• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL GURU DENGAN KINERJA GURU SD DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL GURU DENGAN KINERJA GURU SD DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL GURU DENGAN KINERJA GURU SD

Dl KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

41&

Oleh:

H. MOHAMAD NANANG ROFI'U

NIM 009774

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. BAMBANG SUWARNO, M.A.

PEMBIMBING II

/'•• /- V

DR. DANNY MEIRAWAN, M.Pd.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH

SEKRETARIS PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROF.DR. H. DJAM'AN SATORI, M. A.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(4)

ABSTRACT

Elementary School (SD) constituted strategic education ladder in

national education system because constituted education early which giving

based knowledge, skill and ability which desirable to efficacy of education

quality at herein after level. In Nurhattati research (1995) expressed that

causes of which result to lower quality ofElementary School graduated are:

teacher lowering ofquality ofprofessionalism where teacher less mastering

of instruction method and items, less adequate appliance assisted

instruction, and weaken system him development ofteacherprofessionalism.

This thesis entitled "The Relation of Teacher's Professionalism

System of Construction with Teacher's Performance" with a purpose to

obtain: get system picture construction of professional learn and its

performance and also how the relation both. This research conducted toward

teacher of SD in district of Banjaran sub-province of Bandung with sample

counted 70 people.

Teacher's professionalism constructions system measured through

planning aspect, evaluation and activating toward system construction of

academic, construction of personnel and construction of administration,

whereas teacher performance measured through knowledge aspect,

motivation and ability toward law and regulation, organizational ofprofession,

colleagues, student, workplace, job andheadmaster.

Pursuant to the result of this research were known that: a.

Professionalism constructions system conducted by headmaster toward

teacher,of SD in district ofBanjaran sub-province ofBandung assessedwell

enough b. Elementary Teacher's performance in district of Banjaran

sub-province of Bandung assessed have good enough c. There is significant

influence between Teacher's professionalism constructions system with its

performance in district of Banjaran sub-province of Bandung which

contribution 15,1%.

Implication from result ofthis research are: teacher's professionalism

constructions system have to become mainstream program development of

teacher quality, teacher's performance showed by professionalism have to

become main destiny and collaboration between teacher's professionalism

construction program and improvement ofteacher's performance have to be done sophisticatedly. Suggestions of this research are: Headmaster

expected to more improving his task in provide construction ofprofessional to

educator staff where he lead and teacher expected continue to maintain and

farther improve its profession performance as educator.

(5)

ABSTRAK

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan strategis dalam

sistem pendidikan nasional karena merupakan pendidikan awal yang

memberi dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang

dibutuhkan bagi keberhasilan mutu pendidikan pada tingkat selanjutnya.

Dalam hasil penelitian Nurhattati (1995) dinyatakan bahwa masalah-masalah

yang mengakibatkan rendahnya mutu lulusan Sekolah Dasar diantaranya

adalah: rendahnya kualitas profesionalisme guru dimana guru kurang

menguasai materi dan metode pengajaran, kurang memadainya alat bantu

pengajaran, dan lemahnya sistem pengembangan profesional guru.

Tesis ini berjudul "Hubungan Sistem Pembinaan Profesional Guru

dengan Kinerja Guru SD" dengan tujuan memperoleh gambaran sistem

pembinaan profesional guru dan kinerjanya serta bagaimana hubungan

keduanya. Penelitian ini dilakukan terhadap guru SD di kecamatan Banjaran

kabupaten Bandung dengan sampel sebanyak 70 orang.

Sistem pembinaan profesional guru diukur melalui aspek

perencana'an, pelaksanaan dan evaluasi terhadap sistem pembinaan

akademik, pembinaan personil dan pembinaan administrasi, sementara

kinerja guru diukur melalui aspek pengetahuan, kemampuan dan motivasi

terhadap peraturan perundang-undangan, organisasi profesi, rekan seprofesi, anak didik, tempat kerja, pimpinan dan pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa: a. Sistem

pembinaan profesional yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap guru SD di

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung sudah cukup baik; b. Kinerja guru

SD di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dinilai sudah cukup baik;

c. Terdapat pengaruh signifikan antara seluruh komponen sistem pembinaan

profesional guru terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung dengan kontribusi pengaruh sebesar 15,1%.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah: sistem pembinaan profesional guru hams menjadi mainstream program pengembangan kualitas guru SD, kinerja guru yang ditunjukkan oleh profesionalisme hams menjadi tujuan utama para pendidik dan kolaborasi antara program-program pembinaan

profesional dan peningkatan kinerja guru hams dijalankan secara sinergis.

Saran-saran dari penelitian ini adalah: Kepala Sekolah diharapkan lebih

meningkatkan tanggungjawabnya dalam memberikan pembinaan profesional

kepada staf pendidik di sekolah yang dipimpinnya dan guru diharapkan dapat terus mempertahankan dan lebih jauhnya meningkatkan kinerja profesinya

sebagai tenaga pendidik.

(6)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR '

UCAPAN TERIMA KASIH 'V

DAFTAR ISI Vl

DAFTAR TABEL IX

DAFTAR GAMBAR x

ABSTRAK Xl

ABSTRACT XH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 8

C. Pembatasan Masalah 8

D. Perumusan Masalah 9

E. Tujuan Penelitian

10

F. Anggapan Dasar

10

G. Hipotesis Penelitian 11

H. Paradigma Penelitian 12

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Sistem Pembinaan Profesional 19

1. Pengertian Sistem dalam Pendidikan 19

2. Pembinaan Profesional Guru dalam Kontek Administrasi

Pendidikan 21

3. Pengertian Profesi dan Profesional 35

4. Profesional Guru 42

5. Ciri-ciri Keprofesian di Bidang Kependidikan 45 6. Pendekatan Tentang Profesionalisme dan Edukasi

Sosial Seorang Guru 47

7. Pengembangan Sikap Profesional Guru 49

(7)

Vll

B. Pembinaan Program Pengajaran 49

1. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

51

2. Fungsi Kepala Sekolah

56

3. Tugas Kepala Sekolah 60

4. Tugas Kepala Sekolah Sebagai Pembina

65

5. Peran dan Kinerja Kepala Sekolah 67

C. Program Pengajaran pada Pendidikan Dasar

70

D. Tugas Guru

73

E. Kinerja Guru 77

1. Pengertian Kinerja 77

2. Pengertian Guru 85

F. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembinaan Profesional

- Terhadap Kinerja 86

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian 91

B. Populasi dan Sampel Penelitian 92

1. Populasi 92

2. Sampel Penelitian 93

C. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data 94

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 97

E. Teknik Pengolahan Data 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Jawaban Responden 106

1. Deskripsi Sistem Pembinaan Profesional Guru SD 108

2. Deskripsi Kinerja Guru SD 111

B. Korelasi antara Sistem Pembinaan Profesional dengan

(8)

Vlll

1. Korelasi antara Sistem Pembinaan Akademik dengan

Kinerja Guru SDdi Kecamatan Banjaran Bandung

119

2. Korelasi antara Sistem Pembinaan Personil dengan

Kinerja Guru SDdi Kecamatan Banjaran Bandung 122

3. Korelasi antara Sistem Pembinaan Administrasi dengan

Kinerja Guru SDdi Kecamatan Banjaran Bandung 124

C. Analisis Regresi Linier Berganda Antara Variabel Sistem Pembinaan Profesional (X) terhadap Kinerja Guru SD (Y) 128

1. Uji Normalitas 129

2. Uji Linieritas 129

D. Pembahasan 132

1. Gambaran Sistem Pembinaan Profesional 134

2. Gambaran Kinerja Guru SD 136

3. Hubungan Sistem Pembinaan Profesional dengan Kinerja Guru SD di Kecamatan Banjaran Bandung 140 4. Hubungan Sistem Pembinaan Akademik dengan Kinerja

Guru SDdi Kecamatan Banjaran Bandung 142

5. Hubungan Sistem Pembinaan Personil dengan Kinerja

Guru SD di Kecamatan Banjaran Bandung 142

6. Hubungan Sistem Pembinaan Adminsitrasi dengan Kinerja

Guru SDdi Kecamatan Banjaran Bandung 144

7. Kinerja antara Komponen Sistem Pembinaan Profesonal

terhadap Kinerja Guru SD 146

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan 154

B. Implikasi 157

C. Saran 158

(9)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 4.1 DataSkor Jawaban Responden

1°7

Tabel 4. 2 Prosentase Skor Jawaban Sistem Pembinaan Akademik

109

Tabel 4. 3 Prosentase Skor Jawaban Sistem Pembinaan Personel

110

Tabel 4.4 Prosentase Skor Jawaban Sistem Pembinaan Administratif

111

Tabel 4. 5 Prosentase Skor Total Sistem Pembinaan Profesional

112

Tabel 4. 6 Prosentase SkorJawaban Kinerja Guru

113

Tabel 4.7 Prosentase Skor Jawaban Kinerja Guru 113

Tabel 4.8 Korelasi antara Sistem Pembinaan Profesional dengan Kinerja

Guru SD dan Uji Signifikasinya

117

Tabel 4.9 Korelasi antara Sistem Pembinaan Akademik dengan Kinerja Guru

SDdan Uji Signifikasinya

118

Tabel 4.10 Korelasi antara Sistem Pembinaan Personil dengan Kinerja Guru

SDdan Uji Signifikasinya 122

Tabel 4.11 Korelasi antara Sistem Pembinaan Administrasi dengan Kinerja

Guru SDdan Uji Signifikasinya 125

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Kerangka Berpikir

16

Gambar 2: Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan Menurut

Engkoswara

24

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan adanya wajib belajar pendidikan dasar (Wajar

Dikdas) 9 tahun, semua lulusan SD didorong untuk melanjutkan ke SLTP,

maka terjadi perubahan fungsi SD, yaitu dari fungsi terminal menjadi

fungsi transisional untuk melanjutkan ke jenjang SLTP atau sederajat.

Disamping itu lulusan SD tidak semata-mata mengembangkan

kemampuan baca, tulis dan berhitung tetapi memungkinkan murid

memiliki kesiapan intelektual pribadi dan sosial, dan siap untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP atau sederajat. SD merupakan

jenjang pendidikan yang strategis di dalam sistem pendidikan nasioanal.

Pertama tujuan SD sebagai program pendidikan dasar awal adalah

memberikan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Kedua, kurikulum pendidikan

dasar jenjang SD menentukan bagi keberhasilan mutu lulusan (SLTP,

SLTA, PT), secara berkesinambungan. Kemudian dari segi administratif,

SD juga dipandang strategis, dikarenakan program ini menjadi syarat

dapatnya seseorang melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi.

Di samping kompleksitas permasalahan pendidikan SD sebagai

sistem itu sendiri, juga disebabkan oleh belum baku dan pastinya konsep

(12)

Bruce Fuller (1985) mengatakan "Konsep kualitas pendidikan tampak

berbeda bagi masing-masing orang". Mutu pendidikan menyangkut

masalah mutu pengelolaan, mutu siswa, mutu guru, mutu PBM dan mutu

hasil belajar/kemampuan belajar. Selain rendahnya mutu pendidikan SD

yang berkaitan dengan lulusannya, ditemukan pula rendahnya mutu

proses belajar mengajar (PBM) yang diakibatkan oleh rendahnya mutu

guru itu sendiri serta sistem manajerialnya. Masalah-masalah yang

mengakibatkan rendahnya mutu lulusan SD diantaranya: mutu guru yang

kurang profesional, dimana guru kurang menguasai materi dan metoda

pengajaran, kurang memadainya alat bantu pengajaran, lemahnya sistem

pengembangan profesional guru. (Nurhati, 1995).

Memperhatikan hal tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam

sistem pendidikan atau secara lebih sempit dalam sistem pengajaran,

guru merupakan faktor sangat strategis dalam pencapaian tujuan

pendidikan/pengajaran, karena posisi yang diperankannya. UUSPN

Nomor ll/1989Bab VII Pasal 27 ayat 3 dan Pasal 28 mengartikan: Guru

adalah sebutan bagi tenaga pengajar pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Berdasarkan konseptual tentang peran guru tersebut dapat

dirumuskan beberapa alasan dasar mengapa guru dipandang faktor

strategis dalam pendidikan yaitu sebagai berikut:

a). Dilihat dari sudut administratif, guru adalah pelaku yang resmi,

(13)

dalam sekolah khususnya, merupakan pelaku yang "paling" berhak untuk

mengelola, mengatur atau melibatkan diri dalam aktifitas kependidikan;

b). Dilihat dari segi kewajiban, guru adalah orang yang dituntut

untuk melaksanakan kewajiban mengajar, mengalihkan ilmu

pengetahuan, keterampilan atau membina sikap masayarakat;

c). Dilihat dari proses belajar mengajar dalam kelas, guru adalah

seorang perencana, pengelola dan sekaligus penilai kegiatan belajar

murid. Guru adalah orang yang merencanakan, memilih dan menentukan

materi apa yang akan diajarkan serta apa dan bagaimana

pendekatah/metoda

pengajaran

efektif

yang

dipergunakannya,

menciptakan situasi belajar mengajar sesuai yang direncanakan, serta

melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Dengan demikian guru merupakan faktor utama yang dapat

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Joan Dean (1983:71)

menyebutkan peran guru sebagai "the most important and expensive

resources in any classroom".

Menyadari kestrategisan peran guru yang demikian dalam sistem

pendidikan pada umumnya dan dalam PBM khususnya di satu pihak dan

tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya guru profesional yang

mampu menjalankan perannya secara efektif di pihak lain, menjadikan

lahirnya tuntutan untuk melakukan pembinaan profesional para guru.

Guru profesional yang dituntut oleh masyarakat diantaranya adalah

(14)

dan pengajar. Tugas tersebut antara lain menyangkut tugas makro yaitu

mengupayakan peningkatan kualitatif hidup manusia secara umum dan

tugas mikro sebagai manager pengajaran di kelas pada khususnya.

Kenyataan-kenyataan inilah dapat dijadikan sebagai indikator yang

menunjukan secara faktual belum terdapatnya kualifikasi guru profesional

yang diharapkan. Karena itulah, pembinaan atau peningkatan kualitatif

profesional mutu guru merupakan hal yang krusial dan perlu yang hams

dilakukan jika menghendaki mutu pendidikan yang memadai. Menurut

Soetjipto dan Raflis K. (1999) dinyatakan bahwa sistem pembinaan

profesional guru dilakukan melalui pembinaan akademik guru, sistem

pembinaan personil serta sistem pembinaan adminsitrasi. Ketiganya

diberikan oleh Kepala Sekolah melalui tahapan-tahap yang meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi atau kontroling.

Dalam rangka peningkatan mutu guru SD telah banyak dilakukan

pemerintah berbagai upaya pengembangan profesional guru yang lebih

menekankan pada peningkatan kualitas mengajar guru yang dilakukan

melalui berbagai sistem. Telah banyak sistem pembinaan profesional guru

yang telah disodorkan dengan disertai petunjuk pelaksanaannya atau

perangkat lainnya oleh pemerintah, namun pada kenyataannya terdapat

keragaman atau perbedaan pembinaan baik secara kuantitatif maupun

secara kualitatif. Dan terdapatnya berbagai perbedaan, misalnya dalam

jenis, frekwensi, maupun pendekatan pembinaan pada masing-masing

(15)

beragam pula. Untuk itu suatu penelitian tentang pengaruh sistem

pembinaan profesional guru SD di masing-masing wilayah diperlukan.

Melihat pentingnya kedudukan guru dalam proses pendidikan

umumnya dan dalam PBM khususnya, maka kualitas guru perlu

dikembangkan secara terus menerus sehingga mampu mengemban

tugasnya secara memadai. Peran guru sebagai pendidik dalam arti yang

luas atau sebagai manajer pembelajaran dalam arti lebih khusus secara

kualitatif dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Dimana seorang

guru tidak semata hams memiliki pribadi edukatif dan kompetensi

mengajar yang memadai, tetapi juga dituntut memiliki kompetensi

manajerial yang handal. Apa yang hams dimiliki guru sebagai seorang

profesional adalah adanya komitmen dan tanggung jawab yang tinggi atas

perkembangan atau kemajuan kualitas pendidikan/pengajaran. Selain itu,

guru sebagai profesional perlu memiliki wadah pembinaan sebagai media

peningkatan kualitas profesional guru. Maka guru merupakan faktor

sangat penting dalam PBM. Guru menduduki peran strategis yang

menentukan kualitas PBM. " A good teaching depends on a good

teacher". (Dahama dan Bhatnagar, 1990:157-158).

Pembinaan profesional sebagai upaya pengembangan guru

profesional dapat ditempuh melalui beberapa pendekatan. Di antara

pendekatan pembinaan adalah pembinaan yang bersifat pre-service dan

in-service. Pembinaan pre-service yaitu pembinaan yang dilakukan

(16)

merupakan

upaya

pembinaan

yang

dilakukan

pada

saat guru

sedang/sudah aktif melaksanakan tugas profesi sebenarnya.

Pembinaan guru dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah maupun

Pengawas. Pembinaan profesionalisme guru merupakan upaya

peningkatan kualitas profesionalisme guru dalam melaksanakan

profesinya sebagai seorang tenaga pendidik yang dilakukan melalui

tahapan-tahapan: perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. (Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994).

Sistem pembinaan profesional guru memiliki tiga sasaran pokok

yaitu: pembinaan akademik, pembinaan personil serta pembinaan

administratif. Sistem pembinaan akademik meliputi: pembinaan tentang

pengenalan tujuan pendidikan dasar untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional, pengenalan fungsi sekolah dan prinsip-prinsip psikologi

pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam PBM, penguasaan bahan

pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan penguasaan bahan

pengayaan, penetapan pembelajaran, pemilihan dan pengembangan

bahan pembelajaran, pemilihan dan pengembangan strategi belajar

mengajar, pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar dan pemilihan dan

pengembangan media pengajaran yang sesuai, menciptakan iklim belajar

yang tepat, pengaturan ruang belajar dan pengelolaan interaksi belajar

mengajar, penilaian hasil prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

(17)

mengalami kesulitan belajar, bimbingan murid yang berkelainan dan

berbakat khusus serta pembinaan wawasan murid untuk menghargai

berbagai pekerjaan di masyarakat, serta pengkajian konsep dasar

penelitian ilmiah dan pelaksanaan penelitian sederhana.

Sistem pembinaan personil meliputi: ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, peran guru dalam masyarakat sebagai warga negara

yang berjiwa Pancasila dan pengembangan sifat-sifat terpuji yang

dipersyaratkan bagi jabatan guru, serta interaksi dengan teman sejawat

untuk meningkatkan kemampuan profesional dan interaksi dengan

masyarakat untuk melaksanakan misi pendidikan, adapun sistem

pembinaan administratif merupakan pembinaan yang dilakukan dalam

rangka pengenalan pengadministrasian kegiatan sekolah/kelas serta

pelaksanaan administrasi sekolah. (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1994).

Kinerja guru SD merupakan faktor penting dalam pendidikan

karena akan berdampak terhadap kualitas pendidikan sekolah dasar.

Menurut Soetjipto dan Raflis K (1999) dinyatakan bahwa profesionalisme

guru ditunjukkan dengan kinerja baik guru terhadap peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah, kinerja baik terhadap organisasi

profesi guru, kinerja baik guru terhadap teman sejawat atau sesama guru,

(18)

it

kinerja baik guru terhadap pimpinan (Kepala Sekolah) se^Ja|(,^^u^' B

guru terhadap pekerjaannya.

Dalam lingkungan intern sekolah pembinaan guru merupakan

kewajiban Kepala Sekolah. Dalam upaya meningkatkan kualitas

pendidikan maka kualitas tenaga pendidik juga hams ditingkatkan pula.

Kualitas guru dapat ditunjukkan melalui kinerjanya terhadap profesinya

sebagai guru. Namun dalam prakteknya sistem pembinaan jarang sekali

dilakukan sehingga kinerja guru juga tidak dapat diketahui kualitasnya.

Dengan demikian yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimana hubungan sistem pembinaan guru SD yang diberikan Kepala

Sekolah dengan kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan antara sistem

pembinaan guru dengan kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa batasan agar penelitian

yang dilakukan lebih mendalam. Pembatasan yang dimaksud adalah

(19)

yang meliputi tiga aspek pembinaan yaitu pembinaan akademik, personil

serta administrasi, dimana peran Kepala Sekolah dilihat dari tahap-tahap

perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi atau kontroling. Adapun kinerja

guru yang diukur adalah kinerja guru terhadap peraturan

perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja,

pemimpin serta pekerjaan yang dilihat dari aspek kemampuan yang terdiri

dari faktor pengetahuan dan keahlian serta aspek motivasi guru dalam

memberikan kinerja terbaiknya.

D. Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran sistem pembinaan profesional guru SD di

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung?

b. Bagaimana gambaran kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung dalam melaksakan tugasnya?

c. Bagaimana hubungan antara sistem pembinaan profesional secara

umum dengan kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung?

d. Bagaimana hubungan antara masing-masing aspek sistem

pembinaan profesional yang meliputi pembinaan akademik,

pembinaan personil dan pembinaan administrasi terhadap kinerja

(20)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperol*

serta mengkaji bagaimana hubungan sistem pembinaan profesional guru

SD dengan kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan kualitas

pendidikan dasar.

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Mendapatkan gambaran sistem pembinaan profesional guru SD di

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

2. Mendapatkan gambaran kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugasnya.

3. Mengetahui gambaran hubungan sistem pembinaan profesional

terhadap kinerja guru SD di kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung.

4. Mengetahui gambaran hubungan masing-masing aspek sistem

pembinaan profesional yang meliputi pembinaan akademik,

pembinaan personil dan pembinaan administrasi terhadap kinerja

guru SD di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

F. ANGGAPAN DASAR

Yang di maksud dengan anggapan dasar adalah titik tolak

pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti sebagaimana

(21)

(1992:55) yaitu: "anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik."

Adapun yang menjadi angapan dasar dari penelitian ini adalah:

1) Sistem pembinaan profesional guru merupakan salah satu upaya baik

oleh lembaga atau individu untuk meningkatkan kinerja guru.

2) Berhasil atau tidaknya sistem pembinaan profesional guru tergantung

dari beberapa faktor pendukung diantaranya semua instansi yang

terkait dan sarana penunjang lainnya.

3) Sistem pembinaan profesional guru adalah suatu strategi pembinaan

personil ke arah kinerja guru dalam rangka peningkatan kualitas

sumber daya manusia.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1). Terdapat hubungan siginifikan antara sistem pembinaan profesional

guru (X) terhadap kinerja guru Sekolah Dasar (Y) di lingkungan Dinas

Pendidikan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

2). Terdapat hubungan siginifikan antara sistem pembinaan akademik

guru (X1) terhadap kinerja guru Sekolah Dasar (Y) di lingkungan

(22)

3). Terdapat hubungan siginifikan antara sistem pembinaan personil guru

(X2) terhadap kinerja guru Sekolah Dasar (Y) di lingkungan Dinas

Pendidikan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

4). Terdapat hubungan siginifikan antara sistem pembinaan administrasi

guru (X3) terhadap kinerja guru Sekolah Dasar (Y) di lingkungan

Dinas Pendidikan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

H. PARADIGMA PENELITIAN

Menurut pendapat Zainuddin Sardar (1986 : 339), menyatakan

bahwa paradigma digunakan untuk menunjukkan konsepsi dasar

seseorang mengenai satu aspek realitas tertentu.

Paradigma diperlukan dalam suatu penelitian, menurut Stuart, A

Schlegel, (1986 : 6) dalam suatu "grounded research" diperlukan

paradigma, karena semua analisis hams berdasarkan berbagai ide yang

ditetapkan sebelumnya.

Untuk menilai suatu kinerja personil dibutuhkan indikator-indikator

kinerja, untuk itu dikemukakan pendapat : "Indikator kinerja adalah

pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, yang menunjukkan

kualitas mutu pencapaian tujuan " (S. Pramutadi, 1995 : 6).

Menurut Sutermeister (dalam Indrawan dan Joesron 1997 : 68)

menyatakan bahwa: Kinerja pegawai dibentuk oleh dua faktor yaitu faktor

kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). (Job performance are

(23)

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari dua

faktor yaitu faktor pengetahuan (/Q) dan faktor keahlian (skill). Dengan

kata lain seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang baik dan

terampil dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dipandang akan

mampu menghasilkan kinerja guru yang diharapkan.

Faktor pengetahuan (knowledge) seseorang dapat diperoleh melalui

latar belakang pendidikan yang dimiliki, diklat-diklat yang diikuti, bidang

minat yang terus dikaji serta pengalaman kerja. Sementara faktor keahlian

(skill) seseorang dapat diperoleh melalui keterampilan-keterampilan kerja

yang dimiliki serta kepribadian atau sikap mental yang baik.

Istilah " Motivasi" berasal dari kata Latin movere yang mengandung

makna "gerakan" (Steers, 1983:3). Bernard Berelson dan Gary A. Steiner

(dalam Ravianto, 1985 : 109) mendefinisikan motivasi sebagai:" All those

inner striving conditions variously described as wishes. Desires, needs,

drives and the like ". Winardi (1986:237) mendefinisikan motivasi sebagai

keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya

untuk melakukan tindakan-tindakan.

Senada dengan itu Wexley dan Yuki (1997:75) mendefinisikan

motivasi sebagai "the process by which behavior is organized and

directed", sedangkan John P. Campbell dalam Gibson and Hunt (1987:87)

pada definisinya memasukan aspek arah perilaku, kekuatan respon dan

(24)

Soetjipto dan Raflis K (1999:43) menyatakan bahwa sikap

profesionalisme guru memiliki tujuh sasaran yaitu: Peraturan

perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja,

pemimpin dan pekerjaan.

Sasaran profesionalisme guru terhadap peraturan

pemndang-undangan berarti guru harus melaksanakan segala kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan (PGRI, 1973). Dalam hal ini

kebijaksanaan pendidikan negara dipegang oleh Departemen Pendidikan

Nasional. DIKNAS mengeluarkan ketentuan dan peraturan yang

merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya yang

meliputi: pembangunan gedung pendidikan, pemerataan kesempatan

belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dan

Iain-Iain. Dari ketentuan-ketentuan ini selanjutnya akan dijabarkan dalam

program-program umum pendidikan. Guru mutlak mengetahui

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

sehingga dapat melaksanakan program tersebut.

Sasaran profesionalisme guru terhadap organisasi profesi berarti

guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Guru harus

ikut berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita organisasi dan secara

pribadi ataupun bersama dengan rekan-rekan yang lain berusaha

(25)

Sasaran profesionalisme guru terhadap teman sejawat sesama

guru

berarti

guru

memelihara

hubungan

seprofesi,

semangat

kekeluargaan

dan

kesetiakawanan sosial atau guru

hendaknya

menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan

kerjanya dan guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat

kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan

kerjanya.

Sasaran profesionalisme guru terhadap anak didik berarti berbakti

membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Guru jupa harus memahami dan

menjalankan tugasnya sehari-hari yang meliputi tujuan pendidikan

nasional, prinsip membimbing dan prinsip membentuk manusia Indonesia

seutuhnya. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan

pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus

memeperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik

jasmani, rohani, sosial maupun yang lain sesuai dengan hakikat

pendidikan.

Sasaran profesionalisme guru terhadap tempat kerja berarti guru

harus menciptakan suasana sekolah yang baik, yang akan menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar. Guru juga harus menciptakan

suasana harmonis baik secara pribadi maupun dalam hubungannya

(26)

Sasaran profesionalisme guru terhadap pemimpin berarti guru

dituntut berusaha untuk bekerjasama dengan pimpinan, mematuhi serta

melaksanakan program-program yang ditetapkan dalam mensukseskan

tujuan pendidikan.

Sasaran profesionalisme guru terhadap pekerjaan berarti guru

secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan

mutu pendidikan dan martabat profesinya. Guru harus memiliki komitmen

terhadap profesi keguruannya, melayani masyarakat dengan memuaskan

serta meningkatkan kemampuan dan martabat profesinya.

Sementara menurut Fakry Gaffar (1987 :159), disebutkan bahwa:

"Kinerja guru terbagi ke dalam tiga bidang besar, yaitu: (1) content

knowledge, (2) behavioral skills, (3) human relations skilf. Dalam hal ini,

Content knowledge berkaitan dengan penguasaan materi pengetahuan

yang akan diajarkan kepada peserta didik. Kedua mengenai behaviour

skills, berupa keterampilan perilaku yang harus dimiliki oleh

pendidik/pengajar yang berkaitan dengan penguasaan dian metodologis

pengajaran arah apakah pendidikan yang bersifat pedagogis untuk

pendidikan anak maupun andragogis untuk pendidikan orang dewasa.

Ketiga, human relation skills, adalah kemampuan manusiawi untuk dapat

menjalin hubungan yang baik dengan unsur manusia yang terlibat dalam

proses pendidikan yakni peserta didik, pengajar, dan pimpinan lembaga

(27)

Agar dimilikinya profesionalisme yang tinggi pada guru memerlukan

upaya pendidikan yang berkelanjutan. Makna pendidikan berkelanjutan

mengindikasikan bahwa peningkatan profesionalisme pada guru-guru

tidak hanya mengandalkan pada latar belakang pendidikan formal saja,

atau dengan kata lain tidak cukup dengan persyaratan pre-service

training, tetapi harus didukung oleh berbagai upaya setelah ia memangku

jabatan guru, yakni dalam bentuk in-service training.

Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah, bahwa kinerja

adalah perilaku guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai seorang pendidik. Perilaku itu ditunjukkan oleh kemampuannya

untuk mencapai hasil yang optimal. Perilaku dalam kaitannya dengan

kinerja di sini ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan

pendidikan yang mencakup pengajaran, pembimbingan dan pelatihan

secara optimal. Dimana hasil yang dicapai hari ini harus lebih baik dari

hari kemarin dan begitu juga selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disusun kerangka pemikiran

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

SISTEM PEMBINAAN

PROFESIONAL GURU (X)

SISTEM PEMBINAAN

AKADEMIK (X1)

SISTEM PEMBINAAN

PERSONIL (X2)

SISTEM PEMBINAAN

ADMINISTRATIF (X3)

KINERJA GURU (Y)

PERATURAN

PERUNDANG - UNDANGAN

ORGANISASI PROFESI

TEMAN SEJAWAT

ANAK DIDIK

TEMPAT KERJA

PEMIMPIN

(29)
(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan, menyusun dan menganalisis serta menginterprestasikan

dalam bentuk deskriptif melalui wawancara, angket dan observasi

mengenai data dan informasi yang diteliti. Winarno Surakhmad (1985 : 31)

mengungkapkan :

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis

dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara utama itu

dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajibannya

ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan".

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang

didukung oleh hasil pengolahan data kuantitatif. Penggunaan metode dan

pendekatan ini berangkat dari tujuan pokok penelitian yaitu, untuk

mendeskripsikan dan menganalisis pola sistem pembinaan profesional

guru SD yang telah dilaksanakan dan pengaruh pembinaan profesional

guru SD.

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

Jawa Barat. Penetapan lokasi didasarkan pada beberapa asumsi dan

alasan yang menguntungkan. Pertama, berdasarkan informasi bahwa

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung adalah daerah transisi dan

(31)

mutu lulusan SD kurang baik serta banyak guru yang belum layak untuk

mengajar dan untuk meningkatkan mutu serta meningkatkan profesional

guru tersebut sangat perlu adanya pembinaan profesional guru. Kedua

Kondisi kuantitatif sekolah dasar di Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung relatif beragam. Ketiga keragaman kondisi kualitas SD tersebut

berimplikasi

terdapatnya

permasalahan

yang

beragam

dalam

pembinaannya. Terakhir, studi tentang pengaruh pembinaan profesional

guru SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung nampak belum

pernah dilakukan secara intensif. Di Kecamatan Banjaran terdapat 70 SD

sebagian dijadikan sampel penelitian berdasarkan klasifikasi sekolah.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Secara teoritis, populasi penelitian adalah wilayah penelitian yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneiti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 1994).

Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Winarno

Surakhmad (1975 : 84), bahwa populasi adalah sekelompok subyek

pendidikan, baik manusia, gejala-gejala, benda atau peristiwa yang ada

hubungannya dengan suatu penelitian.

Pendapat lain, seperti yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1986

(32)

perhitungan atau pengukuran yang kuantitatif dari karakteristik tersebut

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, yang akan menjadi

populasi penelitian ini adalah seluruh Pengawas, Kepala Sekolah dan

guru Sekolah Dasar di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

2. Sampel penelitian

Karena luasnya penelitian, penulis akan menarik sampel atau

contoh

yang

diharapkan

dapat

memberikan

gambaran

atau

mencerminkan karakteristik umum populasi.

Mengenai sampel, Sugiyono (1994 : 40) berpendapat bahwa

sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.

Selanjutnya menurut Sutrisno Hadi (1977:37) sampel atau contoh

adalah: sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu

penelitian. Supaya lebih obyektif, istilah individu diganti dengan istilah

subyek dan obyek. Sampel yang baik adalah sampel yang mewakili

populasi secara maksimal. Walaupun demikian, sampel bukanlah

merupakan duplikat dari populasi.

Untuk mendapatkan sampel yang representatif dan dapat

dipertanggungjawabkan, harus ditempuh metode-metode yang benar

(33)

Teknik penarikan sampling dalam penelitian ini adalah teknik

proporsional sampling, yaitu teknik sampel untuk tujuan tertentu, seperti

yang dikemukakan oleh Cholid Narbuko dan Achmad (1991) bahwa:

"Teknik sampling proporsional menghendaki pengambilan sampel dari tiap

populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya populasi sehingga

dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi"

Berdasarkan data yang ada SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung berjumlah 70 buah. Dari populasi ini akan diambil sampel yang

diharapkan dapat menggambarkan keadaan umum populasi.

Terhadap guru yang juga akan menjadi sasaran penelitian ini akan

mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

Untuk itu,

penulis akan menggunakan DP3 sebagai salah satu alat

memahami

kinerja

guru,

di

samping

angket dan

pengamatan

kualitatif/naturalistik.

Cara penarikan sampel dilakukan dengan cara acak menurut

jumlah sekolah, dengan demikian, semua sekolah mendapat peluang

untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

C Teknik Pengumpulan dan Sumber Data

Data

kuantitatif

sifatnya

numerikal,

maknanya

belum

menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan pengolahan dan analisis

lebih lanjut. Salah satu cara untuk mengolah dan menganalisis data

(34)

menganalisis data dibedakan dua macam statistika, yakni statistika

deskriftif dan statistika inferensial. Statistika deskriftif digunakan untuk

mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh melalui hasil-hasil

pengukuran. Sedangkan statistika inferensial digunakan untuk menguji

hipotesis dan membuat generalisasi. Teknik statistika yang biasa

digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian antara lain persen,

kuartil ranking kecenderungan memusat (rata-rata, median, modus),

variansi, simpangan baku, visualisasi data seperti bagan, tabel, grafik, dan

Iain-Iain. (Nana Sudjana, 1989 :126). Sumber data dalam penelitian ini

adalah pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, para pembina serta guru yang

berada di lokasi penelitian.

Sesuai dengan karakteristik penelitian kuantitatif, sumber data

dalam penelitian ini menggunakan kuisioner, maka akan menghasilkan

data nominal dan ordinal sehingga dapat menggunakan teknik persen,

ranking, modus dan proporsi lainnya seperti kuartil. Dengan demikian

jumlah sumber data ditentukan sebelumnya secara pasti, atau informasi

yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Di samping kuisioner juga dilakukan wawancara terhadap

responden (pengawas TK/SD, kepala sekolah, guru dan pembina lainnya)

dibantu dengan pedoman wawancara. Pedoman ini dipersiapkan peneliti

dengan maksud membantu peneliti memfokuskan atau mengarahkan

(35)

Data yang digali/dikumpulkan melalui observasi meliputi:

a. Pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru, melalui kegiatan

penataran baik tingkat propinsi, kabupaten maupun kecamatan;

b. Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas dan kepala

sekolah, yang meliputi kunjungan kelas, pertemuan antar pribadi,

rapat sekolah, dan diskusi sekolah; c. Kegiatan KKG di PKG.maupun di SD inti; d. Proses belajar mengajar di kelas.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data melalui studi dokumentasi,

Sartono Kartodirdjo, seperti dikutip Djam'an Satori (1989:143)

mensyaratkan perlunya melihat: 1) apakah dokumen itu otentik atau palsu,

2) apakan isinya diterima sebagai kenyataan, dan 3) apakah data itu

cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.

Adapun dokumen yang diteliti dalam penelitian ini antara lain

menyangkut:

a. Buku catatan pembinaan (catatan Pengawas, Kepala sekolah dan

pembina lainnya);

b. Program pembinaan guru SD baik pada Subdin Pendidikan Dasar,

Seksi Pendidikan Dasar, Pengawas, Kepala Sekolah;

c. Keputusan yang berkaitan dengan pengembangan profesional guru

SD;

d. Bahan tertulis yang berkaitan dengan produk kualitas guru sebagai

(36)

e. Foto-foto proses pembinaan yang berkaitan den|

kegiatan pembinaan.

Adapun stratifikasi sampling penulis menggunak?

prestasi yang dibagi tiga bagian yaitu:

(1). Sekolah yang mempunyai prestasi kriteria tinggi;

(2). Sekolah yang mempunyai prestasi kriteria menengah;

(3). Sekolah yang mempunyai prestasi kriteria rendah.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menempuh tiga

tahap kegiatan, yaitu tahap uji coba angket, penyebaran angket, dan

pengumpulan angket. Masing-masing tahap dapat dijelaskan berikut ini:

1. Uji coba (Try Out) Angket

Sebelum instrumen penelitian yang akan digunakan (kuesioner)

diberikan kepada responden untuk mengukur karakteristik variabel

penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengukur validitas dan

reliabilitas kuesioner tersebut. Sugiyono (2001:110) menjelaskan bahwa:

"dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid

dan reliabel".

Uji coba angket merupakan tahap awal yang sangat menentukan

Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas

(37)

dapat diketahui kelemahan dari angket tersebut dan dapat dilakukan

perbaikan / penyempurnaan sebelum pelaksanaan pegumpulan data yang

sesungguhnya.

Uji coba angket ini merupakan langkah yang sangat penting untuk

dilaksanakan seperti yang dikemukakan oleh Husen Umar (1996:77)

bahwa: "Angket yang telah selesai disusun jangan disebarkan sebelum

dilakukan uji coba teriebih dahulu untuk menilai keterbatasan serta kemungkinan keterbatasan angket tersebut"

Hal sama juga dikemukakan oleh Sanipah Faisal (1981:38) bahwa:

"Setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebarkan untuk

penggunaan yang sesungguhnya. Sebelum pemakaian yang

sesungguhnya sangat mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun

bahasan angket telah disusun."

Berdasarkan pendapat di atas, penulis telah melakukan uji coba

angket terhadap 15 orang responden yaitu guru Sekolah Dasar di

kecamatan Banjaran kabupaten Bandung.

Angket yang telah diuji coba perlu dianalisis apakah memenuhi

syarat untuk digunakan. Analisis terhadap hasil uji coba angket dilakukan

dengan menempuh langkah-langkah berikut ini: a. Menguji Validitas Angket.

Di dalam "Encyclopedia of Educational Evaluation" yang ditulis oleh

Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: " A test is valid if it

(38)

tersebut mengukur apa yang hendak diukur). (Arikunto.S, 1986:57).

Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan

mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas yang tinggi pula.

Penelitian mempunyai validitas eksternal apabila hasil penelitian dapat

digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi.

Uji validitas angket atau alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat ketepatan alat ukur

yang digunakan. Apakah angket tersebut benar-benar dapat menjaring

data yang diperlukan.

Instrumen yang telah dikonstruksi mengenai aspek-aspek yang

akan diukur dilakukan dengan berpedoman kepada landasan teori yang

telah disusun pada Bab II.

Untuk mengukur validitas dari instrumen dipergunakan korelasi

product-moment sebagai berikut:

Misalkan x adalah skor butirdan y skor total, korelasi product moment

antara x dan y adalah:

r*=-( " Y « \

'=' v*=i A '=1 J

<=i V <=i J | I 1=1 V '=i J

f n \

, dengan n jumlah

responden. rxy menyatakan korelasi antara skor butir dan skor total.

Untuk melihat validitas butir, nilai r yang diperoleh dibandingkan

dengan nilai r- tabel, jika r-hitung lebih besar dari r-tabel maka butir

(39)

Berdasarkan hasil ujicoba terhadap 15 orang responden guru

Sekolah Dasar diperoleh petunjuk bahwa angket yang dirancang untuk

penelitian telah valid, artinya instrument penelitian layak untuk digunakan,

baik ditinjau dari validitas konstruksi maupun validitas isinya.

b. Menguji Reliabilitas Angket

Dalam setiap penelitian, uji reliabilitas alat ukur merupakan langkah

yang harus ditempuh oleh setiap peneliti. Uji reliabilitas angket pada

hakekatnya dimaksudkan untuk mengetahui apakah angket yang disusun

cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, sehingga kebenaran

yang diperoleh melalui hasil penelitian tidak diragukan orang lain.

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal

maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan

test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal

reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi

butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Pengujian yang

akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan reliabilitas internal.

Pengujian relibilitas dengan Internal Consistency, dilakukan dengan

cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh

dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk

memprediksi reliabilitas instrumen. Salah satu teknik yang dapat

dipergunakan untuk mengukur reliabilitas adalah koefisien alpha (a).

a =

(40)

k = banyaknya butir.

a\ = Harga varians setiap item kuesioner

a) - Harga varians total.

Varians tiap butir dihitung melalui persamaan:

j.*-N

ol = Harga varians setiap item kuesioner

]>]X2= Jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap item

kuesioner.

(£x)2= Kuadrat skor seluruh responden dari setiap item kuesioner.

N = Jumlah responden.

Variansi-total dihitung melalui persamaan:

2 ^ N J

<t, = —'I—.dengan:

Keterangan

a] = Harga varians total.

^£j2 = Jumlah kuadrat skor total.

(£y)2= Kuadrat skor jumlah skor total dari setiap item kuesioner.

N= Jumlah responden.

Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika telah memenuhi syarat

validitas. Artinya perhitungan koefisien reliabilitas hanya dilakukan pada

(41)

item-item pertanyaan yang telah valid. Uji coba instrumen penelitian yang

pertama menghasilkan beberapa item pertanyaan yang tidak valid

sehingga tidak dihitung koefisien reliabilitasnya, selanjutnya koefisien

reliabilitas dicari dari instrument penelitian ke-dua yang telah mengalami

perbaikan.

Karena responden uji kurang dari 30 maka untuk menguji reliablitas angket digunakan perhitungan korelasi Rank. Hasil perhitungan memberikan koefisien reliabilitas sebesar 0,946 untuk sistem pembinaan profesional dan 0,8905 untuk kinerja guru. Kedua nilai termasuk kategori sangat tinggi.

2. Penyebaran Angket

Setelah yakin bahwa angket yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai vailiditas dan reliabilitas yang memadai, maka angket ini kemudian disebarkan kepada 70 orang (terdiri dari 5 Pengawas TK/SD dan Kepala Sekolah) dan 70 orang (guru Sekolah Dasar).

3. Pengumpulan Angket

Angket yang telah tersebar sebagaian langsung diisi dan dikumpulkan saat itu juga dan sebagaian lagi dikembalikan kemudian.

E. Teknik Pengolahan Data

(42)

Pembinaan Profesional yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD dan Kepala

Sekolah (X) serta tingkat Kinerja guru (Y) akan digunakan perhitungan

prosentase dengan rumus:

P = — XI00% dimana:

N

P : Prosentase kategori jawaban

F : Banyaknya kategori jawaban yang dipilih N : Total jawaban

Selanjutnya prosentase yang diperoleh diinterpretasikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Idochi Anwar (1984:130) sebagai berikut:

90% -100% = sangat tinggi 80% - 89% = tinggi

70% - 79% = cukup 60% - 69% = Sedang

50% - 59% = sangat rendah

40% - ke bawah = rendah sekali

(43)

1) Menghitung koefisien korelasi r dengan rumus

n f n \ f n A

nIX,Y,- £x, 2>,

Vi=i )Vi=i

n / n A2 I I n ( n ^ Vi=i y i=i Vi=i J

2) Melakukan uji signifikasi dengan hipotesis Ho: r = 0 (Tidak ada hubungan signifikan antara kedua variabel) vs H1: r * 0 (Ada hubungan signifikan antara kedua variabel), dengan kriteria tolak Ho jika t-hitung > t-tabel atau p-value (sig) < alpha (5 %) dengan

, . . rVn^2

t - hit = .

3) Menafsirkan makna koefisien korelasi yang didapat dengan menggunakan tolak ukur seperti yang dikemukakan oleh Subino (1982:66-67) sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 = hubungan dianggap tidak ada Antara 0,20 - 0,40 = hubungan ada tetapi rendah Antara 0,41 - 0,70 = hubungan cukup

Antara 0,71 - 0,90 = hubungan tinggi

Antara 0,91 -1,00 = hubungan sangat tinggi

4) Mengitung prosentase derajat pengaruh variabel sistem pembinaan

profesional dengan variabel kinerja guru, dengan perhitungan

(44)

Derajat Hubungan (KD) = r2 x 100%

Karena Sistem Pembinaan Profesional (X) merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub-variabel (faktor) saling terikat yaitu: Sistem Pembinaan Akademik (X1), Sistem Pembinaan Personil (X2) dan Sistem Pembinaan Administratif (X3), maka untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap Kinerja Guru SD (Y) akan diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu mencari model hubungan fungsional antara X dan Y dengan persamaan sebagai berikut:

Y^a + b^+bjXj + bjXj

dimana faktor perbandingan pengaruh antara masing-masing faktor diketahui dari koefisien Beta yang diperoleh.

Analisis regresi mensyaratkan data yang digunakan berdistribusi Normal, oleh sebab itu sebelum mencari model persamaan regresi di atas akan dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan uji linieritas.

Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini analisis

korelasi dam regresi linier yang dilakukan akan dibantu dengan

(45)
(46)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini maka dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan gambaran sistem pembinaan profesional guru SD yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa secara umum guru menilai sistem pembinaan profesional guru SD yang dilakukan di sana masih

belum baik, baik dari aspek perencanaan (planning), pelaksanaan

(activating) maupun dari aspek evaluasi/kontrol (controling). Hal ini

menunjukkan bahwa sistem pembinaan profesional guru yang meliputi

faktor pembinaan akademik seperti pembinaan dalam penguasaan

landasan pendidikan, penguasaan bahan pengajaran, penyusunan

program pengajaran, pelaksanaan program pengajaran, penilaian hasil

dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan/konseling serta pelaksanaan penelitian

sederhana untuk keperiuan pengajaran, faktor pembinaan personil seperti

pembinaan pengembangan kepribadian, serta pembinaan interaksi dan

komunikasi, dan faktor pembinaan administratif yaitu pembinaan terhadap

pelaksanaan sistem administrasi di sekolah atau kelas masih belum dilaksanakan dengan baik.

(47)

2. Berdasarkan gambaran kinerja guru SD berkaitan dengan profesionalismenya sebagai tenaga pendidik di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja yang ditampilkan guru SD di sana sudah cukup baik, baik dari aspek pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability) maupun aspek motivasi

(motivation). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru SD yang ditunjukkan

oleh profesionalismenya terhadap peraturan perundang-undangan,

organisasi profesi, teman seprofesi, anak didik, tempat kerja, pimpinan

dan pekerjaan telah cukup baik. Jika dibandingkan dengan penilaian

terhadap sistem pembinaan profesional guru yang telah dilakukan

tentunya hal ini menunjukkan adanya indikasi positif dimana guru tetap

berusaha menampilkan kinerja yang baik walaupun tidak memperoleh

pembinaan yang optimal.

3. Terdapat pengaruh signifikan antara pelaksanaan seluruh komponen

dalam sistem pembinaan profesional gum yang meliputi sistem

pembinaan akademik, sistem pembinaan personil dan sistem pembinaan

administratif terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 15,1% atau

masih terdapat sekitar 84,9 % pengaruh faktor lain yang berpengaruh

terhadap peningkatan kinerja guru. Hal ini menunjukkan adanya kontribusi

pengaruh yang relatif rendah antara pelaksanaan sistem pembinaan

profesional guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas

(48)

B. IMPLIKASI

Implikasi dari kesimpulan di atas adalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum tentang sistem pembinaan profesional guru SD

mengandung implikasi bahwa program-program pembinaan guru yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas harus menjadi mainstream

pengembangan kemampuan guru, dan hal ini perlu dioptimalkan lebih

lanjut agar baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi

program-program tersebut berjalan dengan baik.

2. Gambaran umum tentang kinerja guru mengandung implikasi bahwa

profesionalisme guru terhadap tanggungjawabnya sebagai tenaga

pendidik harus menjadi tujuan utama dalam pekerjaannya. Hal ini

memberi implikasi pula pada guru untuk berusaha lebih lanjut

meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan motivasinya dalam

melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

3. Pengaruh signifikan pelaksanaan sistem pembinaan profesional

terhadap kinerja guru mengandung implikasi bahwa perbaikan tahap

perencanaan, pelaksanaan dan kontrol sistem pembinaan akademik,

sistem pembinaan personil dan sistem pembinaan administrasi akan

meningkatkan kinerja atau keprofesionalisme guru SD di Kecamatan

Banjaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas secara

signifikan, namun adanya pengaruh faktor lain di luar sistem pembinaan

(49)

guru harus diikuti perbaikan faktor lain seperti kesejahteraan guru dan Iain-Iain.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta implikasi yang akan muncul dari kesimpulan maka dapat disusun saran sebagai berikut: 1. Sesuai dengan hasil penelitian dimana pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas kepada guru SD di Kecamatan Banjaran belum dilaksanakan dengan baik sementara diketahui bahwa sistem pembinaan yang dilakukan memberi pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan profesinya sebagai tenaga pendidik, maka disarankan kepada Dinas Pendidikan Nasional dalam hal ini Diknas Kecamatan Banjaran untuk

lebih memberikan perhatian terhadap pelaksanaan tanggungjawab Kepala

Sekolah maupun Pengawas dalam memberikan pembinaan kepada guru.

Kontrol atau evaluasi yang dilakukan Diknas kepada Pengawas SD dalam

kaitannya dengan tugas-tugasnya sebagai Kepala Sekolah maupun

Pengawas akan mendorong dilaksanakannya kewajiban Kepala Sekolah

dan Pengawas terhadap guru.

2. Berkaitan dengan hasil penelitian dimana kinerja guru yang ditampikan

Guru SD di Kecamatan Banjaran sudah cukup baik maka disarankan

kepada mereka untuk mempertahankan kinerja yang saat ini telah dicapai

dan lebih jauhnya terus meningkatkan kinerjanya sehingga akan terwujud

(50)

£r ofeNUTlu,,

3. Hasil penelitian yang menunjukkan cukup besarnya (f4$^f|$w

faktor lain di luar sistem pembinaan profesional terhada&ki|$$l

dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga pendidik, matka'

kepada seluruh aparat terkait baik kepela sekolah, pengawas maupun

pihak pembuat kebijakan pendidikan lainnya untuk lebih memperhatikan

faktor-faktor lain di luar sistem pembinaan yang selama ini telah

dijalankan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa motivasi guru,

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Ruky. (2002). Sistem Manajemen Kinerja (performance management

system) Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

AH, Moh. (1995). Penelitian Kependidikan; Prosedurdan Strategi. Bandung: Tarsito

Arikunto, Suharsimi. (1983). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek

Bandung: Bumi Aksara

, (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Dirjen Dikti,

. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

Jakarta: Rineka Cipta.

(1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan., Jakarta: Bumi

Aksara.

Azwar, Saepudin. (2000). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,

Jogjakarta-Rineka Cipta.

Castetter, William B. (1981), The Personel Function in Education Administration

New York: Mac Millan Publishing Co. Inc.

Dahama, O.P & O.P Bhatnager. (1980). Education and Comunication for

Development, New Delhy: Oxford I bh. Peblishing Co.

Dale Furtwengler. (2000). Penilaian Kinerja, Penerbit Andi, Yogyakarta.

. (2002). Penilaian Kinerja Menguasai Keahlian yang Anda

Pehukan dalam 10 Menit. Fandy Tjiptono (penerjemah)

Yogyakarta-Penerbit Andi Yogyakarta.

Depdikbud. (1995/1996). Himpunan Peraturan tentang Pendidikan Sekolah Dasar.

Direktorat Pendidikan Dasar.

(1996/1997). Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala

Badan Administrasi Kepegawaian Negara. Direktorat Pendidikan Guru

(53)

Direktorat Dikmenjur. (1994). Buku Pedoman Tugas Kepala Sekolah.

Jakarta-Direktorat Dikmenjur

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorak Pendidikan Dasar

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Pedoman Pembinaan

Profesionai Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Echoise dan Shadily (1993). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana

Engkoswara. (1987), Dasar-dasarAdministrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

(1983) Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Dirjen

Dikti Depdikbud.

.. (1984). Menata Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia

Tinggal Landas. Bandung: Depdikbud, IKIP Bandung

. (1986). Kecenderungan Kehidupan di Indonesia Menjelang

Tahun 2020 dan Implikasinya terhadap Sistem Pendidikan. Jakarta •

Intermedia

(1999), Menuju Indonesia Modern 2020. Jakarta: Yayasan

Amal Keluarga

, (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong

Otonomi Daerah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga

Gaffar, M. Fakry. (1987). Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi

Jakarta-Dirjen Dikti, P2LPTK, Depdikbud

Gibson et al. (1985). Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Gibson R. Oliver and Hunt, Harold C. (1987). The School Personnel Administrator.

Boston: Houghton Mifflin Company

H.A.R. Tilaar. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta- PT Rineka

Cipta.

(54)

Hajar, I. (1999). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan

Jakarta: Rajawali Press

Ibrahim, R. (1988). Inovasi Pendidikan, Departemen Pendidikan, Jakarta.

Indrafachrudi, Soekarto (1995/1996). Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah

yang Baik, Ghalia Indonesia.

Indrawan dan Joesron (1997). Manajemen Koperasi. Edisi Kedua. Bandung:

Lemlit. Universitas Pasundan Bandung.

Ismail, (1989). Wawasan Jati Diri dalam Pembangunan Daerah, Effhar dan Dahara

Prize.

Joan Dean. (1983;, Organizing Learning In Primary School Class Room

Bechenham : Croom Helm Ltd.

Johnson, Charles E. (1974). A Meanign for Competency, Georgia : Competenct

Based Education Center Colege of Education

Joni, Raka (1981). Penelitian dan Pengembangan dalam Pembelajaran

Pendidikan, Penataran dan Lokakarya (P3G). Jakarta: Depdikbud

Kompas, Kemampuan Lulusan SD Sangat Memprihatinkan, Jakarta :14 Juli 1993.

Made Pidarta (1990). Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Sarana Press

Natawijaya, Rochman (1980). Pedoman Supervisi. Jakarta: Depdikbud

_ (1988). Pengelolaan Data Secara Statistik. Bandung: IKIP

Bandung

Oteng Sutisna. (1983). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Pemerintah Republik Indonesia (2000). Undang-Undang No. 25 tentang Program

Pembangunan Nasional (Propernas) Tahun 2000-2004, Jakarta.

Purwanto, Ngalim (1988). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT.

(55)

Karya

(1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda

Purwanto, Ngalim (1995) Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

. 1988). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandunq- PT

Rosda Karya a'

Rifai, M. Moh.. (1982). Administrasi Pendidikan. Bandung: Penerbit Jemmars

Bandung.

Ruky, Achmad S. (2002). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta.Gramedia Pustaka

Utama.

Ruseffendi H E. T. (1988). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan

Bandung: IKIP Bandung Press.

Samana, A. (1994).>Profesionalisme Keguruan, Penerbit Kanisius.

Sanusi, Achmad. (1984). Masalah Mutu Pendidikan dan Kebudayaan Forum

Sosial Budaya. Bandung: P3M UNINUS

. (1988). Pendidikan Altematif Menyentuh Atas Dasar Persoalan

Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung: IKIP Bandunq dan PT

Grasindo Media Pratama.

• (1990). Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandunq- FPS

IKIP Bandung

. (1990), Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandung :PPS

IKIP.

. (1999). Kehidupan Kebangsaan yang Cerdas. Orasi llmiah

dalam rangka Dies Natalis Ke-45/Lustrum IX Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Bandung (20 Oktober 1999)

Sanusi, Achmad dkk. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional

Tenaga Pendidikan. Bandung : PPT (P2T) IKIP Bandung

Sardiman, A.M. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta •Rajawali

(56)

Satori, Djam'an (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

Bandunq-Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)

_. (1983). Supervisi Pendidikan: Pelayanan Profesional bagi

Guru-guru. Bandung: Pustaka Mutiara.

_. (1998). Bahan Ajar dalam Pelatihan Manajemen Kepala

Sekolah. Bandung: PPPG Teknologi Bandung

_. (1989). Pengembangnan Model Supervisi Sekolah Dasar

i c i \ fD^nj-i. •»«. . r - i ix r-« _ . . „ . _ '

(Disertasi), Bandung : Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung.

Satori, Djam'an dkk/Tim Kerja (2001). Pedoman Implementasi Managemen

Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Bandung: Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Propinsi Jawa Barat

Siagian, Sondang P. (1989). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Bina Aksara

.

. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta- Bumi

Aksara

Sianipar. J. P. (1999). Perencanaan Peningkatan Kinerja. Jakarta: LAN-RI

Simamora, Henry . (1997) (1995) (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia

Yogyakarta: STIE YKPN

Skager, Rodney dkk. (tt). Curicullum for Life Long Education. New

York-Programon Press Oxford

Smith, August W. (1982). The Measurement of Productivity. Gower Press Limited

Soedjiarto, (1997). Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional dalam Menyiapkan

Manusia Indonesia Abad ke-21. Jakarta: Grasindo.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. (1999). Profesi Keguruan, Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru

(1988). Tuntunan penyusunan Karya llmiah, Skripsi, Tesis,

(57)

Baru

.. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

. (1992). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandunq- Sinar

Baru

Sugiono. (2001 )./Wefocte Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sumanto, Wasty dan Hendy S. (1982). Dasar dan Teori Pendidikan Dunia

Surabaya: Usaha Nasional

Supriadi, Dedi (1999). Kontribusi Kualitas Interaksi Anak-Orang Tua dl Keluarga

Siswa-Guru di Sekolah terhadap Kepribadian Kreatif. Tesis Pasca

Sarjana. Bandung: IKIP Bandung

(1994). Kreativitas Kebudayaan & Pengembangan IPTEK

Bandung : Alfabeta.

.

. (1994). Mengangkat Citra dan Martabat Guru.

Bandunq-Karya Nusa

Surachmad, Win,arno., (1985), PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito

_ _. (1977). Pendidikan dan Pembangunan. Jakarta: Ganako

(1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa

. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktek

Profesional, Angkasa, Bandung.

Tangyong Af, Wahyudi dan Djam'an Satori., (1986), CBSA Bagaimana Membina

Guru

Secara

Profesional,

Jakarta:

Balitbang

Dikbud

Pusat

Pengembangan Kurikulum.

Taylor, Ralph W. (1978). Research and Reform in Teacher Education NFER

Publishing Company Ltd.

Tilaar H.A.R, Prof. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta- Rineka

(58)

Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan. (1994). Pengel6la0'^n&i8hr

Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FakultasJ m^PmSS^

IKIP Bandung.

Yv |BEjWJ

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan ^^^yfl^u.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendldikandan

Kebudayaan Republik Indonesia.

Timpe, A. Dale (2001). Kinerja.. Jakarta: PT Gramedia

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Rl No. 2 Tahun 1989

dan Peraturan Pelaksanaannya, (1993), Jakarta: Grafika.

Wexley, KN. dan Yuki G. A. (1977). Organizational Behavior and Personel

Psychology. Illionis: Richard D. I

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini berisi implementasi algoritma Vigenere cipher dan Myszkowski transposition dalam mengamankan pesan, selanjutnya pengujian terhadap sistem yang telah dibangun

Gelaran, desa agropolitan di gunung

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar.. Medan: Falkutas

Salah satu metode konservasi baru yang diusulkan dengan melalui pendekatan Pembayaran Jasa Ekosistem (PES). PES dianggap sebagai sebuah pendekatan inovatif yang mencoba

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh mutasi pegawai terhadap kepuasan kerja karyawan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandung, yang menjadi variabel bebas

Meski terjadi persaingan yang semakin ketat dengan bank konvensional dalam mengumpulkan dana masyarakat, namun perbankan syariah memiliki imbal hasil yang tetap

 The lazy, dirty, tall boy in the blue shirt is a student.

Demikian pula dengan hasil penelitian (Leary, 1983) yang menyatakan bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam pengukuran ketakuatan dalam situasi sosial dibanding