seseorang terletak di dalam keberhasilan mengejar keinginan manusia dan mempercayai bahwa mengejar sensasi dan kesenangan adalah tujuan akhir dari sebuah kehidupan. Aktivitas hedonic yang dilakukan dengan mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit akan menimbulkan well being yang bersifat sementara dan berkembang menjadi sebuah kebiasaan, sehingga lama-kelamaan akan kehilangan esensi sebagai sesuatu yang bermakna.

Waterman, dalam Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa konsep well being dalam pandangan eudaimonic menekankan bagaimana cara manusia untuk hidup dengan dirinya yang sejati. Diri sejati ini terjadi ketika manusia melakukan aktivitas sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan dilakukan secara menyeluruh, serta benar-benar terlibat di dalamnya (Ryan & Deci, 2001). Pendekatan eudaimonic berfokus pada realisasi diri, ekspresi pribadi, dan sejauh

(40)

Deci, dalam Rahayu, 2008). Aktivitas-aktivitas eudaimonic lebih dapat mempertahankan kondisi well being dalam waktu yang relatif lama dan konsisten.

Ryff dan Singer (1998) mengungkapkan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup dirasakan lebih besar ketika individu mengalami pengalaman membina hubungan dengan orang lain dan merasa menjadi bagian dalam kelompok tertentu, dapat menerima diri sendiri, dan memiliki makna dan tujuan hidup. Konsep psychological well being merujuk kepada perasaan seseorang mengenai aktivitasnya

sehari-hari. Hal tersebut ditandai dengan adanya kebahagiaan, kepuasan hidup, dan tidak adanya gejala depresi (Ryff 1995). Kebahagiaan yang dialami seseorang merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia (Bradburn dalam Ryff, 1989).

(41)

2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being

Menurut Ryff dalam Papalia (2009), Psychological Well Being memiliki enam dimensi, yaitu :

a. Dimensi penerimaan diri

Penerimaan diri dengan nilai yang tinggi ditandai dengan memiliki nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek dalam diri termasuk yang baik maupun yang buruk, dan memiliki perasaan positif terhadap kehidupan yang sudah terjadi. Sedangkan dimensi penerimaan diri dengan nilai yang rendah ditandai dengan memiliki perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, memiliki perasaan dikecewakan oleh apa yang telah terjadi di masa lalu, merasa bersalah dengan beberapa kualitas diri, dan memiliki keinginan untuk menjadi berbeda dengan keadaan diri saat ini.

b. Dimensi hubungan positif dengan orang lain

(42)

juga mengalami kesulitan untuk bisa merasa hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain, merasa terisolasi dan frustasi dalam hubungan interpersonal. Hal lain yang menunjukkan adanya penilaian yang rendah dalam dimensi ini adalah tidak adanya keinginan untuk membuat kompromi untuk mempertahankan ikatan yang penting dengan orang lain.

c. Dimensi otonomi

Seorang dapat dikatakan memiliki nilai tinggi dalam dimensi otonomi apabila dapat menentukan segalanya seorang diri dan mandiri, serta mampu mengambil keputusan tanpa tekanan dan campur tangan orang lain. Selain itu juga mampu mengatur perilaku dari dalam diri dan mampu mengevaluasi diri dengan standar. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam dimensi otonomi apabila orang tersebut sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, tergantung kepada orang lain untuk membuat keputusan yang penting.

d. Dimensi penguasaan lingkungan

(43)

mengalami kesulitan dalam mengelola tugas sehari-hari, hanya memiliki sedikit tujuan, tidak menyadari peluang yang ada di sekeliling, dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia luar.

e. Dimensi tujuan hidup

Seorang yang dikatakan memiliki nilai tinggi pada dimensi ini, apabila ia memiliki tujuan dalam hidup dan perasaan diarahkan, merasa memiliki makna pada kehidupan masa datang dan masa lampau, serta memiliki tujuan dan objektivitas untuk hidup. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam dimensi ini, merupakan seorang yang kurang peka dalam memaknai kehidupan, memiliki sedikit tujuan atau arah, tidak melihat adanya tujuan dalam kehidupan masa lalu, serta tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang memberikan makna pada kejadian kehidupan.

f. Dimensi pertumbuhan pribadi

(44)

tidak tertarik terhadap kehidupannya, serta tidak mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being a. Usia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ryff, ditemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan dan dimensi otonomi serta dimensi penerimaan positif dengan orang lain, akan mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. Sedangkan dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Sedangkan untuk dimensi penerimaan diri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

b. Jenis kelamin

(45)

c. Status sosial ekonomi

Pendidikan tinggi dan status pekerjaan akan meningkatkan dimensi penerimaan diri dan tujuan hidup. Seorang yang memiliki status tinggi maka akan memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri dan lebih memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas sosial lebih rendah.

d. Budaya

Sistem nilai individualisme-keloktivisme memberikan dampak terhadap psychological well being. Budaya barat menyebabkan perolehan skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur menyebabkan perolehan skor tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.

e. Dukungan sosial

(46)

4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well being

Seseorang yang terdiagnosis penyakit kanker memiliki beban yang yang lebih berat dibandingkan dengan seseorang yang terdiagnosis penyakit lainnya (Saphiro dalam Ozkan & Ogee, 2008). Penyakit kanker payudara selain berkaitan dengan kondisi fisik pasien, juga berkaitan dengan kondisi psikologis pasien, dalam hal ini berkaitan dengan penurunan kualitas hidup penderitanya. Salah satu bentuk penurunan kualitas hidup penderita kanker payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis (Halim, 2003).

Hawari (dalam Uila, 2009) mengungkapkan bahwa pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami kecemasan dan depresi yang akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya. Penelitian yang dilakukan oleh Colegrave (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis.

(47)

C. PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING

Salah satu faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya tingkat psychological well being seseorang adalah faktor dukungan sosial.

Menurut Davis (dalam Rahayu, 2008), individu yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat psychological well being yang lebih tinggi, dibandingkan dengan individu yang tidak mendapatkan dukungan sosial.

Seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya membutuhkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis. Pasien kanker payudara juga membutuhkan dukungan sosial dalam menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).

Baziad (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan secara teoretis bahwa dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Dukungan sosial yang diterima menyebabkan individu merasa tenang dan nyaman, serta dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit.

(48)

dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi tidak mudah putus asa, bersemangat untuk sembuh, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Tuhan.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well being. Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak

(49)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 2005). Menurut Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metodologi penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(50)

Menurut Poerwandari (2005), di dalam perspektif teoretis ilmu-ilmu sosial, peneliti kualitatif biasanya berada di bawah payung paradigma interpretif atau fenomenologis. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah hendak mengungkapkan secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan sosialnya. Pendekatan ini berusaha untuk mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada persepsi atau pendapat personal seorang individu tentang objek atau peristiwa (Smith, 2009). Alasan-alasan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dimiliki peneliti, yaitu memahami kehidupan pribadi dan sosial subjek. Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan adalah berupa transkrip wawancara yang akan diolah menjadi bentuk deskripsi. Sehingga, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

B. FOKUS PENELITIAN

(51)

C. ETIKA PENELITIAN

1. Meminta ijin untuk mengadaptasi The Ryff’s Scale of Psychological Well Being, dengan cara mengirim email kepada penyusun.

2. Tidak menggugurkan item yang tidak valid pada skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being.

3. Meminta ijin kepada rumah sakit untuk meminta data pasien yang akan dijadikan subjek, dengan mengajukan surat permohonan ijin beserta proposal penelitian.

4. Pemberian informed consent kepada subjek penelitian sebelum penelitian berlangsung.

5. Penandantanganan surat persetujuan wawancara sebelum wawancara dilakukan.

6. Penandatanganan surat keabsahan wawancara setelah seluruh proses wawancara berlangsung.

7. Menjaga kerahasiaan data dengan tidak menerbitkan atau mempublikasikan dalam bentuk original. Dalam hal ini tidak mencantumkan tanda tangan dan identitas asli subjek pada lampiran. 8. Mencantumkan data penulis dari referensi yang digunakan dalam

penelitian ini.

D. DEFINISI OPERASIONAL

(52)

well being. Adapun definisi operasional psychological well being dalam

penelitian ini adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Psychological well being diukur berdasarakan 6 dimensi, yaitu :

1. Dimensi penerimaan diri

Dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal, memiliki nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima diri sendiri apa adanya.

2. Dimensi hubungan positif dengan orang lain

Memiliki hubungan yang hangat, intim, dan terpercaya dengan orang lain.

3. Dimensi otonomi

Dapat menentukan dan mengambil keputusan seorang diri tanpa tekanan dan campur tangan orang lain, bebas, mampu untuk menentukan nasib dan mengontrol perilaku sendiri.

4. Dimensi penguasaan lingkungan

(53)

5. Dimensi tujuan hidup

Memiliki tujuan dalam hidup dan memiliki makna pada kehidupan masa datang.

6. Dimensi pertumbuhan pribadi

Mampu dan memiliki keinginan untuk terus berkembang dan mengembangkan potensi, adanya perasaan menerima pengalaman baru, sadar akan potensi dalam diri, serta dapat berubah menjadi pribadi yang efektif.

Keenam dimensi tersebut akan digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kondisi psychological well being seseorang yang menderita kanker payudara, dengan menggunakan skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka

semakin baik kondisi psychological well beingnya.

E. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini berjumlah lima orang. Jumlah subjek tersebut tidak terlalu banyak sehingga tidak menyulitkan peneliti dan diharapkan akan memberikan jumlah kasus yang mencukupi untuk kesamaan dan perbedaan antar partisipan (Smith, 2009).

(54)

Kriteria tersebut adalah : 1. Wanita usia 35-65 tahun.

2. Dinyatakan kanker payudara stadium lanjut. 3. Memiliki Psychological Well Being yang baik.

Subjek dengan psychological well being yang baik ditentukan dengan cara menilai rentang kebahagiaan.

F. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Skala Item Tunggal

Untuk melihat kondisi kesejahteraan psikologis subjek, pada awalnya, peneliti akan menggunakan skala yang merupakan hasil adaptasi dari skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being. Skala ini terdiri dari 42 item yang masing-masing item memiliki rentang 1 sampai 6. Keseluruhan item pada skala ini merepresentasikan 6 dimensi psychological well being, sehingga masing-masing dimensi terdiri dari 7 pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu favorable dan unfavorable.

(55)

menggunakan The Ryff’s Scale of Psychological Well Being dikarenakan hanya sedikit item yang valid untuk digunakan, dan sebaran item yang valid tidak seimbang pada setiap indikatornya. Selain itu, karena skala tersebut merupakan skala yang diadaptasi dari skala luar negeri, ada kemungkinan isi dari skala tersebut tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Adapun distribusi item skala pengukuran psychological well being beserta hasil uji coba skala dapat dilihat pada lampiran. (lampiran 1)

Untuk tetap bisa melihat kondisi kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek, maka peneliti membuat skala yang isi dari skala tersebut sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Pengukuran tersebut menggunakan Skala Item Tunggal. Untuk memperkuat hasil skala item tunggal mengenai psychological well being ini, peneliti menambahkan beberapa pertanyaan mengenai kondisi psychological well being dalam proses wawancara.

(56)

Survey ini dilakukan untuk mencari padanan pengertian dari psychological well being yang digunakan masyarakat di Indonesia.

Survey ini menggunakan 1 pertanyaan yang secara sederhana sudah mencakup seluruh dimensi Psychological Well Being. Pertanyaan tersebut adalah “Jika ada seseorang, yang dalam kondisi apapun, dia

mampu menerima diri apa adanya, mampu berelasi dengan baik, mandiri, bisa menguasai lingkungannya, mampu mengembangkan diri, dan memiliki tujuan hidup, menurut Anda, apa yang orang tersebut sudah alami/rasakan?”. Pada awalnya, dalam pertanyaan tersebut tidak diberi pilihan jawaban, namun karena beberapa orang tidak memahami, maka pertanyaan tersebut dilengkapi dengan 4 pilihan jawaban. Adapun keempat pilihan jawab tersebut adalah “kesejahteraan”, “kebahagiaan”,“ketentraman”, dan “lain-lain”.

Berdasarkan hasil survey ini, terdapat banyak istilah yang digunakan oleh masyarakat dalam menggambarkan kondisi psikologis seseorang. Istilah-istilah yang muncul dalam survey ini adalah kesejahteraan, kebahagiaan, ketentraman, penerimaan diri, aktualisasi diri, menemukan jati diri, kedamaian, sukses dalam hidup, pemahaman diri, ketenangan, dan keharmonisan. Berdasarkan hasil survey, sebagian besar menjawab dengan istilah Kebahagiaan (28 jawaban). Sehingga, istilah “Kebahagiaan” akan dipakai dalam skala item

(57)

Tabel 1

Hasil Survey Istilah Psychological Well Being

No. Istilah yang Ditemukan Jumlah

1. Kesejahteraan 15

2. Kebahagiaan 28

3. Ketentraman 21

4. Penerimaan diri 2

5. Aktualisasi diri 1

6. Menemukan jati diri 1

7. Kedamaian 1

8. Sukses dalam hidup 1

9. Pemahaman diri 1

10. Ketenangan 1

11. Keharmonisan 1

Jumlah jawaban 73

(58)

menggambarkan kondisi psycholocal well being yang dimiliki adalah “Silakan Anda menilai, dari 1 sampai 10, berapakah nilai kebahagiaan Anda saat ini?” Subjek dengan nilai kebahagiaan di atas 5 akan

dijadikan subjek penelitian untuk selanjutnya akan dilakukan wawancara.

2. Wawancara

Metode kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan guna memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu-isu atau suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005).

(59)

Proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali data mengenai bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan yang mampu meningkatkan psychological well being pada penderita kanker payudara. Proses wawancara ini terdiri dari 4 tema besar, yaitu riwayat penyakit, kondisi psikologis ketika divonis sampai berobat, kondisi psychological well being berdasarkan 6 dimensi, dan dukungan sosial yang diterima. Adapun panduan wawancara dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara

Tema Besar Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Riwayat Penyakit Bisakah Anda menceritakan

bagaimana awal mula Anda dinyatakan menderita kanker payudara?

Untuk mengetahui awal mula diketahui terkena kanker payudara.

Apakah ada tanda/gejala yang lain yang Anda rasakan?

Untuk mengetahui gejala yang dirasakan. Apakah di dalam keluarga

Anda ada riwayat sakit kanker payudara?

Sudah berapa lama Anda menderita sakit kanker

Untuk mengetahui sejarah penyakit kanker dalam keluarga.

(60)

payudara? kanker.

Kondisi Psikologis Ketika pertama kali Anda divonis kanker payudara, apa yang Anda rasakan?

Untuk mengetahui perasaan yang dialamai ketika divonis kanker payudara.

Apakah Anda mengalami kesedihan mendalam ketika itu?

Untuk melihat

pengalaman kesedihan mendalam karena kanker payudara. Selama sakit tersebut,

tindakan pengobatan apa saja yang sudah Anda lakukan?  Jenis obat, jangka waktu

 Apakah ada pengobatan

lain selain pengobatan

medis?

Bagaimana perasaan Anda ketika harus menjalani berbagai pengobatan tersebut?

Untuk mengetahui usaha yang dilakukan untuk pengobatan kanker.

Untuk mengetahui pengalaman yang dialami selama

menjalani pengobatan.

(61)

Being diri Anda saat ini?

 Apakah ada perbedaan

cara memandang diri

sendiri?

penerimaan diri.

Tujuan hidup Anda apa saja?  Apakah sejak dari dulu

seperti itu?

 Apakah ada perubahan

tujuan hidup semenjak

Anda sakit?

 Bagaimana hal itu

(berubah/tidak) bisa

terjadi?

Untuk melihat dimensi tujuan hidup.

Menurut Anda, apakah orang yang kanker payudara itu ada kemungkinan untuk

mengembangkan diri? Mengapa?

Pengembangan diri yang

seperti apa?

 Bagaimana dengan diri

Anda sendiri?

Untuk melihat dimensi pengembangan diri.

(62)

Anda?

Bagaimana cara mengatur

kegiatan sehari-hari?

 Kalau ada kegiatan lain,

bagaimana cara Anda

mengaturnya?

penguasaan lingkungan.

Bagaimana cara Anda dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keseharian, apakah Anda terbiasa

menentukan sendiri atau meminta bantuan?  Kepada siapa?

 Dalam hal keputusan apa

saja?

 Bagaimana dengan

keputusan pengobatan?

Untuk melihat dimensi otonomi.

Bisa Anda ceritakan

hubungan Anda dengan orang lain semenjak Anda

didiagnosis kanker payudara?  Suami?

 Anak?

(63)

 Masyarakat sekitar?

 Lingkungan sosial?

(kantor, komunitas, dll)

Dukungan Sosial yang Diterima

Apakah mereka memberikan dukungan untuk kesembuhan Anda?

Untuk melihat tindakan orang lain.

Siapa saja yang memberikan dukungan selama ini?  Diantara orang-orang

tersebut, siapakah yang

paling mendukung?

 Mengapa?

Untuk melihat pemberi dukungan yang paling berpengaruh.

Dukungan apa saja yang Anda terima dari mereka?  Apa saja yang mereka

lakukan untuk mendukung

Anda?

Untuk melihat bentuk dukungan sosial yang diterima.

Bagaimana cara mereka memberikan dukungan tersebut?

 Apa saja yang mereka

lakukan untuk mendukung

(64)

Anda?

Bagaimana pengaruh dari dukungan orang-orang tersebut bagi hidup Anda?

Untuk melihat pengaruh dari dukungan sosial yang diterima. Apakah ada pengalaman

Anda tidak mendapatkan dukungan sosial?

Mengapa?

Untuk melihat pengalaman tidak mendapat dukungan.

Daftar pertanyaan wawancara tersebut disusun dengan tujuan sebagai panduan peneliti dalam menggali data. Pertanyaan wawancara dapat berubah sesuai dengan kondisi dan respon subjek dalam menjawab pertanyaan.

Proses wawancara ini dilakukan melalui berbagai tahap : 1) Menyusun panduan wawancara yang bersifat semi-terstruktur. 2) Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria dan bersedia untuk

berpartisipasi menjadi subjek penelitian.

3) Membangun rapport, menjelaskan tujuan penelitian, dan memastikan kembali kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian. Subjek mengisi informed consent.

4) Menyusun jadwal wawancara berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan subjek.

(65)

Data hasil wawancara akan direkam menggunakan digital recorder dan selanjutnya akan disalin dalam bentuk transkrip

verbatim. Kemudian setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi data.

G. PROSEDUR ANALISIS DATA

Analisis data merupakan kegiatan mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan kesatuan uraian dasar. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam Moleong, 2009). Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005) peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin. Dalam menganalisis data hasil wawancara, perlu dilakukan beberapa langkah (Poerwandari, 2005) :

1. Organisasi Data

(66)

yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

Pengorganisasian data hendaknya dilakukan sesegera mungkin setelah proses wawancara berakhir. Tahap ini diawali dengan memindahkan hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan bentuk transkrip verbatim wawancara dalam bentuk kolom-kolom.

2. Koding

Setelah melakukan organisasi data dengan cara membuat transkrip verbatim, langkah berikutnya adalah melakukan koding. Koding dilakukan dengan cara memberikan penomoran untuk setiap baris transkrip verbatim dan memberikan kode.

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail, sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian, peneliti akan menemukan makna dari data yang dikumpulkan (Poerwandari, 2005).

3. Analisis Tema

(67)

mengidentifikasi tema, peneliti memanfaatkan lebih jauh tema-tema tersebut untuk membuat analisis yang lebih kompleks, yaitu membentuknya menjadi deskripsi umum (Creswell, 2010).

4. Interpretasi

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan interpretasi. Interpretasi bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori (Creswell, 2010).

H. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif adalah deskripsi yang mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek (Poerwandari, 2005).

(68)

yang dilakukan peneliti dalam melakukan pengecekan terhadap kredibilitas penelitian adalah :

1. Member Checking

Member checking dilakukan untuk mengetahui akurasi hasil

penelitian. Proses ini dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema ke hadapan subjek penelitian untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan tersebut sudah akurat.

2. Validitas Argumentatif

Validitas argumentatif dicapai apabila deskripsi penelitian dan kesimpulan dapat diikuti rasionalnya dengan baik serta dapat dibuktikan kembali dengan melihat kembali data mentah.

3. Validitas Ekologis

(69)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROSES PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa proses persiapan penelitian, yaitu :

a. Uji coba skala Psychological Well Being

Sebelum digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian, peneliti melakukan uji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 3 – 16 Maret 2013. Uji coba dilakukan kepada sekelompok wanita usia 35-65 tahun. Alat ukur yang disebarkan untuk diuji coba adalah sebanyak 65 eksemplar, namun 1 eksemplar tidak kembali, sehingga yang diujicobakan sebanyak 64 subjek.

Dari hasil uji coba tersebut, diperoleh hasil bahwa dari 42 item, hanya 19 item yang lolos seleksi. Item yang lolos seleksi dipilih berdasarkan hasil koefisien korelasi yang mendapatkan skor ≥ 0,3. Item yang gugur memiliki koefisien korelasi < 0,3.

(70)

Psychological Well Being yang berasal dari luar negeri. Oleh sebab

itu, ada kemungkinan isi dari skala ini tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia.

b. Penyusunan single item scale

Untuk menyusun skala item tunggal, peneliti melakukan survey ke 73 orang untuk menanyakan mengenai istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi psychological well being. Survey dilakukan pada tanggal 14-24 April 2013. Hasil

survey menunjukkan bahwa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi psychological well being adalah istilah “kebahagiaan”. Istilah yang ditemukan akan digunakan untuk item

pada skala item tunggal pengukuran psychological well being. Alasan penggunaan skala item tunggal ini adalah skala item tunggal merupakan metode pengukuran yang sederhana dan metode ini yang sesuai dengan tujuan dari penggunaan skala pengukuran, yaitu mengukur tingkat psychological well being yang isi dari skala tersebut sesuai dengan budaya di Indonesia. Akan tetapi, skala ini menjadi lemah karena hanya menggunakan 1 temuan istilah, yang berjumlah 28 suara, dari total 73 suara.

c. Melakukan perizinan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan subjek penelitian.

(71)

surat perizinan dilakukan pada 4 Maret 2013 dan mendapatkan kepastian perizinan dari pihak rumah sakit pada tanggal 23 Maret 2013.

Setelah mendapatkan izin dari pihak Rumah Sakit, maka peneliti meminta izin ke bagian Bedah dan bagian Rekam Medis rumah sakit untuk melakukan perizinan meminta data pasien dan meminta keterangan tentang stadium kanker pasien.

d. Mencari subjek penelitian

Peneliti menghubungi beberapa pasien kanker payudara untuk memintanya menjadi subjek penelitian.

e. Mempersiapkan panduan wawancara

Agar proses pengambilan data dapat berjalan lancar, maka sebelum wawancara dimulai peneliti mempersiapkan panduan wawancara yang akan digunakan. Persiapan panduan wawancara ini dilakukan dengan mengujicobakan panduan yang telah disusun kepada penderita kanker payudara.

f. Perkenalan dan penjelasan tujuan penelitian

Gambar

Tabel 1. Hasil Survey Istilah Psychological Well Being …………………..... 37
Tabel 1 Hasil Survey Istilah Psychological Well Being
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

tindakan dari Pemrakarsa dan pemrintah yang berwenang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan dan oleh karenanya proses penyusunan

i kemampuan menyediakan fasilitas dan pera elaksanaan pekerjaan dan melampirkan Surat emiliki Sertifikat Standar Nasional Indonesia (S. i kemampuan menyediakan fasilitas dan

Dari apa yang dikatakan saya melihat bahwa Leo XIII beranggapan bahwa perbedaan dalam masyarakat itu adalah kenyataan kodrati yang harus diterima, termasuk dalam hal ini

Pada kondisi salah satu fasa terbuka pada rangkaian seimbang tiga fasa maka akan terjadi ketidakseimbangan dan arus tidak simetris mengalir. Demikian pula jenis

Intisari: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus buah sirsak terhadap kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di Dusun Semarangan, Sidokarto,

Penelitian dengan metode survai dilakukan di lokasi pengembangan Kambing Saburai di Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus pada 2016 dengan tujuan untuk mengetahui pejantan

Pendahuluan Vagina spa merupakan perawatan daerah vagina melalui teknik penguapan dengan menggunakan ramuan tertentu, yang mempunyai manfaat merawat organ intim

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yangb. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan