• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. MAIMUNAH, Pemberian Kapur Dolomit Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Bibit Tanaman Kopi Robusta (Coffea SP) (dibawah bimbingan Roby, SP).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. MAIMUNAH, Pemberian Kapur Dolomit Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Bibit Tanaman Kopi Robusta (Coffea SP) (dibawah bimbingan Roby, SP)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

MAIMUNAH, Pemberian Kapur Dolomit Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Bibit Tanaman Kopi Robusta (Coffea SP) (dibawah bimbingan Roby, SP).

Kopi adalah salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena banyak digemari oleh masyarakat di dunia. Selain aromanya yang khas, kopi mampu meningkatkan konsentrasi dalam belajar dan bekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian kapur dolomit terhadap pertumbuhan tanaman kopi berumur lima bulan.

Penelitian ini dilakukan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama dua bulan terhitung dari tanggal 20 Juni sampai 22 Agustus 2009. Yang meliputi persiapan, penanaman, pengambilan data dan pengolahan data.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian kapur dolomit denagan dosis 10 gram/polybag menunjukan hasil yang terbaik dari semua parameter yang diamati yaitu tinggi 17,02 cm, diameter batang 2,58 mm dan jumlah daun 10 helai jika di bandingkan dengan perlakuan lainnya.

(6)

RIWAYAT HIDUP

MAIMUNAH, lahir pada tanggal 20 Desember 1985 di Nunukan, Kalimantan Timur, anak ke enam dari delapan bersaudara dari pasangan. Damus Frans dan Rahma.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 009 Nunukan Lulus pada tanggal 10 Juni 1998, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Nunukan dan lulus pada tanggal 23 Juni 2001. Pada tanggal 31 Juli 2001 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Pancasila dan lulus pada tanggal 17 Juli 2004. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2006 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Pengelolaan Hutan.

Pada tanggal 2 Maret sampai 30 April 2009 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Kaltim Utama I Kecamatan Bantuas Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tidak lupa kita haturkan salawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun materil.

2. Ir. Budi Winarni, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan dosen pembimbing yang telah membantu dan memberi petunjuk dalam pembuatan dan penyusunan Karya Ilmiah ini.

3. Bapak Roby, SP selaku dosen pembimbing. 4. Bapak Rusli Anwar, SP, Msi selaku dosen penguji.

5. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu di dalam proses belajar mengajar maupun di luar jam perkuliahan.

6. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu di dalam penyusunan Karya Ilmiah yaitu, Asmiransyah, M. Alviansyah, Fidli, dan seluruh mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang memberi motivasi kepada penulis.

Penyusunan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan bagi penulis untuk menyelesaikan Studi Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Penulis berharap agar Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis Kampus Sei Keledang, 11 Agustus 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman kopi ... 4

B. Sifat Tanah Ultisol Kalimantan Timur ... 12

C. Manfaat Kapur Dolomit Pada Tanah Ultisol ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Tempat dan Waktu ... 16

B. Alat dan Bahan... 16

C. Rancangan Penelitian ... 16

D. Prosedur Penelitian... 17

E. Pengolahan Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Hasil ... 19

B. Pembahasan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

A. Kesimpulan... 26

B. Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data tinggi tanaman ... 29

2. Data diameter tanaman... 30

3. Data jumlah daun ... 31

4. Kapur dolomit ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan pupuk kieserite dan kapur dolomit + Za ... 14 2. Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) bibit kopi (Coffea sp)... 20 3. Rata-rata pertumbuhan diameter batang (mm) bibit kopi (Coffea sp) . 21 4. Rata- rata jumlah daun (helai) bibit kopi (Coffea sp)... 22

(11)

I. PENDAHULUAN

Bagi Indonesia tanaman kopi memiliki arti penting bagi pengembangan perkebunan nasional serta mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah

pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara (Najiyati, S. dkk. 2008).

Tanaman kopi selama ini memiliki peluang ekspor yang cukup menjanjikan karena selain dapat memenuhi pasar dalam negeri tanaman kopi juga mampu menambah devisa negara melalui ekspor kenegara – negara Eropa dan Amerika.

Pembibitan tanaman perkebunan seperti kopi membutuhkan persyaratan tertentu terutama persyaratan media tumbuh. Salah satu persyaratan media yang sangat penting selain tingkat kesuburan adalah tingkat kemasaman tanah tertentu, Rendahnya pH tanah pada jenis tanah ultisol umumnya disebabkan oleh sifat bahan induk dan kondisi iklim yang ada, oleh karena itu keberhasilan perbaikan sifat tanah khususnya tingkat kemasaman ini akan sangat membantu dalam proses efektivitas tersedianya unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam masa pertumbuhannya.

Untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang optimal maka perlu dilakukan beberapa usaha, selain memperbaiki sifat fisik tanah melalui pengolahan tanah upaya lain yang perlu dilakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kesuburan tanah secara alamiah sangat ditentukan oleh kondisi

(12)

kesuburan alamiah tanah itu sendiri serta kondisi kemasaman tanah yang mempengaruhi ketersediaan-nya bagi tanaman.

Pemupukan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman. Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan pada penggunaanya adalah menyediakan unsur hara N, P dan K yang diutamakan dalam pene mbahan pupuk, tetapi kemudian disadari bahwa unsur mikro juga mulai berkurang dan mulailah penembahan unsur hara mikro dalam bentuk pupuk, namun pupuk tidak akan berfungsi secara efektif jika kemasaman tanah yang merupakan faktor pembatas bagi larutnya pupuk hingga tersedia bagi tanaman tidak diatasi. (Marsono, S. 2005).

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat masam pada tanah tersebut adalah dengan memberikan zat pembenah (Amelioran) agar kondisi kemasaman dapat dikurangi. Salah satu zat amelioran yang dapat digunakan adalah kapur dolomit.

Secara umum semua jenis kapur bagi pertanian berfungsi mengurangi keasaman tanah dan menambah Ca sebagai unsur hara tanaman. Kegunaan bahan kapur dapat di lihat dengan membandingkan kadar Ca nya. Bahan kapur akan mengurangi keasaman tanah dan menambah Ca cepat atau lambat tergantung, terutama pada kehalusan bahan lain- lain. Kapur dolomit biasanya agak lebih lambat reaksinya dibandingkan kapur-kapur yang berkadar Ca tinggi, walau pun bahannya sama-sama halus. Bantuan kapur dolomit dapat menyediakan unsur Mg, inilah yang diberikan pada tanah yang miskin unsur Mg (Kuswandi. 1985).

(13)

Keberhasilan penggunaan kapur dolomit sebagai bahan pembenah (amelioran) tanah untuk pembibitan tanaman Kopi merupakan suatu paket teknologi budidaya tanaman Kopi yang dapat dikembangkan pada sekala yang lebih luas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian kapur dolomit terhadap pertumbuhan tanaman kopi sampai dengan umur lima bulan.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kopi 1. Taksonomi tanaman kopi

Menurut Najiyati, S. dkk (2008) Tanaman Kopi (Coffea SP) termasuk ke dalam :

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonea Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Spesies : Coffea SP

Menurut AAK (2006), ada beberapa macam jenis kopi antara lain : a. Kopi arabika

Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi arabika ini yang banyak dan dahulu dikembangkan . tetapi karena jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit hemileia vastratrix. Yang masih termasuk golongan arabika yaitu kopi arabika varietas baurbon, jenis catura, marago, pasumah (sumatera) dan congensis. Jenis arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut :

(15)

1) Daun kecil, halus dan mengkilap, panjang daun ± 12-15 cm dan lebar 6 cm.

2) Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

3) Bila batang tak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai ± 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.

4) Bila jenis ini ditanaman pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1350-1850 m dpl, produksinya bagus. Di Indonesia , kopi arabika dapat berproduksi baik pada ketinggian 1000-1750 m dpl. 5) Curah hujan yang optimal sekitar 1500-2250 mm tiap tahun, dan

musim kering sekitar 2-3 bulan/tahun untuk perkembangan bunga. b. Kopi liberika

Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah liberika. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat waktu kopi arabika diserang hemileia vastratrix, sebab jenis ini diperkirakan tahan terhadap hemileia vastratrix, akan tetapi ternyata tidak, sehingga diganti dengan Robusta. Jenis liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal ± 1% dari seluruh jenis kopi yang ada. Yang termasuk jenis liberika antara lain kopi abeokutae, klainei, deweprei, excelsa dan dybrowskii. Jenis liberika ini memiliki sifat sebagai berikut :

1) Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian = 10 m, yang memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buah.

(16)

2) Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali yang terdapat cabang primer melainkan terdapat pada cabang pokok.

3) Besar kecilnya buah tidak merata, pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah menjadi biji kering 10 : 1.

c. Kopi robusta

Jenis kopi ini berasal dari hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai Uganda, terbentang 100 lintang utara dan selatan, dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1700 m. ketinggian tempat yang optimal sekitar 300-800 m dengan curah hujan 1250-2500 mm. yang termasuk varietas robusta antara lain congesta, uganda dan quillo. jenis robusta ini memiliki sifat sebagai berikut :

1) Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi dan harganya lebih rendah dari kopi arabika.

2) Daun lebih kecil dengan permukaannya agak berombak dan dari batang-batangnya banyak tumbuh cabang-cabang serta tahan terhadap hemileia vastratrix

Tanaman di kebun, pemeliharaannya lebih mudah dan biaya dapat dihemat.

(17)

2. Morfologi tanaman kopi a. Akar

Tanaman kopi berakar tunggang, lurus kebawah, pendek dan kuat. Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45-50 cm. Selain itu banyak akar cabang samping yang panjang 1-2 meter horizontal, sedalam? 30 cm, dan bercabang merata, masuk kedalam tanam lebih dalam lagi.

b. Batang dan cabang

Semenjak tanaman itu tumbuh dari bijinya, bantang pokok sudah mulai tampak dan tumbuh terus menjadi besar. Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok dan tumbuhnya beruas-ruas. Ruas-ruas tersebut tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Adapun cabang tanaman kopi ada dua macam yaitu :

Menurut Najiati dan Danarti (2006), memiliki beberapa cabang tanaman kopi diantaranya yaitu :

1) Cabang reproduksi (orthrotrop)

Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Ketika masih muda, cabang ini sering juga disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun mempunyai 4-5 tunas reproduksi sehingga bila cabang reproduksi mati maka bisa diperbaharui sebanyak 4-5 kali. Cabang reproduksi mempunyai sifat seperti batang utama sehingga bila batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna maka fungs inya dapat digantikan oleh cabang ini.

(18)

2) Cabang primer (plagiotrop)

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Setiap ketiak hanya mempunyai satu tunas primer sehingga bila cabang ini mati, di tempat tersebut tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Ciri-ciri cabang primer adalah arah pertumbuhannya mendatar, lemah dan berfungsi sebagai penghasil bunga. Di setiap ketiak daun terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.

3) Cabang sekunder

Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.

4) Cabang kipas

Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang ini biasanya terletak di ujung batang dan pertumbuhannya cepat sehingga mata reproduksi tumbuh pesat menjadi cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas

5) Cabang perut

Cabang perut adalah cabang kipas yang mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya cukup kuat.

(19)

6) Cabang balik

Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk.

7) Cabang air

Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.

c. Daun

Daun tanaman kopi mempunyai bentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan.

d. Bunga

Bunga tanaman kopi tumbuh pada cabang primer atau cabang skunder, tersusun berkelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 4-6 kuntum bunga, bunga yang sudah mekar berwarna putih.

e. Buah

Sebagian besar buah terdapat pada cabang primer atau skunder sebagai mana halnya dengan bunga. Buah kopi yang muda berwarna hijau, setelah tua berwarna kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah.

(20)

f. Biji

Biji kopi terdapat didalam buah yang terdiri dari dua bagian yaitu :

1) Kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yang disebut selaput perak atau kulit ari.

2) Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang datar arahnya memanjang kedalam, merupakan lubang yang panjang sama dengan bijinya.

3. Syarat tumbuh a. Iklim

Tanaman kopi dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Di dataran rendah tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.000 m dpl dan pada dataran tinggi optimal 1.700 m dpl tanaman kopi juga dapat tumbuh dengan baik. Suhu yang dikehendaki tanaman kopi optimalnya 16 – 20 0C. Curah hujan minimal 1000 – 2000 mm/tahun dan optimalnya 2000 – 3000 mm/tahun.

b. Tanah

Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atas dalam dan gembur, agar akar tanaman kopi dapat tumbuh berkembang dengan baik. Selain memilih tanah seperti di atas tanaman kopi memilih reaksi asam yang ringan dengan pH 6 – 6,5.

(21)

4. Pembibitan Tanaman Kopi

Menurut Najiati dan Danarti (2006), Pembibitan tanaman kopi ada 2 tingkat yaitu :

a. Perkecambahan

Sebelum ditanam dipersemaian semua biji dikecambahkan terlebih dahulu. Pada tempat perkecambahan dibentuk bedengan-bedengan dengan lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. Selanjutnya pada bedengan dilapisi pasir setebal 5 – 10 cm dan diatas bedengan diberi atap atau naungan.

b. Cara mengencambahkan

Biji dibedengan ditanam secara berderet didalam 1 baris, jarak antara larikan antar 1 dengan lainnya adalah 5 cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2,5 cm. Setiap 1 meter bisa memuat 2000-3000 biji, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji atau jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk.

Setelah selesai pembenaman, biji-biji tersebut diberi pasir lagi jangan terlalu tebal. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembapan biji-biji tersebut , di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5-1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari, tetapi tidak boleh terlalu basah.

(22)

B. Sifat Tanah Ultisol Kalimantan Timur

Areal lahan kering di Kalimantan Timur cukup luas untuk pembangunan pertanian diantaranya, dua puluh empat persen (5.099.464 Ha) merupakan lahan yang Sesuai hingga Sesuai Marginal (S3) untuk budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Dilain pihak faktor penghambatnya cukup berat yaitu rendahnya kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia, serta topografi yang berombak sampai berbukit. Pertanian lahan kering sering terhambat oleh kondisi air yang sangat tergantung pada hujan. Curah hujan yang terlalu sedikit maupun terlalu banyak dapat mengganggu produksi tanaman pangan maupun jenis hortikultutra (Mulyadi, 1998).

Menurut Abidin (1992) beberapa ciri utama lahan kering di Indonesia termasuk di Kalimantan Timur adalah:

1) Pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol), kandungan besi dan aluminium oksida tinggi, dengan fraksi liat berbentuk pseudosilt dan butiran liat sehingga membentuk agregat tanah yang baik dan tanah menjadi berpori serta kandungan air tersedia dan kapasitas menyimpan air rendah.

2) Kandungan liat dan besi yang tinggi disertai rendahnya kandungan bahan organik mengakibatkan tanah peka terhadap erosi dan pemadatan tanah.

3) Tingginya kandungan besi yang terefleksi pada bentukan konkresi butir-butir batuan besi, mengakibatkan rendahnya kapasitas menyimpan air pada akhirnya menghambat penetrasi serta pertumbuhan akar.

(23)

4) Tanah bersifat masam, kesuburan tanah rendah, kandungan bahan organik serta aktivitas liat rendah.

5) Sebagian besar areal lahan kering bagian hulu di Indonesia bertopografi bergelombang (kemiringan lereng 8 – 15 %) dan berbukit (>15 – 30 %). 6) Kejenuhan basa dan KTK rendah, serta kapasitas fiksasi fosfat tinggi.

C. Manfaat Kapur Dolomit Pada Tanah Ultisol

Secara umum semua jenis kapur bagi pertanian berfungsi mengurangi keasaman tanah dan menambah Ca sebagai unsur hara tanaman. Kegunaan bahan kapur dapat di lihat dengan membandingkan kadar Ca nya. Bahan kapur akan mengurangi keasaman tanah dan menambah Ca cepat atau lambat tergantung, terutama pada kehalusan bahan lain- lain. Kapur dolomit biasanya agak lebih lambat reaksinya dibandingkan kapur-kapur yang berkadar Ca tinggi, walaupun bahannya sama-sama halus. Bantuan kapur dolomit dapat menyediakan unsur Mg, inilah yang diberikan pada tanah yang miskin unsur Mg. Kapur dolomit sudah umum digunakan oleh para petani, dan banyak diperdagangkan sebagai pupuk. Penggunaan kapur dolomit dapat dilihat dengan membandingkan kadar Ca-nya, pemberian kapur hendaknya sebelum tanam agar tanaman tidak mengalami kerusakan, jika pengapuran diberikan setelah tanam kerusakan pada pucuk tanaman, menurut (Kuswandi. 1985).

Bahan kapur harus dipertimbangkan dalam usaha pengapuran karena teknis dan bahan ekonomis. Bahan kapur yang kandungannya lebih sedikit

(24)

kapurnya mungkin lebih ekonomis dalam pemakaian besar-besaran dibandingkan kapur yang bermutu tinggi.

Tabel 1. Perbandingan perlakuan kieserite dan dolomit + Za

Ciri-ciri Kieserite Dolomit + Za

pH 4,0 4,1

Mg 0,76 0,79

Ca 0,78 1,10

Ppm 40,9 60,0

Sumber PT. Polowijo Grosari (2000).

Sejak Pelita IV Pemerintah melaksanakan program pengapuran lahan pertanian, dan memberi bantuan dalam pelaksanaanya pada tahap-tahap awal.

Diawali pada tahap pengapuran pada lahan pertanian palawija dan PIR perkebunan, diharapkan pada tahun berikutnya dapat meluas pada lahan untuk tanaman jenis lain.

Kebanyakan tanaman di daerah tropika basah memang memerlukan pengapuran pada waktu- waktu tertentu, untuk bisa menghasilkan produksi yang optimal. Adanya pengapuran memungkinkan koreksi keasaman tanah, suplai kalsium (Ca), memperbaiki keadaan fisik tanah tipe berat, dan biasanya menaikan efesiensi pupuk. Pengapuran yang di lakukan bermanfaat untuk mempertahankan dan memperbaiki kesuburan dan konservasi tanah.

Di Indonesia banyak didapati tanah- tanah asam yang bila dibiarkan begitu saja tidak dapat di andalkan daya dukung bagi hasil pertanian pada umumnya. Tanah semacam ini pada umumnya didapati terutama di daerah –daerah kawasan industri dan daerah curah hujan tinggi, mengandung bahan organik sedemikian rupa banyaknya, sehingga terbentuk lapisan- lapisan yang berbeda.

(25)

Program pengapuran menyangkut pembiayaan tambahan dan ekplorasi tanah yang mengandung banyak kapur. Diluar negeri, khususnya Amerika Serikat, petani tidak lagi menggunakan kapur bakar dan kapur mati untuk pengapuran, karena mahal. Mereka mengetahui, bahwa kapur giling, termasuk juga Dolomit dan kapur-kapur lain yang relatif murah juga efektif untuk koreksi tanah. Hal ini akan menghema t biaya pengapuran, karena bahan- bahan lain mudah tersedia.

(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama tiga bulan terhitung dari tanggal 20 Juni sampai dengan 22 Agustus 2009, meliputi kegiatan persiapan, penanaman, pengambilan data serta pengolahan data.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu : parang, gayung, karung goni, polybag, gembor, meteran, mikrokaliver, plastik transparan, alat tulis menulis dan cangkul.

Bahan yang digunakan yaitu : tanah mineral, pupuk urea, TSP/SP 36, Kcl, kapur dolomit dan bibit tanaman kopi robusta umur 5 bulan.

C. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini hanya digunakan rancangan sederhana dengan penempatan masing perlakuan secara acak, terdapat 3 perlakuan masing-masing dalah :

K1 : Kont rol dengan 10 ulangan

K2 : Kapur dolomit 5 gram/polybag dengan 10 ulangan K3 : Kapur dolomit 10 gram/polybag dengan 10 ulangan

(27)

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan area dan media tanam

a. Persiapan areal

Areal yang di gunakan dalam penelitian ini areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama dan penyakit serta mudah di awasi. Areal kemudian dibersihkan dan tanahnya diratakan agar mempermudah proses penyusunan polybag. b. Persiapan media tanam

Tanah dibersihkan dari benda-benda lain seperti batang, daun dan ranting kemudian dimasukkan kedalam polybag.

2. Perlakuan

Pemberian kapur dolomit dilakukan 7 hari sebelum penanaman dilakukan, kapur dolomit 5 gram/polybag (K2), kapur dolomit 10 gram/polybag (K3) dan kontrol (tanpa kapur dolomit).

3. Penanaman

Bibit kopi yang telah diseleksi dengan jumlah yang cukup untuk masing-masing perlakuan di tanam ke dalam polybag media serta perlakuannya telah di tentukan.

(28)

4. Pemeliharaan a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari untuk menjaga kelembaban tanah, penyiraman disesuaikan dengan keadaan tanah, jika tanah basah/lembab penyiraman dihentikan

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan di luar dan di dalam polybag untuk mengendalikan gulma yang bisa mempengaruhi pertumbuhan tana man.

E. Pengolahan Data 1. Data tanaman

Parameter tanaman yang di amati adalah: a. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari bagian batang yang telah di tandai sampai ujung daun sebanyak 4 kali masing- masing (minggu ke 2, 4, 6 dan 8). b. Jumlah daun (helai)

Dihitung berdasarkan jumlah helai yang sudah mekar sempurna sebanyak 4 kali masing- masing (minggu ke 2, 4, 6 dan 8).

c. Diameter batang (cm)

Diukur dari bagian batang paling bawah yang telah ditandai sebanyak 4 kali masing- masing (minggu ke 2, 4, 6 dan 8).

(29)

2. Analisis data

Penelitian ini menggunakan rataan hitung sederhana (Nugroho dkk, 1995) dengan rumus yang digunakan adalah :

x = n x ? x = rata-rata hitung n = banyaknya data x = variasi yang diteliti

(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Tinggi tanaman

Pemberian kapur dolomit 0,5 dan 10 gram/polybag terhadap pertumbuhan tinggi bibit tanaman kopi (Coffea sp) dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) bibit kopi (Coffea sp) : Minggu ke- Perlakuan 2 4 6 8 ? x K1 9.8 13 13.92 15 51.72 12.93 K2 11.57 14.22 16.18 17.19 59.16 14.79 K3 13.72 16.5 18.23 19.64 68.09 17.02

Tabel 2. Menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kopi yang diberi perlakuan kapur dolomit sebanyak 10 gram/polybag K3 menunjukan hasil yang tertinggi yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 17.02 cm.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kopi yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pemberian kapur dolomit K1 dengan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman 12.93 cm.

Untuk K2 dengan pemberian kapur dolomit sebanyak 5 gram/polybag menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman 14.79 cm lebih baik dibandingkan dengan K1..

(31)

2. Diameter batang (mm)

Pemberian kapur dolomit 0, 5 dan 10 gram/polybag terhadap pertumbuhan tinggi bibit tanaman kopi (Coffea sp) dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) bibit kopi (Coffea sp) : Minggu ke- Perlakuan 2 4 6 8 ? x K1 1.57 2.33 2.56 2.87 9.33 2.33 K2 1.95 2.41 2.78 3.14 10.28 2.57 K3 1.82 2.51 2.82 3.17 10.32 2.58

Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tana man bibit kopi yang diberi perlakuan pemberian kapur dolomit sebanyak 10 gram/polybag K3 menunjukan hasil yang tertinggi yaitu dengan rata-rata diameter batang tanaman 2.58 mm.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kopi yang terendah di tunjukkan oleh perlakua n tanpa pemberian kapur

dolomit gram/polybag K1 dengan rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman 2.33 mm.

Untuk K2 dengan pemberian kapur dolomit sebanyak 5 gram/polybag menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman 2.57 mm.

(32)

3. Jumlah daun (helai)

Pemberian kapur dolomit 0, 5 dan 10 gram/polybag terhadap pertumbuhan tinggi bibit tanaman kopi (Coffea sp) dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Rata-rata Jumlah daun (Helai) bibit kopi (Coffea sp) : Minggu ke- Perlakuan 2 4 6 8 ? x K1 7 8 9 12 36.00 9 K2 7 7 9 13 36.00 9 K3 8 9 10 13 40.00 10

Tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata Pertumbuhan jumlah daun (helai) bibit tanaman kopi yang diberi perlakuan pemberian kapur dolomit sebanyak 0, 5 dan 10 gram/polybag K1, K2 dan K3 menunjukan hasil yaitu 9, 9 dan 10 daun (helai).

B. Pembahasan

Hasil perhitungan terhadap nilai rata-rata pada setiap parameter pertumbuhan bibit kopi seperti yang tertera pada Tabel 2, 3 dan 4 menunjukkan bahwa pemberian kapur Dolomit berpengaruh terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman yang diamati sampai dengan bibit kopi berumur 8 minggu setelah tanam.

Dari data Tabel Tabel 2, 3 dan 4 juga dapat diketahui bahawa pengaruh pemberian kapur Dolomit terhadap pertumbuhan bibit kopi terus bertambah

(33)

seiring umur bibit dari pengamatan minggu ke dua sampai dengan minggu ke delapan.

Rata-rata tinggi tanaman Bibit kopi tertinggi umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam ditunjukkan oleh perlakuan K3 (kapur Dolomit 10 g/polybag) dengan tinggi masing- masing: 13,72 cm, 16,5 cm, 18,23 cm dan 19,64 cm. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman Bibit kopi terendah ditunjukkan oleh perlakuan K1 ( tanpa kapur Dolomit ) masing- masing: 9,8 cm, 13 cm, 13,92 cm, dan 15 cm.

Rata-rata diameter batang tanaman Bibit kopi tertinggi umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam setelah tanam juga ditunjukkan oleh perlakuan K3 (kapur Dolomit 10 g/polybag) dengan diameter batang masing- masing: yaitu: 1,82 mm, 2,51 mm, 2,82 mm dan 3,17 mm. Sedangkan rata-rata diameter batang tanaman Bibit kopi terendah ditunjukkan oleh perlakuan K1 (tanpa kapur Dolomit) masing-masing yaitu: 1,57 mm, 2,33 mm, 2,56 mm dan 2,87 mm.

Rata-rata jumlah jumlah daun tanaman Bibit kopi tertinggi umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam dalam penelitian ini ditunjukkan oleh perlakuan K3 (kapur Dolomit 10 g/polybag) dengan jumlah daun masing- masing yaitu: 8 helai, 9 helai, 10 helai dan 13 helai. Sedangkan rata-rata jumlah daun terendah ditunjukkan oleh perlakuan K1 (tanpa pemberian kapur Dolomit ) masing- masing yaitu: 7 helai, 8 helai, 9 helai dan 12 helai daun.

Meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman kopi khususnya terhadap tiga parameter tersebut diduga karena fungsi kapur dalam hal membantu menekan

(34)

keasaman tanah serta memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah telah berjalan dengan baik sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Menurut Anonim (2002) dolomit selain sebagai pencegah keasaman tanah juga memiliki kandungan unsur hara yaitu Mg antara 18-21% yang berfungsi sebagai pembentuk zat hijau daun.

Menurut Novizan (2003) tindakan pertama yang penting dalam pengolahan tanah dan pemupukan adalah membenahi sifat kimia terutama sifat masamnya, setelah itu barulah pemupukan dapat berjalan dengan efektif. Perbaikan pH tanah bisa dikatakan telah menyelesaikan 50% masalah kesuburan tanah. Cara yang efekif untuk menetralkan tanah asam adalah memberikan kapur dolomit. Manfaat kapur banyak sekali tetapi yang tak kalah pentingnya adalah dapat mengurangi zat-zat beracun dan mengurangi hilangnya unsur hara makro akibat pencucian.

Pengaruh kapur terhadap tanah ada 3 tahap yaitu : pertama pengaruh fisik, pada tanah berat ada kecenderungan zarah halus berasosiasi terlalu rapat. Keadaan demikian menganggu pergerakan air dan udara, dengan demikian ganulasi yang ditimbulkan oleh kapur me njadi sangat diperlukan.

Kedua yaitu pengaruh biologi dimana kapur berfungsi mempercepat pelapukan bahan organik tanah dan pembentukan humus yang sangat mempengaruhi daerah perakaran. Tahap ketiga yaitu pengaruh kimia bila tanah dengan nilai pH 5,0 dikapur dan naik menjadi 6,0 beberapa perubahan kimia yang

(35)

terjadi antara lain : kepekatan ion Hidrogen akan menurun, kepekatan ion Hidroksil akan naik, daya larut besi, Aluminium dan Mangan akan menurun. Kalsium dan Magnesium dapat tukar dan naik serta persentase kejenuhan basa juga akan naik. Kesemuannya itu akan memberikan pengaruh tehadap pertumbuhan tanaman kearah yang lebih baik (Soepardi, 1983).

Pemberian kapur Dolomit sangat berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah, hal tersebut dapat diketahui dari hasil analisis laboratorium terhadap tanah pada kegiatan percobaan ini. Jika sebelum percobaan pH tanah setempat hanya 6.0 maka setelah perlakuan pemberian kapur terutama dengan dosis Dolomit 200 g/m2 (K2) pH tanah meningkat menjadi 6.4.

Menurut Anonim (2002) kapur Dolomit manfaat antara lain;

1). Sebagai penyembuhan, terutama untuk tanaman kekurangan Mg yang berakibat fatal karena kapur Dolomit dapat menambah ketersediaan Mg.

2). Berperan sebagai bahan ameliorasi karena kapur dolomit selain dapat menetralisir Al dan Fe juga menaikkan pH tanah sehingga penyerapan unsur hara N,P,K oleh tanaman menjadi baik. 3). Pemberian pupuk Dolomit mampu menetralisir reaksi tana h yang bersifat masam akibat pemberian pupuk yang berlebihan terutama pupuk Urea dan KCl.

Pada tanaman Bibit kopi Dolomit sangat diperlukan karena Bibit kopi menghendaki tanah yang tingkat kemasamannya rendah karena disamping memerlukan unsur hara yang cukup juga terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur yang selalu hidup dengan baik pada kondisi masam.

(36)

Menurut Prajnanta (2003) pada tanah pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara di dalamnya terutama Fosfor (P) dan Kalsium (Ca), dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap tanaman. Kondisi tanah yang masam ini juga dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium sp dan Pythium sp.

Kecilnya pengaruh pertumbuhan tanaman yang diberikan oleh perlakuan pemberian kapur dolomit K2 (5 gram Dolomit/ polybag) atau tanpa pemberian kapur Dolomit (K1) di duga karena tidak atau masih kecil- nya perubahan yang terjadi terhadap kondisi sifat fisik dan kimia tanah khususnya yang berhubungan dengan kemasaman tanah (pH) serta ketersediaan unsur hara yang terdapat dalam kapur Dolomit. Tidak terjadinya perubahan pH diduga mengakibatkan masih terikatnya unsur-unsur hara pada tanah dan unsur hara tersebut bersifat belum tersedia bagi tanaman sehingga unsur hara yang diberikan atau yang terdapat dalam tanah sukar di serap oleh tanaman.

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk kapur dolomit dengan dosis 10 gram/polybag efektif meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit tanaman kopi robusta sampai dengan umur 5 bulan setelah tanam.

2. Terdapat kecenderungan bahwa semakin besar dosis pupuk kapur dolomit yang di berikan maka semakin baik pertumbuhan bibit tanaman kopi.

B. Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kopi sebaiknya menggunakan pupuk kapur dolomit sebanyak 10 gram/polybag sebagai pupuk dasar guna menekan keasaman tanah sehingga proses pelarutan unsur hara dalam tanah akan mejadi lebih baik dan pada akhirnya unsur hara tersebut menjadi tersedia bagi tanaman.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 1992. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanah. Angkasa. Bandung.

Anonim, 2002. Cara Penggunaan Pupuk Dolomit. PT. Polowijo Gosari. Gersik. Kuswandi, 1985. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Mulyadi, S. 1998. Peluang Dan Kendala Pengembangan Pertanian Di Kalimantan Timur. Laporan Akhir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur. Samarinda

Marsono, Sigit, P. 2005. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Jakarta. Penebar Swadaya.

Novizan.2003 Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Pus taka. Jakarta.

Najiyati, S. 2008. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta

Prajnanta, F. 2003 Mengatasi Permasalahan Bertanam Bibit kopi. Penebar Swadaya. Jakarta

(39)
(40)

Lampiran 1. Data Tinggi tanaman (cm) Tinggi (cm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 7.8 6.2 11.3 9 9.3 10 13 9.7 11.5 8 K2 11 13 10.9 9.5 12.9 11.7 10.9 12.6 10.6 12.6 K3 15.7 11 11.8 15 13.4 16.5 12.2 15 14.3 12.3 Tinggi (cm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 13.5 13.7 11.2 15.3 10.6 12.4 11.5 12.1 17.8 11.9 K2 16.5 13.2 14.1 12.3 13.6 12.5 15.4 15.8 13.9 14.9 K3 17.5 15.3 14.4 15.3 18.6 16.7 16.1 13.4 19.5 13.7 Tinggi (cm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 15.5 14.2 13.2 17.5 13 14.9 13.3 14 10.5 13.1 K2 18.2 15 17.5 15.2 16.5 12.9 17.8 18 15 15.7 K3 19 19.1 15.5 18.1 20.5 20.5 17.6 16.4 20 15.6 Tinggi (cm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 16 16 14 18 17 15.5 14.5 14.5 11 13.5 K2 19.5 16.5 18.5 16 17.5 13.5 18 18.5 17 16.9 K3 20.5 21.5 18 19.9 21.5 21 18.5 17 21.5 17

(41)

Lampiran 2. Data Diameter Tanaman (mm) Diameter Tanaman (mm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 1.2 1.4 2 1.6 1.6 1.5 1.8 1.6 1.5 1.5 K2 1.8 2.4 2.1 2 2 1.8 2 1.9 1.8 1.7 K3 1.8 1.8 1.9 1.6 2 1.9 1.5 2,2 1.9 2 Diameter Tanaman (mm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 1.8 2.5 2.5 2.4 1.8 2.4 2.8 2.4 1.2 2.5 K2 2.3 2.7 2.6 2.5 2.1 2.5 2.6 2.4 2 2.4 K3 2.5 2.6 2.7 2.5 2.6 2.3 2.4 2.5 2.6 2.4 Diameter Tanaman (mm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 2.5 2.8 2.6 2.6 2.3 2.5 2.9 2.5 2.3 2.6 K2 2.9 2.9 2.7 2.6 2.7 2.8 2.9 2.6 2.9 2.8 K3 2.8 2.9 3 2.7 2.9 2.8 2.8 2.9 2.5 2.9 Diameter Tanaman (mm) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K1 2.8 3 2.8 2.8 2.7 2.9 3.1 2.8 2.8 3 K2 3.2 3.2 3 2.9 3.1 3.3 3.1 3.3 3.1 3.2 K3 3.4 3.1 3 3.1 3.3 3.2 3.2 3.1 3 3.3

(42)

Lampiran 3. Data Jumlah Daun (Helai)

Jumlah Daun (Helai) Perlakuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 8 10 6 6 6 4 8 6 10 6

K2 6 8 8 6 6 8 5 8 6 8

K3 10 5 8 10 8 10 6 8 8 8

Jumlah Daun (Helai) Perlakuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 10 8 5 8 10 6 8 6 8 8

K2 10 8 8 6 6 8 8 4 7 8

K3 10 10 10 8 12 10 6 8 6 7

Jumlah Daun (Helai) Perlakuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 12 8 12 10 10 6 8 6 10 8

K2 12 10 8 8 10 8 10 10 7 10

K3 12 10 12 10 11 12 8 10 8 7

Jumlah Daun (Helai) Perlakuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 14 12 16 12 14 10 12 10 12 12

K2 14 14 12 11 12 14 12 14 11 12

(43)

Lampiran 4. Kapur dolomit

Gambar kapur dolomit Lampiran 5. Penanaman bibit tanaman kopi

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat keterbatasan yang dimiliki, serta untuk menghind ar i pembahasan yang terlalu luas dan permasalahan yang akan dibahas dapat terpecahkan dengan lebih

Roson (2005) toteaa kaksipuolisten markkinoiden tutkimuksen vallitsevan paradigman noudattavan ajatusta, jossa täyttyneiden odotusten tasapaino kaksipuolisilla markkinoilla

Tampilan halaman order admin adalah halaman untuk menampilkan data pengiriman, adapaun tampilan pada website adalah terlihat seperti gambar dibawah ini.. Aliy Hafiz II Implementasi

Ketentuan di atas berlaku pula jika dalam hal-hal tersebut pada alinea kedua Pasal 1603e KUHPerdata, pemberitahuan pemutusan hubungan kerja tidak dilakukan pada waktu

Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran

Survei pengguna ( employer ) lulusan terhadap kualitas alumni dilakukan setiap tahun. Lulusan memiliki himpunan alumni di tingkat prodi dan institusi dan melakukan kegiatan

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemakaian AFO Solid dan AFO Artikulasi selama berjalan pada anak Cerebral Palsy Type Spastic terhadap fungsional

[r]