• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Guru Homeschooling "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Guru Homeschooling "X" di Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

iv Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai work engagement pada guru homeschooling ‘X’ di Bandung. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka rancangan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan target populasi yaitu seluruh guru homeschooling ‘X’ yang berjumlah 31 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner dari UWES-17 (Schaufeli dan Bakker, 2003) yang terdiri dari 17 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman dan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh 16 item valid dengan validitas pada aspek vigor 0.533, dedication 0.600 dan absorption 0.707 dan reliabilitas aspek vigor 0.710, dedication 0.742 dan absoroption 0.776.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa 54,8% guru homeschooling memiliki derajat work engagement yang tergolong rendah dan 45,2% guru lainnya memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi. Guru homeschooling dengan derajat work engagement yang tergolong tinggi memiliki derajat yang tinggi pada ketiga aspek work engagement yaitu vigor, dedication dan absorption sedangkan guru homeschooling dengan derajat work engagement yang rendah memiliki derajat yang bervariasi pada ketiga aspek work engagement.

(2)

Abstract

The purpose of this research is to know about work engagement at homeschooling teachers in Bandung. According to the purpose of this research we will use descriptive method with survey technique. The sample of this research is using target population that including 31 of homeschooling teachers.

The measurement that will be used is the questionnaire of UWES-17. (Schaufeli and Baker 2003) which consist of 17 items. Based on validity test with Spearman Rank and reliability test with Alpha Cronbach, obtained 16 valid items with validity aspect vigor 0.533, dedication 0.600 and absorption 0.707 and reliability aspect vigor 0.710, dedication 0.742 and absoroption 0.776.

According to the data analysis, it can be concluded that 54.8% of homeschooling teachers are classified have low degrees of work engagement and 45.2% are classified have high degrees of work engagement. The teachers who classified with high work engagement degrees have a high degree in all 3 aspects of work engagement which is vigor, dedication and absorption. While, the teachers with low degrees work engagement have variation degrees in that 3 aspects of work engagement.

(3)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pikir ... 11

1.6 Asumsi ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Work Engagement ... 20

(4)

2.1.1.1 Pengertian Work Engagement ... 21

2.1.2 Aspek-aspek Work Engagement... 21

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Work Engagement ... 21

2.2 Utrecht Work Engagement Scale (UWES) ... 24

2.3 Homeschooling ... 26

2.3.1 Pengertian Homeschooling ... 26

2.3.2 Jenis-jenis Kegiatan Homeschooling ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 31

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

3.2.1 Variabel Penelitian ... 31

3.2.2 Definisi Operasional ... 31

3.3 Alat Ukur ... 32

3.3.1 Alat Ukur Work Engagement ... 32

3.3.2 Kisi-kisi Alat Ukur ... 33

3.3.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 34

3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 35

3.4.1 Data Pribadi ... 35

3.4.2 Data Penunjang ... 36

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 36

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur... 37

3.6 Populasi ... 37

(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 37

3.7 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ... 39

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 40

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 40

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Gambaran Derajat Work Engagemet ... 41

4.3 Pembahasan ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

5.2.1 Saran Teoritis ... 56

5.2.2 Saran Praktis ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Aspek Work Engagement... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Work Engagement ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Kuesioner Alat Ukur Work Engagement ... 34

Tabel 3.4 Kisi-kisi Data Penunjang ... 36

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 40

(7)

Viii

DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A

Lampiran A.1 Kata Pengantar dan Letter of Concent ... L-1 Lampiran A.2 Identitas dan Data Penunjang ... L-3 Lampiran A.3 Alat Ukur Work Engagement ... L-6 Lampiran A.4 Kisi-kisi Alat Ukur ... L-8 LAMPIRAN B

Lampiran B.1 Uji Validitas ... L-11 Lampiran B.2 Uji Reliabilitas ... L-11 LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Total Skor ... L-12 Lampiran C.2 Hasil Penelitian Aspek-Aspek Work Engagement ... L-13 Lampiran C.2.1 Hasil Penelitian Aspek Vigor ... L-13 Lampiran C.2.2 Hasil Penelitian Aspek Dedication ... L-14 Lampiran C.2.3 Hasil Penelitian Aspek Absorption ... L-15 Lampiran C.3 Hasil Penelitian Derajat Work Engagement ... L-16 Lampiran C.4 Data Demografis ... L-17 Lampiran C.5 Data Penunjang ... L-18 LAMPIRAN D

Lampiran D.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Data

Demografis ... L-24 Lampiran D.1.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Jenis

(9)

xi

Lampiran D.1.3 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Lama

Bekerja ... L-25 Lampiran D.2 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Job

Demands ... L-26 Lampiran D.2.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Work

Pressure ... L-26 Lampiran D.2.2 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Emotional

Demands ... L-26 Lampiran D.2.3 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Mental

Demands ... L-27 Lampiran D.2.4 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Physical

Demands ... L-27 Lampiran D.3 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Job

Resources ... L-28 Lampiran D.3.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Autonomy . L-28 Lampiran D.3.2 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Social

Support ... L-28 Lampiran D.3.3 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan

Feedback ... L-29 Lampiran D.4 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Personal

Resources ... L-30 Lampiran D.4.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Self-

(10)

Lampiran D.4.4 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan

Resillience ... L-31 Lampiran D.5 Gambaran Responden ... L-32 Lampiran D.5.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... L-32 Lampiran D.5.2 Berdasarkan Usia ... L-32 Lampiran D.5.3 Berdasarkan Lama Bekerja ... L-32 Lampiran D.6 Tabel Job Demands, Job Resources, Personal Resources dan

Work Engagement ... L-33 Lampiran D.7 Tabel Frekuensi Job Demands, Job Resources, Personal

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI no. 20 tahun 2003). Berdasarkan definisi pendidikan menurut UU sisdiknas maka seharusnya setiap peserta didik diberi hak dan kesempatan untuk ikut menentukan apa yang terbaik untuk dirinya. Pendidikan merupakan hal yang penting karena berguna sebagai bekal hidup yang diperlukan untuk mengukir masa depan diri seseorang. Perbedaan sekolah reguler dan homeschooling adalah sistem pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kondisi orangtua, membutuhkan komitmen dan kreativitas untuk mengajar siswa dan tanggungjawab ada pada orangtua (Sumardiono 2007). Menurut Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas RI, homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah yang dilaksanakan oleh orangtua atau keluarga sehingga proses mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif.

(12)

keluarga lain yang menerapkan homeschooling. Homeschooling komunitas adalah merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus serta bahan ajar bagi anak-anak homeschooling, termasuk menentukan beberapa aktivitas dasar (olahraga, musik atau seni, dan bahasa) serta fasilitas tempat proses belajar mengajar dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

Guru memiliki peran yang sangat penting untuk keberhasilan proses pendidikan disamping orang tua dan lingkungan masyarakat karena guru merupakan sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik. Guru merupakan pekerjaan yang menuntut keahlian dan tanggung jawab. Uraian tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan tugas tambahan. (Rosyidi et. al, 2015)

Guru yang mengajar di homeschooling memiliki tugas yang berbeda dengan guru di sekolah reguler karena kurikulum yang digunakan berbeda sehingga cara guru mengajar juga berbeda. Dalam mengajar guru homeschooling tidak hanya terfokus pada jadwal perencanaan pembelajaran tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki siswa sehingga bukan hanya target pembelajaran saja yang harus tercapai tapi peningkatan kemampuan siswa merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Guru homeschooling tidak harus selalu orangtua siswa tetapi dapat siapa saja yang orangtua percaya dapat memberikan pengetahuan kepada siswa (Aar, 2008)

(13)

3 mengikuti kegiatan belajar di homeschooling “X” terdapat 115 siswa dan 31 guru. Karakteristik siswa di homeschooling ”X” merupakan siswa dengan kesulitan belajar dan kurang konsentrasi sehingga kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan peraturan di sekolah reguler. Selain itu terdapat juga siswa dengan berkebutuhan khusus seperti down syndrom, autism dan tunagrahita. Homeschooling “X” memiliki 12 kelas, setiap kelas terdiri dari delapan sampai sembilan siswa dimana dua sampai tiga siswa merupakan siswa berkebutuhan khusus. Setiap kelas memiliki satu guru wali kelas, ketika proses belajar mengajar berlangsung di dalam satu kelas akan diajar oleh satu guru mata pelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah homeschooling, tidak terdapat syarat pendidikan tertentu untuk menjadi guru di homeschooling “X” yang terpenting adalah calon guru memiliki kesabaran, kreatifitas dalam mengajar dan mau untuk belajar menyesuaikan diri dengan siswa. Oleh karena itu sebagian besar guru homeschooling “X” tidak memiliki gelar sarjana pendidikan, belum memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam mengajar siswa terutama siswa dengan berkebutuhan khusus sehingga guru di homeschooling sering mengalami kesulitan ketika melaksanakan tugas sebagai guru. Salah satu tugas guru homeschooling adalah menjalin kedekatan dengan siswa di sekolah. Tujuannya adalah agar siswa dapat lebih terbuka sehingga ketika mengalami permasalahan yang cukup sering mempengaruhi kegiatan di sekolah seperti tidak masuk sekolah selama berhari-hari, turunnya nilai pelajaran, kurang konsentrasi saat belajar di dalam kelas, siswa mau menceritakan permasalahan yang dialaminya sehingga guru homeschooling dapat membimbing dan memberikan saran untuk siswa.

(14)

minimal sehari sebelum pelajaran. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran karena di dalam kelas terdapat siswa dengan berkebutuhan khusus maka guru homeschooling harus menyusun cara-cara penyampaian materi pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran misalnya dengan membuat permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran dan sesuai dengan seluruh karakteristik siswa di dalam kelas. Ketika melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, guru homeschooling harus mengajarkan, mendampingi dan memberikan perhatian secara individual kepada setiap siswa (satu per satu). Hal ini menjadi tantangan bagi guru homeschooling untuk menangani karakteristik siswa yang berkebutuhan khusus. Berdasarkan wawancara dengan enam guru homeschooling, mereka menyatakan hal tersebut menyulitkan guru dalam melakukan pekerjaannya sehingga energi yang dikeluarkan guru juga menjadi lebih besar karena dengan karakteristik siswa yang berkebutuhan khusus maka cara guru untuk mengajar dan mendampingi setiap siswa juga berbeda agar siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan.

(15)

5 tertentu banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sehingga guru homeschooling harus mengadakan remedial agar nilai siswa dapat mencapai KKM dengan cara memberikan tugas tambahan atau dengan mengulang soal ulangan harian.

Orangtua siswa menginginkan terdapat perkembangan yang signifikan dari setiap siswa tetapi tanpa memberikan bantuan dengan mengulang materi pelajaran di rumah dan tanpa memikirkan kemampuan yang dimiliki siswa. Sehingga jika tidak terdapat perkembangan yang signifikan maka orangtua siswa akan mengeluhkan secara terus menerus kepada guru homeschooling. Guru homeschooling merasa dengan adanya tuntutan dari orangtua ditambah dengan kurang pengalaman dan kurang pengetahuan dalam mengajar siswa berkebutuhan khusus para guru homeschooling menghayati dengan cara yang berbeda, ada yang merasa terhambat sehingga melakukan pekerjaan seadanya saja dan ada juga guru yang tetap semangat dan merasa "terpanggil" dalam melakukan pekerjaannya.

(16)

berhubungan dengan organisasi yang pekerjanya berinteraksi dengan costumer, klien, pelajar, dan pasien (Bakker&Leiter, 2010, hlm. 5)

Work engagement adalah suatu penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan yang ditandai dengan adanya vigor, dedication, dan absorption. (Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma & Bakker, 2002, dalam Bakker dan Leiter 2010, h. 13). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dalam menentukan derajat tinggi atau rendahnya work engagement yang dimiliki oleh seseorang. Aspek vigor ditandai dengan level energi yang tinggi dan relisiensi mental ketika bekerja, kemauan mengerahkan upaya dan persisten ketika menghadapi hambatan dalam bekerja. Aspek dedication mengacu pada perlibatan diri yang kuat terhadap pekerjaan dan merasakan keberartian, antusisme, inspirasi kebanggaan dan tantangan. Aspek yang terakhir adalah absorption Ditandai dengan konsentrasi penuh dan keasyikan ketika bekerja dimana waktu berlalu begitu cepat dan tidak ingin berhenti bekerja.

Beradasarkan hasil wawancara terhadap 6 guru, terdapat 6 guru (100%) yang menghayati bahwa pekerjaan sebagai guru bukan merupakan hal yang mudah sehingga membutuhkan energi yang tinggi dalam mengajar siswa, sesuai dengan aspek work engagement yaitu vigor. Tugas guru bukan hanya mengajar saat berada di dalam kelas dan siswa mendapatkan nilai yang bagus atau menunjukkan perkembangan tetapi guru juga diharapkan dapat membimbing siswa dalam hal berperilaku dan bersikap. Guru berusaha untuk mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi hambatan selama melakukan perencanaan belajar, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, menilai hasil pembelajaran, dan membimbing siswa.

(17)

7 yaitu dedication. Ketika sebelum melakukan proses pembelajaran karena di dalam kelas terdapat siswa yang berkebutuhan khusus sehingga guru homeschooling harus menciptakan dan menguasai suasana di dalam kelas agar siswa dapat belajar dengan optimal yang biasanya dilakukan dengan cara bermain games terlebih dahulu atau bercerita yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan di sampaikan. Selain itu ke empat guru homeschooling juga menghayati adanya perasaan bangga dan merasa terinspirasi dari pekerjaannya karena dapat mengajar siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa tersebut dapat menunjukkan perkembangan walaupun hanya sedikit.

Sedangkan 2 guru (33%) menganggap untuk menciptakan dan menguasai suasana kelas sebelum memulai proses pembelajaran merupakanan tekanan karena meskipun sudah dengan menggunakan games atau bercerita terlebih dahulu mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan siswa tetap tidak bersemangat saat proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak mendengarkan bahkan mengobrol dengan teman sebangkunya saat guru homeschooling sedang menerangkan materi pelajaran. Guru homeschooling kurang menghayati adanya perasaan bangga, kurang merasa terinspirasi dari pekerjaannya dan merasa mengajar siswa dengan berkebutuhan khusus sebagai beban.

(18)

Sedangkan 1 guru (17%) menghayati awalnya guru homeschooling merasa bersemangat ketika akan mengajar di dalam kelas tetapi jika ada siswa tidak mau mendengarkan guru dan sulit untuk diatur ketika di kelas, guru tersebut merasa bahwa semangat yang dimilikinya mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 guru, 5 guru (83%) menghayati ketika melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar waktu terasa berlalu dengan cepat, sesuai dengan aspek work engagement yaitu absorption. Kelima guru merasa waktu ketika melakukan kegiatan belajar mengajar berlalu dengan cepat karena guru memiliki konsentrasi yang tinggi ketika sedang mengajarkan materi kepada siswa terutama ketika materi yang diajarkan belum mencapai target yang harus diselesaikan dalam satu semester. Selain itu guru homeschooling juga harus mengajarkan dan membimbing siswa secara individual di dalam kelas. Sedangkan 1 guru (17%) merasa waktu ketika melakukan kegiatan belajar mengajar berlalu dengan lama meskipun guru sudah mengajarkan materi yang harus diajarkan kepada siswa dan sudah mengajarkan dan membimbing siswa secara individual di dalam kelas.

(19)

9 homeschooling juga diharapkan mau memperdalam ilmu dari pelajaran yang dipegangnya dengan banyak membaca buku untuk dapat membuat modul pelajaran bagi siswa.

Apabila guru homeschooling dapat menghadapi tuntutan tersebut dengan sikap yang positif, maka job demands dapat meningkatkan work engagement yang dimiliki guru homeschooling. Dalam konsep JD-R (job demands-resources) sikap positif disini disebut juga personal resources yaitu yakin bahwa dirinya mampu menghadapi tuntutan dengan baik, optimis, bertahan saat mengalami kegagalan (Bakker&Demerouti, 2007). Selain itu juga terdapat karakteristik dari pekerjaan yang memberikan kemandirian, feedback, dan dukungan sosial yang disebut juga sebagai job resources. Apabila dihadapkan dengan job demands dengan level yang tinggi, resources akan memberikan pengaruh yang lebih jelas atau signifikan terhadap work engagement (Bakker&Leiter, 2010, hlm. 186), yang pada akhirnya work engagement berpengaruh pada kinerja guru homeschooling dimana semakin tinggi derajat work engagement maka semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan (Salanove, Agut, dan Peiro, 2005, dalam Bakker&Leiter, 2010).

Dari uraian di atas terlihat bahwa work engagement merupakan hal yang penting untuk di miliki oleh guru homeschooling “X” di Bandung. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan suatu penelitian mengenai work engagement pada guru homeschooling “X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

(20)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai work engagement pada Guru Homeschooling “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran mengenai derajat work engagement pada Guru Homeschooling “X” di Bandung berdasarkan aspek-aspek dari work engagement guru.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Menjadikan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya bidang Industri dan Organisasi mengenai derajat work engagement pada guru Homeschooling “X” di Bandung.

2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik meneliti mengenai work engagement dan mengembangkannya melalui penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik ini.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada guru Homeschooling “X” di Bandung mengenai pentingnya work engagement yang dimilikinya. Diharapkan agar guru dapat meningkatkan kualitas kerja dalam mengajar.

(21)

11 sehingga pihak Homeschooling “X” di Bandung dapat mengevaluasi kurikulum, sistem pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dan memberikan dukungan atau motivasi agar para guru dapat lebih engaged.

1.5 Kerangka Pikir

Tugas guru yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan tugas tambahan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari sebagai guru, guru membutuhkan pengerahan energi, perlibatan diri serta konsentrasi yang tinggi.

(22)

bekerja seperti guru dituntut untuk memiliki kesabaran ketika mengajarkan kepada siswa karena harus dituntun secara perlahan, diajarkan berulang-ulang dan mendampingi siswa secara individual terutama bagi siswa dengan berkebutuhan khusus.

Tekanan mental (mental demands) yaitu tekanan mental yang dirasakan oleh guru ketika sedang bekerja seperti saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, guru homeschooling “X” dituntut mencari cara yang tepat untuk mengajar siswa di dalam kelas dan mencari solusi praktis yang sesuai ketika menghadapi permasalahan di dalam kelas. Tekanan fisik (physical demands) yaitu tekanan fisik yang dirasakan guru homeschooling “X” ketika sedang bekerja seperti guru ditutut untuk memiliki tubuh yang sehat sehingga dapat melaksanakan tugas dengan optimal, dapat mencapai target materi yang harus diberikan kepada siswa dalam satu semester dan tidak mudah merasa lelah ketika sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam menghadapi tuntutan pekerjaan (job demands), guru homeschooling

(23)

13 mudah merasa kelelahan ketika sedang bekerja sehingga guru kurang memiliki work engagement. Job resources dalam penelitian ini meliputi autonomy yaitu kebebasan yang dimiliki guru homeschooling “X”, dalam mengajar siswa di dalam kelas dan melaksanakan tugas sebagai guru homeschooling “X” memiliki kebebasan seperti cara mengajar siswa selama di kelas, cara melakukan penilaian terhadap pembelajaran siswa, cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas serta pemberian remedial pada siswa yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan memberikan tugas atau diberikan ulangan kembali.

Performance feedback yaitu umpan balik yang didapatkan oleh guru homeschooling “X” mengenai pekerjaannya, umpan balik didapatkan oleh guru homeschooling “X” dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, rekan kerja dan siswa. Misalnya ketika mengajar siswa di dalam kelas, guru homeschooling dapat mengetahui metode pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum dengan cara apakah siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan dan kepala sekolah sewaktu-waktu akan masuk ke dalam kelas ketika guru homeschoooling sedang mengajar kemudian akan memberikan feedback terhadap cara guru mengajar.

(24)

saat menghadapi masalah maka guru homeschooling akan menghayati permasalahan yang dihadapi sebagai tantangan sehingga guru homeschooling akan lebih memiliki work engagement.

Sumber daya yang kedua berasal dari dalam diri guru homeschooling “X” yang disebut sebagai personal resources. Personal resources guru homeschooling

“X” merupakan kepercayaan positif guru homeschooling “X” terhadap diri sendiri dan lingkungan yang dapat memotivasi dan mencapai tujuan. Personal resources dalam penelitian ini meliputi self-efficacy yaitu kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapi meskipun menghadapi rintangan. Guru homeschooling “X” merasa dirinya mampu dalam mengajarkan materi pelajaran kepada siswa yang berkebutuhan khusus sehingga guru dapat mencapai target pembelajaran dalam satu semester meskipun terdapat siswa yang harus dibantu secara individual. Optimism yaitu suatu harapan yang muncul dari pengalaman yang positif sehingga membuat seseorang merasa yakin bahwa dirinya mempunyai potensi untuk bisa berhasil dan sukses dalam hidupnya. Guru homeschooling “X” merasa dapat berhasil ketika mengajar siswa di kelas karena berdasarkan pengalaman yang dimiliki akan lebih mudah untuk mengajar siswa dengan menggunakan modul pelajaran yang dibuat sendiri oleh guru homeschooling.

(25)

15 negatif. Guru homeschooling “X” dapat tetap mengajarkan materi kepada siswa di dalam kelas meskipun ketika mengajar guru homeschooling “X” akan mengalami hambatan namun guru akan tetap bertahan dan berusaha untuk mengatasi hambatan tersebut seperti ketika menghadapi siswa yang sulit berkonsentrasi, kurang memiliki motivasi belajar dan ketika menghadapi anak berkebutuhan khusus yang memiliki perasaan yang mudah berubah-ubah.

Work engagement adalah suatu penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan yang ditandai dengan adanya vigor, dedication, dan absorption. (Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma & Bakker, 2002, dalam Bakker dan Leiter 2010). Aspek vigor ditandai dengan level energi yang tinggi dan resillience mental ketika bekerja, kemauan untuk mengerahkan upaya dan persisten ketika menghadapi hambatan dalam bekerja. Guru homeschooling “X” yang memiliki tingkat vigor yang tinggi akan menunjukkan semangat ketika sedang mengajar di dalam kelas seperti mempersiapkan materi terlebih dahulu sebelum mengajar, memikirkan cara yang sesuai untuk mengajar siswa dengan berkebutuhan khusus. Guru akan tetap bertahan ketika mengalami kesulitan saat bekerja seperti saat mengajarkan materi pelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus dan ketika menghadapi siswa yang kurang dapat memahami materi pelajaran meskipun sudah diajarkan dan didampingi secara individual. Guru yang memiliki tingkat vigor yang rendah akan kurang semangat ketika mengajar siswa di dalam kelas seperti tidak mempersiapkan materi sebelum mengajar dan tidak akan berjuang saat mengalami kesulitan dalam menangani anak yang berkebutuhan khusus ataupun ketika mengalami kesulitan lain saat mengajar siswa.

(26)

dan tantangan. Guru homeschooling “X” dengan tingkat dedication yang tinggi memiliki perlibatan diri yang kuat terhadap pekerjaannya seperti guru seringkali merasa pekerjaannya bermakna karena dapat mengajar dan memberikan kemajuan bagi siswa yang berkebutuhan khusus, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun kemampuan yang dimiliki. Guru juga merasa antusias dan bangga terhadap profesinya sebagai guru dan mengahayati bahwa pekerjaan sebagai guru merupakan hal yang menantang dan dapat menginspirasi. Guru dengan tingkat dedication yang rendah memiliki perlibatan diri yang lemah dengan pekerjaannya karena guru tidak merasa bahwa pekerjaan sebagai guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus merupakan pekerjaan yang bermakna, dapat menginspirasi dan menantang. Guru juga merasa tidak antusias atau bangga terhadap profesinya.

Aspek yang ketiga adalah absorption yang ditandai dengan konsentrasi penuh dan merasa asyik ketika sedang bekerja, merasa waktu berlalu dengan cepat dan tidak ingin berhenti bekerja. Guru homeschooling “X” yang memiliki tingkat absorption yang tinggi akan berkonsentrasi penuh ketika sedang mengajarkan materi pembelajaran kepada siswa, merasa keasyikan ketika sedang bekerja sehingga waktu terasa berlalu dengan cepat. Guru juga sering merasa sulit melepaskan pekerjaan sebagai guru. Guru yang memiliki tingkat absorption yang rendah tidak merasa asyik ketika sedang bekerja sehingga guru mudah untuk melepaskan diri dari pekerjaan sebagai guru dan waktu terasa lama ketika sedang bekerja.

(27)
(28)
(29)

19 1.6 Asumsi

1. Derajat workengagement pada setiap guru di homeschooling “X” di Bandung berbeda-beda.

2. Aspek-aspek dari work engagement adalah vigor, dedication, dan absorption. 3. Derajat work engagement pada guru akan berpengaruh pada performance-nya

dalam bekerja.

(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh gambaran mengenai work engagement pada guru homeschooling “X” di Bandung dengan simpulan sebagai berikut:

1. Dari seluruh guru homeschooling “X” di Bandung sebanyak 45,2% memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi dan 54,8% memiliki derajat work engagement yang tergolong rendah.

2. Guru homeschooling yang memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi memiliki derajat yang tinggi pada ketiga aspek work engagement, sedangkan guru homeschooling yang memiliki derajat work engagement yang rendah memiliki derajat yang bervariasi pada ketiga aspek.

3. Aspek yang derajatnya paling rendah dari seluruh guru homeschooling adalah dedication.

4. Terdapat kecenderungan guru homeschooling yang bekerja selama 0-4 tahun memiliki work engagement yang lebih rendah dibandingkan dengan guru homeschooling yang bekerja selama 5-9 tahun.

(31)

56

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian pada guru di homeschooling lainnya sehingga dapat lebih tergambar work engagement pada guru-guru homeschooling di Bandung.

2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai work engagement pada guru homeschooling dengan menggunakan metode kontribusi untuk memperoleh seberapa besar derajat kontribusi aspek-aspek work engagement pada work engagement.

3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement sehingga dapat diperoleh data dan gambaran dinamika mengenai work engagement.

5.2.2 Saran Praktis

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi untuk Kepala Sekolah dan Guru Homeschooling “X” mengenai bagaimana gambaran work engagement pada guru homeshcooling dan untuk mengetahui pentingnya work engagement dalam pekerjaannya sebagai guru homeschooling.

(32)

GURU HOMESCHOOLING

’X’ DI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

FENICIA APRILIA SENTONO

1130054

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(33)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan tugas besar dari mata kuliah Usulan Penelitian pada semester X di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul “Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Guru Homeschooling “X” di Bandung”. Peneliti sangat menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu peneliti sangat terbuka dan sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan tugas ini.

Dalam penyusunan tugas ini, peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan dan masukkan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dosen pembimbing pertama peneliti yaitu Missiliana R., M.Si., Psikolog yang selalu memberikan arahan, dukungan, semangat, saran dan bantuan lainnya kepada peneliti. 3. Dosen pembimbing kedua peneliti yaitu Eveline Sarintohe, M.Si. yang senantiasa

memberikan dukungan, bimbingan, bantuan dan semangat kepada peneliti.

4. Dosen wali peneliti yaitu Ka Yan, M.Psi., Psikolog yang selalu memberikan semangat, dukungan, kritik dan saran yang membangun bagi peneliti.

(34)

Stefanus selaku kakak peneliti yang selalu mendoakan, memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.

7. Michael Chandra yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.

8. Raissa Hadiman, Thania Ayu, Ita Restaika, Riyani Vania, Monica Liany, Ivani Sheren, Felicia Christine dan Maria Gayatri yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.

9. Pihak-pihak lain yang memberikan dukungan, semangat, arahan, bantuan dan saran kepada peneliti, yang tidak dapat peneliti sebutkan secara satu-persatu.

Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Bandung, November 2016

(35)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, A.B. dan Leiter, M.P. (2010). Work Engagement: A Handbook of Essential Theory nad Research. New York: Psychology Press.

Bakker, A.B., & Demerouti, E. (2006). The Job demands-resources model: State of the art. Journal of Managerial Psychology, 22, 309-328.

Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Guilford. (1956). Fundamental Statistic in Psychology and education. New York: McGRAW-HILL Book Company, inc.

Rosyidi, U., Ambarrukmi, S., Sajim, S.M., Wahyuni, D., Sitanggang, A., Elevri, P.A., Parikesit, B. (2015). Sertifikasi Guru dalam Jabatan: Buku I Pedoman Penetapan Peserta. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Susanti, Nurul. (2014). Hubungan Antara Psychological Capital dan Work Engagement Pada Dosen Pembimbing Skripsi Fakultas Psikologi Universitas

“X” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Augrina, Viona. (2015). Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Animal Keeper di Taman Safari Indonesia I. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Indreswari, Rahadjeng. (2016). Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Perawat Hemodialisis Rumah Sakit “X” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1
Tabel Job Demands, Job Resources, Personal Resources dan
Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

pada kolon tikus (perbedaan tidak signifikan), baik antara kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan isolat Lactobacillus , meskipun sebagian besar kelompok

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) kecenderungan pemilihan judul skripsi mahasiswa seni rupa tahun 1995-2005 mengarah pada judul dengan tema

Basis model yang digunakan dalam sistem penunjang keputusan Rp_JUS ini adalah model prakiraan pasokan bahan baku buah segar, model prakiraan penjualan jus, model model laju

Ketiga macam apotek ini mendapat pasokan obat dari instalasi gudang farmasi yang terdapat di rumah sakit ini.. Namun, rumah sakit ini tidak memiliki instalasi gudang

[r]

3 A proposed Model on Kansei Engineering ( Schütte 2006) 3 4 An affective design framework of Bogor pickle based on KE 5 5 Example of semantic differential questionnaire

Sesuai dengan hasil penelitian dimana pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas kepada guru SD di Kecamatan Banjaran

Jika melihat pada kenyataan yang ada, di mana sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat menunjang proses belajar mengajar karena memang pengadaan sarana